Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KESEHAAN JIWA (HALUSINASI)


A. Pengertian Halusinasi
Menurut Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2013). Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, parabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-
betulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara (Direja, 2011).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera
seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin organik,
fungsional, psikotik ataupun histerik (Trimelia, 2011).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca
indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien
mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.
B. Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi. Yosep (2007), membagi halusinasi menjadi 8 jenis
yaitu:
a. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising yang
tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau
kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan kepada penderita
sehingga tidak jarang penderita bertengkar atau berdebat dengan suara-suara
tersebut.
b. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya
sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut
akibat gambaran-gambaran yang mengerikan
c. Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan
tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan
sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai kombinasi moral
d. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman.
Penderita merasa mengecap sesuatu.
e. Halusinasi Perabaan (Taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah kulit.
f. Halusinasi Seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa sering pada skizofrenia dengan waham
kebesaran terutama mengenai organ-organ.
g. Halusinasi kinesthetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota
badannya bergerak-gerak. Misalna “phantom phenomenom” atau tungkai yang
diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb).
h. Halusinasi visceral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya
1) Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya sudah
tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
2) Direalisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala sesuatu yang dialaminya seperti
impian.
C. Tanda Dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibir tanpa suara
3. Bicara sendiri
4. Pergerakan mata cepat
5. Diam
6. Asyik dengan pengalaman sensori
7. Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas
8. Rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit
9. Kesukaran berhubungan dengan orang lain
10. Tidak mampu merawat diri
D. Etiologi
Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua (Yosep, 2010) yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor sosiokultural
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan Dimetytranferse (DMP). Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan terakitvasinya neurotrasmitter otak. Misalnya tejadi
ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
klien dalam mengambil keputusan yang  tepat demi masa depannya. Klien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang mengalami gangguan jiwa
cenderung mangalami gangguan jiwa dan faktor keluarga menunjukan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan dalam waktu lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan  penyebab  halusinasi  terjadi. Isi  dari  halusinai dapat
berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego seseorang yang pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang
akan mengontrol semua perilaku klien
4) Dimensi sosial
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial dan
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk beribadah dan jarang
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri. Klien sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan memburuk.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien dengan Halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Bicara sendiri, senyum sendiri, ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara
c. Pergerakan mata yang cepat
d. Menarik diri dari orang lain
e. Berusaha untuk menghindari orang lain
f. Perilaku panik
g. Curiga dan bermusuhan
h. Ekspresi muka tegang
i. Tampak tremor dan berkeringat
j. Mudah tersinggung, jengkel dan marah
k. Pehatian dengan lingkungan yang kurang
l. Tidak dapat membedakan realita dan tidak
m. Bertindak merusak diri, lingkungan dan orang lain
n. Diam
o. Rentang perhatianhanya beberapa detik atau menit
Adapun Tanda dan gejala halusinasi sebagai berikut  :
a. Halusinasi Pendengaran
Data Objektif : Bicara atau ketawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga.
Data Subjektif : mendengar suara atau kegaduhan, mendengarkan suara yang
mengajak bercakap-cakap, mendengarkan suara yang menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
b. Halusinasi Penglihatan
Data Objektif : menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang
tidak jelas.
Data Subjektif : melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartoon,
melihat hantu atau monster.
c. Halusinasi Penghidungan
Data Objektif : menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu, menutup
hidung.
Data Subjektif : membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan.
d. Halusinasi Pengecapan
Data Objektif : Sering meludah, muntah.
Data Subjektif : merasakan rasa seperti darah, urine atau feses.
e. Halusinasi Perabaan
Data Objektif :Menggaruk- garuk permukaan kulit.
Data Subjektif : menyatakan ada serangga di permukaan kulit, merasa tersengat
listrik.
F. Penatalaksanaan
1. Psikofarmakoterapi
Terapi dengan menggunakan obat bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala gangguan jiwa. Klien dengan halusinasi perlu
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun obatobatannya
seperti :
a) Golongan butirefenon : haloperidol (HLP), serenace, ludomer.
b) Golongan fenotiazine : chlorpromazine (CPZ), largactile, promactile.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan terapi keperawatan pada klien skizofrenia dengan halusinasi
bertujuan membantu klien mengontrol halusinasinya sehingga diperlukan
beberapa tindakan keperawatan yang dapat dilakukan perawat dalam upaya
meningkatkan kemampuan untuk mengontrol halusinasinya yaitu dengan
tindakan keperawatan generalis dan spesialis.
a) Tindakan Keperawatan Generalis : Individu dan Terapi Aktifitas Kelompok
Tindakan keperawatan generalis dapat dilakukan pada klien bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif atau pengetahuan dan psikomotor yang
harus dimiliki oleh klien skizofrenia dengan halusinasi meliputi :
1) Cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan mengatakan stop
atau pergi hingga halusinasi dirasakan pergi.
2) Cara menyampaikan pada orang lain tentang kondisi yang dialaminya
untuk meningkatkan interaksi sosialnya dengan cara bercakapcakap
dengan orang lain sebelum halusinasi muncul.
3) Melakukan aktititas untuk membantu mengontrol halusinasi dan
melawan kekhawatiran akibat halusinasi seperti mendengarkan musik,
membaca, menonton TV, rekreasi, bernyanyi, teknik relaksasi atau nafas
dalam. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan stimulus klien
mengontrol halusinasi.
4) Patuh minum obat.
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) yang dilakukan pada klien skizofrenia
dengan halusinasi adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi
Persepsi yang terdiri dari 5 sesi yaitu :
1) Sesi pertama mengenal halusinasi.
2) Sesi kedua mengontrol halusinasi dengan memghardik.
3) Sesi ketiga dengan melakukan aktifitas.
4) Sesi keempat mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
5) Sesi kelima dengan patuh minum obat
G. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori


: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri


H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Analisa Data
a) Data Subyektif:
1) Klien mengatakan mendengar sesuatu
2) Klien mengatakan melihat bayangan putih
3) Klien mengatak dirinya seperti disengat listrik
4) Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses.
5) Klien mengatakan kepalanya melayang di udara
6) Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada
dirinya
b) Data Obyektif:
1) Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji
2) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3) Berhenti bicara di tengah- tengah kalimat unutk menfengarkan sesuatu
4) Disorientasi
5) Kosentrasi rendah
6) Pikiran cepat berubah-ubah
7) Kekacauan alur pikiran
3. Diagnosa Keperawatan
a) Risiko perilaku kekerasan
b) Gangguan persepsi sensori : halusinasi
c) Isolasi sosial: menarik diri
d) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
4. Perencanaan Keperawatan
a. Tujuan Keperawatan Jiwa pada Pasien:
1) Pasien mampu mengidentifikasi jenis halusinasi
2) Pasien mampu mengidentifikasi isi halusinasi
3) Pasien mampu mengidentifikasi waktu halusinasi
4) Pasien mampu mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5) Pasien mampu mengidentifikasi siruasi yang menimbulkan halusinasi
6) Pasien mampu mengidentifikasi respon terhadap halusinasi
7) Pasien mampu mengontrol halusinasi (menghardik, berbincang dengan
orang lain, melakukan kegiatan yang terjadwal, minum obat secara
teratur) dan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
b. Tujuan Keperawatan Jiwa pada Keluarga:
1) Keluarga mampu mengungkapkan masalah yang dirasakan dalam
merawat pasien
2) Keluarga mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi,
jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya halusinasi
3) Keluarga mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara merawat pasien
halusinasi
4) Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning).
5. Tindakan Keperawatan
a) Tindakan Keperawatan Jiwa pada Pasien:
1) Identifikasi jenis halusinasi pasien
2) Identifikasi isi halusinasi pasien
3) Identifikasi waktu halusinasi pasien
4) Identifikasi frekuensi halusinasi pasien
5) Identifikasi siruasi yang menimbulkan halusinasi
6) Identifikasi respon pasien terhadap halusinasi
Latih pasien cara kontrol halusinasi dengan cara menghardik, berbincang
dengan orang lain, melakukan kegiatan yang terjadwal, minum obat
secara teratur, dan bimbing untuk memasukkannya kedalam jadwal
kegiatan harian.
b) Tindakan Keperawatan Jiwa pada Keluarga:
1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien beserta proses terjadinya perilaku kekerasan
3. Jelaskan dan praktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi
4. Bantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
5. Jelaskan follow up pasien sesudah pulang.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dan proses
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan kepada klien. Menurut Keliat (2014), evaluasi terhadap masalah
keperawatan halusinasi meliputi kemampuan pasien dan keluarganya serta
kemampuan keluarga dalam merawat pasien halusinasi. Beberapa hal yang
harus dievaluasi adalah sebagai berikut (Trimeilia, 2011):
a) Apakah klien dapat mengenal halusinasinya, yaitu isi halusinasi, situasi,
waktu dan frekuensi munculnya halusinasi.
b) Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi
muncul.
c) Apakah klien dapat mengontrol halusinasi dengan menggunakan empat
cara baru, yaitu menghardik, menemui orang lain dan bercakap-cakap,
melaksanakan aktivitas terjadwal dan patuh minum obat.
DAFTAR PUSTAKA
Irwan, F., Efendi Putra Hulu, Manalu, L. W., Romintan Sitanggang, & Waruwu, J. F. P.
(2021). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Halusinasi. March, 1–47.
https://doi.org/10.31219/osf.io/fdqzn
Isnaeni. (2012). Halusinasi Pada Remaja. Jurnal Kesehatan, 6(6), 9–33.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1134/4/4. Chapter 2.pdf

Anda mungkin juga menyukai