Anda di halaman 1dari 4

Case Study

Studi Kelayakan Bisnis


“Kasus Gibran Rakabuming Dan Kaesang Pangarep Dilaporkan Ke KPK”

DISUSUN OLEH :

NAMA : Putri rahmadani sitorus

NIM 7213342008

KELAS : B - PENDIDIKAN AKUNTANSI 21

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
ANALISIS KASUS

Pada 10 Januari 2022, Dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun
melaporkan Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep terkait dugaan korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN) serta tindak pidana pencucian uang (TPPU).
"Laporan ini terkait dengan dugaan tindak pidana korupsi dan atau TPPU
berkaitan dengan dugaan KKN relasi bisnis anak Presiden dengan grup bisnis yang
diduga terlibat pembakaran hutan," ujar Ubedilah di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta
Selatan, Senin (10/1/2022).
Berdasarkan penelusuran Ubed, bisnis Gibran dan Kaesang punya kaitan dengan
perusahaan yang diduga terlibat dalam kasus pembakaran hutan, yakni PT BMH. PT
BMH merupakan anak usaha grup PT SM yang diduga terlibat kebakaran hutan. Lantaran
penanganan kasus itu tidak berjalan, PT BMH kemudian digugat Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui jalur perdata dan dituntut ganti rugi
Rp7,9 triliun. Namun, dalam proses hukum yang bergulir, ganti rugi yang dikabulkan
Mahkamah Agung hanya Rp78,5 miliar. Setelah itu, perusahaan milik anak-anak Jokowi
diduga mendapatkan suntikan modal senilai puluhan miliar Rupiah dari PT Alpha JWC
Ventures. Perusahaan ini terafiliasi dengan PT SM. Menurut Ubed, dugaan KKN dua
anak Jokowi dan anak petinggi PT SM sangat kentara.
Ubedilah menduga, pada titik itulah KKN dan TPPU dilakukan oleh Gibran dan
Kaesang. Apalagi, petinggi PT SM beberapa tahun lalu dilantik menjadi Dubes di Korea
Selatan. Dia menyebut, Gibran dan Kaesang dua kali mendapat suntikan dana dari
perusahaan yang berjejaring dengan PT SM. Total suntikan dana yang diterima Gibran
dan Kaesang menurut Ubedilah yakni sebesar Rp 99,3 miliar.
Kuasa hukum Alpha JWC Ventures PTE. LTD, Juniver Girsang, melalui
keterangan rilisnya menyatakan bahwa kliennya berinvestasi US$ 5 juta di Goola pada
2019 adalah murni pertimbangan bisnis.
Investasi itu disebut berawal dari perkenalan Alpha JWC dengan Benz Budiman,
salah satu pendiri Goola yang pada saat itu sedang melakukan penghimpunan dana
investasi. Setelah melakukan due diligence, Alpha JWC memutuskan berinvestasi secara
bertahap di Goola. Dengan investasi tersebut, Alpha JWC adalah pemegang saham
minoritas di Goola, sementara pemilik saham terbesar adalah para pendiri perusahaan,
yaitu Kevin Susanto, Gibran Rakabuming, dan Benz Budiman.
Dari hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan dari ubedillah ini
merupakan sebuah laporan yang mungkin belum kuat jika seluruh rakyat berani berkata
benar dan berani melaporkan yang salah maka secara tidak langsung bisa menghormati
undang-undang yang ada dan hak konstitusional yang ada, sehingga tidak ada warga
negara yang kecewa dengan konstituisinya.
Pada kasus ini belum bisa ditentukan sebagai bentuk pelanggaran hukum atau
tidak, mengingat belum adanya bukti kuat terkait apakah terjadi pencucian uang dan
praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Karena pada dasarnya tidak ada yang
berlebihan dengan nilai investasi besar di bisnis ini jika melihat nilai investasi yang
disuntikan pemodal terhadap perusahaan. Apalagi agi para pemodal tentu tidak ada
keraguan untuk mengivestasikan dana puluhan miliar ke bisnis milik kedua anak
presiden. Jaminan kepastian balik modal bisa jadi karena pertimbangan kemudahan akses
berusaha bagi kedua anak presiden ini.
Menurut saya juga investor berani memasukkan modal sangat besar untuk bisnis
kuliner anak presiden karena mempunyai hitungan bisnis. Karena sudah masuk ke ranah
politik, tentu pemilihan pendanaan yang tidak wajar ini bisa dikaitkan dengan afiliasi
pengusaha dengan kekuasaan. Maka disini hitung-hitungannya akan berbeda, bukan
sekedar prospek bisnis lagi.
Dalam kasus ini bagi KPK , kedepannya lebih selektif dan terbuka serta adil
dalam menengani tindak korupsi, kolusi dan nepotisme yang ada di indonesia. Juga
diharapkan untuk bersikap semestinya seperti memberi perlindungan hak terhadap saksi
pelaporan, tidak pilih kasih dalam menangani kasus, dan bekerja secara cepat dan jujur
dalam mengiventigasikan suatu kasus, karena jika sekali berbuat pasti akan keterusan
kedepannya .
KPK juga harus tegas dan memberikan bukti-bukti tanpa menutup-nutupi hal
yang seharusnya diketahui oleh masyarakat. Sudah pasti kegaiatan korupsi , kolusi dan
nepotisme benar adanya melanggar hukum jika benar terjadi dan dapat dibuktikan
kebenaranya, namun kegiatan penyebaran berita yang belum tentu kejelasannya juga
merupakan kegiatan yang melanggar hukum.
Jadi sebagai masayarakat indonesia yang paham hukum kita harus dapat
membeedakan yang benar dan saslah serta lebih teliti dan berfikir secara kritis serta
mencari bukti-bukti yang memperkuat argumen kita sebelum melakukan suatu
pengaduan. Karena Dari pihak Ubedilah sendiri tidak mempunyai informasi jelas
mengenai uraian dugaan korupsi yang melibatkan dua putra Presiden Jokowi tersebut.
Kasus ini laporannya menjadi kepalsuan atau hoaks. Apalagi beliau itu seorang dosen,
inteletual, aktivis, seharusnya lebih bisa memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat. Atas pelaporan Gibran dan Kaesang benar diterima oleh KPK dan
diverifikasi serta menelaah laporan tersebut apakah pantas untuk ditindak lanjutin atau
tidak.

Anda mungkin juga menyukai