Abstrak
A. Latar Belakang
Korupsi adalah akar penyakit yang ada dan sudah mendarah daging di
Indonesia. Secara hukum, korupsi dapat diartikan sebagai "Sebuah perbuatan yang
dilakukan dengan maksud memberikan keuntungan yang tidak sesuai dengan
tugas resmi dan hak orang lain" (an act done with an intent to give some
advantage inconsistent with official duty and the right of others).1 Korupsi
berkelanjutan oleh orang yang memiliki kekuasaan akan menyebabkan kerugian
bagi banyak pihak terutama bagi rakyat kecil. Sehingga, diperlukan adanya
pemberantasan luar biasa yang dilakukan melalui kerjasama antara masyarakat,
lembaga penegak hukum, dan pemerintah.
1
Hendry Campbell Black. Black's Law Dictionary (St. Paul. Minn.: West Publishing Co..
th
11 reprint. 1997). hlm. 345.
1
Menurut (Skor Indeks Persepsi Korupsi, 2020) menyatakan bahwa nasib
pemberantasan korupsi di Indonesia menjadi hal yang tidak menentu dan bahkan
mengalami kemunduran. Skor Corruption Perception Index atau CPI dan
peringkat global Indonesia turun drastis, dimana pada awalnya dengan skor 40
pada tahun 2019 menjadi hanya 37 pada tahun 2020. Sementara itu, peringkat
global Indonesia dari 85 dunia kembali turun menjadi 102. Berdasarkan, data
tersebut menjelaskan bahwa politik hukum pemerintah Indonesia semakin
menjauh dari target dalam memberantas praktik korupsi yang terjadi.
Secara garis besar, terdapat tiga hal yang menunjukkan indikasi turunnya
Skor Indeks Persepsi Korupsi Indonesia. Pertama, ketidakjelasan orientasi
pemerintah dalam merumuskan kebijakan pemberantasan korupsi. Seperti yang
telah kita ketahui bersama, terlepas dari perubahan regulasi kelembagaan KPK,
2
sepanjang tahun 2020, pemerintah dan DPR juga mengundangkan beberapa aturan
yang mementingkan kelompok oligarki dan mengesampingkan nilai-nilai
demokrasi. Hal ini dapat kita lihat dari adanya Omnibus Law UU Cipta Kerja, tak
bisa dipungkiri, pemerintah dan DPR hanya mementingkan kepentingan orang-
orang yang memiliki tahta, dalam kerangka investasi ekonomi dan
mengesampingkan pentingnya tata kelola pemerintahan yang baik dan kebutuhan
masyarakat.
3
pemeritah dan lembaga terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan dalam mengawasi
keberlangsungan salah satu Badan Usaha Milik Negara ini. Melalui penyidikan
kejaksaan agung Jiwasraya terbukti melakukan pelanggaran prinsip kehati-hatian
dalam berinvestasi (cnn indonesia, 2020)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sampaikan diatas maka
rumusan masalahnya, adalah sebagai berikut :
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan mengenai awal mula terjadinya kasus korupsi pada
PT. Asuransi Jiwasraya (persero).
2. Mendeskripsikan mengenai dampak yang ditimbulkan akibat kasus
korupsi pada PT. Asuransi Jiwasraya (persero).
3. Mendeskripsikan peranan pemerintah terhadap penyelesaian kasus
korupsi pada PT. Asuransi Jiwasraya (persero).
4. Mendeskripsikan pihak-pihak yang terlibat dalam kasus korupsi pada
PT. Asuransi Jiwasraya (persero).
4
D. TEORI
Teori yang penulis gunakan didalam penulisan makalah ini berasal dari
teori willingness and opportunity to corrupt yang menyatakan bahwa korupsi
terjadi jika terdapat kesempatan/peluang (kelemahan sistem, pengawasan kurang,
dan sebagainya) dan niat/keinginan (didorong karena kebutuhan/keserakahan) 2.
Teori ini menjelaskan bahwa setiap orang dapat melakukan korupsi dikarenakan
adanya peluang.
2
https://www.hukumonline.com
5
penjaminan polis dibentuk paling lama tiga tahun sejak beleid
diundangkan atau pada 2017.
3. Pengawasan yang lemah dari Otoritas jasa Keuangan sebagai lembaga
pemerintah penyebab persoalan di tubuh Asuransi Jiwasraya. Menurut
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 OJK memiliki kewenangan seperti
memberikan izin operasi perusahaan asuransi, mengeluarkan izin berbagai
produk asuransi, lalu mengawasi perusahaan asuransi, hingga membuat
aturannya. Namun, dalam hal ini OJK telah lalai dalam menjalankan
tugasnya, sehingga selama bertahun-tahun penyakit dalam tubuh asuransi
Jiwasraya tidak bisa diatasi dengan baik.
4. Motif yang dilandasi niat dan keinginan pelaku dalam melakukan praktik
korupsi guna memperkaya diri sendiri. Tabiat yang didasari oleh
keserakahan dan peluang yang ada menyebabkan pihak-pihak ini berani
untuk melakukan tindak pidana korupsi. Pihak-pihak yang terlibat dalam
megaskandal korupsi PT. Asuransi Jiwasraya (persero) adalah sebagai
berikut Benny Tjokosaputro (Dirut PT Hanson International Tbk),
komisaris PT Trada Alam Mineral Tbk, Heru Hidayat dan Hary Prasetyo
(Direktur Keuangan Jiwasraya periode 2013-2018).
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan penjelasan diatas, sebenarnya kita sudah mampu memahami
secara singkat mengenai kasus korupsi PT. Asuransi Jiwasraya (persero), namun
untuk dapat memahami lebih dalam lagi, penulis akan menjelaskannya secara
lebih detail.
6
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) secara konsisten menciptakan dan
mengembangkan layanan dan produk-produk asuransi inovatif yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) juga
mampu memiliki jaringan kantor layanan yang cukup besar terdiri dari 17 kantor
regional, 71 kantor cabang, dan 412 kantor area dengan dukungan sekitar 10.000
agen. Salah satu produk andalan yang dikeluarkan oleh PT Asuransi Jiwasraya
(Persero) antara lain unit link JS Pro Mapan & JS Pro Idaman, dan produk
endowment JS Plan Optima yang ditargetkan bagi kalangan menengah ke atas.
7
tentu jauh lebih besar dari kasus bail out ke PT Bank Century pada 2008 senilai
Rp 6,7 triliun.
8
2015 a. Hasil audit BPK menunjukkan PT Asuransi Jiwasraya (Persero)
melakukan penyalahgunaan wewenang dan laporan aset investasi
9
keuangan melebihi realita (overstated) serta kewajiban di bawah
realita (understated).
b. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) membeli obligasi medium-term
note (MTN) pada perusahaan yang baru berdiri 3 tahun tanpa
pendapatan dan terus merugi.
c. BPK mengungkap kejanggalan pembelian saham dan reksa dana
lapis kedua dan ketiga yang tidak disertai kajian memadai oleh PT
Asuransi Jiwasraya (Persero), tanpa mempertimbangkan aspek
legal dan kondisi keuangan perusahaan.
2016 a. OJK meminta perusahaan menyampaikan rencana pemenuhan
rasio kecukupan investasi karena sudah tidak lagi menggunakan
mekanisme reasuransi.
b. BPK menemukan nilai pembelian sejumlah saham dan reksa dana
lebih mahal dibanding nilai pasar sehingga berpotensi merugikan
perusahaan Rp601,85 miliar.
c. BPK mencatat investasi tidak langsung senilai Rp6,04 triliun atau
setara 27,78% dari total investasi perusahaan pada tahun 2015.
d. Jiwasraya melepas saham dan reksa dana lapis kedua dan ketiga
sesuai rekomendasi BPK.
2017 a. OJK meminta PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mengevaluasi
produk JS Saving Plan agar sesuai kemampuan pengelolaan
investasi.
b. OJK memberikan sanksi peringatan pertama kepada PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) karena perusahaan terlambat menyampaikan
laporan aktuaria tahun 2017.
c. Pendapatan premi JS Saving Plan PT Asuransi Jiwasraya
(Persero) mencapai Rp21 triliun dan laba Rp2,4 triliun atau naik
37,64% dari tahun 2016.
d. Ekuitas surplus Rp5,6 triliun tetapi kekurangan cadangan premi
Rp7,7 triliun karena belum memperhitungkan penurunan aset.
e. Perusahaan kembali membeli saham dan reksa dana lapis kedua
dan ketiga.
f. Pencatatan liabilitas yang lebih rendah dari semestinya membuat
laba sebelum pajak PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mencapai
Rp428 miliar dari sebenarnya rugi Rp7,26 miliar.
2018 a. OJK dan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) membahas penurunan
pendapatan premi secara signifikan akibat penurunan guaranted
return (garansi imbal hasil) atas produk JS Saving Plan.
b. OJK mengenakan denda administratif kepada PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) sebesar Rp175 juta atas keterlambatan
penyampaian laporan keuangan 2017.
c. Kantor Akuntan Publik (KAP) Pricewaterhouse Coopers (PwC)
memberikan opini tidak wajar pada laporan keuangan Jiwasraya
2017 karena perusahaan hanya mencatatkan liabilitas manfaat
polis masa depan Rp38,76 triliun yang seharusnya Rp46,44
triliun.
10
d. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tidak dapat membayar klaim
polis jatuh tempo nasabah JS Saving Plan Rp802 miliar pada
Oktober 2018.
e. Kualitas aset investasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) hanya 5%
dari aset investasi saham senilai Rp5,7 triliun pada tahun 2018
yang ditempatkan pada saham bluechip. Hanya 2% dari aset
investasi saham dan reksa dana yang dikelola manajer investasi
berkualitas.
f. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) hanya mampu mendapatkan
Rp1,7 triliun dari penjualan sebagian saham dan reksa dana yang
bisa dijual (karena harganya anjlok) serta masih terdapat Rp8,1
triliun di 26 saham dan 107 reksa dana yang tidak bisa dilepas.
g. BPK menyebutkan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) melakukan
investasi aset berisiko untuk mengejar imbal hasil tinggi sehingga
mengabaikan prinsip kehati-hatian
2019 a. PT Asuransi Jiwasraya (Persero) membutuhkan dana Rp32,89
triliun untuk memenuhi rasio solvabilitas (Risk Based Capital)
120%.
b. Aset PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tercatat Rp23,26 triliun,
kewajibannya Rp50,5 triliun, nilai ekuitas negatif Rp27,24 triliun
dan liabilitas produk JS Saving Plan tercatat Rp15,75 triliun.
c. Total klaim jatuh tempo yang gagal bayar mencapai Rp12,4 triliun
2020 a. Kejaksaan Agung meminta BPK memulai audit investigasi
Jiwasraya dan OJK.
b. Klaim nasabah yang akan jatuh tempo hingga akhir tahun 2020
mencapai Rp16,1 triliun. Indikasi kerugian negara Rp13,7 triliun
akibat gagal bayar polis.
Sumber: cnnindonesia.com, 30 Desember 2019, cnnindonesia.com, 10 Januari 2020, dan Majalah
Tempo, 19 Januari 2020
11
triliun.
12
Harga perolehan saham Rp5,6 triliun dan reksa dana Rp12,7 triliun. Perkiraan
penurunan nilai (forecast impairment) akan ada kerugian lagi Rp1,2 triliun dari
saham berdasarkan perhitungan kerugian yang sekarang mencapai angka Rp13
triliun.
14
Perusahaan investasi seharusnya tidak bermain saham di saham gorengan
karena besar kemungkinan nilai investasinya kemungkinan akan turun atau
anjlok
Satu orang tersangka dari Otoritas Jasa Keuangan atau OJK memiliki inisial
nama FH alias Fakhri Hilmi. FH alias Fakhri Hilmi merupakan pejabat Otoritas
Jasa Keuangan atau OJK yang memiliki jabatan sebagai Deputi Komisioner
Pengawasan Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan atau OJK periode 2017-
sekarang. Fakhri Hilmi juga pernah menjabat sebagai Kepala Departemen
Pengawasan Pasar Modal IIA periode Februari 2014-2017. Adapun Fakhri Hilmi
dijerat Pasal 2 subsider Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang
Tindak Pidana Korupsi. Kejaksaan Agung (Kejagung) juga menetapkan 13
korporasi yang menjadi tersangka. Ketigabelas tersangka itu, antara lain DM
atau PAC (PT Danawibawa Manajemen Investasi atau Pan Arkadia Capital),
OMI (PT OSO Manajemen Investasi), PPI (PT Pinacle Persada Investasi), MD
(PT Milenium Danatama), dan PAM (PT Prospera Aset Manajemen). Kemudian
MAM (PT Maybank Aset Manajemen), MNC (PT MNC Aset Manajemen), GC
(PT GAP Capital), JCAM (PT Jasa Capital Aset Manajemen), PAAM (PT Pool
Advista Aset Manajemen), CC (PT Corfina Capital), TII (PT Trizervan
Investama Indonesia), dan SAM (PT Sinarmas Aset Manajemen). Menurut
Kejaksaan Agung Ketigabelas korporasi ini diduga terlibat dalam pelarian uang
nasabah.
15
Masih menurut data Kejaksaan Agung (Kejagung), dari Ketigabelas
korporasi tersebut diduga kerugian mencapai Rp12,157 triliun. Kerugian itu
merupakan bagian dari penghitungan kerugian negara yang sudah dihitung oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebesar Rp16,81 triliun.
Penetapan tersangka baru-baru ini menyusul penetapan tersangka oleh
Kejaksaan Agung sebelumnya dalam kasus dugaan korupsi di PT Asuransi
Jiwasraya (Persero). Mereka adalah Komisaris PT Hanson International Tbk
Benny Tjokrosaputro dan Presiden Komisaris PT Trada Alam Minera Tbk Heru
Hidayat Hendrisman Rahim. Kemudian, mantan Kepala Divisi Investasi dan
Keuangan Jiwasraya Syahmirwan mantan Direktur Keuangan Asuransi
Jiwasraya Hary Prasetyo dan Direktur Utama PT Maxima Integra Joko Hartono
Tirto. Mereka dijerat Pasal 2 ayat (1) juncto Pasal 18 ayat (1) huruf b serta Pasal
3 Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Sedangkan, Benny dan Heru ditetapkan sebagai
tersangka Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentunya juga memiliki andil untuk
dipersalahkan karena dianggap abai dalam mengawasi laporan keuangan PT
Asuransi Jiwasraya (Persero). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah melaporkan
sejak awal bahwa equitas PT Asuransi Jiwasraya (Persero) ini sebenarnya sudah
negatif. Namun, sayangnya, pemegang saham tidak menjalankan apa yang sudah
disampaikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam skema itu, PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) akan dibantu pendanaan oleh BUMN lainnya dengan
imbalan sinergi, sehingga menjadi semacam subsidi silang. Hal ini dianggap
penting agar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mampu untuk membayar
kewajiban kepada para nasabah pemegang polis, dari pada hanya menjadikan
kasus ini sebagai kasus korupsi yang menjadi konsumsi publik secara tidak
berkesudahan. Sehingga, diperlukan adanya dana suntikan atau bail out modal
ke Jiwasraya dari pihak lain.
16
Sebenarnya terdapat kasus perusahaan asuransi lain yang memiliki
kronologi sama dengan PT Asuransi Jiwasraya (Persero), namun bedanya ini
terjadi pada perusahaan asuransi milik swasta yang merugi sampai dengan Rp 2
triliun, namun beberapa perusahaan asuransi swasta ini langsung cut off, dimana
kemudian pemegang saham datang dan menyuntikan modal mereka untuk
menyelamatkan.
17
PENUTUP
Pada dasarnya korupsi adalah tindakan pidana yang harus dihindari oleh
semua pihak karena pada akhirnya hanya akan menimbulkan kerugian. Praktik
korupsi yang mendarah daging dan turun-temurun perlu ditemukan solusinya,
karena jika semakin lama korupsi dibiarkan hidup di Indonesia maka akan
membawa pengaruh buruk dalam mengkooptasi sistem pemerintahan di
Indonesia. Penegakan hukum terhadap pidana korupsi telah dilakukan oleh
pemerintah dan lembaga-lembaga terkait, namun masih belum ada perbaikan
untuk mengurangi masalah korupsi tersebut, sehingga terkadang muncul menjadi
kekerasan dan tindakan yang sewenang-wenang. Untuk itu dibutuhkan adanya
kerjasama yang baik antara semua pihak terkait.
18
mempengaruhi segala aspek dan bidang kehidupan manusia, seperti ekonomi,
politik, sosial dan juga budaya, bahkan yang lebih buruk lagi dapat berdampak
pada kemanusiaan, sehingga korupsi termasuk ke dalam kategori kejahatan yang
luar biasa.
19
pemerintah. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan adanya pengawasan intensif
untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, khususnya industri perasuransian di
Indonesia. Hal ini dikarenakan dengan adanya kasus korupsi PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) dapat berdampak secara sistemik pada sektor keuangan non-
perbankan, di mana transaksinya melibatkan para investor dan nasabah
pemegang polis dalam jumlah dana yang sangat banyak.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
22