Anda di halaman 1dari 23

FORMAT UAS PENDEKATAN DAN TEKNIK BK

1. Lima paradigma pendidikan, yaitu mendasar, membelajarkan, membudayakan, mempekerjakan dan menyeluruh.
Jawaban:

No Nama Pendekatan LIMA PARADIGMA PENDIDIKAN


. & Teknik BK Mendasar Membelajarkan Membudayakan Mempekerjakan Menyeluruh
1. Konseling Kopsak membahas Kopsak memberi Kopsak Manusia Kopsak belum bisa
Psikoanalisis klasik bagaimana dasar pelajaran bahwa menggangap melaksanakan dikatakan
(Kopsak) tingkah laku itu perilaku individu manusia sesuatu berdasarkan menyeluruh sebab
muncul. didasarkan oleh melaksanakan dorongan dari kopsak
dorongan untuk kebiasaan yang ia dalam dirinya, menganggap
memuaskan dan tak lakukan secara nasib dan insting- manusia sama
lupa ada sistem terus menerus insting yang ia seperti binatang
kontrol perilaku juga. berdasarkan miliki yang hidupnya
dorongan dari id. hanya untuk
memuaskan
dorongan id saja.
2. Konseling Ego Manusia tidaklah Individu untuk Pengaruh Dalam pengubahan Lingkungan
(Konego) didorong oleh merubah oranglain dalam perilaku individu, mempengaruhi
energi dari dalam, tingkahlakunya perubahan tingkah lingkungan dituntut individu secara
melainkan untuk berdasarkan arahan laku individu berperan penting menyeluruh.
merespon dari oranglain dapat menjadi dalam hal ini. Menentukan baik
rangsangan yang maupun pembiasaan yang atau buruknya
berbeda-beda, lingkungannya. mengakibatkan perilaku individu
misalnya indvidu individu kesulitan
dalam untuk merubah
kehidupannya tingkahlakunya
perlu berdasarkan
menyesuaikan diri dorongan pribadi
dengan
lingkungan. Ego
memiliki peranan
penting dalam
mengembangkan
segala sesuatunya.
3. Konseling Kopsin membahas Kopsin mengajarkan Individu yang Individu dalam Manusia memiliki
Psikologi manusia sebagai manusia agar mendapatkan berperilaku tanggung jawab
Individual makhluk sosial memiliki keinginan dukungan dari ditentukan sosial dalam
(Kopsin) yang tujuannya bekerjasama, lingkungan lingkungannya dan kehidupannya
untuk mencapai berkelompok, terutama dari pembawaan
keberartian di berhubungan social, keluarganya akan individu itu sendiri.
lingkungan hubungan antar mampu menuju
sosialnya. pribadi, atau fos walaupun
termasuk dalam kekurangan dalam
organisasi, dan keadaan fisiknya.
sebagainya
4. Konseling Analisis Konsistran Konsistran Dalam Individu idealnya Setiap individu
Transaksional membahas mengajarkan dalam berkomunikasi berada pada ‘Saya terdapat unsur-
(Konsistran) bagaimana berkomunikasi individu harus Oke Kamu Oke’. unsur kepribadian
individu manusia agar bisa mengembangkan yang terstruktur
memperoleh adaptif terhadap ego state adult, dan merupakan
sentuhan melalaui situasi. Tidak hanya karena ES ini suatu kesatuan
transaksi terpaku terhadap satu merujuk pada yang disebut ego
ego state saja. kebenaran. state.
5 Konseling Self Manusia adalah Konself memberi Dalam menjalani Kecocokan antara Belum menyeluruh
(Konself) rasional, pelajaran bahwa hidup sehari-hari self dan organism karena penilaian
tersosialisasikan penilaian terhadap individu harus menentukan oranglain dianggap
dan dapat diri sendiri tidak mampu terbuka kematangan, tidak baik.
menentukan harus berdasarkan terhadap penyesuaian diri
nasibnya sendiri. penilaian orang lain. pengalaman baru, dan kesehatan
Dalam kondisi mapu percaya mental individu.
yang terhadap diri
memungkinkan, sendiri dan
manusia akan mampu
mampu mengevaluasi diri.
mengarahkan diri
sendiri, maju dan
menjadi individu
yang positif dan
konstruktif
6. Konseling Gestalt Konges membahas Meningkatkan Dalam kehidupan Dorongan untuk Manusia selalu
(Konges) bagaimana kesadaran individu individu harus mencapai self aktif secara
manusia itu dalam bertingkah memiliki actualization keseluruhan.
dipandang sebagai laku keseimbangan merupakan
suatu yang secara antara apa yang tindakan kerja
keseluruhan. harus dillakukan dalam individu.
dan yang
diinginkan.
7. Konseling Konbe Konbe mengajarkan Konbe Perilaku dibentuk Pembentukan
Behavioral menganggap bahwa perilaku menganggap untuk dengan usaha yang pembiasaan
(Konbe) manusia manusia dapat diubah membuat berulang-ulang. merupakan
merupakan dengan pembiasan pengubahan mekanisme belajar
makhluk reaktif klasik, pembiasaan perilaku berjalan dalam pemecahan
yang tingkah operan dan peniruan. dengan baik perlu masalah
lakunya dikontrol membudayakan
oleh faktor-faktor reinforcement.
luar.
8. Konseling Realitas Tingkah laku Perkembangan Mampu bertindak Ketika individu Individu bertindak
manusia didorong individu merupakan responsible mengetahui apa berdasarkan 3
untuk memenuhi fungsi dari meskipun dalam yang seharusnya dasar yaitu,
kebutuhan- bagaimana individu keadaan sulit. dilakukannya, responsibility,
kebutuhan dasar belajar untuk dimana pengajaran reality, right.
(baik psikologikal memenuhi atau latihan yang
maupun kebutuhannya. dapat dilakukan.
fisiologikal), yang
sama untuk semua
orang. Kedua
kebutuhan tersebut
disatukan menjadi
kebutuhan akan
identitas.
9. Konseling Rational Manusia yang Mampu belajar Manusia dilihat Perilaku verbal dan Manusia dilahirkan
Emotif memiliki membentuk self-talk aspek emosi dan berpikir pada dengan berbagai
kemampuan dari apa yang pikirannya manusia senantiasa kekuatan dan
inheren untuk difikirkan dan dilakukan melalui potensi untuk
berbuat secara dirasakan selanjutnya penggunaan kehidupan.
rasional ataupun bertindak secara simbol-simbol atau Manusia pada
tidak rasional. irasional maupun bahasa. Berpikir dasarnya adalah
Berfikir dan rasional. secara irasional unik yang
merasa sangat akan tercermin dari memiliki
dekat satu sama verbalisasi yang kecenderungan
lain. Apa yang digunakan. untuk berpikir
dipikirkan dan rasional dan
dirasakan sekaligus irasional
mengambil bentuk
self-talk (ST) yang
selanjutnya
menyerahkan
individu bertindak
rasional atau tidak
rasional.
10. Konseling Pendidikan Pancawaskita menilai Proses konseling Manusia        adalah Misi kopasta sama
Pancawaskita merupakan proses keunggulan individu pelayanan bantuan makhluk sosial dengan misi
untuk disertai dengan psiko-pendidikan yang kan selalu pendidikan.
mengembangkan kecerdasan, kekuatan, dalam bingkai membutuhkan
diri dan keterarahan, budaya. bantuan orang lain,
meningkatkan ketelitian, dan dan manusia
HMM. kearifbijaksanaan. mampu berpikir
untuk
memandirikan
dirinya dalam
proses apapun.
2. Tahap pelaksanaan pelayanan BK secara menyeluruh meliputi:
a. Identifikasi, data, dan sasaran layanan.
b. Diagnosis dan prognosis masalah.
c. Konseptualisasi PERPOSTUR.
d. Pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung dalam rangka pembinaan PERPOSTUR pada diri klien.
e. Penilaian terbinanya PERPOSTUR pada diri klien
Jawaban:

Konseling Psikoanalisis Klasisk (KOPSAK)


a. Identifikasi, data dan Sasaran Layanan
NSW merupakan istri dari MN tersangka kasus korupsi yang sempat buron dimana NSW ikut menjadi buron bahkan lebih
lama dari suaminya. Perilaku religius NSW terlihat saat dia ditangkap yaitu menggunakan jilbab besar dan menggunakan
cadar untuk menutup mukanya. Dari fakta-fakta kasus yang dijelaskan di atas gejala perilaku yang ditampilkan oleh
tersangka-tersangka korupsi adalah menggunakan simbol-simbol keagamaan saat mereka berada di ruang publik baik dengan
alasan menjaga citra karena kesalahan/pelanggaran mereka maupun untuk menutupi muka mereka, dapat juga karena untuk
bertaubat dan mendekatkan diri kepada Tuhan atas keadaan yang mereka hadapi.
b. Diagnosis dan prognosis masalah
Seseorang akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau dengan menciutkan dorongan-dorongan
tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidak terlalu mengancam. Cara ini disebut mekanisme
pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego/Ego Defense Mechanism.
c. Konseptualisasi PERPOSTUR
PERPOSTUR dapat terealisasikan dengan baik oleh klien. salah satu cara membuktikan ialah dengan melakukan penilaian.
Bagaimana mungkin orang lain dapat memberikan penilaian yang benar apabila perilaku yang munculkan hanyalah bentuk
defense mechanism. Untuk itu klien harus mampu memperkuat superego dalam hal ini agar perilaku yang keluar dapat
dikontrol dengan baik sesuai norma.
d. Pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung dalam pembinaan PERPOSTUR pada klien
Layanan Konseling Perorangan
Dalam pelaksanaan konseling individu berusaha memperkuat superego klien. Konselor dapat menggunakan teknik asosiasi
bebas yang akan membuka pintu-pintu untuk mengungkapkan keinginan yang tidak disadari, fantasi, konflik, dan motivasi-
motivasi, untuk mengungkap pengalaman-pengalaman di masa lalu, untuk melepaskan perasaan-perasaan yang selama ini
mengalami pemblokiran.
e. Penilaian terbina PERPOSTUR pada klien.
NSW mampu menampilkan perilaku apa adanya bukan melakukan defense mechanism demi menimbulkan citra baik.
U = Klien mampu memahami tentang perilaku yang dimunculkan merupakan perilaku apa adanya.
C = Klien merasa nyaman dengan perilaku apa adanya yang munculkan.
A = Klien mampu bertindak dengan perilaku yang apa adanya.
Konseling Ego (KONEGO)
a. Identifikasi, data dan sasaran layanan
AR adalah seorang mahasiswi yang duduk di semester akhir namun belum juga berniat untuk menyusun skripsi. hasil
studinya pun tiap-tiap semester hanya pas-pasan saja bahkan banyak nilai yang harus mengulang. Meskipun nilainya banyak
yang tidak memuaskan, AR ini biasa-biasa saja dan tidak ambil pusing. Bahkan tak jarang dia membohongi orang tua
angkatnya untuk mengirimkan biaya sehari-hari. Sekarang AR tinggal di kos temannya yang satu tipe dengan dirinya yang
senang keluyuran malam, mengabaikan perkuliahan dan sibuk wisata ke luar kota dengan menghamburkan uang orang
tuanya.
b. Diagnosis dan Prognosis Masalah
1) Tahap-tahap perkembangan
Pada tahap perkembangan Masa Puber dan Remaja (12-20 tahun) AR mengalami masalah karena sekolah dan tinggal di
pesantren. Hal itu yang membuat dirinya tertekan karena tidak bisa bergerak bebas dan ingin merasakan kebebasan seperti
yang teman-temannya lain juga rasakan. AR juga jauh dari orangtua sehingga Ia jarang berkomunikasi dengan
orangtuanya.
Tahap Puber: AR kebingungan untuk mengenal identitasnya sendiri.
2) Proses perkembangan kepribadian
Ego AR berkembang atas kekuatan dirinya sendiri. Karena hidup jauh dari orangtuanya AR bertingkahlaku seenaknya
saja. Jauh dari aturan dan sering melanggar peraturan atau norma yang berlaku di lingkungannya. Hal ini karena
kurangnya penguatan yang diberikan orangtua sehingga Ia menganggap bahwa hidupnya ini harus dibawa senag saja.
3) Fungsi ego
Fungsi kognitif AR untuk bersenang-senang saja membuat Ia tidak mengerjakan pekerjaan seharusnya seperti kuliah
dengan benar atau menyelesaikan skripsinya. AR beranggapan bahwa hidupnya tidak berguna dan lebih baik
menghambur-hamburkan uang dari orangtuanya daripada kuliah.
 Individu di masa lalunya kehilangan kemampuan atau tidak diperkenankan merespon rangsangan dari luar secara tepat
sehingga pada saat sekarang menjadi salah suai dalam bertingkah.
 Fungsi ego tidak berjalan dengan baik, saat bertingkah laku salah satu fungsi ego. atau ketiga-tiganya tidak berfungsi
dengan baik.
c. Konseptualiasasi PERPOSTUR
Melakukan perubahan-perubahan pada diri klien sehingga terbentuk coping behavior yang dikehendaki dan dapat terbina agar
ego klien itu menjadi lebih kuat. Ego yang baik adalah ego yang kuat, yaitu yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan dimana dia berada. Selain itu, tujuan konseling adalah untuk menata kembali struktur watak dan kepribadian AR,
sehingga AR dapat merubah tingkah lakunya yang sudah mulai merugikannya.
d. Pelaksanaan Layanan dan Kegiatan Pendukung dalam pembinaan PERPOSTUR pada klien
1) Pertama-tama konselor perlu membina hubungan yang akrab dengan AR.
2) Usaha yang dilakukan oleh konselor harus dipusatkan pada masalah yang dikeluhkan oleh AR, khususnya pada masalah
yang ternyata di dalamnya tampak lemahnya ego.
3) Pembahasan itu dipusatkan pada aspek-aspek kognitif dan aspek lain yang terkait dengannya.
4) Mengembangkan situasi ambiguitas (keadaan bebas, tak terbatas, tidak dihalangi, dan tidak dihambat-hambat) yang dapat
dibina dengan memberi kesempatan kepadaAR untuk memunculkan perasaan yang ada dalam dirinya.
5) Menentukan letak masalah, apakah pada kebiasaan AR dan cara bersikap.
6) Membangun fungsi ego yang baru dengan mengemukakan gagasan baru. Berdasarkan diagnosis dan gagasan tersebut
diberikan upaya pengubahan tingkah laku AR
e. Penilaian terbinanya PERPOSTUR pada klien
Klien mampu mengembangkan fungsi ego.
Konseling Psikologi Individual (KOPSIN)
a. Identifikasi, data dan sasaran layanan
OD adalah seorang siswa SMK di kota Padang. Dalam kesehariannya OD termasuk siswa yang periang di kelas maupun di
luar kelas. Namun ada beberapa kejanggalan yang dialami oleh OD ini adalah lebih senang berada di luar kelas meskipun di
hukum oleh Gurunya seperti: menyapu, merawat bunga, atau membersihkan toilet. Di kelas pun pada saat saya memberikan
pertanyaan sesuai dengan materi dia hanya memberikan respon bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang pertanyaan saya tersebut
dan sering merendahkan kemampuan dirinya sendiri.
Kemudian dia lebih banyak menyalahkan dirinya dan tidak mengetahui sedikitpun akan kelebihan yang ada pada dirinya.
Bahkan dengan bangga dia mengatakan lebih senang dengan keadaannya seperti ini karena orang-orang tidak akan menuntut
dirinya untuk bisa memberikan lebih.
b. Diagnosis dan prognosis masalah
OD ini mengalami tingkah laku seperti itu dikarenakan faktor lingkungannya. Baik dia sewaktu kecil di lingkungan keluarga
atau pada saat sekarang lingkungan sekolah yang kurang memberikan kebutuhan untuk dihargai terhadap dirinya.
c. Konseptualisasi PERPOSTUR
Membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style (LS) serta mengurangi penilaian yang bersifat
negatif terhadap dirinya serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dan dalam mengoreksi persepsinya
terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya.
d. Pelaksanaan layaanan dan kegiatan pendukung dalam pembinaan PERPOSTUR pada klien
Menganalisis gaya hidup OD :
1) Konselor harus sampai pada kenyataan tentang faktor-faktor yang meyakinkan akan mempengaruhi kepribadian OD.
2) Pemahaman yang sebenarnya tentang pola-pola tingkah lakunya selama ini secara nyata untuk menemukan kesenjangan .
3) Konselor harus bisa membandingkan keadaan keluarga dimana OD hidup dengan keadaan seharusnya
4) Konselor harus bisa menyampaikan penafsirannya tentang point a, b, dan c diatas kepada OD.
5) Dengan penafsiran tersebut diharapkan persepsi OD berubah, sehingga perilaku klien dapat normal kembali.
e. Penilaian terbinanya PERPOSTUR pada klien
Klien dapat membentuk life style yang efektif.
Konseling Analisis Transaksional (KONSISTRAN)
a. Identifikasi, data dan sasaran layanan
DN adalah siswa SMA yang baru menduduki kelas X. DN termasuk anak yang mempunyai prestasi di bidang akademik.
Namun dalam hubungan sosial, dia tidak begitu memiliki banyak teman. Kalau pun ada mungkin hanya satu atau dua yang
bisa akrab dengan dirinya, selebihnya teman-temannya tidak menyukai perilaku yang ditampilkan DN ini. Perilaku DN yang
tidak disukai oleh teman-temannya diantaranya DN ini terkadang sok tahu, banyak bicara daripada apa yang dilakukannya.
Dia menganggap semua perkataannya itu memang benar, misalnya: dalam proses diskusi pelajaran di kelas.Selain itu, dalam
berteman dia lebih banyak menyalahi apa yang dilakukan oleh temannya, sedangkan apa yang diperbuatnya akan selalu benar.
Menurut teman-temannya dia termasuk anak yang egois atau dengan kata lain ingin menang sendiri.
b. Diagnosis dan Prognosis
Menurut DN, dialah yang baik dalam segala hal sedangkan orang lain banyak dianggapnya salah, sehingga teman-temannya
tidak mau berteman dengan dirinya.
Penampilan ego state cenderung untuk menggunakan ego state yang tunggal, yaitu Critical Parent (orang tua yang selalu
mengkritik), bagian ini dinilai sebagai penampilan ego state kurang baik yang berbentuk omelan, judes, mengkritik, dan
sebagainya. Dengan demikian, DN mengalami gangguan pada proses transaksi yang akan mengakibatkan terjadinya posisi
hidup Saya OK, Kamu tidak OK.
c. Konseptualisasi PERPOSTUR
Membantu klien agar dapat memahami sifat dan jenis transaksi mereka dengan orang lain sewaktu dia bertransaksi.
Pemahaman ini akan berguna bagi klien agar bisa merespon orang lain secara langsung, menyeluruh, dan akrab.
d. Pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung dalam pembinaan PERPOSTUR klien
Layanan konseling individu
Teknik yang penting digunakan:
1) Interrogation
Mengkonfrontasikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi pada diri klien sehingganya berkembang respon adult dalam
dirinya.
2) Specification
Mengkhususkan hal-hal yang dibicarakan sehingganya klien paham tentang ego statenya.
3) Confrontation
Menunjukkan kesenjangan atau ketidak beresan pada diri klien.
4) Explanation
Transaksi adult-adult yang terjadi antara konselor dengan klien untuk menjelaskan mengapa hal ini terjadi (konselor
mengajar klien).
5) Illustration
Memberikan contoh pengajaran kepada klien agar ego state-nya digunakan secara tepat.
6) Confirmation
Mendorong klien untuk bekerja lebih keras lagi.
7) Interpretation
Membantu klien menyadari latar belakang dari tingkah lakunya.
8) Crystallization
Menjelaskan kepada klien bahwasanya klien sudah boleh mengikuti games untuk mendapatkan stroke yang diperlukannya.

e. Penilaian terbinanya perpostur


1) Individu dapat menampilkan ego statenya secara luwes sesuai dengan tempat ia berada
2) Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK kamu OK.
Dalam hal ini DN tidak mencapai aspek saya OK kamu OK.. melainkan saya OK kamu tidak OK. Karena semua yang
dikatakan orang lain selalu ia anggap salah.
3) Ego state-nya bersifat fleksibel tidak kaku dan tidak pula cair.
Konseling Self (KONSELF)
a. Identifikasi, data dan sasaran layanan
LR adalah siswa SMK yang baru duduk di kelas X. Dari hasil belajar, LR menduduki posisi paling bawah serta banyak nilai
yang tidak tuntas. Beberapa guru mengeluh untuk memberikan materi kepada LR karena LR termasuk lambat menerima
materi pembelajaran. LR ini, ternyata masuk ke SMK tersebut merupakan paksaan orang tuanya. Sehingga dia dalam belajar
tidak begitu tulus dari dalam hatinya.
b. Diagnosis dan Prognosis masalah
Struktur Kepribadian
1) Organisme = Unsur fisiologis dengan semua fungsi fisik dan fungsi psikologisnya. Dalam kasus ini, LR merasa tidak
disukai.
2) Lapangan Fenomenal = Segala sesuatu yang dialami seseorang, baik yang bersifat eksternal maupun internal, yaitu hal-hal
yang dipersepsinya dan yang dianggap penting.
3) Self = Bagian dari lapangan fenomenal yang terdeferensiasikan sedikit demi sedikit melalui pengalaman yang disadari
maupun tidak.
Ciri Pribadi yang Salah
1) Estrangement, yaitu membenarkan apa yang sesungguhnya oleh diri sendiri dirasakan tidak mengenakkan. LR mengalami
hal ini karena ia merasa bahwa ia tidak disukai teman karena tidak seperti temannya yang memiliki banyak mobil dengan
uang saku banyak, dan bisa ikut study tour kemana saja.
2) Kecemasan, yaitu kondisi yang ditimbulkan oleh adanya ancaman terhadap kesadaran tentang diri sendiri. LR mengalami
kecemasan saat berkenalan dengan orang baru dan mengalami ketakutan untuk dekat dengan orang lain karena takut
nantinya akan diejek seperti kejadian saat SMP.
3) Defense mechanism (DM), yaitu tindakan yang diambil oleh individu agar tampak konsisten terhadap struktur self (yang
salah itu).
c. Konseptualisasi PERPOSTUR
Membantu klien menjadi lebih matang dan kembali melakukan self.actualization dengan menghilangkan hambatan-
hambatannya.
d. Pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung dalam pembinaan PERPOSTUR klien
Layanan konseling individu
Teknik yang penting digunakan:
1) Kontak psikologis, yaitu menciptakan rapport, sehingga terbentuk keakraban, kehangatan, dan responsiveness, dan secara
berangsur berkembang menjadi pertalian emosional yang mendalam.
2) Kecemasan minimal, yaitu bersifat permissif berkenaan dengan akspresi perasaan, sehingga klien mampu
mengekspresikan segala dorongan dan keluhannya.
3) Pemahaman yang empati, yaitu sementara terdapat kebebasan penuh pada klien untuk menyatakan segala perasaannya, ada
keterbatasan waktu dalam konseling.
4) Keaslian pembimbing, yaitu pertalian konseling hendaknya bebas dari tekanan atau paksaan. Waktu konseling merupakan
milik klien, dan bukanlah konselor.
e. Penilaian terbinanya PERPOSTUR
Klien mampu melakukan self.actualization.
Konseling Gestalt (KONGES)
a. Identifikasi, data dan sasaran layanan
Klien adalah orang yang salalu memnunda-nunda tugas. Klien merasa malu malu dengan teman-temanya yang dia anggap
hebat. Klien merasa rendah diri terhadap teman-nya. Ia juga sering megabaikan tugas sekolah karena mengganggap ia juga
tidak menemukan sosok orang tua di sekolah. Guru–guru hanya memperhatikan anak – anak yang sangat panai, sementara ia
adalah anak yang pemalas.
b. Diagnosis dan Prognosis masalah
1) Struktur Kepribadian
a) Unfinished bussines.
b) Klien berada pada under dog
2) Perkembangan Kepribadian Salah Suai
Berkembangnya kepribadian salah suai ini karean berkembangnya kepribadian under dog pada kasus, dan tidak
tercapainya. Selain itu perasaan yang tidak bertanggung jawab yang dialami oleh klien karena klien merasa tidak apa-
apanya dibanding teman-temanyaOleh karena itulah perasaan rendah diri ini berkembang pada klien.
c. Konseptualisasi PERPOSTUR
Menyadarkan klien akan berartinya dirinya dan klien juga sama dengan teman-temannya yang dianggapnya lebih dari dia
d. Pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung dalam pembinaan PERPOSTUR klien
1) Penekanan tanggung jawab klien. Konselor bersedia membantu klien tetapi tidak akan bisa mengubah klien, konselor
menekankan agar klien mengambil tanggung jawab atas tingkah lakunya.
2) Orientasi sekarang dan saat ini. Konselor tidak membangun kembali (mengulang) masalalu atau motif tidak sadar, tetapi
memfokuskan keadaan sekarang. Masa lalu hanya dalam kaitannya dengan keadaan sekarang
e. Penilaian terbinanya PERPOSTUR
U = Klien memahami peran dan tanggung jawabnya
C = Klien merasa nyaman dengan peran dan tanggung jawabnya
A = Klien dapat melaksanakan peran dan tanggung jawabnya
Konseling Behavioral (KONBE)
a. Identifikasi, data dan sasaran layanan
RM adalah siswa di salah satu SMK kota Padang. Dia sekarang duduk di kelas X. Sewaktu SMP dia termasuk siswa yang
berprestasi di kelasnya, terbukti juara 1 sebanyak 3 kali diperolehnya selama 3 tahun d SMP. Perhatian orang tuanya pun tidak
tanggung-tanggung, apabila anaknya juara dia akan memberikan hadiah berupa: Barang mewah, liburan, dsb. Namun selama
RM duduk di bangku SMK dia tidak lagi merasakan penguatan/dukungan dari orang tuanya. Bahkan di semester 1 yang lalu
prestasinya menurun karena RM tidak begitu semangat karena menurut RM dia sudah terbiasa dengan tantangan-tantangan
berupa hadiah yang diberikan oleh orang tuanya.
b. Diagnosis dan prognosis masalah
-Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atan buruk, tepat atau salah
RM selalu termotivasi belajar karena hadiah yang selama ini diberikan orangtuanya. Sekarang ia jadi malas belajar karena
menurutnya tidak ada faktor yang menunjang untuk belajar.
-Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya, dan mengatur serta
mengontrol perilakunya sendiri
RM menjadi tidak bersemangat akibat tidak adanya hadiah yang diberikan oleh orangtuanya.
-Tingkah laku dapat dikontrol/dikendalikan; dalam arti individu dapat mengantisipasi atau mengetahui terlebih dahulu
keluasan aktivitas atau perilakunya.
Tingkah laku RM dalam hal semangat dan motivasi belajar dikendalikan  oleh pemberian hadiah oleh orangtuanya sewaktu
SMP dulu.RM dipengaruhi oleh faktor hadiah dalam belajar yang selama ini diberikan orangtuanya. Ia menganggap bahwa
pemberian hadiah adalah penguatan dan motivasi untuk belajarnya.
c. Konseptualisasi PERPOSTUR
Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi belajar (semua perilaku dipelajari), membantu menolong diri sendiri (self-help),
peningkatan keterampilan sosial, dan tujuan membantu klien dalam mengembangkan suatu sistem pengaturan diri (self-
management), sehingga klien dapat mengontrol nasibnya (self-control) baik di dalam maupun diluar situasi konseling.
d. Pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung dalam pembinaan PERPOSTUR klien
Memperkuat Tingkah laku:
 Shaping
 Behavior Contract
 Assertive Training
Melemahkan tingkah laku
 Extinction
 Reinforcing Incompatible Behavior
 Relaxation Training
 Systematic Desensitization
 Satiation,
e. Penilaian terbinanya PERPOSTUR
U = Klien memahami bahwa tingkah lakunya harus dirubah
C = Klien merasa nyaman dengan pengubahan tingkah laku
A = Klien mampu melakukan pengubahan tingkah laku
Konseling Realitas
a. Identifikasi, data dan sasaran layanan
Seorang pria yang menikah pada usia 25 tahun dengan perempuan yang lebih besar darinya 2 tahun. Pada saat menikah itu
istrinya sudah berumur 27 tahun dan bekerja sebagai guru honor di sebuah sekolah di kota Padang . Pada saat itu suaminya
bekerja sebagai kuli bangunan.Tahun pernikahan kedua suami masih bekerja sebagai layaknya tanggung jawab sebagai
seorang suami terhadap rumah tangga. Tapi pernikahannya mulai masuk 3 tahun suaminya malah malas bekerja, alasannya
dia mau merawat anaknya dirumah, pada saat itu anaknya berumur 1 tahun dan. Untuk kelangsungan anaknya suaminya
memilih untuk merawat anaknya dirumah dan tidak bekerja lagi. Hari demi hari telah berlalu, minggu demi minggu pun telah
berlalu, istri yang seharusnya dirumah merawat anak pun telah berangkat kerja unutk mensari nafkah untuk keluarga, dan
suami yang seharusnya mencari nafkah pun berada di rumah untuk merawat anaknya. Karena keseringan suami berada dengan
anaknya yang selalu memandikan, dan mengganti celana. Lama-lama kelamaan seharusnya bapak yang harus menjaga
anaknya itu malah berbuat yang tidak semestinya, sang bapak menyodomi anaknya sendiri berkali-kali. Beberapa minggu itu
terjadi dan tidak disangka anak yang masih balita itu merasa kesakitan disaat mau buang air. Sang istri takut dan
memeriksakan anak tersebut ke bidan yang terdekat. Ternyata kelamin anak itu sudah dinodai oleh bapaknya sendiri.
b. Diagnosis dan prognosis
Penyebab tingkah laku salah suai yang dilakukan sang bapak ini disebabkan karena keseringan bapak dengan anak yang
merawat anak tersebut siang malam. Dan juga hawa nafsu sang bapak yang tidak terpuaskan dengan istrinya karena istri harus
bekerja dan sepulang kerja masak dan keletihan.
c. Konseptualisasi PERPOSTUR
1) Membuka diri sang bapak
2) Mengenali nya pada tnggung jawabnya sebagai seorang suami dan bapak
3) Memberikan kesempatan kepada klien untuk memikirkan hal-hal yang dilakukan untuk kebaikan dan kemajuan rumah
tangganya
d. Pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung dalam pembinaan PERPOSTUR klien
Konseling individu
1) Pengawalan konseling
2) Memfrustasikan klien, bahwa tindakan yang dilakukannya itu adalah salah
3) Mengarahkan klien untuk meminta maaf pada familynya, disini digunakan teknik kursi kosong
e. Penilaian terbinanya PERPOSTUR
U = Klien memahami tanggung jawabnya sebagai pengasuh
C = Klien merasa nyaman dengan anak yang diasuhnya dan tidak melakukan tindakan yang diluar batas norma
A = Klien dapat melaksanakan tanggung jawabnya sebagai pengasuh
Konseling Rational Emotif
a. Identifikasi, data dan sasaran layanan
Menurut pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada
cara berpikir yang irasional. Hal inilah yang sering terjadi pada SH. Ketika terjadi suatu masalah, SH biasanya tidak bisa
berpikir rasional. Pikiran-pikiran irrasional mengendalikan setiap tindakan yang ia lakukan. Pernah terjadi kejadian di
kelasnya, saat semua teman-temannya meribut dia mencoba untuk menenangkan suasana kelas. Namun teman-temannya
hanya acuh tak acuh merespon perkataan SH ini. Kemudian SH melanjutkan niat baiknya, akan tetapi caranya berbeda yaitu
dengan berteriak sekencang-kencangnya seraya mencaci maki perbuatan ayahnya di depan teman-temannya. Hal itu tentunya
sontak membuat suasana kelas hening dan beberapa teman SH, menganggap SH tidak waras lagi.Di waktu lain, SH juga
mengalami masalah dengan temannya. Ketika SH ingin meminjam buku latihan matematika temannya dan temannya ini tidak
mau meminjamkan supaya SH mengerjakan sendiri latihannya, SH pun menganggap temannya itu pelit dan tidak mau
berteman dengan dirinya.
b. Diagnosis dan prognosis
Tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irasional.
c. Konseptualisasi PERPOSTUR
Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan, serta pandangan-pandangan SH yang irasional dan tidak
logis terhadap dirinya menjadi pandangan yang rasional dan logis agar SH dapat mengembangkan diri, meningkatkan self-
actualization seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. Selain itu, konseling dilaksanakan
untuk menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa,
rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah yang dialami
d. Pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung dalam pembinaan PERPOSTUR klien
1) Assertive Training, teknik untuk melatih keberanian SH dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang
diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial yang banyak memiliki teman sebaya.
Maksud utama teknik latihan asertif adalah mendorong kemampuan SH mengekspresikan berbagai hal yang
berhubungan dengan emosinya dan mendorong SH untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri dalam
membina hubungan sosial.
2) Reinforcement, teknik untuk mendorong SH ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan
pujian verbal (reward) pada saat motivasi belajarnya mulai meningkat ataupun hukuman (punishment) pada saat ia mulai
mengurung diri. Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irasional pada SH dan
menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka SH akan
menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
e. Penilaian terbinanya PERPOSTUR
Klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self-actualization seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan
afektif yang positif. Selain itu, konseling dilaksanakan untuk menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak
diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah yang dialami
Konseling Pancawaskita
a. Identifikasi, data dan sasaran layanan
RG adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. RG merupakan anak terakhir. RG adalah mahasiswa psikologi semester I
angkatan 2011. Kakaknya yang perempuan menjadi seorang wirausaha. Kakaknya yang laki-laki masih kuliah di ITB.
Hubungan RG dengan Ibunya dan saudaranya baik, namun hubungan RG dengan bapaknya kurang baik.
Selama kuliah, RG mengontrak rumah dengan teman-teman SMA-nya dulu. Dari awal menempati kontrakan tersebut RG
bersikap egois. Ia hanya mau memberikan sesuatu asal ada timbal baiknya. RG jarang berinteraksi dengan teman-temannya
satu kontrakan. Teman-temannya sudah mengajak RG untuk membaur bersama mereka, namun RG tidak mau membaur
dengan teman-temannya. RG pernah mengatakan bahwa yang bisa membuatnya senang adalah dirinya sendiri. Pada saat mau
makan, ia lebih senang titip pada teman-temannya sedangkan RG bermain game di kamar atau dia makan sendiri tanpa
mengajak temannya. Bahkan ia tidak mengganti uang untuk makanan yang dibelikan oleh temannya. Dalam hal kebersihan,
penampilan RG asal-asalan, Ia juga tidak mau ikut membersihkan kontrakan bersama dengan teman-temannya.  Padahal
teman-teman RG sudah mengajak RG untuk membersihkan kontrakan. Dan sekarang teman-teman kontrakan RG menjauhu
RG.
b. Diagnosis dan prognosis
Arti  dari dalam (ADD) suatu gatra bersifat amung dan demikianlah adanya (unik dan objektif). ADD oleh Rg yaitu egois dan
penyendiri.Sedangkan arti yang diberikan dari luar (ADL) bersifat lentur yaitu adalah Ia hanya ingin membantu jika
mendapat keuntungan
Perilaku bermasalah:
 Daya rasa yang tumpul yaitu rasa kebersamaan dan menghargai sesame
 Sikap dan perlakuan yang menolak dan kasar.
 RG menolak untuk bersosialisasi dan bersikap egois terhadap teman sekontrakannya.
 Ia hanya mau memberikan sesuatu asal ada timbal baiknya.
 RG pernah mengatakan bahwa yang bisa membuatnya senang adalah dirinya sendiri, artinya Ia tidak membutuhkan orang-
lain.
 RG sangat berantakan dan tidak bersih karena tidak bisa merawat diri.
 Memiliki masalah dengan ayahnya
 Sulit bergaul dengan teman
 Kurangnya kesadaran akan tanggung jawab dan kemandirian diri
c. Konseptualisasi PERPOSTUR
Terbangunnya gatra baru melalui pengungkapan, analisis, pemaknaan secara tepat dan positif terhadap Arti Dari Dalam
(ADD), Arti Dari Luar (ADL), Keberadaan yang Sedang Ada (KSA), serta pembinaan Keberadaan yang Sedang Ada (KSA)
baru dengan memperhatikan Keberadaan yang Mungkin Ada (KMA) positif yang ada pada diri klien.
d. Pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung dalam pembinaan PERPOSTUR klien
Konseling Individual
Menanamkan pengertian pentingnya merawat diri dan memeperhatikan penampilan.
Menanamkan tentang pentingnya merawat kebersihan lingkungan
Bimbingan kelompok
Mengembangkan kemampuan bersosialisasi masing-masing anggota kelompok dan mengembangkan rasa percaya diri
anggota kelompok
e. Penilaian terbinanya PERPOSTUR
B = Klien mampu memikirkan tentang perilakunya yang salah yaitu tentang merawat diri dan pentingnya bersosialisasi
M = Klien merasa senang dengan kehidupannya
B = Klien mampu memiliki sikap tentang penampilan dirinya dan pentingnya bersosialisasi
B = Klien mampu melukan perawatan terhadap dirinya dan mampu bersosialisasi
B = Klien bersungguh-sungguh dan berkomitmen untuk memperbaiki perilakunya
3. Prinsip TJS: Ilmiah, Amaliah, Imaniah.

No Nama Pendekatan & PRINSIP TJS


Teknik BK Ilmiah Amaliah Imaniah
1. Konseling Psikoanalisis Id berperan sebagai dorongan Ego berperan sebagai
Walaupun memiliki kontrol
klasik (Kopsak) yang hendak dipenuhi. pelaksana keinginan id dan
terhadap keinginan id namun
superego sebagai standardalam kopsak mengabaikan
kontrol pelaksanaan
peran tuhan. Sebab keinginan
dorongan id. id tidak berlandaskan
keinginan mencari ridho tuhan.
2. Konseling Ego (Konego) Ego berkembang dengan Perkembangan ego Dalam perkembangan ego
kekuatannya sendiri yang merupakan proses amaliah. mengabaikan peran tuhan.
biasa disebut ego strenght.
3. Konseling Psikologi Proses perkembangan foi Dalam pengembangannya Tanggung jawab yang
Individual (Kopsin) menjadi fos. butuh dukungan dari dikembangkan hanya untuk
lingkungan dunia.
4. Konseling Analisis Pembentukan ego state. Dalam kehidupan sehari-hari Mengajarkan berkomunikasi
Transaksional individu harus mampu hanya sama manusia saja,
(Konsistran) menempatkan menggunakan melupakan berkomunikasi
ego state yang mana dalam dengan tuhan.
berkomunikasi.
5. Konseling Self (Konself) Proses pembentukan penilaian Ketika individu mampu Tidak adanya mengakui
individu terhadap diri sendiri. memberikan penilaian baik peranan tuhan dalam penilaian
terhadap diri sendiri. terhadap diri sendiri.
6. Konseling Gestalt Kekuatan motivasi untuk Pelaksanaan pemenuhan Tidak ada motivasi untuk
(Konges) memenuhi kebutuhan. kebutuhan itu sendiri. melaksanakan perintah tuhan
dan menjauhi larangan tuhan.
7. Konseling Behavioral Pentingnya reinforcement dan Proses pengubahan tingkah Reinforcement yang
(Konbe) self reinforcement laku yang mana dibantu oleh dibutuhkan hanya untuk
adanya reinforcement. kebutuhan dunia saja.
8. Konseling Realitas Dasar bertingkah laku dengan Memunculkan tingkah laku Hanya bertanggung jawab
3 R. berdasarkan 3R. untuk memenuhi kewajiban di
dunia.
9. Konseling Rational Manusia dilihat dari aspek Hasil buah pikiran yang Mengajarkan untuk berpikir
Emotif emosi dan pikirannya membentuk persepsi, baik terhadap manusia namun
mewarnai penghayatan dan tidak mengajarkan berpikir
mengendalikan tingkah laku baik kepada tuhan.
seseorang.
10. Konseling Pancawaskita Lima faktor yang Pelaksanaannya dengan Segala isi dari pancawakita
mempengaruhi individu yaitu kecerdasan, kekuatan, berkaitan dengan hubungan
pancasila, pancadaya, lirahid, keterarahan ketelitian dan dengan manusia dan dengan
likuladu, dan masidu kearifbijaksanaan tuhan.

Anda mungkin juga menyukai