Disusun Oleh :
Kelompok 2
Ridha CN 125030200111070
A. Manajemen Kinerja
Berbeda dengan Bacal yang menekankan pada proses komunikasi, Armstrong (2004:29)
lebih melihat manajemen kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari
organisasi, tim dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu
kerangka tujuan, standar, dan persyaratan-persyaratan atribut yang disepakati.
Armstrong dan Baron (1998:7) sebelumnya berpandangan bahwa manajemen kinerja
adalah pendekatan strategis dan terpadu untuk menyampaikan sukses berkelanjutan pada
organisasi dengan memperbaiki kinerja karyawan yang bekerja di dalamnya dan dengan
mengembangkan kapabilitas tim dan kontributor individu. Mereka juga mengutip pendapat
Fletcher yang menyatakan manajemen kinerja sebagai berkaitan dengan pendekatan mencipakan
visi bersama tentang maksud dan tujuan organisasi, membantu karyawan memahami, dan
mengenal bagiannya dalam mengelola dan meningkatkan kinerja baik individu maupun
organisasi.
Costello (1994:3) menyatakan bahwa manajemen kinerja merupakan dasar dan kekuatan
pendorong yang berada di belakang semua keputusan organisasi, usaha kerja dan alokasi sumber
daya
Dengan memperhatikan pendapat para ahli di atas, maka dapat dirumuskan bahwa pada
dasarnya manajemen kinerja merupakan gaya manajemen dalam mengelola sumber daya yang
berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan
dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan
pendorong untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen kinerja merupakan suatu proses yang sistematik, hal ini mempunyai arti
bahwa untuk memperbaiki suatu kinerja sebuah organisasi diperlukan sautu langkah-langkah
atau tahapan-tahapan yang terencana dengan baik dan efektif. Adapun sistem manajemen kinerja
yang efektif merupakan sebuah proses yang membantu organisasi untuk mencapai tujuan jangka
panjang dan jangka pendeknya, dengan membantu manajer dan karyawan melakukan
pekerjaannya dengan cara yang semakin baik.
B. Kompensasi
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompensasi
merupakan suatu balas jasa atas kontribusi dan prestasi yang diberikan oleh tenaga kerja kepada
organisasi.
Pemberian kompensasi dapat terjadi tanpa ada kaitannya dengan kinerja prestasi, seperti
upah dan gaji. Upah adalah kompensasi dalam bentuk uang dibayarkan atas waktu yang telah
dipergunakan, sedangkan gaji adalah kompensasi dalam bentuk uang yang dibayarkan atas
pelepasan tanggung jawab atas pekerjaan. Upah dipergunakan untuk memberikan kompensasi
kepada tenaga kerja yang kurang terampil, sedangkan untuk tenaga terampil biasanya digunakan
pengertian gaji.
Namun, kompensasi dapat pula diberikan dalam bentuk insentif, yang merupakan kontra
prestasi di luar upah dan gaji, dan mempunyai hubungan dengan prestasi sehingga dinamakan
pula sebagai pay for performance atau pembayaran atas prestasi.
Apabila upah dan gaji diberikan sebagai kontra prestasi atas kinerja standar pekerja,
dalam insentif merupakan tambahan kompensasi atas kinerja di atas standar yang ditentukan.
Adanya insentif diharapkan menjadi faktor pendorong untuk meningkatkan prestasi kerja di atas
standar. Di samping upah, gaji dan insentif, kepada pekerja diberikan rangsang lain berupa
penghargaan atau reward. Perbedaan antara insentif dan reward adalah, insentif sifatnya
member motivasi agar pekerja lebih meningkatkan prestasinya, pada reward, pekerja lebih
bersifat pasif. Atas prestasi kerjanya, atasan memberikan penghargaan tambahan lain kepada
pekerja.
Bentuk kompensasi lain berupa tunjangan, yang pada umumnya tidak dikaitkan dengan
prestasi kerja. Tunjangan lebih banyak dikaitkan dengan pemberian kesejahteraan dan
penciptaan kondisi kerja sehingga pekerja menjadi lebih merasa nyaman dan merasa mendapat
perhatian atasan.
Bagi manajer, manajemen kinerja berperan untuk mengupayakan klarifikasi kinerja dan
harapan perilaku, menawarkan peluang menggunakan waktu secara berkualitas, memperbaiki
kinerja tim dan individual, mengusahakan penghargaan nonfinansial pada staf, membantu
karyawan yang kinerjanya rendah, digunakan untuk mengembangkan individu, mendukung
kepemimpinan, proses motivasi dan pengembangan tim, mengusahakan kerangka kerja untuk
meninjau ulang kinerja dan tingkat kompensasi.
Sementara itu, bagi individu, manajemen kinerja berperan dalam memperjelas peran dan
tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu pengembangan kemampuan
dan kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dasar objektivitas dan kejujuran
untuk mengukur kinerja, dan memformulasi tujuan dan rencana perbaikan cara bekerja dikelola
dan dijalankan.
Peran Imbalan/Kompensasi
Seseorang bekerja memberikan waktu dan tenaganya kepada organisasi dan sebagai
kontra prestasinya, organisasi memberikan imbalan atau kompensasi yang bentuknya dapat
sangat bervariasi. Sistem yang dipergunakan organisasi dalam memberikan imbalan tersebut
dapat mempengaruhi motivasi kerja dan kepuasan kerja karyawan. Kesalahan dalam menerapkan
sistem penghargaan akan berakibat timbulnya de-motivasi dan tidak adanya kepuasan kerja
karyawan. Apabila hal tersebut terjadi dapat menyebabkan turunnya kinerja baik pekerja maupun
organisasi. Dalam kenyataannya, setiap organisasi menerapkan sistem kompensasi secara
fleksibel dan bebas sesuai dengan kondisi masing-masing. Sistem mana yang dirasa tepat untuk
memberikan kompensasi kepada pekerja dengan harapan dapat meningkatkan kinerja dan
kepuasan kerjanya (Wibowo, 2007:157).
Jadi pada intinya, semakin besar kompensasi yang diberikan perusahaan kepada
karyawannya, maka akan semakin tinggi usaha para karyawan untuk meningkatkan kinerjanya
dan begitupun sebaliknya, apabila kompensasi yang diberikan kepada karyawan semakin rendah
bahkan dibawah rata-rata yang telah ditetapkan dalam hukum, maka akan semakin rendah
kinerja yang diberikan karyawan untuk perusahaan tersebut karena mereka akan merasa
kompensasi yang diberikan tidak sebanding dengan yang mereka berikan kepada perusahaan.
Dan hal ini dapat menyebabkan karyawan tersebut berpindah tempat ke perusahaan lain.
Sedangkan jika diberikan kompensasi yang semakin meningkat, karyawan tersebut pasti akan
terus memberikan kinerja yang semakin meningkat di perusahaan tersebut tanpa berpindah ke
perusahaan lain.
1. Perencanaan Kinerja
Dimana atasan dan bawahan berupaya merumuskan, memahami dan menyepakati target
kinerja bawagan dalam rangka mengoptimalkan kontribusinya terhadap pencapaian tujuan-tujuan
organisasi. Pada saat perencanaan kinerja ini atasan membantu bawahan dan menterjemahkan
tujuan-tujuan organisasi ke dalam target kinerja individual dalam batasan anggaran yang
tersedia.
Digunakan oleh masing-masing pihak sebagai bukti pendukung realisasi kinerja bawahan.
Pengumpulan data adalah sebuah proses untk mendapatkan informasi yang relevan bagi
perbaikan dan pengembangan, baik secara individual maupun organisasional. Pengamatan adalah
sebuah cara untuk mengumpulkan data. Dan dokumentasi adalah proses mencatat data yang
dikumpulkan agar siap dipakai, sehingga informasi yang didapat tidak hilang.
Proses evaluasi kinerja melibatkan manajer dan karyawan yang bekerja sama untuk menilai
kemajuan yang telah dicapai karyawan ke arah sasaran yang telah ditentukan dalam perencanaan
kinerja dan untuk menyimpulkan apayang berjalan baik sepanjang periode yang dikaji ulang, dan
apa pula yang berjalan kurang baik. Pada saat inilah bukti-bukti otentik kinerja bawahan
diklrafikasi, didiskusikan, dan disimpulkan bersama sebagai kinerja bawahan pada periode
tersebut.
Diagnosis kinerja merupakan proses pemecahan masalah dan komunikasi, yang digunakan
untuk mengidentifikasikan penyebab dasar yang sebenarnya dari permasalahan atau kegagalan
kinerja, bagi perseorangan, suau bagian, atau bahkan keseluruhan organisasi. Sedangkan
bimbingan merupakan suatu proses dimana seseorag yang lebih berpengetahuan mengenal suatu
hal, bekerja dengan seorang karyawan untuk membantunya mengembangkan pengetahuan dan
keahlian dalam aragka meningkatkan kinerja. Dengan adanya diagnosis kinerja dan bimbingan
ini, bawahan tidak merasa “dipersalahkan” atas kegagalan mencapai target kinerja yang telah
disepakati dan sekaligus menunjukan niatan bahwa persoalan kinerja bawahan adalah persoalan
atasan juga.
Manajemen kinerja merupakan salah satu bidang tugas yang ditangani oleh Manajemen
Sumber Daya Manusia yang bertanggungjawab untuk mengatur dan memastikan supaya
jembatan yang menghubungkan perusahaan dan karyawan bisa terbangun dengan baik, kokoh,
dan mendatangkan manfaat besar bagi perusahaan. Secara khusus, manajemen kinerja
bertanggung jawab terhadap proses dan hasil dari penilaian kinerja pegawai. Tugas ini termasuk
melakukan monitor dan evaluasi sehingga ditemukan apakah terdapat kemajuan atau justru
kemunduran dalam organisasi karena kinerja tersebut. Jika terdapat masalah dalam kinerja
karyawan, koordinasi dan pendisiplinan perlu dilakukan
Merupakan hal penting bagi para manajer untuk memahami penilaian sebagai tanggung
jawab mereka. Melalui proses ini, kinerja karyawan yang baik bahkan dapat dikembangkan
menjadi lebih baik, dan kinerja karyawan yang buruk dapat ditingkatkan atau dikeluarkan dari
organisasi. Penilaian kinerja bukan hanya kebutuhan SDM tetapi haruslah menjadi proses
manajemen, karena membimbing kinerja karyawan adalah tanggung jawab paling penting dari
manajer. Meskipun tidak menggerakkan manajemen kinerja, SDM dapat membimbing para
manajer yang melakukannya secara individual. (Malthis dan Jackson, 2006:386)
KESIMPULAN
Manajemen kinerja merupakan gaya manajemen dalam mengelola sumber daya yang
berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan
dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan
pendorong untuk mencapai tujuan organisasi. Kemudian untuk mengapresiasi kontribusi dan
kinerja karyawan yang efektif dalam mencapai tujuan organisasi, maka perusahaan memberikan
kompensasi baik financial maupun nonfinancial kepada karyawan yang bersangkutan. Hakikat
manajemen kinerja adalah bagaimana mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen kinerja berperan penting dalam
meningkatkan performance individu, manajer, dan organisasi. Begitu juga dengan kompensasi
yang turut berperan dalam meningkatkan performance individu, dan secara tidak langsung
berdampak pada performance manajer dan organisasi. Kompensasi ini dapat menjadi sebuah
motivasi maupun de-motivasi sehingga dapat menurunkan kinerja dan menghilangkan kepuasan
kerja bagi karyawan. Oleh karena itu, manajemen kinerja harus dilaksanakan seefektif dan sebaik
mungkin. Dalam pelaksanaannya manajemen kinerja terbagi menjadi 5 komponen, yaitu
perencanaan kinerja, komunikasi kinerja yang berlangsung terus menerus, pengumpulan data,
pengamatan, dan dokumentasi, pertemuan evaluasi kerja, serta diagnosis kinerja dan bimbingan.
Adapun manajemen kinerja bertanggung jawab atas penilaian kinerja serta membimbing kinerja
karyawan.
Daftar Pustaka
Bacal, Robert. 1999. Performance Management. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mathis, Robert L dan John H. Jackson. 2006. Human Resource Management : Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba Empat.