Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

2.1. Identitas Pemrakarsa

Identitas pemrakarsa dapat diuraikan sebagai berikut

a. Nama Pemrakarsa : Perum Perhutani Divisi Regional Jawa


Timur Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH) Padangan
b. Alamat Pemrakarsa : Jl. Diponegoro No. 83 Padangan,
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur
62162
c. Nama Kegiatan dan/ : Industri Penyulingan Minyak Kayu Putih
atau Usaha dan Penyemaian Tanaman
d. Alamat Kegiatan : Resort Pemangkuan Hutan (RPH)
dan/atau Usaha Tinggang Bagian Kesatuan Pemangkuan
Hutan (BKPH) Tenggaron Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Padangan
Desa Bancer Kecamatan Ngraho
Kabupaten Bojonegoro
e. Nama Penanggung : Wisik Sugiarto
Jawab UKL – UPL
f. Alamat Penanggung : Griya Rahayu Permai Kav. 12 RT 001 RW
Jawab UKL – UPL 017 Desa Jururejo Kecamatan Ngawi
Kabupaten Ngawi
g. No. Tlp Penanggung : +62 857-0856-1973
Jawab UKL-UPL

2.2. Identitas Penyusun Dokumen UKL-UPL


a. Nama Perusahaan : CV. Sabda Alam
b. Alamat Perusahaan : Perum Palem Asri No. 2 RT 001 RW 004
Desa Purbayan Kec. Baki Kabupaten
Sukoharjo
c. No. Telp : 081329251945
d. Tenaga Ahl : Agus Budi Susilo, M.Si
Eko Setyaningsih, M.Si
Sulistyo

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 1


2.3. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Nama renana usaha dan/atau kegiatan adalah Penyulingan Minyak
Kayu Putih dan Penyemaian Tanaman.

2.4. Lokasi Rencana Usahadan/atau Kegiatan


Lokasi kegiatan Penyulingan Minyak Kayu Putih RPH Tinggang BKPH
Tenggaron KPH Padangan Desa Bancer Kecamatan Ngraho
Kabupaten Bojonegoro. Adapun lokasi tersebut memiliki batas-batas
langsung sebagai berikut.
a. Utara : lahan kosong
b. Selatan : jalan desa
c. Barat : Pasar Tinggang
d. Timur : lahan kosong
Secara astronomis lokasi tesebut berada pada koordinat
a. Lintang Selatan : 7°12'58,7"
b. Bujur Timur : 111°34'18,5"

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 2


Gambar 1. Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan

Adapun kegiatan lain di sekitar lokasi yang dapat menambah dampak


yang ditimbulkan oleh kegiatan penyulingan minyak kayu putih
adalah pasar tinggang.

2.5. Skala Usaha


2.4.1. Status Lahan dan Rencana Penggunaan Lahan
Lahan yang digunakan untuk kegiatan penyulingan minyak kayu putih
adalah sebidang milik perum Perhutani dengan luas 19.028 m 2.
2.4.2. Pola Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan untuk kegiatan tersebut di atas dapat ditabulasikan
sebagai berikut.

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 3


Tabel 2.1
Pola Penggunaan Lahan
Jumlah Luas Luasan
No Jenis Penggunaan (unit) (m2) (%)
I Bangunan
1 Tempat Penyulingan 1 90 0.47
2 Kantor PMKP 1 16 0.08
3 Mushola 1 16 0.08
4 KM/Tempat Wudlu 1 9 0.05
5 Kantor Persemaian 1 36 0.19
6 Rumah Dinas 56 0.29
Jumlah I 223 1.17
II Ruang Terbuka
1 Jalan dan Parkir 475 2.50

2 Lahan Persemaian 18.330 96.33


Jumlah II 18.805 98.83
Jumlah Total 19.028 100.00
Sumber: KPH, Padangan, 2021

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa luas lahan terbangun mencapai


223 m2 (1,17%) sedangkan luas lahan terbuka mencapai 18.805
(98,83%). Lahan terbuka tersebut digunakan untuk jalan dan parkir 475
m2 (2,50%), persemaian seluas 18.330 m2 (96,33%). Adapun layout
penggunaan lahan sebagai berikut:

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 4


Gambar 2.2 Layout Penggunaan Lahan

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 5


Gambar 2.3 Site Plan Bangunan Penyulingan Minyak Kayu Putih

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 6


2.4.3. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan Perum Perhutani KPH Padangan meliputi 2 (dua)
kegiatan di lokasi tersebut yaitu 1) penyulingan minyak kayu putih dan 2)
pembibitan atau penyemaian tanaman.
a. Penyulingan Minyak Kayu Putih
Proses penyulingan minyak kayu putih yang dilakukan oleh Perum
Perhutani KPH Padangan menggunakan prinsip destilasi sehingga
diperoleh minyak atsiri. Adapun proses tersebut sebagai berikut.
1) Penyiapan bahan baku
Bahan baku berupa daun segar dan ranting kecil dari pohon kayu
putih.
2) Penyiapan ketel
Mengisi air pada dasar ketel hingga batas saringan (0,3 kg/liter).
Memasukkan bahan baku ke dalam ketel dari saringan sampai
mulut ketel. Menutup ketel dengan benar agar tidak terdapat
kebocoran uap.
3) Penyiapan tungku pembakaran
Setelah ketel terisi air dan bahan baku, dilanjutnya proses
penyalaan tungku pembakaran dengan bahan bakar campuran kayu
dengan limbah padat (daun yang telah diproses).
4) Proses destilasi
Destilasi menurut Steven Miall (Guenther, 1987) didefenisikan
sebagai pemisah komponen-komponen suatu campuran dari dua
jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari
masing-masing zat tersebut. Air yang menguap akan membawa
partikel-partikel minyak atsiri dan dialirkan melalui pipa ke alat
pendingin sehingga terjadi pengembunan dan uap air yang
bercampur minyak atsiri tersebut akan mencair kembali.

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 7


Selanjutnya, dialirkan ke alat pemisah untuk memisahkan minyak
atsiri dan air. Proses destilasi berlangsung sampai dengan 4 jam.
5) Sparator
Proses pemisahan minyak dengan air menggunakan alat separator.
Air dapat ditampung dan digunakan lagi dalam proses destilasi.
6) Pembongkaran ketel
Seteleh proses destilasi selesai, tungku api di matikan. Tutup ketel
di buka secara perlahan di biarkan sampai dengan 30 menit
kemudian dilakukan pembongkaran isi ketel (daun/ranting). Daun
dan ranting tersebut menjadi limbah padat dikering anginkan
kemudian dapat diguanakan untuk bahan bakar.
Dengan demikian proses penyulingan minyak kayu putih dapat dibuat
diagram alir sebagai berikut.
Bahan Baku
2 ton/hari
Bahan Bakar
Organik
1.6 ton/hari
Ketel Destilasi
Air 2 ton/hari
3.8 m3/hari
Kondensor
3.8 m3/hr

Separator
372 L/hr

Air Minyak
360 L/hari 16 L/hari

Limbah Padat Organik


1,6 ton/hari

Gambar 2.4 Proses Produksi Minyak Kayu Putih

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 8


Gambar 2.5 Alur Produksi Minyak Kayu Putih

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 9


b. Penyemaian Tanaman
Kegiatan penyemaian tanaman yang dilakukan adalah upaya
perbanyakan tanaman kayu putih menggunakan teknik vegetatif yaitu
semai pucuk. Adapun tahapannya sebagai berikut.
1) Penyiapan bedeng stek
Bedeng stek merupakan tempat penumbuhan tunas stek, yang
terbuat dari media pasir dengan sungkup di atasnya untuk menjaga
kelembaban di atas 80%.
2) Pemilihan bibit tunas
Pemilihan tunas yang tumbuh autotrop (ke atas) pada tanaman
kayu putih yang telah dipangkas. Tunas yang baik adalah yang
tidak terlalu tua atau terlalu muda, dengan panjang sekitar 30 cm.
Panjang stek kurang lebih 3-4 ruas (±10cm) dan dari satu tunas
dapat diambil sampai 3 stek.
3) Penanaman stek pada media bedeng stek
Penanaman stek pucuk dilakukan pada bedeng stek dengan media
pasir dan sebelumnya bagian pangkal stek diolesi Rootone F.
Bedeng segera ditutup sungkup plastik untuk memelihara
kelembaban diatas 80%.
4) Pemeliharaan stek
Pemeliharaan stek dilakukan dengan penyiraman sesering mungkin
dengan sprayer tangan. Setelah 2 bulan, stek siap dipindahkan ke
kantong bibit/polybag yang berisi media tanah + pupuk kandang
(1:1) untuk memacu pertumbuhan yang lebih baik. Setelah 2-3
bulan di persemaian, bibit telah siap ditanam di lapangan.

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 10


2.4.4. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi penyulingan minyak kayu putih adalah 2 ton bahan
baku per hari. Dengan kapasitas tersebut maka produk yang diperoleh
berupa minyak kayu putih kurang lebih 16 liter minyak kayu putih.
Tabel 2.2
Kapasitas Produksi
No Jenis Produk Kapasitas Keterangan
1 Minyak Kayu Putih 16 l/hr = 400 l/bl 1 bulan = 25 hari
4.800 l/th
2 Bibit Tanaman Kayu Putih 1.700.000 Luas lahan
pucuk/tahun persemaian 1,83
ha
Sumber: Perum Perhutani KPH Padangan, 2021

2.4.5. Peralatan Produksi


Untuk menunjang kapasitas produksi seperti di atas, peralatan yang
digunakan sebagai berikut.
Tabel 2.3
Peralatan Produksi

No Nama Alat Jumlah Kapasitas Fungsi Sumber


Energi
Penyulingan Minyak Kayu Putih
1 Ketel 2 unit 500 kg Pemecah dan Panas
destilasi pengeluaran api dari
minyak atsiri tungku
berdasarkan
tekanan uap
3
2 Kondensor 1 unit 8m Kondensasi dari -
(2 x 2 x 2 uap ke air
m)
3 Sparator 1 unit 1 m3 Pemisah minyak -
dengan air
3
4 Tungku 2 unit 1m Sumber api Kayu
untuk tungku bakar
dan
limbah
padat
sisa
destilasi

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 11


5 Pompa air 2 unit 0.4 l/detik Mengisi air pada Listrik
kondensor
Penyemaian Tanaman
1 Sprayer 20 unit 20 l Penyiraman Batteray
/manual
2 Gunting 40 unit Pemotongan manual
stek stek
3 Cangkul N/A Pembuatan manual
bedengan
Sumber: Perum Perhutani KPH Padangan, 2021

2.4.6. Waktu Operasional


Waktu operasional penyulingan minyak kayu putih adalah 24 jam per
hari, 6 hari per pekan (Senin – Sabtu), dengan 3 shift kerja.

2.4.7. Tenaga Kerja


a. Tahap Konstruksi
Jumlah tenaga kerja pada tahap konstruksi mencapai 10 orang, yang
berasal dari tenaga kerja lokal.
Tabel 2.4
Tenaga Kerja Tahap Konstruksi
Jenis Pendidikan
Jumlah
No Jenis Pekerjaan Kelamin
(orang)
L P
1 Pengawas 1 1 SMA sederajat
Pelaksana (Tukang SMA sederajat
2 dan Pembantu 8 8
Tukang)
3 Keamanan 1 1 SMA sederajat
Jumlah 10 10
Sumber: Perum Perhutani KPH Padangan, 2021

b. Tahap Operasional

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 12


Jumlah tenaga kerja untuk kegiatan penyulingan minyak kayu putih
sebanyak 8 orang. Adapun perincian atas tenaga kerja tersebut dapat
ditabulasikan seperti Tabel 2.5
Tabel 2.5
Tenaga Kerja Tahap Operasional

Jenis Pendidikan
Jumlah
No Jenis Pekerjaan Kelamin
(orang)
L P
1 Pimpinan 1 1 SMA sederajat
2 Administrasi 1 1 SMA sederajat
Operator
3 penyulingan 9 9 SMA sederajat
minyak kayu putih
4 Penyemaian 20 8 12 SMA sederajat
4 Sopir 1 1 SMA sederajat
5 Helper 3 3 SMA sederajat
Jumlah 35 23 12
Sumber: Perum Perhutani KPH Padangan, 2021

Sebagai bentuk perlindungan bagi tenaga kerja, maka semua tenaga kerja
akan diikutsertakan dalam program BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan.

2.4.8. Sumber Energi


Engergi yang digunakan dalam proses penyulingan minyak kayu putih
berasal dari kayu bakar dan limbah padat destilasi

2.4.9. Penggunaan Air Bersih


a. Tahap Konstruksi
Kebutuhan air digunakan sebagai bahan penolong (campuran) bahan
bangunan, dan kebutuhan domestik tenaga kerja serta penyiraman.

Tabel 2.6

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 13


Kebutuhan Air Tahap Konstruksi

Kebutu- Air Limbah Ket


Uraian
han Air (l/hari)
Komponen
Liter/ Black Grey
org (lt/hr)
hr Water Water
Domestik Pekerja Air Limbah
10 60* 600 180 420
Konstruksi Domestik
Konstruksi - 30** 450 Menguap
Penyiraman debu - - 100 *** Menguap
Jumlah 1150 180 420
Sumber:
* Survei Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya DPU, 2006
** Hitungan dari Panduan Sistem Bangunan (Juana, 2007)
*** Kontraktor Pelaksana
Luas seluruh bangunan : 2405 m2
Kebutuhan air konstruksi per m2 : ± 30 liter
Kebutuhan air konstruksi total : 2405 m2 x 30 liter/m2
: 72150 liter
Keterangan:
Untuk konstruksi diasumsikan :
Masa Konstruksi : 6 bulan = 160 hari kerja efektif
Kebutuhan air konstruksi per hari : 72150 liter/160 hari
: 450 liter/hari

Air Tanah
1150 l/hr

Konstruksi Penyiraman Tenaga Kerja


b.
450 l/hr 100 l/hr 600 l/hr

Meresap
Black Water Grey Water
550 l/hr
180 l/hr 420 l/hr

Septicktank Resapan
180 l/hr 420 l/hr

Gambar 2.5 Neraca Penggunaan Air Tahap Konstruksi

b. Tahap Operasional

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 14


Kegiatan operasional Perum Perhutani KPH Padangan memerlukan
sumber daya air hanya untuk menunjang kebutuhan domestik tenaga
kerja, karena dalam proses produksi tidak membutuhkan air. Menurut
Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya (2006),
kebutuhan air untuk kegiatan industri kecil sebagai berikut.
1) Kebutuhan air tenaga kerja : 80 liter/orang/hari
2) Produksi : 500 liter/hari

Dengan demikian, kebutuhan air Perum Perhutani KPH Padangan


dapat ditabulasikan seperti pada Tabel 2.7

Tabel 2.7
Kebutuhan Air Tahap Operasional

Keb. Air Limbah Air


Uraian
Air (l/hari) Limbah
Komponen Ket
Black Grey Produksi
Vol Sat (L/Hr)
Water Water (L/Hr)
80 Air Limbah
Tenaga Kerja 35 org 2800 840 1960
/org/hr Domestik
Penyiraman semaian 1,83 ha - 4500 Menguap
Produksi minyak 360
3800
kayu putih
Tempat Ibadah 1 unit 1000 1000
Jumlah 12100 840 2960 360
Sumber:
* Survei Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya DPU, 2006

Pada tahap operasional kebutuhan air sebesar 840 l/hari yang


dipenuhi dari air tanah (sumur). Pola penggunaan air dapat
digambarkan dalam bentuk diagram alir seperti Gambar 2.3

Sumur
840 l/hr

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 15


Tenaga Kerja Penyemaian Produksi Tempat Ibadah
640 l/hr 4500 l/hr 3800 l/hr 1000 hr

Blackwater Greywater Menguap Air Limbah Menguap Greywater


192 l/hr 448 l/hr 4500 l/hr 360 l/hr 3440l/hr 1000 l/hr

Septictank Resapan
114/hr 448 l/hr

Gambar 2.7 Neraca Penggunaan Air Tahap Operasional

2.4.10. Bahaya Kebakaran


Potensi terjadinya kebakaran di lokasi kegiatan penyulingan minyak kayu
putih cukup tinggi. Kebakaran dapat terjadi karena sifat bahan baku dan
limbah produksi berupa sekam mudah terbakar. Penggunaan listrik untuk
mesin penyulingan minyak kayu putih merupakan salah satu penyebab
kebakaran, di samping disebabkan oleh manusia (terutama penggunaan
api maupun puntung rokok di lokasi penyimpanan limbah padat (sekam).
Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dengan menyediakan alat
pemadam api ringan (APAR) dan pembuatan sumur hidran. Di samping itu
juga diperlukan upaya pemeriksaan secara rutin terhadap jaringan listrik.
Sementara itu untuk menjaga agar APAR tetap dalam kondisi siap pakai,
maka dilakukan pemeriksaan dan penggantian isi APAR secara rutin.
Adapun tata letak APAR dapat ditabulasikan sebagai berikut.

Tabel 2.8
Fasilitas APAR dan Hidran

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 16


No Jenis Pemadam Volume Jumlah Lokasi Penempatan Apar
Api
1 Dry Chemical 2,6 kg 4 unit  3 unit di ruang produksi
Powder  1 unit di gudang beras
2 Hidran Halaman Perum Perhutani
KPH Padangan
Sumber: Perum Perhutani KPH Padangan

2.4.11. Lalu lintas


Lokasi Perum Perhutani KPH Padanganyang berada di ruas Jalan Nasional
dengan kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. Sebagai langkah
pengelolaan dampak kepadatan lalu lintas, maka pemrakarsa wajib
menyusun kajian análisis dampak lalu lintas (andalalin) di lokasi tersebut,
sehingga dirumuskan pedoman rekayasa lalu lintas di lokasi tersebut.

2.4.12. Limbah dan Sampah


Operasional Perum Perhutani KPH Padangan menghasilkan bahan
buangan berupa air limbah dan sampah.
a. Air limbah
Air limbah dihasilkan dari aktivitas domestik, air limbah ini berasal
dari kamar mandi. Sistem pengolahan air limbah domestik
menggunakan septictank dan sumur resapan. Adapun septiktank yang
akan digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut.

Gambar 2.7 Detil Septiktank


b. Limbah padat

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 17


Limbah padat berupa sisa destilasi berupa daun dan ranting. Volume
limbah padat yang dihasilkan kurang lebih mencapai 1.6 ton per hari.
Limbah padat tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar tungku.
Limbah padat bongkaran ketel dikeringaginkan dan diikat (ballpress)
selanjutnya di simpan dan digunakan untuk bahan bakar ketel.
c. Air limbah produksi
Limbah cair dihasilkan dari proses produksi yaitu destilat yang berupa
air dan minyak. Pada alat separator dipisahkan antara minyak dengan
air. Volume air yang dihasilkan mencapai 360 liter/hari. Air limbah ini
tersebut kaya bahan organik dan minyak, dengan demikian diperlukan
pengolahan (IPAL) untuk menurunkan kandungan bahan organik dan
minyak dalam air limbah sehingga sesuai dengan baku mutu dan
aman di lepas badan air. Skematis pengolahan air limbah penyulingan
minyak kayu putih sebagai berikut.

Gambar 2.8 Instalasi Pengolahan Air Limbah


Keterangan:

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 18


 Bak ekualisasi berfungsi membagi dan meratakan volume pasokan
(influent) untuk masuk pada proses pengolahan selanjutnya,
meratakan variabel dan fluktuasi dari beban organik untuk
menghindari shock loading pada sistem pengolahan biologi serta
meratakan pH untuk meminimalkan kebutuhan bahan kimia pada
proses netralisasi. Sebagai pengolahan pendahuluan (pre
treatment), ekualisasi merupakan penyeragaman kondisi air limbah
yang meliputi debit dan keasaman.
 Bak Netralisasi, limbah cair industri minyak kayu putih mempunyai
kisaran pH 4,0 sehingga perlu dilakukan netralisasi. Netralisasi
menggunakan batuan kapur (CaCO3) yang diletakkan di dalam bak.
Kriteria rancangan bak netralisasi adalah retention time ± 30 menit,
diameter batu kapur ± 10 cm, dan perubahan pH dari 4,0 menjadi
7,0.
 Bak reaktor menggunakan biofilter anaerob. Biofilter berupa
honeycomb dengan luas kurang lebih 80 cm 2. Waktu tinggal di bak
reaktor biofilter anaerob kurang lebih 36 jam.
 Bak stabilisasi merupakan pengendapan terakhir sebelum air limbah
keluar ke badan air.

d. Sampah
Sampah dihasilkan dari aktivitas domestik penyulingan minyak kayu
putih. Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah organik dan non
organik. Volume timbulan sampah kurang lebih 35 orang x 0,34
kg/org/hari = 11,9 kg/hari. Pengelolaan sampah dengan cara
membuat tempat sampah yang terpisah antara organik dan non
organik. Sampah organik dikomposkan dalam lubang resapan biopori
dan sampah anorganik diambil olah petugas dari desa Klitik untuk di
bawa ke TPS.

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 19


2.4.13. Kebencanaan
Bencana menurut UU 24 Tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis.
Potensi kebencanaan di lingkungan usaha dan/atau kegiatan dapat
diidentifikasi sebagai berikut.
a. Banjir, dipengaruhi oleh curah hujan dan faktor resapan ke dalam
tanah. Kondisi lingkungan fisik di sekitar lokasi usaha dan/atau kegiatan
masih berupa lahan tertutup bangunan di sebelah belakang dan
permukiman di kanan kirinya.
b. Kebakaran, disebabkan oleh api dan listrik. Jenis komoditas barang di
dalam gudang, memiliki potensi yang cukup besar terjadinya
kebakaran. Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dengan
mentaati SOP.
c. Gempa bumi, bencana ini tidak dapat diprediksi sebelumnya. Namun
upaya pencegahannya dapat dilakukan dengan bangunan yang tahan
gempa. Dan untuk meminimaliasi jatuhya korban jiwa, perlu dilakukan
kesiapsiagaan saat bencana terjadi dengan melatih tenaga kerja untuk
menghadapi bencana gempa bumi.
d. Angin, potensi terjadinya angin yang merusak cukup tinggi karena
lokasi usaha dan/atau kegiatan merupakan dataran terbuka. Upaya
pencegahan terhadap terjadinya angin ribut dengan pemeliharaan
bangunan dan pemangkasan tunaman khususnya pada musim
penghujan.
e. Penularan virus corona-19
Dengan adanya pandemi yang disebabkan oleh Covid-19 maka perlu

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 20


upaya antisipasi penularan virus tersebut dengan penerapan protokl
kesehatan yang ketat. Oleh karena itu, diperlukan upaya pemutusan
rantai pembiasaan cuci tangan dengan sabun, penggunaan masker,
pengujung di ukur termperatur tubuh, pemasangan papan informasi
tentang protokol kesehatan. Di samping itu di lokasi kegiatan
disediakan wastafel yang dilengkapi dengan cairan antiseptik

2.6. Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan


2.5.1. Kesesuaian dengan Tata Ruang
Lokasi kegiatan penyulingan minyak kayu putih dan penyemaian
tanaman Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Tinggang, Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan (BKPH) Tenggaron, Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH) Padangan yang berlokasi Desa Bancer Kecamatan Ngraho
Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Bojonegoro No. 26 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011– 2031. Pada pasal 36
dinyatakan bahwa KPH Padangan memiliki luas wilayah huanrpouki seluar
kurang lebih 27.826,2 Ha. Dengan demikian atas perda tata ruang tesebut
di atas, rencana usaha dan/atau kegiatan penyulingan minyak kayu putih
tidak bertentangan dengan peraturan daerah tentang rencna tatuang
daerh.

2.5.2. Garis Besar Rencana Kegiatan


Rencana kegiatan dalam dokumen UKL – UPL ini terdiri atas tiga tahap,
yaitu pra konstruksi, konstruksi dan operasi. Penjelasan atas tahap-tahap
tersebut sebagai berikut.
2.5.2.1. Tahap Prakonstruksi
Kegiatan pada tahap pra konstruksi untuk terdiri atas:

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 21


a. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan kegiatan konsultasi publik atas rencana kegiatan
pembangunan tempat penyulingan minyak kayu putih kepada warga di
sekitarnya desa Purworejo Kecamatan Pilangkenceng.
b. Perijinan
Kegiatan perijinan merupakan kegiatan adminstratif untuk memperoleh
legalitas dari dinas/instansi permerintah yang terkait.

2.5.2.2. Tahap Konstruksi


Kegiatan pada tahap konstruksi untuk terdiri atas:
a. Pekerjaan penyiapan lahan
Lahan yang digunakan merupakan lahan pertanian. Lahan tersebut
dibersihkan dari tanaman/vegetasi (land clearing), dan diratakan
sesuai dengan kontur dengan teknik filling (pengurugan) sehingga
berubah menjadi lahan terbuka siap bangun.
b. Mobilisasi tenaga kerja
Tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi dilakukan oleh pengembang
(developer). Jumah tenaga kerja menyesuaikan dengan volume
kegiatan.
c. Mobilisasi peralatan dan material
Kegiatan ini berupa mendatangkan peralatan dan material yang
digunakan dalam kegiatan konstruksi. Peralatan mekanik yang
digunakan berupa concrete mixer, sedangkan peralatan manual terdiri
atas peralatan pertukangan. Sedangkan material terdiri atas material
halus dan kasar.
d. Pembuatan base camp
Base camp berupa bangunan sederhana untuk kegiatan administrasi
pekerjaan, tempat direksi kit dan istirahat tenaga kerja konstruksi. Di

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 22


dalam base camp dilengkapi dengan sarana air bersih, wc/kamar
mandi dan obat-obatan untuk pertolongan pertama.
e. Pekerjaan sistem drainase
Saluran drainase berupa pasangan batu bata dengan lebar 40 cm.
Saluran drainase terdapat di sisi kanan dan kiri jalan. Saluran drainase
perumahan akan bermuara pada saluran sungai di utara lokasi
kegiatan.
f. Pekerjaan konstruksi bangunan perumahan
Konstruksi bangunan perumahan dilakukan secara bertahap sesuai
dengan akad jual beli. Apabila konsumen telah melakukan akad jual
beli maka kegiatan konstruksi bangunan rumah dilakukan.
g. Pekerjaan finishing
Pekerjaan finishing berupa kegiatan pengecatan interior dan eksterior
serta instalasi kelistrikan dan air.
2.5.2.3. Tahap Operasi
Dalam tahap operasi penyulingan minyak kayu putih terdiri atas
kegiatan sebagai berikut.
a. Mobilisasi tenaga kerja
Tenaga kerja lokal yang terserap pada kegiatan penyulingan minyak
kayu putih dan penyemaian tanaman sebanyak 35 orang.
b. Mobilisasi bahan baku
Bahan baku untuk kegiatan penyulingan minyak kayu putih berupa
pangkasan ranting dan daun sebanyak 2 ton per hari. Sedangkan
bahan baku pucuk sebanyak 283.500 pucuk/bulan.
c. Operasional Penyulingan minyak kayu putih
1) Penyiapan ketel
Ketel diisi dengan air di dasarnya sampai dengan volume 250 l.
seteleh diisi air kemudian ketel diisi dengan bahan baku

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 23


(daun/ranting) dengan kapasitas 500 kg. selanjutnya memasang
penutup ketel dengan presisi sehingga tidak terjadi kebocoran.
2) Penyiapan tungku dan penyalaan
Penyiapan tungku berupa penyiapan bahan bakar dan
pembakaran bahan bakar ketel. Penyalaan tungku selama 4 jam.
3) Penampungan destilat
Setelah satu jam pemanasan ketel, uap air yang mengandung
minyak atsiri (minyak kayu putih) keluar melalui pipa dan
didinginkan (kondensasi) melalui kondensor sehingga diperoleh air
yang mengandung minyak (destilat). Destilat ditampung dalam
separator untuk memisahkan minyak dengan air. Minyak
ditampung dalam wadah dan air dialirkan menuju IPAL. Proses
tersebut berlangsung sampai dengan kurang lebih 4 jam.
4) Pembongkaran ketel
Setelah 4 jam, tungku dipadamkan seara peralahan-lahan penutup
ketel di buka dan isinya di bongkar. Bongkaran ketel diperoleh
limbah padat selanjutnya limbah padat tersebut diikat (dipres) dan
dikeringkan selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar ketel.
Setelah bersih maka dilakukan pengisian air pada ketel dan
dimulai proses dari nomor 1).
d. Operasional penyemaian
1) Penyiapan bedeng semai
Bedeng semai berupa bedeng yang terbuat dari campuran tanah
dan pasir dengan perbandingan 1:2. Selanjutnya bedeng tersebut
disiram dengan air dengan campuran Rooten F, dan ditutup
dengan sungkup.
2) Penyiapan pucuk
Pucuk stek yang akan ditanam di sortir untuk memilih pucuk
dengan kualitas baik dan ditancapkan di dalam bedeng semai.

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 24


Setiap hari bedeng semai disiram dengan air (kabut) untuk
menjaga kelembaban di atas 80% dan ditutup dengan sungkup.
3) Pemindahan stek ke polybag
Setelah 2 minggu tunas sudah terbentuk, maka stek dipindahkan
ke dalam polybag. Polybag kemudian di tata dan di atasnya diberi
sungkup agar tidak terpapar sinar matahari langsung. Setelah 1
bulan sungkup di buka bibit dipindahkan ke tanah lapang dan
terkena sinar matahari langsung, setelah 2 bulan bibit siap
dipindah ke lahan.

2.5.3. Dampak dan Sumber Dampak


Berdasarkan rencana kegiatan seperti uraian di atas maka dampak dan
sumber dapat dapat diidentifikasi seperti pada tabel 2.9
Tabel 2.9
Dampak dan Sumber Dampak
No Kegiatan sebagai Jenis Dampak
Sumber Dampak
A. Tahap Pra Konstruksi
1 Sosilisasi - Keresahan masyarakat
2 Perijinan -
B. Tahap Konstruksi
1 Mobilisasi tenaga kerja - Peluang kerja dan peningkatan
pendapatan
2 Penyiapan lahan - Limpasan air hujan
3 Mobilisasi peralatan dan - Penurunan kualitas udara dan peningkatan
material kebisingan
- Kepadatan lalu lintas
4 Operasional Base camp - Timbulan limbah cair
5 Pekerjaan sistem drainase - Limpasan air hujan
6 Pekerjaan konstruksi - Timbulan sampah
bangunan - Keselamatan dan kesehatan kerja
- Limpasan air hujan
7 Pekerjaan finising - Timbulan sampah
- Keselamatan dan kesehatan kerja
C. Tahap Operasional
1 Mobilisasi tenaga kerja - Peluang kerja dan pendapatan

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 25


- Timbulan air limbah domestik
- Timbulan sampah
- Keresahan masyarakat
2 Mobilisasi bahan baku - Penurunan kualitas udara
- Ganggguan lalu lintas
3 Penyulingan Minyak Kayu
Putih:
a. Penyiapan ketel - Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Penyiapan tungku dan - Penurunan kualitas udara
penyalaan - Bahaya kebakaran
- Keselamatan dan kesehatan kerja
- Gangguan kamtibmas
c. Penampungan destilat - Timbulan air limbah produksi
- Penurunan kualitas air permukaan
d. Pembongkaran ketel - Timbulan limbah padat
- Keselamatan dan kesehatan kerja
4 Penyemaian tanaman -
a. Penyiapan bedeng semai - Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Penyiapan pucuk stek - Timbulan sampah
c. Pemindahan stek ke - Timbulan sampah
polybag

UKL-UPL Penyulingan Minyak Kayu Putih&Penyemaian Tanaman II - 26

Anda mungkin juga menyukai