DISUSUN OLEH :
NIM : PO714251211006
2022
KATA PENGANTAR
Terima kasih saya ucapkan kepada bapak dan ibu yang telah membantu
kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa
menyelesaikan Laporan Praktikum ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa Laporan Praktikum yang saya buat ini masih jauh
dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di
masa mendatang.
Semoga Laporan Praktikum ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................
BAB I........................................................................................................................................................
PENDAHULUAN....................................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................
BAB II.......................................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................................
A. TEORI UMUM............................................................................................................................
BAB III......................................................................................................................................................
METODE KERJA.....................................................................................................................................
B. PROSEDUR KERJA...................................................................................................................
BAB IV...................................................................................................................................................
A. HASIL........................................................................................................................................
B. PEMBAHASAN........................................................................................................................
BAB V.....................................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................................
A. KESIMPULAN..........................................................................................................................
B. SARAN......................................................................................................................................
DAFTAKA PUSTAKA..........................................................................................................................
LAMPIRAN............................................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamu merupakan obat tradisional asli Indonesia yang berasal dari
bahan tanaman maupun dari hewan disajikan secara tradisional dalam
bentuk seduhan, serbuk, cair, pil atau kapsul. Pemanfaatan jamu
berdasarkan data riset kesehatan dasar menunjukan peningkatan sebanyak
dari 35,7% ditahun 2007 menjadi 59,12% di tahun 2010. Saat ini
penggunaan obat bahan alam cenderung terus meningkat dari tahun ke
tahun. Kecenderungan kembali ke alam (back to nature) dijadikan sebagai
alternatif dalam pemilihan pengobatan. Faktor yang mendorong
masyarakat untuk mendayagunakan obat bahan alam antara lain mahalnya
harga obat modern/sintesis dan banyaknya efek samping (Dewoto, 2007).
Penggunaan obat dari bahan alam atau yang dikenal dengan “jamu” oleh
masyarakat Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak zaman dahulu,
terutama dalam upaya pencegahan penyakit, peningkatan daya tahan
tubuh, mengembalikan kebugaran tubuh setelah melahirkan atau bekerja
keras, bahkan untuk kecantikan wanita (Paryono, 2014).
Meningkatnya permintaan pasar akan jamu membuat adanya
produsen tidak bertanggung jawab yang menambahkan Bahan Kimia Obat
(BKO) pada produknya untuk meningkatkan penjualan. Pada tahun 2014
BPOM RI mengeluarkan public warning No. HM.03.05.1.43.11.13.4940
yang mencantumkan 59 jenis jamu.
Sedangkan tahun 2015 BPOM menemukan 25 merek atau jenis
obat tradisional ber BKO, yang ke 25 obat tersebut mengandung BKO
sildenafil dan turunannya. Padahal dalam peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No: 246/Menkes/Per/V/1990 Tentang Izin Usaha
Industri Obat Tradisional Dan Pendaftaran Obat Tradisional, bahwa obat
tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi
yang berkhasiat sebagai obat dan tidak mengandung bahan yang tergolong
obat keras atau narkotika. BKO merupakan senyawa kimia sintetis atau
berasal dari produk isolat senyawa kimia bahan alam yang umumnya
digunakan pada pengobatan modern. Adanya BKO dalam produk jamu
dapat membahayakan konsumen, seperti kontra indikasi jamu terhadap
penyakit tertentu yang diderita pasien. Masalah lain yang cukup serius dari
mengkonsumsi jamu mengandung BKO yaitu terjadinya perforasi
lambung dan gagal ginjal sebagai efek samping dari penambahan BKO
tersebut.
Jamu pegal linu banyak beredar di pasaran dan dapat diperoleh
secara bebas. Jamu yang beredar di masyarakat harus memenui syarat
keamanan dan mutu diantaranya tidak boleh mengandung bahan-bahan
kimia obat. Bahan kimia obat yang sering ditambahkan pada jamu pegal
linu adalah parasetamol. Parasetamol merupakan obat analgesik
nonnarkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin
terutama sistem syaraf pusat. Penggunaan parasetamol bila tidak sesuai
aturan dapat menyebabkan kerusakan hati. Jamu merupakan warisan
budaya bangsa Indonesia berupa ramuan bahan tumbuhan obat yang telah
digunakan secara turun temurun lebih dari tiga generasi yang terbukti
aman dan mempunyai manfaat bagi kesehatan. Pengaruh sosial budaya
dalam masyarakat memberikan peran penting dalam mencapai derajat
kesehatan. Kebiasaan minum jamu sering dilakukan masyarakat Indonesia
khususnya Jawa. Secara umum jamu relatif lebih aman dibandingkan
dengan obat bahan kimia bila cara pemilihan dan penggunaannya secara
baik dan benar. Obat bahan alam dan jamu dapat diperoleh secara bebas,
yang umumnya tidak disertai informasi ataupun peringatan yang cukup,
berbeda dengan obat konvensional yang diperoleh dengan resep dokter
atau disertai berbagai peringatan (Dewoto, 2007).
Bahan kimia obat (BKO) yang ditambahkan oleh pembuat jamu
untuk menambah khasiat jamu dan memberikan efek jamu yang lebih
instan dibandingkan jamu yang tidak mengandung bahan kimia obat, hal
ini dapat membahayakan kesehatan. Jamu seringkali digunakan dalam
jangka waktu lama dan dengan takaran dosis yang tidak dapat dipastikan.
Walaupun efek penyembuhannya segera terasa, tetapi akibat penggunaan
bahan kimia obat dengan dosis yang tidak pasti dapat menimbulkan efek
samping mulai dari mual, diare, pusing, sakit kepala, gangguan
penglihatan, nyeri dada sampai kerusakan organ tubuh yang serius seperti
kerusakan hati, gagal ginjal, jantung bahkan sampai menyebabkan
kematian (BPOM RI, 2011).
Permasalahan obat tradisional (OT) mengandung BKO bukan
hanya menjadi permasalahan di Indonesia melainkan juga di seluruh
dunia. Berdasarkan informasi melalui post marketing alert system
(PMAS), world health organization (WHO) dan US food and drug
adimistration (FDA) sebanyak 30 OT dan suplemen kesehatan (SK)
mengandung BKO serta bahan dilarang lainnya juga ditemukan di negara-
negara ASEAN, Australia, dan Amerika Serikat (BPOM, 2015). Badan
POM mengeluarkan peringatan publik pada tanggal 11 Desember 2016
terkait OT mengandung BKO yang dilarang untuk dikonsumsi
masyarakat. Sebanyak 39 OT mengandung BKO yang 28 di antaranya
merupakan OT tidak terdaftar di Badan POM dan 11 OT izin edarnya
dibatalkan. Temuan produk OT yang teridentifikasi mengandung BKO
pada tahun 2016 didominasi oleh jamu pegal linu (penghilang rasa sakit)
dan antirematik (BPOM, 2016).
Berdasarkan hasil pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan
BPOM, BKO yang terdapat pada jamu pegal linu antara lain fenilbutazon,
parasetamol, deksametason, natrium diklofenak, dan piroksikam (BPOM,
2016). Jamu pegal linu merupakan jamu yang banyak dikonsumsi oleh
para pekerja berat. Jamu pegal linu dikonsumsi untuk mengurangi rasa
nyeri, menghilangkan pegal linu, capek, nyeri otot dan tulang,
memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh, dan
menghilangkan sakit seluruh badan. Berdasarkan beberapa kasus tentang
BKO dalam jamu pegal linu yang berhasil diungkapkan BPOM, BKO
yang paling sering ditemukan adalah parasetamol (Handoyo, 2014).
Parasetamol merupakan obat analgesik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di sistem syaraf pusat (SSP).
Analgesik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum (Darsono, 2002).
Analisis parasetamol pada jamu pegal linu sebelumnya telah dilakukan di
Pontianak pada tahun 2012 dengan hasil 3 (tiga) dari 14 (empat belas)
sampel jamu pegal linu positif mengandung parasetamol.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Jarak titik sampel dengan tepi bawah 1 cm dan dijaga agar fasa
gerak tidak berinteraksi langsung dengan sampel. Apabila jarak tepi bawah
terlalu kecil atau jumlah fasa gerak cukup banyak maka sampel akan
bersentuhan dengan fasa gerak dan ada sebagian molekul sampel akan
terlarut dalam fasa gerak. Hal ini menyebabkan hasil elusi pada
kromatografi lapis tipis tidak valid.
B. Uraian Bahan
1. Metanol (FI Edisi III 1979)
Nama Resmi : Metanol
Nama Lain : Metanol Absolute
RM/BM : CH₃OH
Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan
jernih tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pengendap protein.
2. Kloroform (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Chloroform
Nama Lain: Kloroform
RM/BM : CHCl₃ / 119,38
Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas,
rasa manis, dan membakar.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah
larut dalam etanol, mutlak P, dalam eter P, dalam
Sebagian besar pelarut organic, dalam minyak atsiri
dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Paracetamol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Acetaminophenum
Nama Lain: Asetaminofen, paracetamol
RM/BM : C₈H₉NO₂ / 151,16
Rumus Struktur :
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih,tidak berbau, rasa
pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%)P, dalam B bagian aseton P dalam 40 bagian
gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut
dalam larutan alkali hidroksida.
Kegunaan : Analgetikum, antipiretikum
4. Aluminium Foil (Dirjen POM, 1979:639)
Nama Resmi : Aluminii
Nama Lain: Aluminium, Aluminiumfoil
Rumus Molekul : Al
Pemerian : Warna keperakan, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Tidak larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai reaktan dalam reaksi kombinasi.
5. Komposisi Sampel Jamu Pegal Linu
Phyllanthi Herba 2,0 g
Mori Austraidis Herba 1,0 g
Orthosiphonis Herba 1,0 g
Parkiae Semen 1,0 g
6. FeCl₃ (Dirjen POM, Edisi III 1979:659)
Nama Resmi : Ferii Chloridum
Nama Lain : Besi (III) Klorida
RM/BM : FeCl₃ / 162,2
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas
warna jingga dari garam nitrat yang telah
kelembaban.
Kegunaan : Pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
BAB III
METODE KERJA
HASIL PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel hasil pengamatan identifikasi Bahan Kimia Obat (BKO) dalam
Jamu Pegal Linu
B. Gambar Kromatogram
C. Perhitungan Nilai Rf
1) Nilai Rf baku pembanding (paracetamol)
Rf = Jarak yang ditempuh noda dari titik awal
Jarak yang ditempuh eluen dari titik awal
= 1,7
5
= 0,34 cm
2) Nilai Rf sampel jamu
Rf = Jarak yang ditempuh noda dari titik awal
Jarak yang ditempuh eluen dari titik awal
= 1,3
5
= 0,26 cm
3) Nilai Rf sampel + baku pembanding
Rf = Jarak yang ditempuh noda dari titik awal
Jarak yang ditempuh eluen dari titik awal
= 1,5
5
= 0,3 cm
D. Pembahasan
A. Kesimpulan
Metode KLT yang digunakan pada praktikum ini memberikan hasil
sampel jamu pegal linu negative mengandung BKO (paracetamol),
walau memiliki nilai Rf yang sama yaitu 0,38 tetapi warna nodanya
berbeda , dimana noda sampel jamu pegal linu berwarna hitam
sedangkan noda sampel baku pembanding (paracetamol) berwarna
ungu sehingga hasilnya negative mengandung paracetamol (BKO).
Hasil pengamatan organoleptis terdapat nomor registrasi dan BPOM.
Bila pada obat tradisional terdapat BKO. Maka, penggunaan yang
terus menerus atau berlebihan akan menimbulkan resiko yang
membahayakan Kesehatan tubuh.
B. Saran
Sebaiknya pada praktikum kali ini praktikan lebih berhati-hati
dalam melakukan percobaan agar menghindari hal yang tidak
diinginkan. Serta menjaga kebersihan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2016). Laporan Tahunan
2016 Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta: Badan POM
RI.