Anda di halaman 1dari 12

Herpes Zoster pada Empat Pasien dengan Seropositif HIV dan Satu Pasien dengan

Karsinoma Rekuren Setelah Radioterapi

Abstrak
Herpes zoster adalah virus neurotropik ultramikroskopik yang tersebar di mana-mana dan
dapat menyebabkan erupsi vesikular pruritik akut berkelompok dan ruam. Vesikel ini dapat
pecah secara spontan mengakibatkan pembentukan pustula dan krusta yang gatal pada kulit
yang terkena sepanjang perjalanan dermatom yang mengakibatkan krusta. Krusta itu akan
hilang dan kemudian meninggalkan sikatrik dan pigmentasi. Temuan klinis yang khas adalah
vesikel atau ulkus yang muncul akibat lesi herpes zoster yang tidak pernah melewati garis
tengah tubuh. Terdapat dua kasus herpes zoster yang dilaporkan pada pasien HIV seropositif
yang mengakibatkan krusta luas dan edema periorbital, nyeri wajah unilateral (sisi kiri)
dengan kualitas nyeri seperti rasa terbakar pada pasien wanita berusia 25 tahun dan eksfoliasi
gigi secara spontan pasien lain yang berusia 35 tahun. Dua kasus yang diobati dengan terapi
obat yang terdiri dari asiklovir, gabapentin, amitriptilin tersebut akan dibahas di sini.

Kategori: Kedokteran Gigi, Pengobatan Oral/oral medicine


Kata Kunci: vesikel, hiv, herpes zoster, gabapentin, asiklovir

PENDAHULUAN
Virus adalah mikroorganisme ultramikroskopik yang tersebar di mana-mana yang
menyebabkan berbagai infeksi pada manusia [1]. Salah satu virus yang sering menyebabkan
infeksi pada manusia adalah keluarga virus herpes [1]. Herpes adalah virus neurotropik yang
tetap laten di ganglion trigeminal dan kemudian mengaktivasi dirinya saat terdapat kondisi
yang menguntungkan, seperti penyakit imunosupresi yang mendasari misalnya orang-orang
dengan HIV, diabetes yang tidak terkontrol, pengunaan kortikosteroid jangka panjang setelah
transplantasi organ, iklim ekstrem (panas atau dingin), perubahan hormonal akibat stres yang
mendasari ketidakteraturan menstruasi, dan infeksi primer oleh varicella yang mengakibatkan
cacar air selama masa kecil mereka [1]. Dengan ini kami melaporkan serangkaian kasus
langka infeksi herpes zoster yang dipicu oleh infeksi HIV pada empat pasien HIV seropositif
dan pada satu pasien dengan karsinoma rekuren setelah radioterapi.

LAPORAN KASUS

Kasus 1
Seorang pasien wanita berusia 35 tahun datang ke klinik rawat jalan gigi kami dengan
keluhan utama penampilan yang tidak estetis karena adanya pembengkakan dan sekret di sisi
kiri wajahnya yang meliputi dahi kiri, mata kiri, ala nasi hidung kiri, dan filtrum kiri bibir
atas. Saat menggali anamnesis, pasien mengatakan bahwa dirinya merasa sakit kepala 2 hari
sebelumya sehingga pasien mengoleskan balsem nyeri Zandu (Grup Emami, Mumbai, India).
Setelah itu pasien mengalami sensasi terbakar yang berat bersamaan dengan rasa nyeri di sisi
kiri wajahnya. Pasien tidak mengeluhkan adanya gejala prodromal. Pada pemeriksaan klinis
ekstraoral, tampak wajah asimetri karena adanya pembengkakan yang melibatkan pipi kiri
dan daerah sekitar kelopak mata kiri. Vesikel multiple dengan pus pada sisi kiri wajah yang
melibatkan daerah dahi kiri, mata, hidung, dan sisi kiri daerah bibir atas, yang tidak melewati
garis tengah wajah. Mata kiri benar-benar tertutup dengan inflamasi parah (kongesti
periorbital). Keluar nanah dari sisi kiri ala nasi bersama dengan ruam vesikular.
Lentingan/vesikel berisi pus intraoral dengan keluarnya pus di mukosa labia bagian atas.
Lentingan dengan pus secara unilateral melibatkan daerah periorbital, ala dan tip/ujung
hidung, dan bibir atas. Tidak tampak adanya ruam pada bibir bawah atau daerah mandibula.
Berdasarkan anamnesis dan tampilan klinis itu, pasien didiagnosis dengan infeksi herpes
zoster yang melibatkan nervus trigeminal cabang V1 (herpes oftalmikus) dan V2 (maxilla)
dpada sisi kiri wajah. Pasien dikirim ke layanan kesehatan primer pusat, Rumah Sakit
Memorial Mahatma Gandhi/Mahatma Gandhi Memorial Hospital, Trichy untuk tes HIV-
PCR. Oleh karena pasien berusia 35 tahun dengan infeksi herpes zoster dan tetap tampak
sehat,, anamnesis yang diperoleh dari pasien menunjukkan bahwa pasien tidak dalam
keadaan imunokompromais, seperti diabetes yang tidak terkontrol, melainkan berupa HIV
positif. Jumlah CD4 darahnya mencapai150 sel/mm3. Dengan demikian secara kebetulan
kami mengira kasus ini adalah infeksi herpes zoster akibat infeksi HIV. Secara bersamaan,
tes COVID-19 juga dilakukan dan hasilnya negatif. Pemeriksaan histopatologi pada cairan
vesikel segar menunjukkan adanya sel Tzanck di bawah mikroskop (Gambar 1).

Gambar 1. Seorang pasien wanita berusia 35 tahun melaporkan keluhan utama penampilan yang
tidak estetis. A) Pasien melaporkan keluhan bengkak dan keluar cairan/sekret di sisi kiri wajahnya;
B).pemeriksaan ekstraoral menunjukkan distribusi krusta hanya di sisi kiri wajah dan tidak melewati
garis tengah; C). Foto klinis follow-up/tindak lanjut ekstraoral 1 bulan setelah terapi antiretroviral; D)
pada pemeriksaan histopatologis ditemukan sel Tzanck.

Kasus 2
Pada minggu yang sama, seorang pasien laki-laki berusia 25 tahun datang ke poliklinik gigi
dengan keluhan nyeri pada mulutnya selama 2 hari terakhir. Saat dianamnesis, pasien
mengungkapkan bahwa ulkus muncul setelah ia mengonsumsi makanan panas 2 hari yang
lalu. Pasien bukan penderita diabetes. Pada pemeriksaan ekstraoral, area krustasi terlihat
hanya pada kulit region pipi kanannya (Gambar 2A). Pada pemeriksaan klinis intraoral,
terdapat ulkus multipel yang hanya terdapat di sisi kanan daerah palatum durum, tidak
melewati garis tengah palatum durum (Gambar 2B). Ulkus diskret, multiple, bentuk ireguler,
dan pinggir ulkus eritematosa dan memiliki tepi miring. Terdapat eksfoliasi spontan gigi
molar kedua bawah kanannya (47) 3 hari yang lalu (Gambar 2C). Potongan sagital dari CT
menunjukkan gigi mengambang dalam kavum oral (Gambar 2D). Pemeriksaan histopatologi
pada apusan perifer dari cairan vesikel menunjukkan adanya sel Tzanck, yakni sel raksasa
berinti banyak (Gambar 2E).

Gambar 2. Seorang pasien berusia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri di mulutnya. A)
Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan area krusta di sisi kanan wajah; B) pemeriksaan intraoral
menunjukkan kumpulan ulkus di sisi kanan bagian lateral palatum durum yang tidak melewati garis
tengah; C) eksfoliasi spontan gigi geraham kedua kanan bawah (47); D) CT scan potongan sagital
menunjukkan gambaran gigi yang mengambang; E) fotomikrograf histopatologi menunjukkan adanya
sel Tzanck.

Berdasarkan temuan klinis di atas, diagnosis sementara yang dibuat adalah infeksi herpes
yang melibatkan cabang V2 dari nervus trigeminal. Fotomikrograf histopatologi
menunjukkan sel Tzanck pada pemeriksaan apusan perifer (Gambar 2E). Kami menduga
pasien ini dengan HIV positif yang dirujuk secara sukarela ke layanan kesehatan. Saat
dirujuk, pasien sendiri mengatakan bahwa ia sendiri memang sudah dalam pengobatan terapi
antiretrovirus.

Kasus 3
Seorang wanita berusia 72 tahun melaporkan keluhan utama berupa bengkak dan nyeri di
mulutnya. Anamnesis mengungkap bahwa pasien adalah pengunyah pinang selama 10 tahun
dan telah ditatalaksana dengan radioterapi menggunakan dosis fraksinasi sekitar 2 Gy per
minggu selama 7 minggu untuk karsinoma di daerah vestibulum labial maksila akibat fibrosis
submukosa. Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan adanya asimetri fasial akibat
pembengkakan pada sisi kanan wajahnya yang berdiameter sekitar 5,5 × 4,5 cm.
Pembengkakan meluas 0,5 cm ke medial dari sisi kanan ala nasi; 2,5 cm ke posterior di depan
tragus telinga kanan; memanjang 1,5 cm ke superior dari kelopak mata kanan bawah; 0,5 cm
ke inferior di atas ala-tragal plane kanan. Tampak obliterasi lipatan nasolabial kanan pasien
(Gambar 3A). Pemeriksaan ekstraoral juga memperlihatkan vesikel multiple yang hanya
muncul di sisi kanan leher (Gambar 3B). Pemeriksaan intraoral menunjukkan ulkus yang
menyembuh di dekat vestibulum labia maksila region 11, 12, dan 21 (Gambar 3C), tampak
region 13-17, 22-27 menghilang. Mukosa labial maksila tampak pucat. Kadar HbA1c pasien
mencapai 8,1 mmol/l. Hal ini menunjukkan kontrol glikemik yang buruk. Berkaitan dengan
temuan klinis di atas, hasil laboratorium, diagnosis akhir ditegakkan berupa herpes zoster
yang melibatkan dermatom C1, C2, dan karsinoma rekuren yang melibatkan vestibulum
labial maksila yang berhubungan dengan infeksi space.

Gambar 3. Seorang wanita 72 tahun melaporkan keluhan utama berupa bengkak dan nyeri pada
mulutnya. A) pemeriksaan ekstraoral menunjukkan pembengkakan di sisi kanan wajah; B) kumpulan
vesikel di bawah tragus telinga kanan di sisi kanan leher saja; C) pemeriksaan intraoral menunjukkan
ulkus yang belum sembuh (non-healing) yang melibatkan vestibulum labial maksila.

Kasus 4
Seorang laki-laki berusia 67 tahun melaporkan keluhan utama berupa nyeri hebat di sisi
kanan wajahnya. Riwayat medis pasien mengungkapkan bahwa pasien positif untuk HIV.
Jumlah sel CD4 pasien mencapai 164 sel/mm3. Pasien juga baru-baru ini didiagnosis dengan
diabetes. Kadar glukosa darahnya 490 mg/dl dan kadar HbA1c 10,9 mmol/l. Hal ini
menunjukkan diabetes yang tidak terkontrol dengan baik. Pada pemeriksaan ekstraoral, area
krusta dengan lepuhan kulit hanya terlihat di sisi kanan wajah dan krusta darah hanya terlihat
di vermilion kanan batas bibir atas, tidak melewati garis tengah (Gambar 4A, 4B).
Pemeriksaan intraoral menunjukkan ulkus pada sisi kanan palatum durum tidak melewati
garis tengah (Gambar 4C).

Gambar 4. Seorang pria berusia 67 tahun melaporkan keluhan utama berupa nyeri hebat di sisi kanan
wajahnya. A) pemeriksaan ekstraoral menunjukkan luka bakar pada kulit di sisi kanan wajahnya; B)
krusta hemoragis yang melibatkan batas vermilion bibir atasnya tidak melewati garis tengah; C)
pemeriksaan intraoral menunjukkan ulkus di sisi kanan palatum durum yang tidak melewati garis
tengah.

Kasus 5
Seorang laki-laki berusia 53 tahun melaporkan keluhan utama nyeri di sisi kanan wajahnya.
Pasien positif untuk HIV. Pada pemeriksaan ekstraoral, tampak vesikel seperti tetesan embun
(dew-like vesicle) pada kulit di sisi kanan pipinya. dan dekat lipatan nasolabial kanan
(Gambar 5A, 5B), dan krusta yang menyembuh di bagian kanan di perbatasan vermilion
bibir atas (Gambar 5A, 5B). Pemeriksaan intraoral menunjukkan area sikatrik berpigmen
keabu-abuan yang telah sembuh pada setengah kanan lateral daerah palatum durum, tidak
melewati garis tengah (Gambar 5C). Sisa akar tampak di 13-16. Berdasarkan temuan di atas,
didiagnosis sebagai neuralgia pascaherpes akibat HIV.

Gambar 5. Seorang laki-laki berusia 53 tahun melaporkan keluhan utamaberupa nyeri pada sisi
kanan wajah. A) vesikel multipel di sisi kanan wajah; B) adanya vesikel seperti tetesan embun (dew-
like vesicle di kulit sisi kanan wajah di bawah kelopak mata kanan bawah; C) pemeriksaan intraoral
menunjukkan daerah krusta diskret yang hanya pada batas vermilion kanan bibir atas dan area
pigmentasi diskret yang disebabkan oleh penyembuhan ulkus yang terjadi hanya di sisi kanan palatum
durum dan tidak melewati garis tengah.

Asiklovir 400 mg delapan kali sehari selama 1 minggu diresepkan untuk kasus 1 dan 2
bersama dengan prednisolon. Dosis inisial prednisolon 60 mg per hari diberikan pada minggu
pertama, diikuti dengan 40 mg per hari selama minggu kedua, 20 mg per hari selama minggu
ketiga, dan 10 mg selama minggu keempat bersama suplemen multivitamin. Pasien
perempuan dievaluasi setelah 1 minggu. Tidak tampak pembentukan vesikel baru serta
pembengkakan mereda dengan pembentukan krusta. Tidak ada keluhan penglihatan ataupun
gangguan pendengaran dan tidak ada keluhan sulit makan. Pasien merasakan sensasi terbakar
ringan di bagian kiri wajah dan leher. Setelah 2 minggu, pasien tersebut datang untuk
pemeriksaan kedua dengan keluhan gatal parah di sisi kiri daerah kepala. Gabapentin 400 mg
pun diresepkan tiga kali sehari selama 1 minggu dan kami juga merujuknya ke dokters
spesialis saraf untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pasien laki-laki tidak melapor untuk
follow-up. Semua pasien berada di bawah terapi antiretrovirus yaitu asiklovir. Hasil RT-PCR
COVID-19 untuk kedua pasien dinyatakan negatif. Kasus ketiga diresepkan asiklovir 800 mg
lima kali sehari selama 2 minggu, sitagliptin 50 mg, dan metformin 500 mg dosis sekali
sehari mengingat kontrol glikemiknya yang buruk. Pasien diberikan tablet venlafaxine 150
mg sekali sehari pada malam hari selama 1 minggu untuk pencegahan neuralgia pascaherpes
dan juga dirujuk ke ahli onkologi untuk pengelolaan karsinoma berulang dari vestibulum
labial maksila.

PEMBAHASAN
Herpes zoster adalah infeksi virus yang disebabkan oleh aktifnya kembali virus laten varicella
zoster yang dorman di ganglion trigeminal. Herpes juga dikenal sebagai herpes zoster. Istilah
"herpes" secara harfiah berarti "merayap atau merangkak ”, yang menggambarkan lesi yang
menyebar. Herpes adalah virus neurotropik yang dapat menyebabkan degenerasi aksonal
yang mengakibatkan transmisi virus laten dan menyebabkan kerusakan sensorineural yang
akhirnya menyebabkan hilangnya sensasi pada dermatom yang terkena. Etiopatogenesis
herpes zoster infeksi akan dijelaskan pada Gambar 6.

Gambar 6. Etiopatogenesis herpes zoster


Gambar 7. Transmisi genomik herpes zoster

Faktor pemicu atau pencetus herpes zoster meliputi individu dengan kondisi
imunokompromais, seperti pasien dengan diabetes yang berat atau tidak terkontrol, pasien
dengan keganasan yang mengalami koagulopati, pasien yang menjalani kemoterapi jangka
panjang atau terapi radiasi untuk kanker, pasien dengan imunosupresan setelah transplantasi
organ, variasi iklim ekstrem seperti bepergian pada saat iklim yang terlalu panas atau terlalu
dingin, dan wanita yang mengalami periode menstruasi dengan perubahan suasana hati atau
depresi akut. Herpes zoster ditandai dengan periode prodromal dengan rasa nyeri seperti
terbakar selama 2-3 hari, diikuti dengan erupsi vesikuler sepanjang distribusi dermatom dari
ganglion trigeminal yang terinfeksi. Dermatom yang paling sering terkena mencakup T1
sampai L2 (toraks, diikuti kranial (terutama trigeminal), lumbal, servikal, dan sakral
(dermatom yang paling sedikit terkena)). Rasa nyeri biasanya bisa berat dan disertai sensasi
terbakar yang dapat mengganggu tidur. Mulanya infeksi akan menyebabkan ruam diikuti
dengan munculnya vesikel dalam 1 atau 2 hari. Pustula kemudian muncul dalam waktu
seminggu setelah ruam yang selanjutnya menghasilkan ulserasi dan krusta yang mengering.
Vesikel pecah dengan cepat dan menyebar ke daerah yang berdekatan di sepanjang dermatom
tetapi tidak pernah melewati garis tengah sehingga terjadi ruam dermatomal unilateral.
Biasanya, rasa nyeri dimulai di sepanjang perjalanan persarafan. Awalnya diikuti oleh
beberapa lentingan vesikular berkelompok, yang kemudian pecah membentuk krusta.
Komplikasi gigi dari infeksi herpes zoster meliputi odontalgia karena vaskulitis lokal yang
mengakibatkan infark nervus trigeminal dan pembuluh darah serta nekrosis avaskular yang
mengakibatkan inflamasi pulpa yang ireversibel diikuti oleh nekrosis pulpa, resorpsi internal,
eksfoliasi gigi, neuralgia pascaherpes, dan nyeri wajah yang sulit diatasi yang dapat menetap
selama sekitar 3 bulan setelah infeksi [1-3]. Lesi biasanya terdapat pada wajah dan badan.
Pasien yang terinfeksi HIV 20 kali lebih mungkin mengalami herpes zoster dengan temuan
klinis HIV yang seringkali belum muncul pada saat infeksi herpes zoster. Herpes zoster
diseminata biasanya didefinisikan sebagai erupsi generalisata dengan lebigh dari 20 vesikel
ekstradermatom yang terjadi dalam seminggu setelah onset herpes zoster dermatom klasik
[4,5].
Riwayat faktor risiko HIV dan tes HIV bila perlu harus dipertimbangkan, terutama
pada pasien dengan herpes zoster yang berusia kurang dari 55 tahun. Di sini, kami membahas
kasus herpes zoster yang melibatkan cabang oftalmikus dan maksila dari nervus trigeminal di
sisi kiri pada pasien wanita berusia 35 tahun (kasus 1) dan divisi maksila nervus trigeminal
pada pasien laki-laki berusia 25 tahun (kasus 2) yang sedang dalam terapi antiretroviral.
Pasien wanita (kasus 1) mengalami ruam vesikular unilateral dengan pus yang melibatkan
daerah dahi kiri, mata kiri, hidung kiri, dan daerah bibir atas kiri. Tampak pula kongesti
periorbital. Oleh karena ala dan tip hidung terlibat, tanda Hutchinson dianggap positif dalam
kasus kami dan hal ini menunjukkan keterlibatan cabang nasociliary dari nervus oftalmikus.
Tidak ada keluhan kabur maupun kebutaan dalam penglihatannya, Pasien mengalami
gangguan pendengaran konduktif ringan. Vesikel terbatas pada daerah bibir atas. Pasien tidak
memiliki gejala prodromal seperti demam, tetapi pasien mengeluhkan sensasi terbakar yang
parah terbatas pada sisi kiri wajah. Kami mendiagnosa kasus ini sebagai infeksi herpes zoster
sisi kiri wajah yang melibatkan sepanjang nervus trigeminal (V1 dan V2). Seringkali herpes
zoster terjadi pada pasien dalam keadaan imunodefisiensi. Mengingat pasien masih muda dan
bugar tanpa penyakit sistemik lainnya, kami merujuknya untuk diperiksakan tes COVID-19
dan HIV-RNA-PCR-nyaa. Hasilnya, pasien positif untuk HIV dan negatif untuk COVID-19.
Kami meresepkan asiklovir 800 mg lima kali sehari selama 1 minggu bersama dengan
gabapentin (tablet gabafine 300 mg) tiga kali sehari. Tab antidepresan trisiklik. amitriptyline
75 mg diresepkan sekali sehari dan dikonsumsi pada malam hari selama 7 hari. Area
vesikular yang pecah dengan krusta di sisi kiri wajah pada pasien wanita pun tampak nyata
berkurang. Inflamasi periorbital yang melibatkan mata kiri berkurang secara drastis dan rasa
nyeri terbakar di wajahnya berkurang. Pasien laki-laki (asus 2) tidak muncul untuk diperiksa.
Berbagai studi kasus herpes zoster pada pasien HIV sebelumnya telah disebutkan dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Studi pada kasus herpes zoster
Penulis Jumlah Tahun Usia/Jenis Keluhan Utama Manifestasi oral
kasus yang Kelamin
dilaporkan
Cloarec et 1 2014 50 tahun/PR Ruam kulit pada wajah dan sekret Gingivitis ulseronekrotik pada
al [5] purulen dari telinga. Pasien mandibula kanan berhubungan dengan
mengalami eksfoliasi gigi multiple tulang terekspos dan tidak ada
(lima) nonalgik dan spontan perdarahan saat saat kontak. Gigi 43
dan 44 dulu mobile dan akhirnya
terkelupas secara spontan beberapa hari
kemudian
Grillo et 1 2013 54 tahun/PR Odinofagia, pembengkakan faring, Erosi berbatas tegas pada 2/3 lateral
al. [6] lesi kulit yang nyeri di telinga kiri anterior kiri lidah dan palatum kiri
Borumand 1 2013 43 Luka yang tidak menyembuh Dehisensi luka dengan tulang alveolar
i et al. [6] tahun/LK setelah ekstraksi pada molar tiga nekrotik terbuka pada gigi yang
kanan atas dan bawah 6 bulan berdekatan, sedangkan gigi geraham
sebelumnya kedua kanan bawah masih vital dan
tidak mobile
Lutwak 1 2012 68 Ruam yang nyeri di punggung atas Herpes zoster sering terjadi pada pasien
dan Dill. tahun/LK kiri dan lengan kiri selama 3 hari dengan HIV
[8]
Shin et al. 1 2010 51 Herpes zoster diseminata yang Herpes zoster diseminata dapat menjadi
[9] tahun/LK biasanya didefinisikan sebagai manifestasi awal infeksi HIV
erupsi vesikel ekstradermatomal
yang lebih dari 20 buah dan terjadi
dalam minggu-minggu onset herpes
zoster dermatomal klasik
Rajasheke 1 2008 30 Lesi kulit multiple berisi cairan Keterlibatan dermatom yang sama
r et al [10] tahun/LK yang terasa nyeri selama 8 hari (T10) berulang pada sisi kontralateral
(duplex symmetricus)
Omoti dan 1 2007 32 tahun/PR Ruam vesikulopapular dengan
Omoti. krusta hiperpigmentasi pada daerah
[11] maksila wajah sisi kiri dengan
edema periokular, konjungtivitis,
dengan keratitis pungtata ringan
pada mata kiri
Meer et al. 1 2006 70 tahun/PR sensasi “peniti dan jarum” pada Gingivitis nekrotikans luas di kuadran
[12] wajah dan giginya di area kiri bawah dengan mobilitas gigi 18
mandibula kiri sampai 23 Tulang terekspos distal dari
premolar kedua kiri bawah dan pus
keluar margin gingival.
Mendeita 1 2005 63 tahun/PR Nyeri beberapa minggu pada Kemerahan pada mukosa alveolar dan
et al. [13] insisivus lateral kanan atas gingiva kuadran kanan bawah dengan
beberapa lesi erosif berbatas tegas dan
nyeri yang memengaruhi perlekatan
gingiva di sekitar gigi dan
melonggarnya gigi
Siwarnogs Total = 4 2002-Juni 30 tahun/PR Nyeri pada insisivus lateral kiri atas Pelonggaran gigi, perdarahan gingiva,
tham et al. dan kaninus selama 3 bulan kandidiasis pseudomembran pada
[14] mukosa bukal, dorsum lidah, dan ruang
sublingual. Terbukanya tulang alveolar
nekrotik.
1998- 31 Keluhan berupa ulserasi luas dan Gingivitis generalisata dengan
Februari tahun/LK sikatrik dengan hiperestesia pada pembentukan kalkulus moderat
Thai sisi kanan wajah yang telah terutama di sisi kanan bawah. Insisivus
dirasakan selama 1 bulan tengah kanan bawah telah tereksfoliasi
secara spontan, dengan soket yang tidak
sembuh tetapi tidak nyeri (Gambar 2B).
Tulang alveolar terekspos dengan
mobilitas gigi yang parah yang
melibatkan sepertiga apikal sisi labial
insisivus sentral kiri bawah dan sisi
lingual molar pertama kanan bawah.
1995-Juni 29 Nyeri pada lesi mukosa bukal Pemeriksaan intraoral menunjukkan
tahun/LK kanan kesehatan dan kebersihan mulut yang
Thailand buruk disertai dengan gingivitis
generalisata. Area gingiva pada
premolar kedua kanan mandibula merah
dan bengkak. Terdapat pelonggaran
premolar pertama dan molar kedua
kanan bawah yang berat. Premolar
kedua telah tereksfoliasi secara spontan
tanpa rasa nyeri dan meninggalkan luka
yang tidak sembuh dengan soket
alveolar nekrotik. Sisa akar gigi molar
pertama kanan bawah ditutupi oleh
gingiva yang mengalami inflamasi
(Gambar 3A). Daerah bukal dari gigi
premolar pertama kanan bawah sampai
gigi molar kedua terekspos dan telah
nekrotik.

1995-Mei 31 tahun/PR Keluhan berupa mobilitas ekstrem Kelonggaran parah pada gigi insisivus
pada gigi-geligi kiri bawah sentral, kaninus, kedua premolar, dan
molar pertama, kedua, dan ketiga kiri
bawah. Insisivus lateral dan premolar
pertama kiri bawah telah tereksfoliasi
secara spontan karena hilangnya soket
tulang secara total 2 hari sebelum
terbentuk dinding tulang yang nekrotik.
Lempeng labial dan lingual alveolar
mandibula dari kaninus ke dinding
mesial gigi molar ketiga bawah
terekspos dan nekrotik. Tidak ada
jaringan gingiva yang mengelilingi gigi
ini. Gigi kiri bawah seluruhnya
menunjukkan respon pulpa elektrometri
positif.
Gingivitis generalisata.
Glesby et al. menyatakan bahwa herpes zoster dapat terjadi pada orang dewasa terinfeksi HIV
dengan berapapun kadar CD4-nya [15]. Saguil et al. menyatakan bahwa asiklovir harus mulai
diinisiasi pemberiannya dalam 48-72 jam untuk mencegah neuralgia pascaherpes pada pasien
dengan infeksi herpes zoster [16]. Wassilew et al. dalam penelitian mereka menyarankan
penggunaan brivudine oral (125 mg) satu kali setiap hari selama 10 hari untuk penatalaksanaan
yang efektif terhadap neuralgia pascaherpes, yakni pada nyeri wajah yang sulit diatasi yang
terjadi selama perkembangan atau penyembuhan ruam pada pasien herpes zoster [17]. Riwayat
diabetes yang tersembunyi juga harus dapat diskrining pada pasien dengan infeksi virus herpes
zoster.

SIMPULAN
Setiap kali seorang pasien mengeluhkan nyeri wajah dan ulkus unilateral pada palatum durum
yang tidak melewati garis tengah tubuh, riwayat faktor risiko HIV dan tes HIV saat masuk harus
dipertimbangkan terutama pada pasien yang berusia kurang dari 55 tahun. Setiap kali pasien
melaporkan infeksi virus seperti herpes zoster, penting untuk segera melakukan investigasi
seperti tes HIV-RNA-PCR dan COVID-19. Kita juga harus menyadari bahwa herpes zoster
dapat terjadi pada individu yang immunocompromised akibat karsinoma rekuren. Kasus langka
dari herpes zoster sepanjang dermatom servikal (C1, C2), yang merupakan dermatom paling
jarang terkena, telah dsajikan. Literatur-literatur mengungkapkan bahwa ada kemungkinan
infeksi herpes pada pasien corona, HIV, dan keadaan immunocompromised lainnya disebabkan
oleh diabetes yang tidak terkontrol dan karsinoma. Kita, para dokter gigi dan mulut, harus
waspada terhadap tampilan klinis untuk menyingkirkan infeksi virus ini sehingga dapat
memberikan manajemen tatalaksana yang benar untuk pasien dan mencegah komplikasi lebih
lanjut yang mengancam jiwa. Dengan pemberian terapi antivirus segera setelah kecurigaan
mengarah ke infeksi herpes zoster, komplikasi berbahaya dari kebutaan mendadak dan neuralgia
pascaherpes juga dapat dicegah pada pasien-pasien tersebut.

Anda mungkin juga menyukai