Anda di halaman 1dari 19

PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

“ANALISIS PERENCANAAN KESEHATAN DI DUSUN X”

DOSEN PENGAMPU : Dr. SITI KHADIJAH NASUTION SKM., M.Kes.

KELOMPOK 17

1. NABILA TSABITA PUTRI KURNIA (211000003)

2. MAYLANI RAJA GUKGUK (211000005)

3. TRIAS MURNI LASE (211000010)

4. RINI NOVITA SARI BR NAIBAHO (211000066)

5. NAJWA PUTRI NABILA HARAHAP (211000081)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023
I. Analisis Situasi di Dusun X
Menurut konsep Blum (Inputs for health), dijelaskan bahwa masalah atau derajat
Kesehatan ditentukan oleh 4 faktor penentu utama yaitu:
1. Lingkungan dan sanitasi
Aspek lingkungan adalah faktor yang memiliki pengaruh yang paling besar terhadap
derajat kesehatan. Secara spesifik, aspek lingkungan yang berhubungan dengan
kesehatan dapat dikategorikan dalam aspek lingkungan fisik, biologis dan lingkungan
sosial:
❖ Lingkungan fisik Termasuk dalam kategori lingkungan fisik adalah suhu udara,
kelembaban, penyinaran matahari, kebisingan, dll. Semua aspek di atas
mempengaruhi terjadinya penyakit dan tingkat kesehatan masyarakat. Indikator yang
digunakan sangat bervariasi tergantung dari jenis data yang dipergunakan. Dimana
yang termasuk pada data dusun x tersebut adalah:
 Pencahayaan baik sebesar 37% rumah dan
 52% rumah lembab
❖ Lingkungann biologis Komponen yang termasuk dalam lingkungan biologis adalah
sanitasi, kuman penyakit, vector binatang ternak, dll. Ada berbagai jenis indikator
yang dapat digunakan dalam menganalisis lingkungan biologis seperti akses terhadap
air bersih, jumlah jamban, tempat pembuangan sampah, keberadaan vektor penyakit
berdasarkan data Dusun X didapat bahwa:
- Vektor penyakit

Nama Penyakit Jumlah Keluhan

Diare 20%

Scabies 28%

- Air bersih

Sumber Air Bersih Jumlah

Air PAM 13%

Sumur bor 22%

Sumur gali 63%

Sumur gali dengan jarak >10 meter dari septic tank 55%

- Fasilitas tempat buang air besar

Fasilitas jamban Jumlah

Rumah dengan jamban 83%

Jamban leher angsa 77%

- Pada lantai rumah terluas di dusun x merupakan semen sebanyak 77%.


- Polusi/sampah

❖ Lingkungan sosial ekonomi Informasi mengenai keadaan sosial ekonomi masyarakat


juga sangat bermanfaat dalam menganalisis faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap derajat kesehatan. Tingkat ekonomi masyarakat juga dapat menjadi indikator
dari kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Dari data
Dusun X didapatkan bahwa:
Dusun X (100 KK) Jumlah

Suku Melayu 69 %

Suku Jawa 21 %

Penduduk dusun x ada sebanyak 100 KK dengan jumlah jiwa sekitar 500 jiwa. Dimana
ada Sebagian besar (69%) suku Melayu dan 21% suku Jawa. Sebanyak 37% kepala
keluarga mempunyai tingkat pendidikan SD, 33% tamat SMP dan 5% tamat SD. Jenis
pekerjaan kepala keluarga terbesar adalah wiraswasta (64%) dan 11% petani.

2. Perilaku
Perilaku kesehatan yang mempengaruhi derajat kesehatan juga sangat diperlukan
dalam analisis penyebab masalah. Yang dimaksud dengan analisis perilaku kesehatan
adalah konsep sehat-sakit dan juga kepercayaan tentang kesehatan yang ada di
masyarakat, dimana pada Dusun X didapatkan bahwa:
Jenis Polusi/Sampah Jumlah

Bahan bakar minyak tanah 69%

Bahan bakar kayu 26%

Lubang sampah 85%

Sampah dibakar 90%

Anggota perokok 73%

3. Pelayanan Kesehatan
Analisis terhadap pelayanan kesehatan merupakan analisis untuk melihat adanya
kesenjangan upaya kesehatan yang sedang berjalan. Kesenjangan tersebut dapat
terjadi pada input, proses dan output. Analisis ini umumnya meliputi aspek
ketenagaan, pembiayaan dan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan. Input
dalam upaya kesehatan adalah tenaga, dana, sarana, kebijaksanaan, teknologi dan
lain-lain Analisis proses mencakup kegiatan untuk mencapai kapsitas cakupan
pelayanan kesehatan Analisis output mencakup sejauh mana tingkat pencapaian
program dan hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan suatu program apakah sesuai
dengan target atau tidak.
Program yang dilaksanakan oleh Dusun X yaitu:
● Pemberian kolostrum pada bayi sebanyak 48,93%
● Pemberian makanan tambahan dibawah usia 4 bulan sebanyak 74,48%.
● Pemberian imunisasi pada balita, sebanyak 89% balita mendapatkan imunisasi, dan yang
lengkap hanya 28%.
● Sebanyak 83% ikut program KB, dan sebanyak 51% jenis KB suntik, pil KB 38%,
sterilisasi 7,6% dan kondom 2,5%.
Dan untuk analisis situasi program dan pelayanan kesehatan bertujuan dalam menemukan
kelemahan-kelemahan yang mungkin ada dalam sistem pelayanan dan program kesehatan
sehingga dapat diperbaiki untuk tahun yang akan datang.
- Output dan proses

Nama Program Satuan Output

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Jumlah penduduk di dusun X

Jumlah tokoh masyarakat dan tokoh agama

Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) Jumlah sarana pembuangan air limbah

Jumlah sarana air minum yang diawasi/diperiksa


kualitasnya

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Jumlah wanita hamil di periksa

Jumlah balita yang di imunisasi

Frekuensi imunisasi yang telah dilakukan

Pemberantasan Penyakit Menular Jumlah kasus yang di temukan

● Adapun satuan proses yang meliputi kegiatan dalam rangka mencapai kapasistas cakupan
pelayanan Kesehatan.
- Input

Analisis Situasi Satuan Input

SDM - Pelatihan MTBS dan autopsi verbal

- Membangun kemitraan seperti mengadakan senam bersama secara


rutin.

- Mengadakan penyuluhan

Sarana - Pelaksanaan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)

- Pengawasan tempat-tempat pengelolaan pangan (TPP)

- Penyediaan sarana air minum

Pembiayaan Berasal dari pusat dan dana BOK untuk operasional pelaksanaan
program. Pendanaan yang bersumber dari pemerintah berbeda-beda
pada tiap tingkat administrasi, tingkat pusat bersumber dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN), tingkat propinsi bersumber dari
APBN (dekon) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
propinsi, tingkat kabupaten/kota bersumber dari APBN (tugas
perbantuan) dan APBD kabupaten/kota berupa DAU (Dana Alokasi
Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus).

4. Genetik (dalam praktek sering diganti dengan faktor kependudukan)


Data faktor keturunan/hereditas yang mempengaruhi status kesehatan biasanya sulit
didapat. Oleh karena itu analisis faktor kependudukan, status kesehatan / masalah
kesehatan lingkungan perilaku yankes population heredity dilakukan dengan analsis
demografi. Data demografis penting untuk menentukan besaran masalah dan juga
besaran target program. Pada data dusun X untuk geneti belum ditemukan.

Disimpulkan bawa faktor lingkungan memengaruhi derajat kesehatan sebesar 45


persen, faktor perilaku 30 persen, faktor pelayanan kesehatan 20 persen, dan faktor
keturunan/genetik hanya berpengaruh 5 persen terhadap derajat kesehatan. Sejalan
dengan teori Blum, WHO (2009) melaporkan bahwa air bersih, sanitasi, dan higiene yang
buruk masuk dalam the leading global risks for burden of disease. Di negara-negara
dengan tingkat pendapatan rendah (low-income countries) air bersih, sanitasi, dan higiene
merupakan faktor risiko penyebab penyakit keempat dengan jumlah korban yang
meninggal sebanyak 1,6 juta jiwa (6,1 persen). Permasalahan air bersih, sanitasi, dan
higiene yang buruk meningkatkan kejadian penyakit diare. Sebagian besar kematian diare
di dunia (88 persen) disebabkan oleh air, sanitasi, atau higiene. Sehingga penyakit ISPA,
reumatik, diare, TB, dan scabies merupakan penyakit yang benar merlukan perhatian
pada daerah dusun x tersebut supaya morbiditas dan mortalitas daerah tersebut menurun
hingga mencapai kesejahteraan.

II. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dijelaskan diatas baik analisis situasi kependudukan,
analisis situasi masalah kesehatan, analisis perilaku kesehatan, analisis situasi lingkungan
kesehatan, serta analisis situasi program dan pelayanan kesehatan, disimpulkan bahwa kelima
situasi tersebut memiliki masalah yang perlu di perbaiki. Terdapat 57 keluarga menyatakan ada
keluhan sakit dalam 1 bulan terakhir, yaitu:

a) ISPA 42%
b) Reumatik 8%
c) Diare 20%
d) Tuberculosis paru 2%
e) scabies 28%
Pada identifikasi masalah saat ini dilakukan untuk menyatakan secara spesifik dan kuantitatif
besaran gangguan kesehatan yang dialami oleh penduduk Dusun X, sehingga dapat dilihat
berdasarkan indikator kesehatan.

a. Indikator negatif, secara umum terbagi atas 2 kelompok yaitu


❖ Indikator gangguan kesehatan
a) Morbiditas, biasanya dinyatakan dalam angka prevalensi atau insidensi yang
umum atau spesifik. WHO (1959) menetapkan 3 ukuran mobiditas yaitu jumlah
orang yang sakit, periode atau lama sakit yang dialami dan durasi penyakit (waktu
= jam, hari, minggu, bulan).
1. Incidence rate, insidensi merupakan jumlah kasus baru penyakit yang
ditemukan pada populasi individu yang berisiko selama interval waktu
tertentu.
Jumlah kasus baru pada suatu period waktu
IR =
Jumlah populasi yang beresiko ( population at risk )
2. Prevalence Rate, Adalah jumlah seluruh kejadian penyakit atau jumlah kasus
(penderita lama & baru) pada suatu populasi pada periode waktu tertentu dan
prevalensi merupakan ukuran probabilitas.

Dapat diukur dengan:


Jumlah penderita lama dan penderita bau pada periode waktu tertentu
PR= ∗K
Jumlah populasi at ris pada periode waktu yang bersangkutan
Dimana prevalens dari Dususn X yaitu:
ISPA 42%
Reumatik 8%
Diare 20%
Tuberculosis paru 2%
scabies 28%

b) Mortalitas, jumlah kematian yang terjadi pada populasi tertentu. Pada data
tersebut tidak dinyatakan berapa jumlah kematian di dusun x, sehingga hanya
jumlah kesakitan yang perlu dicari. Hanya saja tingkat kematian dapat diukur
dengan cara berikut:
1. Cruth death rate, adalah banyaknya kematian pada suatu tahun tertentu dibagi
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, biasa dinyatakan untuk 1000 orang.
CDR disebut kasar karena tidak memperhitungkan tentang usia, jenis kelamin,
atau variabel lain
Cdr= d/p.k
D=jlh kematian kasar
P=jlh pddk pada pertengahan tahun tertentu (dgn jlh penduduk BLN 6+7/2)
K=bilangan konstan =1000
Berguna untuk memberikan suatu gambaran dalam suatu penduduk di tahun yang
bersangkutan.
Contoh interpretasi nya: terdapat angka kematian yang terdapat dalam penduduk
tanpa sebab tertentu 35 mil untuk setiap 1000 penduduk dalam tahun 2021.
2. Age Specific Death Rate (Angka kematian menurut spesifik Umur), Angka
kematian pada kelompok umur tertentu. Dapat dihitung dengan formula:
ASDR= D/P.k
Misal ada 64 kematian spesifik pada balita
Interpretasi: ada 64 angka kematian pada kelompok balita per 1000 penduduk
dalam kelompok balita pada tahun 2020.
Dari interpretasi diatas dapat dilihat bahwa ada beberapa hal yang membuat
banyak terjadinya angka kematian pada balita, khususnya pada kondisi
lingkungan baik gizi dan yang bisa menyebabkan kecelakaan pada anak. Sehingga
dibutuhkan solusi dalam masalah tersebut. Dan beberapa perhitungan mortalitas
lainnya .
❖ Indikator hilangnya waktu produktif, terbagi atas:
1. Disability days, hari disabilitas merupakan dimana hari yang dihabiskan karna
penyakit yang sepele. Contoh: sakit gigi, diare, dls
2. YLL (Year of life lost due to prematur death) adalah ukuran kematian dini yg
memperhitungkan frekuensi kematian dan usia terjadimnya.
3. YLD (Years lived with disabilty/ YLDs) merupakan tahun hidup dengan kondisi
disabilitas
4. DALY (disability-adjusted life years (DALY)) merupakan jumlah tahun yang
hilang untuk hidup sehat karena kematian dini, penyakit atau disabilitas.

Yang digunakan Sebagai dasar perhitungan beban penyakit diperlukan data prevalensi
penyakit dan penyebab kematian (medical cause of death) berdasarkan kelompok usia
dan jenis kelamin

III. Perumusan Masalah


● Pernyataan adanya kesenjangan secara kualitatif dan kuantitatif
 Kualitatif:
Berdasarkan data Dusun X dimana terdiri dari sebagian besar suku Melayu dan suku
Jawa. Dengan lulusan pendidikan kepala keluarga didusun x ini mempunyai tingkat
pendidikan SD dan SMP. Serta jenis pekerjaan kepala keluarga terbesar didusun x
tersebut adalah wiraswasta dan petani. Ada beberapa keluarga yang menyatakan keluhan
sakit dalam satu bulan terakhir, yaitu ISPA, reumatik, diare, Tuberculosis paru, scabies
sebagai masalah kesehatan yang ada di Dusun X. Tetapi hanya sebagian keluarga yang
mempunyai kartu jaminan kesehatan, dan selebihnya tidak mempunyai jaminan
kesehatan. Sehingga dapat dimungkinkan ada beberapa keluarga yang memiliki
keterbatasan untuk berobat.

Dalam hal konstruksi bangunan rumah, terdapat rumah semi permanen dan non
permanen. Jenis lantai terluas adalah semen dan bangunan rumah mempunyai ventilasi,
pencahayaan baik, juga rumah lembab. Banyak rumah tangga mempunyai jenis atap seng
dan beratap nipah. Serta dalam hal perdapuran sebagian besar rumah tangga
menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar, dan menggunakan kayu. Dalam hal
jamban, sebagian besar rumah tangga mempunyai jamban yang menggunakan jenis
jamban leher angsa.Sebagian besar menggunakan sumur gali. Dan pada saluran
pembuangan air limbah, sebagian besar memiliki SPAL dan hanya sedikit yang tertutup.
Sebagian besar rumah tangga membakar sampah mereka. Banyak rumah tangga yang
mempunyai anggota perokok. Dusun X masih mengadakan program pemberian
kolostrum pada bayi sebanyak dan pemberian makanan tambahan dibawah usia empat
bulan, pemberian imunisasi pada balita, ikut program KB, dan paling banyak digunakan
adalah suntik KB.

 Kuantitatif :

Dusun X terdiri dari 100 KK, dengan jumlaj jiwa sekitar 500 orang. Yang berupa (69%)
suku Melayu dan 21% suku Jawa. Dengan lulusan pendidikan kepala keluarga sebanyak
37 % SD, 33% SMP, dan 5% SD. Jenis pekerjaan kepala keluarga adalah wiraswasta
(64%) dan 11% petani. Sebanyak 57 keluarga menyatakan ada keluhan sakit dalam 1
bulan terakhir, dengan 42% ISPA, sebanyak 8% reumatik, sebanyak 20% diare,
Tuberculosis paru 2%, scabies 28%. Sebanyak 29% dari 100 KK mempunyai kartu
jaminan kesehatan, dan selebihnya tidak mempunyai jaminan kesehatan. Sebanyak 50%
pembangunan rumah semi permanen dan 10% pembangunan rumah permanen. Jenis
tanah terluas adalah semen 77%, sebanyak 50% rumah berventilasi <10%, pencahayaan
baik sebesar 37% rumah, dengan 52% rumah lembab. Sebagian besar rumah tangga
(69%) menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar, dan 26% menggunakan kayu.
Sebanyak 77% rumah tangga mempunyai jenis atap seng dan 17% beratap nipah.
Sebanyak 83% rumah tangga mempunyai jamban, dan 77% rumah tangga yang
mempunyai jamban menggunakan jenis jamban leher angsa. Sebanyak 13% rumah
tangga menggunakan air PAM sebagai sumber air bersih, 22% sumur bor, 63% sumur
gali dan 55% dari sumur gali berjarak >10 meter dari septic tank. Sebanyak 87%
memiliki SPAL dan hanya 7.95% yang tertutup. Sebanyak 85% rumah tangga
mempunyai lubang sampah dan 90% dibakar. Sebanyak 73% rumah tangga mempunyai
anggota perokok. Pemberian kolostrum pada bayi sebanyak 48,93%, dan pemberian
makanan tambahan dibawah usia 4 bulan sebanyak 74,48%. Pemberian imunisasi pada
balita, sebanyak 89% balita mendapatkan imunisasi, dan yang lengkap hanya 28%.
Sebanyak 83% ikut program KB, dan sebanyak 51% jenis KB suntik, pil KB 38%,
sterilisasi 7,6% dan kondom 2,5%.

 Batasan tempat, orang dan waktu

Pada dusun X tersbut banyak mengalami batasan baik dalam batasan orang, tempat dan
waktu:

1. Berdasarkan orang, terdapat 100 kk dengan jumlah jiwa 500 jiwa dimana dalam hal
ini dari aspek masyarakat yang terdiri dari 500 jiwa dengan berbagai latar belakang
yang berbeda seperti dalam hal pendidikan masyarakat dusun X masih dikatakan
kurang karna didominasi oleh masyarakat yang lulusan SD, selain itu juga dalam segi
pekerjaan lebih dominan wiraswasta dan ada juga yang bekerja sebagai petani yang
mungkin perekonomian masyarakat tersebut tidak tetap. Sehingga disimpulkan
masyarakat dapat acuh tak acuh perihal kesehatan ditambah lagi minimnya
pengetahuan yang membuat berbagai macam penyakit dapat muncul di dusun x
tesebut.
2. Berdasarkan tempat yaitu dusun X dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat
karna faktor ketidakperdulian masyarakat dalam hal kesehatan menjadi tempat agent
berkembang sehingga membuat penyakit baik ISPA, TB, diare, bahkan scabies dapat
menular lebih cepat.
3. Berdasarkan waktu tepat pada senin, 30 Juni 2021, pukul 10.00 WIB, dapat dilihat
dari masa inkubasi penyakit menular yang juga dapat dikatakan fatal jika tidak diatasi
secara tepat.
 Pemahaman dinamika masalah
Dengan metode penentuan prioritas masalah, yaitu:
Metode Penentuan Prioritas Masalah, hanya menggunakan metode:
1. Matematik (PAHO), dimana Pan American Health Organization dikenal dengan
metode PAHO. Pada metode PAHO ini juga menggunakan skor pada setiap
variabel penilaian, dengan menggunakan skor 1-10, dan penilaiannya lebih luas
dibadingkan dengan matriks, seperti yang telah dirumuskan kel 17:
Masalah Magnitute Severity Vulnerability Community Concern

ISPA (9+8+7+9+9)/5 (7+6+7+8+5)/5 (9+7+8+9+6)/5 (7+8+7+6+8)/5

=8,4 =6,6 =7,8 =7,2

Reumatik (6+5+6+5+6)/5 (6+5+6+6+5)/5 (7+6+6+5+6)/5 (7+6+7+7+6)/5

=5,6 =5,6 =6 =6,6

Diare 7+6+7+7+8=35 (7+8+6+7+9)/5 (6+7+6+8+7)/5 (7+6+7+8+7)/5

35/5=7 =7,4 =6,8 =7

Tuberculosis (9+9+9+8+8)/5 (10+9+9+9+8)/5 (7+8+7+9+8)/5 (7+8+9+8+7)/5

=8,6 =9 =7,8 =7,8

Scabies (7+6+7+7+7)/5 (6+5+6+7+7)/5 (8+7+6+7+6)/5 (9+7+6+5+8)5

=6,8 =6,2 =6,8 =7

Keterangan:

● Magnitude: Besarnya masalah


● Severity: Derajat keparahan masalah
● Vulnerability: Ada tidaknya cara penanggulangan yang efektif
● Community Concern: Kepedulian Masyarakat

IV. Prioritas Masalah

Prioritas masalah didefinisikan sebagai upaya penentuan sejauh mana masalah itu penting dan
apakah masalah tersebut dapat teratasi. Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu
proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk
menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai yang kurang penting. Prioritas
masalah perlu dilakukan karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan karena itu, tidak
mungkin menyelesaikan semua masalah. Selain itu, karena adanya hubungan antara satu masalah
dengan masalah lainnya, oleh karena itu, tidak perlu semua masalah diselesaikan.

Menentukan Prioritas Masalah untuk Dipecahkan:

1. Membuat list masalah kesehatan yang harus dipecahkan


List penyakit di dusun x :
● Penyakit ISPA
● Penyakit Reumatik
● Penyakit Diare
● Penyakit Tuberculosis
● Penyakit Scabies
2. Merinci Tiap-Tiap Masalah
● Penyakit ISPA
ISPA adalah kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, yakni infeksi yang
menyerang saluran pernapasan. Beberapa contoh ISPA adalah flu biasa, influenza,
sinus, dan radang tenggorokan.

ISPA adalah salah satu penyakit menular dan rentan mengenai anak-anak, di mana
imunitas mereka memang masih dalam perkembangan. Selain itu, kondisi ini juga
banyak terjadi pada lansia, yang biasanya telah mengalami penurunan kekebalan
tubuh.

Faktor resiko Penyakit ISPA pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
yaitu faktor indvidu itu sendiri (umur, berat badan lahir (BBL), status imunisasi, gizi,
dan pemberian ASI Eksklusif). Dalam hal status imunisasi di dusun x dinyatakan
bahwa Pemberian imunisasi pada balita, sebanyak 89% balita mendapatkan
imunisasi, dan yang lengkap hanya 28%. Sehingga masih banyak balita yang belum
mendapatkan imunisasi secara lengkap. Dan ini merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya penyakit ISPA pada balita.

● Penyakit Reumatik

Rematik atau rheumatoid arthritis adalah penyakit yang ditandai dengan nyeri dan
peradangan pada sendi. Kondisi ini merupakan penyakit autoimun, yakni kondisi
ketika sistem imun pada tubuh seseorang menyerang sel-sel tubuhnya sendiri.

Faktor Risiko Rematik terjadinya Penyakit Reumatik dikarenakan oleh Genetik atau
riwayat rematik di keluarga. Kebiasaan merokok. Obesitas. dan Paparan zat
berbahaya dari lingkungan.

Pada data dusun x dinyatakan bahwa Sebanyak 73% rumah tangga mempunyai
anggota perokok. Ini dapat menjadi faktor risiko dari terjadinya penyakit Reumatik
selain dikarenakan adanya genetic atau riwayat dari keluarga yang terkena Reumatik
tersebut.

● Penyakit Diare

Diare disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri di usus besar yang berasal dari
makanan atau minuman yang dikonsumsi. Namun, diare yang berlangsung lama dapat
terjadi akibat peradangan di saluran pencernaan.

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya
penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan,
pembuangan tinja yang tidak hygienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang
jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.

Sebanyak 13% rumah tangga menggunakan air PAM sebagai sumber air bersih, 22%
sumur bor, 63% sumur gali dan 55% dari sumur gali berjarak >10 meter dari septic
tank. Sebanyak 87% memiliki SPAL dan hanya 7.95% yang tertutup. Sebanyak 85%
rumah tangga mempunyai lubang sampah dan 90% dibakar.

Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa pada rumah yang memiliki SPAL (Sisa
Pembuangan Air Limbah) sebanyak 87% dan yang tertutup hanya 7,95% sehingga hal
tersebut tidak memenuhi syarat dari SPAL tersebut, dimana syarat dari SPAL adalah
tidak mencemari sumber air yang ada di daerah sekitarnya, tidak mengotori
permukaan tanah, menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan
tanah,mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain, tidak menimbulkan bau
yang mengganggu (tertutup), jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10
m.

● Penyakit Tuberculosis
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, namun tidak jarang pula
bakteri dapat memengaruhi bagian tubuh lainnya.

Beberapa faktor risiko lain seperti riwayat imunisasi, malnutrisi, usia muda, riwayat
kontak, dan asap rokok sangat berperan penting baik dari tingkat individu maupun
tingkat populasi.

Dari data dusun x dinyatakan bahwa masih banyak terdapat faktor yang
mempengaruhi terjadinya tuberculosis ini seperti imunisasi yang tidak lengkap,
kebiasaan merokok dan bisa terjadi adanya riwayat kontak dengan penderita.

● Penyakit Scabies

Scabies adalah penyakit kulit yang menular disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.
hominis, ektoparasit manusia spesifik berukuran sekitar 0,4 mm yang tidak terlihat
dengan mata telanjang

3. Urutkan yang paling penting

Dalam kasus ini untuk menetukan prioritas suatu masalah kesehatan yang terjadi di dusun x
maka digunakan teknik metode matematik yang telah dijabarkan diatas.

Metode matematik ini didasarkan oleh beberapa penilaian dimana setiap penyakit akan diberi
nilai sesuai dengan kategori yang tersedia kemudian nilai atau score yang tertinggi merupakan
prioritas masalah kesehatan tersebut. sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dari tabel diatas
dapat kita ketahui bahwa nilai tertinggi atau score tertinggi terdapat pada penyakit

Masalah Magnitute Severity Vulnerability Community Final Score


Concern

ISPA 8,4 6,6 7,8 7,2 3,113.5104

Reumatik 5,6 5,6 6 6,6 1,241.856

Diare 7 7,4 6,8 7 2,465.68

Tuberculosi 8,6 9 7,8 7,8 4,709.016


s

Scabies 6,8 6,2 6,8 7 2,006.816

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa yang menjadi prioritas malasah kesehatan di dusun x
adalah pada penyakit ISPA. Prioritas masalah kesehatan di dusun x :
1. Penyakit Tuberculosis
2. Penyakit ISPA
3. Penyakit Diare
4. Penyakit Scabies
5. Penyakit Reumatik

4. selesaikan setiap masalah satu per satu


● Penyakit Tuberculosis

Dalam mengatasi permasalahan pada penyakit tuberculosis yaitu dengan


memperhatikan kelengkapan imunisasi pada bayi di dusun x karena salah satu
langkah untuk mencegah TBC adalah dengan menerima vaksin BCG (Bacillus
Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib
dan diberikan sebelum bayi berusia 2 bulan.

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan orang yang
sedang sakit dan memakai masker saat berada di tempat ramai.dan juga Menjaga
kebersihan baik dari ruang lingkup individu maupun masyarakat

● Penyakit ISPA

Dalam menyelesaikan masalah penyakit ISPA maka hal yang dapat dilakukan adalah:

1. melakukan pencegahan dengan cara mencuci tangan secara teratur terutama setelah
beraktivitas di tempat umum, menghindari menyentuh wajah dan menggunakan sapu
tangan atau alas seperti tisu untuk menutup mulut ketika bersin atau batuk sehingga
penyakit ISPA ini tidak menyebar ke orang lain

2. melakukan imunisasi secara lengkap

3. melakukan pola hidup bersih dan sehat serta menjaga lingkungan

● Penyakit Diare

Dalam mengatasi masalah diare maka pencegahan yang dilakukan adalah dengan
selalu menjaga kebersihan diri dan makanan, misalnya dengan mencuci buah dan
sayur sebelum dimakan, tidak mengonsumsi makanan atau minum air yang belum
dimasak sampai matang, dan rajin mencuci tangan.

Memenuhi syarat SPAL yaitu tidak mencemari sumber air yang ada di daerah
sekitarnya, tidak mengotori permukaan tanah, menghindari tersebarnya cacing
tambang pada permukaan tanah,mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga
lain, tidak menimbulkan bau yang mengganggu (tertutup), jarak minimal antara
sumber air dengan bak resapan 10 m. sehingga diharapkan lingkungan di dusun x
lebih teratur dan bersih

● Penyakit Scabies

Dalam mengatasi permasalahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga


kebersihan diri sendiri, keluarga dan masyarakat, melakukan pola hidup bersih dan
sehat.

● Penyakit Reumatik

Pencegahan dapat dilakukan dengan rutin berolah raga, istirahat yang cukup,
meminum antibiotik, dan berhenti merokok.

Melalukan promosi kesehatan tentang dampak negative dari kebiasaan merokok pada
dusun X dan menjaga pola makan secara teratur dengan mengikuti prinsip gizi
seimbang sehingga risiko terjadinya obesitas semakin kecil di dusun X tersebut

V. Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah adalah pilihan yang terdiri dari beberapa rumusan yang dapat
dijadikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi. Seringkali alternatif pemecahan masalah
disebut alternatif solusi.

Analisis prioritas penyebab masalah amat sangat berguna untuk langkah pembuatan alternatif
intervensi dan pembuatan rencana operasional / Plan of Action (PoA)
Dalam proses penentuan prioritas masalah kesehatan adalah pada penyakit ISPA, Penyakit ISPA
atau infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan infeksi yang menyerang saluran pernapasan,
baik saluran atas maupun bawah yang disebabkan oleh virus dan mengganggu jalur pernapasan
seperti di area hidung, trakea, dan paru-paru.

Alternatif pemecahan masalah yang timbul meliputi:


1. Tuberculosis
1. Memberikan penyuluhan gaya hidup sehat
2. Memberikan promosi kesehatan tentang pentingnya memberikan imunisasi lengkap
kepada bayi
3. Perbaikan perumahan
4. Imunisasi BCG tepat waktu
5. Monitoring pertumbuhan dan perkembangan
6. Skrining pada kelompok berisiko
7. Pendidikan dan literasi kesehatan

2. ISPA
● Penyuluhan tentang pengetahuan ISPA
● Rumah sehat
rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung/bernaung dan tempat untuk beristirahat,
sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial.
Persyaratan rumah dikatakan sebagai rumah sehat (menurut winslow dan APHA
(American Public Health Association):
▪ penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.
Dalam kasus diatas diketahui bahwa :
1. bangunan rumah : 50% konstruksi bangunan rumah semi permanen dan 10% non
permanen.
2. ventilasi atau pencahayaan rumah : sebanyak 50% bangunan rumah mempunyai
ventilasi < 10%, pencahayaan baik sebesar 37% rumah, dengan 52% rumah lembab.
3.Jamban : Sebanyak 83% rumah tangga mempunyai jamban, dan 77% rumah tangga
yang mempunyai jamban menggunakan jenis jamban leher angsa.
4. sumber air bersih : Sebanyak 13% rumah tangga menggunakan air PAM sebagai
sumber air bersih, 22% sumur bor, 63% sumur gali dan 55% dari sumur gali berjarak
>10 meter dari septic tank.
Dari data diatas diketahui bahwa masih terdapat beberapa rumah di dusun x yang
masih belum dikategorikan sebagai rumah sehat.

● Pentingnya asuransi kesehatan, pembagian masker kepada penduduk, serta advokasi


tentang standar rumah sehat kepala stakeholder setempat sehingga masyarakat menyadari
pentingnya rumah sehat

3. Diare
1. Memberikan promosi kesehatan tentang kesehatan lingkungan dan bagaimana cara
merawat kebersihan lingkungan baik pribadi maupun di masyarakat.
2. Memberikan edukasi tentang proses mengonsumsi makanan dan minuman yang
belum matang sampai matang
3. Memberikan penyuluhan tentang proses mencuci tangan dengan baik dan benar
sehingga diharapkan individu ataupun masyarakat rajin dalam mencuci tangan
sebagai salah satu cara dalam kegiatan personal hygiene.
4. Scabies
1. Memberikan penyuluhan tentang gaya hidup sehat dan kebersihan lingkungan
2. Memberikan promosi kesehatan tentang bahaya dan dampak kesehatan dari
kelanjutan setelah terkena penyakit scabies
4. Reumatik
1. Memberikan penyuluhan tentang gaya hidup sehat dengan banyak berolahraga
2. Memberikan edukasi tentang bahaya merokok

Tabel Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah dengan Analisis Faktor


Risiko/Determinan dan analisis pelaku potensial

Masalah Kependudukan Lingkungan Perilaku Pelayanan kebijakan


prioritas Kesehatan

TB + + + +
ISPA
+ + + +
Diare
+ + +
Scabies + +
Reumatik
+ +

1. Tuberculosis :

- tidak termasuk penyakit keturunan

-Faktor lingkungan mempengaruhi terjadinya penyakit TB : Lingkungan rumah yang dapat


mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis paru adalah lingkungan rumah yang kurang sehat
misalnya kurang adanya fasilitas ventilasi yang baik, pencahayaan yang buruk di dalam ruangan,
kepadatan hunian dalam rumah dan bahan bangunan didalam rumah.

-Faktor perilaku terjadinya penyakit TB: pada perilaku kebiasaan merokok dan seseorang yang
melakukan penyalahgunaan obat dan alcohol.

-Faktor pelayanan kesehatan pada penyakit TB: Upaya yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan cakupan penggunaan pelayanan kesehatan oleh penderita tersangka Tb, upaya
peningkatan promosi kesehatan/penyuluhan tentang penyakit Tb.Paru secara berkesinambungan
kepada masyarakat.

-kebijakan : menjadi Prioritas Nasional adalah pada penyakit seperti Penyakit Menular (HIV,
TB, Malaria, Kecacingan, ISPA, Diare, Pneumonia), Kematian Ibu dan Bayi serta Stunting, dan
Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Diabetes Militus, Cardio Vasculer, Ginjal, Kanker)
Tuberkulosis: pendekatan promotif dan preventif yang dilakukan antara lain : 1) Perbaikan
Perumahan; 2) Imunisasi BCG tepat waktu; 3) Monitoring pertumbuhan dan Perkembangan; 4)
Skrining pada kelompok beresiko; 5) Pendidikan dan literasi kesehatan.

2. ISPA

-Faktor lingkungan dan perilaku : Faktor lingkungan juga dapat disebabkan dari pencemaran
udara dalam rumah seperti asap rokok, asap dari dapur karena memasak dengan kayu bakar serta
kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar didalam rumah.
-faktor pelayanan kesehatan : adanya pemberian promosi kesehatan tentang pentingnya imunisasi
dasar, pemberian asi ekssklusif.

-faktor kebijakan : diharapkan pemerintah ikut berpartisipasi dengan adanya kebijakan imunisasi
dasar untuk seluruh anak-anak untuk mencegah terjadinya penyakit ini, yaitu imunisasi DPT dan
campak.

-kebijakan : menjadi Prioritas Nasional adalah pada penyakit seperti Penyakit Menular (HIV,
TB, Malaria, Kecacingan, ISPA, Diare, Pneumonia), Kematian Ibu dan Bayi serta Stunting, dan
Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Diabetes Militus, Cardio Vasculer, Ginjal, Kanker)

3. Diare

-faktor lingkungan dan perilaku : yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar
oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak hygienis, kebersihan
perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak
semestinya

-kebijakan : menjadi Prioritas Nasional adalah pada penyakit seperti Penyakit Menular (HIV,
TB, Malaria, Kecacingan, ISPA, Diare, Pneumonia), Kematian Ibu dan Bayi serta Stunting, dan
Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Diabetes Militus, Cardio Vasculer, Ginjal, Kanker)

4. Scabies

-Faktor lingkungan dan perilaku: scabies dalam hal ini terjadi karena Kurang menjaga kebersihan
diri, kurang gizi, sanitasi yang buruk, dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung serta
kondisi ruangan terlalu lembab.

5. Reumatik

-Faktor genetic/kependudukan: penyakit ini bisa ditularkan melalui keturunan. Hanya sebagian
rematik yang bisa diturunkan, karena tidak semua rematik bersifat genetik. Rematik yang bisa
diturunkan secara genetik, di antaranya adalah arthritis, lupus, ankylosing spondylitis, dan
arthritis psoriasis.

-faktor perilaku : perilaku terjadinya penyakit ini biasanya adalah karena kebiasaan merokok dan
gaya hidup kurang sehat.

VI. TUJUAN INTERVENSI

Tujuan adalah gambaran keadaan yang akan datang, yang diwujudkan melalui berbagai
kegiatan yang direncanakan. Tujuan terdiri atas tujuan umum (goal), tujuan khusus
(objective), tujuan pelaksanaan (implementing objectves) dan tujuan sumber daya
(recources).

Prinsip dasar yang harus diperhatikan adalah SMARTS yaitu ;


1. Specific (spesifik)
2. Measurable (dapat diukur)
3. Attainable (dapat dicapai)
4. Relevant (relevan)
5. Time bound (tepat waktu)

Adapun tujuan yang akan dilakukan di dusun X adalah sebagai berikut ;


● Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait rumah sehat dan pola hidup sehat
● Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang gaya hidup sehat dan
kesehatan lingkungan
● Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di Dusun X
● Meningkatkan pengetahuan Ibu di Dusun X mengenai pemberian kolostrum dan
pemberian makanan tambahan (MPASI) pada bayi.
● Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok bagi kesehatan
● Meningktkan kegiatan imunisasi kepada bayi dan anak untuk mencegah penyakit
yang akan terjadi.
● Meningkatkan stastus derajat kesehatan pada masyarakat di Dusun X

VII. RENCANA OPERASIONAL


Rencana Operasional (POA) adalah suatu dokumen penyusunan rencana pelaksanaan
program kesehatan yang disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan dengan
memperhitungkan hal - hal yang telah ditetapkan dalam proses sebelumnya serta semua
potensi sumber daya yang ada.

Formulir Rencana Operasional (POA)

Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya/ Waktu Tempat Penanggun Indikator Keterang


(1) (3) g jawab keberhasil an
(2) Sumber (5) (6) an
(7) (9)
(4) (8)

Mengada Tujuan Seluruh Biaya Dilakuka Puskes Kepala Terseleng Adanya


kan Umum ; masyar Rp5.500.0 n pada ma di Puskesmas garanya kerjasam
penyuluh akat di 0,- tanggal Dusun Dusun x penyuluha a dengan
uan Meningkat Dusun 20 -21 X dan tim n di Kepala
terkait kan X /APBD Januari penyuluha puskesmas Dusun X
rumah pengetahu 2023 n dusun X
sehat an sesuai
masyaraka dengan
t tentang jadwal di
rumah puskesm
sehat as dusun
Tujuan X
Khusus;

Terseleng
garanga
penyuluha
n di Dusun
X

Mengada Tujuan Seluruh Biaya Diadakan Di Tim Teselengg Dilaksan


kan Umum ; Masyar =Rp4.000. pada Puskes Penyuluha aranya an
penyuluh akat di 000,- tanggal mas n dan penyuluha dengan
an Meningkat Dusun 29 Dusun Kepala n di Dusun metode
tentang kan X / Januari X Puskesmas X ceramah
penyakit pengetahu Operasion 2023, dan
ISPA, an al tanya
Reumati masyaraka puskesmas Jam jawab
k, Diare, t tentang dan APBD 08.00 –
TBC penyakit 12-00
Paru, dan ISPA, WIB.
Scabies Reumatik,
Diare,
TBC Paru,
dan
Scabies.

Tujuan
Khusus ;

Terseleng
garanya
penyuluha
n terkait
penyakit-
penyakit
tersebut

Mengada Tujuan Seluruh Biaya = Dilaksan Di Kepala Terlaksana Adanya


kan Umum ; Masyar Rp1.000.0 akan Balai Dinas nya kerjasam
Promosi Masyaraka akat di 0,- / pada Dusun sosial kegiatan a dengan
Program t dapat Dusun APBD tanggal X promosi Kepala
Jaminan mengetahu X 10 program Dusun X
Kesehata i cara Februari JKN
n mendapatk 2023,
Nasional an jaminan Jam
(JKN) JKN 09.30 -
sebagai 12.20
kebutuhan WIB
dasar
kesehatan.

Tujuan
Khusus;

Masyaraka
t dapat
memaham
i
pentingny
a JKN
bagi
mereka

Memberi Tujuan Ibu Biaya = Dilaksan Di Tim Terseleng -


Edukasi Umum : hamil Rp500.000 an setiap posyan Pembina garanyan
pemberia memberik dan Ibu ,- / tanggal du Posyandu pemberian
n an Menyus operasiona 13 Dusun edukasi di
klostrum pengetahu ui l disesuai X Posyadu
dan an kepada puskesmas dengan Dusun X
makanan ibu hamil jadwal
tambaha dan ibu posyandu
n pada menyusui di Dusun
bayi tentang X
cara
pemberian
kolostrum
dan
pengetahu
an tentang
pemberian
makanan
tambahan
yang baik
pada bayi.

Tujuan
Khusus :

Dapat
memberi
kesadaran
serta
ajaran bagi
ibu hamil
dan ibu
menyusui
betapa
pentingny
a eduksi
terkait
pemberian
kolostrum
dan
pemberian
makanan
tambahan
pada bayi

Sosialisa Tujuan Seluruh Biaya = Dilaksan Di balai Tim Terseleng Adanya


si terkait Umum : Masyar Rp750.000 akan Dusun Sosialiasi garanya kerjasam
bahaya akat di ,- / pada X Sosialisasi a dengan
merokok Memberik Dusun APBD tanggal terkait Kepala
bagi an X 16 bahaya Dusun X
kesehata pemahama terkhus Februari merokok
n n kepada us bagi 2023, di dusun X
asyarakat Peroko pada jam
tentang k Aktif 13.00 –
bahaya 15.30.
merokok
bagi
ksehatan.

Tujuan
Khusus :
agar
masyaraka
t mampu
menghenti
kan
kebiasaan
merokokn
ya
sehingga
menjadi
lebih sehat
dan
produktif

Daftar Pustaka
Brier, J., & lia dwi jayanti. (2020). Analisis Situasi Makalah. 21(1), 1–9. http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203
Hasibuan, R. (2021). Buku Ajar Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan. 37–43.
Sando, W., Kiswanto, K., & Alamsyah, A. (2019). Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA) di Puskesmas Sungai Pakning Kabupaten
Bengkalis. Jurnal Kesehatan Komunitas, 4(3), 102–111.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol4.iss3.269
Sudirman. (2016). Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, 1–55. https://osf.io/pkm4y/download/?format=pdf

Anda mungkin juga menyukai