Management Pada Rawat Jalan
Management Pada Rawat Jalan
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Peran tersebut pada dewasa ini makin menonjol mengingat timbulnya
perubahan-perubahan epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografis,
perkembangan IPTEK, perubahan struktur sosio- ekonomi masyarakat. Pelayanan yang
lebih bermutu, ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka yang menuntut
perubahan pola pelayanan kesehatan.
Pada Rumah Sakit fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengawasan, serta evaluasi berada pada tingkatan manajer. Kelompok pimpinan
dalam organisasi dapat di bagi menjadi manajer puncak, manajer menengah, dan
manajer rendah, dan kemudian diikuti oleh tenaga pelaksana. Pada tingkat pelaksana,
kemampuan teknis merupakan modal utama kegiatan sehari-hari dan kerangka
konseptualnya bersifat operasional. Manajer puncak tentu berbeda karakteristiknya,
dimana kerangka konseptualnya lebih bersifat pemikiran strategik dan berperan
utama dalam penentuan kebijakan umum. Manajer tingkat menengah bertugas
mengarahkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya taktis dan mengimplementasikan
kebijakan organisasi. Manajer tingkat rendah memberikan seluruh perhatiannya pada
berbagai tindakan operasional berdasarkan strategi, taktik, kebijaksanaan teknis yang
telah di tetapkan oleh manajer lapisan di atasnya.
Semua kebijakan dan tindakan operasional rumah sakit didasari oleh
kebutuhan dari pasien (demand), yang di tandai dengan skala prioritas dan
penyediaan pelayanan waktu yang tepat. Secara umum, pengaturan ini meliputi,
pelayanan pasien dalam keadaan gawat darurat (emergency) yang dimaksud di sini adalah
unit gawat darurat, pelayanan segera (urgent), dan pelayanan yang dapat di jadwalkan / di
rencanakan (scheduleable) pada perawatan yang dijadwalkan adalah unit rawat jalan.
Tujuan utama dari setiap sistem manajemen kesehatan harus berdasar pada
keamanan (safe) pasien harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, dan
dijauhkan dari setiap penyebab yang dapat melukai. Efektif (effective) pelayanan
kesehatan terbaik harus diberikan pada pasien berdasarkan pengetahuan terbaru dan
terbaik dan pemberian perawatan harus dapat memberikan keuntungan bagi pasien.
Pelayanan berpusat pada pasien (patient-centered) pelayanan harus dilakukan untuk
setiap pasien, berdasarkan keharusan, kebutuhan dan fungsinya.
Tepat waktu (timely) pelayanan kesehatan harus diberikan tepat waktu dan
secara cepat untuk melayani kebutuhan pasien dengan menghilangkan faktor
penundaan yang membuat pasien menunggu. Efisien (efficient) pelayanan harus
diberikan dengan cara seefisien mungkin dan tidak boleh menyia-nyiakan, peralatan,
ide, energi, waktu. Kesetaraan (equitable) pelayanan kesehatan tidak boleh
membeda-bedakan karakteristik manusia, seperti jenis kelamin, etnis, daerah, dan status
sosial ekonomi.
Ada tiga faktor penting yang menentukan pelayanan rawat jalan menurut
2.1. Sarana
1. Letak poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari bagian
5. Poli anak tidak diletakkan dengan poli paru, sebaiknya poli anak dekat
9. Bila konsep Rumah sakit dengan sterilisasi sentral, tidak perlu ada ruang
Di bawah ini adalah contoh , pembagian instalasi rawat jalan pada rumah sakit tipe
b. klinik anak
c. klinik bedah
a. klinik mata
e. klinik syaraf
f. klinik jiwa
h. klinik jantung
i. klinik paru
k. klinik orthopedi.
l. klinik kanker
m. klinik nyeri
n. klinik geriartri.
2. 2 Tenaga
Pimpinan rawat jalan harus seorang tenaga medis tetap yang ikut
2.3. Pasien
Usahakan waktu tunggu dari pengunjung dapat dikurangi seminimal mungkin
melalui pengaturan dari arus dan jumlah pengunjung dikaitkan dengan kapasitas
Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelayanan yang baik
tidak lain adalah faktor pengunjung, petugas dan sistem dari pelayanan itu sendiri.
Dalam proses manajemen rawat jalan rumah sakit, hal-hal yang perlu
diperhatikan :
3.1. Perencanaan
berikut :
dana untuk pengembangan, informasi tentang jenis pelayanan baru dan staf
Proyeksi tujuan
pencapaian sasaran.
rencana jangka panjang dan jangka pendek. Rencana jangka pendek biasanya
dan peluang dimasa depan, dan menginventarisir sumber daya dan kemampuan yng
masyarakat maka rencana jangka panjang biasanya di buat dalam rencana lima
tahunan.
3.2. Pengorganisasian
berikut :
Tenaga yang melaksanakan, terdiri dari medis, paramedis dan non medis
yang saling bergantung.
Dengan ketiga ciri di atas maka perlu kejelasan tugas masing-masing sehingga tidak
3. Penggerakan
Dalam manajemen rawat jalan, Schultz (1976) menganalisa proses yang dijalani
pasien meliputi :
(Pasien-dokter).
Dari aprasi pasien yang dianalisa oleh schulz, maka urutan proses pelayanan
Registrasi pasien
Menunggu pelayanan
Pemeriksaan pasien
Pengobatan
Pelayanan informasi.
a. Pengawasan
pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen untuk memantau apakah semua
agar sumberdaya digunakan secara optimal. Menurut taurany (1994) ada 3 manfaat
pengawasan :
mungkin
merasa yakin yang lain juga diawasi, sehingga mengurangi frustasi di bagian
“kering’
Pengawasan harus dijalankan terus menerus untuk memastikan bahwa apa yang
b. Evaluasi
dan berlanjut untuk menilai apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
tersebut.
Agar evaluasi bisaberjalan dengan baik, maka pada saat membuat rencana
(1985) sbb :
merawat pasien, misal, dilakukan oleh dokter yang telah pensiun yang
Evalusi dan komite farmasi dan terapi, komite pengelian infeksi nasokomial,
dan lain-lain.
Telaah atas pelayanan hotel: evaluasi pelayanan hotel adalah sangat mudah
mendapat perhatian.
Telaah olah pasien: evaluasi oleh pasien boleh dilaksanakan, biasanya sekali
selama dirawat dan sekali setelah pulang. Walaupun kita tidak bisa berharap
banyak masukan dari evaluasi.(Hario Utomo, sistem antrian pelayanan rawat jalan di
poliklinik
dan pelayanan waktu. Sehingga memperoleh out put berupa kepuasaan pasien
dalam bentuk adanya penurunan angka kematian dan kesakitan di rumah sakit.
Bagian
pendaftaran
Loket karcis
Pasien tiba
informasi
Pasien baru
Pasien lama
kartu berobat
apotik Pelayanan
penunjang
Pasien pulang
Rawat inap
BAB III
tahun 1992, unit gawat darurat adalah unit pelayanan kesehatan dalam satu rumah
Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang
cepat dan tepat. Hal ini sesuai dengan tujuan dari unit gawat darurat pada suatu
untuk mencapai tujuan ini diperlukan suatu standar dalam memberikan pelayanan
menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan
penanganan yang tepat. Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan
1. Setiap rumah sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki
kemampuan:
3. Rumah sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus
gawat darurat.
4. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama lima menit setelah sampai
di IGD.
dokter.
faktor penting yang mementukan penampilan pelayanan unit gawat darurat, yaitu
2.1. Sarana
Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau oleh
masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar rumah sakit
Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda denagn pintu utama
yang areanya terlindung dari panas dan hujan( untuk lantai IGD yang tidak
Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari dua
Susunan ruang harus sedemikian rupa sehinggaarus pasien dapat lancar dan
tidak ada “cross infection”, dapat menampung korban bencana sesuai dengan
kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol oleh perawat
kepala jaga
IGD
yang dibutuhkan unit gawat darurat rumah sakit kelas C adalah 400m2, menurut
putsep 1000m2 per 100 pasien per hari, menurut rex 8600 nsf/60000
kunjungan/tahun.
Ruang tunggu
Ruang administrasi
Ruang triase
Ruang resusitasi
Ruang tindakan
Ruang pemeriksaan
Ruang observasi
Ruang infeksi
Gudang.
c. Standart Peralatan
2.2 Tenaga
Instalasi gawat darurat harus dipimpin oleh dokter yang terlatih memiliki
kemampuan basic dan advanced life support, dibantu oleh tenaga media
a.level IV
4. Bedah Cito
b.level III
4. Bedah Cito
c.level II
(Circulation problem).
3. Bedah Cito.
d.level I
(Circulation problem)
Untuk menciptakan pelayanan yang efektif dan efesien pada instalasi gawat
darurat dalam waktu 24 jam, 7 hari secara terus menerus, maka harus ada kebijakan
dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu ditinjau dan disempurnakan
3.1. Perencanaan
untuk mencapai kepuasan pasien pada pelayanan medis gawat darurat, maka
Ada istalasi yang tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayanan
Ada kebijakan prosedur tertulis tentang png tidak tergolong akut gawat akan
3.2. Pengorganisasian
IGD harus dikelola secara mandiri, tetapi tetap terintegrasi dan di integrasikan
sakit.
masyarakat
3.3.Penggerakan
melakukan tindakan pelayanan gawat darurat. Seperti ketentuan triage, yaitu sistem
iv. Pendataan
standart of conduct :
maksimal 2 jam
b. RUANGAN
Triage
dilakukan labelling)
False Emergency
Kamar Operasi
maksimal 4 jam
Pelaksana Pelayanan Gawat Darurat harus mempunyai tim evaluasi dan kendali
BAB IV
KESIMPULAN
1. pelayanan medik dirumah sakit merupakan suatu sistem manajemen yang terdiri
dari :
input
Proses
Out put
2. pelayanan medik rawat jalan adalah adalah salah satu bentuk pelayanan medik
yang dilaksanakan sesuai dengan standart pelayanan dan atas persetujuan pasien
etika kedokteran
3. poliklinik rawat jalan yang baik seharusnya mengupanyakan pelayananya dalam
menciptakan standart poliklinik rawat jalan yang baik, dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
b.Jam praktek yang tepat, terdapat pelayanan 24 jam dan sistem rujukan yang baik
e.kualitas pelayanan yang oleh pasien biasanya dinilai baik bila pelayanan oleh
4. unit gawat darurat adalah unit pelayanan kesehatan dalam suatu rumah sakit
standart pelayanan gawat darurat dan sistem kerja selama 24 jam 7 hari seminggu
Untoro Hario, tesis“sistem antrian pelayanan dipoliklinik rawat jalan penyakit dalam