Disusun Oleh :
2019
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Fenomena yang ditemukan dilapangan, didapatkan bahwa pasien yang masuk ke rumah
sakit dengan diagnosa TB paru tidak memiliki ruangan khusus/ ruang isolasi, pasien dengan
diagnosa TB paru hanya ditempatkan di ruangan paling ujung dari ruang perawatan namun
tidak memiliki sekat dan tergabung dengan pasien lainnya, sehingga tingkat penyebaran infeksi
nosokomial diantara pasien yang dirawat di ruang perawatan rumah sakit meningkat. Selain
itu, perawat penanggung jawab yang bertanggung jawab atas pasien dengan diagnosa TB Paru
menggunakan masker N-95 sebagai alat perlindungan diri tetapi tidak menyimpannya dengan
2
baik, hanya dimasukkan kedalam plastik kuning dan ditaruh di meja nurse station, hal ini juga
dapat menjadi salah satu faktor dalam penyebaran infeksi nosokomial bagi tenaga medis
lainnya. Melalui fenomena ini, kelompok tertarik untuk meminimalisir penyebaran infeksi
yang dapat ditimbulkan dengan memberikan inovasi keperawatan yaitu dengan membuat kotak
penyimpanan masker N-95 yang telah digunakan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mencegah penyebaran infeksi nasokomial di ruangan rawat inap dengan penggunaan
APD
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah ruangan rawat inap dengan analisa SWOT
b. Mengidentifikasi faktor penyebaran infeksi nasokomial di ruang rawat inap
c. Mengidentifikasi pengguaan masker N95 di ruangan rawat inap
3
BAB II
ANALISA SITUASI
Head Nurse
Ward Clerk
Perawat Primer
Perawat Asosiet
HCA
Cleaning Service
2) Jumlah Ketenagakerjaan
a. Keperawatan
No. Kualifikasi Jumlah
1. S1 + ners 14
2. D3 5
4
b. Non keperawatan
HCA : 1 orang
3) Kebutuhan tenaga
Jumlah bed : 82 bed
Total perawat /shift :
Shift pagi : 3 perawat
Shift siang : 3 perawat
Shift malam : 4 perawat
4) Perhitungan beban kerja perawat
Shift pagi : 8 jam (07.00 – 15.00)
Shift siang : 8 jam (07.00 – 15.00)
Shift malam : 11 jam (20.00 – 07.00)
5
2) Alat kesehatan
NO Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Tempat tidur pasien 82 Baik dan dapat digunakan
2 Meja pasien 56 Baik dan dapat digunakan
6
23 Flow meter 20 Baik dan dapat digunakan
24 Suction 2 Baik dan dapat digunakan
25 Ekg 1 Baik dan dapat digunakan
26 Kit infus 3 Baik dan dapat digunakan
27 Termometer 4 Dua tidak bisa digunakan
28 Torniquet 4 Baik dan dapat digunakan
29 Bed dikubitus 1 Baik dan dapat digunakan
30 Bengkok 6 Baik dan dapat digunakan
31 Monitor 5 Baik dan dapat digunakan
32 Oksigen mobile 4 Satu rusak dan tidak bisa
digunakan
33 Troley Emergency 2 Baik dan dapat digunakan
34 Troley obat 5 Baik dan dapat digunakan
35 Troley loundry kotor 4 Satu rusak dan tidak bisa
digunakan
36 Troley loundry bersih 2 Baik dan dapat digunakan
37 Ambubag 2 Baik dan dapat digunakan
38 Tiang infus 94 Baik dan dapat digunakan
39 Loker Obat 2 Baik dan dapat digunakan
40 Kulkas obat 2 Baik dan dapat digunakan
41 Mesin sterilisasi 2 Dua rusak tidak bisa digunakan
42 Komputer 4 Baik dan dapat digunakan
7
selalu dilakukan setiap minggu oleh tim audit. Selain itu, bila perubahan
mengenai cara penulisan dokumentasi keperawatan, tim audit akan
memberi bimbingan mengenai hal tersebut.
8
Strengh Weakness
1. Memiliki maintenance 1. Keterbatasan fasilitas ruang
2. Perawat memberikan sosialisasi rawat: Tidak adanya ruang isolasi
tentang pemakaian sarana dan untuk pasien dengan diagnosa
prasarana. medis TB Paru.
3. Rumah sakit ini sudah menyediakan 2. Terbatasnya ketersediaan stok
masker N-95 untuk para tenaga APD bagi tenaga kesehatan.
kesehatan 3. Keterbatasan ruang rawap inap :
4. Rumah sakit ini menyediakan tidak adanya ruangan untuk
surgical mask untuk pasien penderita pasien dengan suspek TB Paru
TB Paru 4. Tidak adanya tempat untuk
5. Adanya Standar Prosedur menyimpan masker N-95 yang
Operasional (SPO) terkait sudah digunakan.
penggunaan Masker N-95 dirumah 5. Ventilasi udara yang tidak
sakit ini. memadai
6. Perawat dirumah sakit ini sudah
6. Perbandingan perawat tidak
mengikuti pelatihan
sebanding, satu perawat
7. Rumah sakit ini memiliki clinical
bertanggung jawab pada 10
educator.
pasien (1:10).
8. Rumah sakit ini menyediakan e-
learning sebagai media pembelajaran 7. Ketidakpatuhan perawat dalam
9. Mengevaluasi tentang kelengkapan menggunakan APD
dokumentasi asuhan keperawatan
dan administrasi klien. 8. Ketidakmampuan menguasai
9
Opportunity Treathened
1. Terdapat sosialisasi mengenai cara
1. Persaingan antar RS semakin tinggi
pemakaian sarana dan prasarana
2. Tingginya tuntutan dari pasien dan
untuk perawat baru.
keluarga terhadap kelengkapan
2. Adanya akreditasi atau penilaian
sarana dan prasarana.
kualitas rumah sakit mengenai
3. Meningkatnya jumlah pasien
sarana dan prasarana.
dengan TB paru.
3. Adanya quality control sebagai
4. Lamanya ekspedisi pengiriman stok
wadah untuk penyampaian inovasi
barang dari pusat ke rumah sakit.
yang dilakukan di rumah sakit untuk
5. Perawat yang belum menguasai SOP
meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit
kesehatan.
6. Kemungkinan adanya isu negatif
4. Tersedianya anggaran rumah sakit
berkaitan dengan pelayanan rumah
untuk meningkatkan kualitas
sakit seperti buruknya pelayanan
pelayanan rumah sakit.
perawatan, waktu admisnistrasi
5. Adanya ronde keliling yang
yang lama dan sebagainya
dilakukan manajemen untuk
7. Perkembangan teknologi dan
meninjau kembali fasilitas dan
informasi dapat disalahgunakan oleh
keadaan ruangan.
pasien seperti penyebaran
6. Adanya pelatihan setiap ada ilmu
dokumentasi
baru.
7. Adanya program akreditasi RS dari
pemerintah.
8. Rumah sakit menyediakan pelatihan
bagi perawat.
9. Rumah sakit menyediakan e-
learning sebagai akses
pembelajaran.
10. Rumah sakit melakukan perekrutan
ketenagakerjaan
10
2.2.2 Penyusunan strategi SWOT
Dalam penyusunan strategi SWOT terdapat beberapa item internal factor
analysis (IFAS) yaitu strength dan weakness dan external factors analysis (EFAS)
yaitu opportunity dan treathened yang diisi berdasarkan data yang ada. Masing-
masing faktor memiliki bobot mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0 (tidak
penting). Kemudian menentukan peringkat pada setiap faktor dengan memberikan
nilai mulai dari 4 (sangat baik) sampai 1 yaitu (kurang). Strength dan Opportunity
menggambarkan nilai kinerja searah (positif), Weakneses dan Threatened
menggambarkan nilai kinerja yang tidak searah (negatif), selanjutnya bobot dan
rating akan dikalikan untuk memperoleh nilai dari faktor tersebut.
Ketenagakerjaan
A. Faktor internal :
Kekuatan (strengt) :
1. Jenis ketenagaan :
a. S1 Kep + Ners : 14 orang
0,7 3 2,1
b. D3 : 5 orang
TOTAL 19 orang
1. 2. Perawat dirumah sakit ini sudah
mengikuti pelatihan
11
menggunakan APD
B. Faktor eksternal :
Kesempatan (Opportunity) :
1. Adanya pelatihan setiap ada ilmu baru. 0,8 3 2,4
2. Adanya program akreditasi RS dari
pemerintah.
Ancaman (Treathened) :
professional.
2. Sarana dan prasarana :
A. Faktor internal :
Kekuatan (Strength) :
0,8 3 2,4
1. Memiliki maintenance
2. Perawat memberikan sosialisasi
tentang pemakaian sarana dan
prasarana.
Kelemahan (Weakness) :
B. Faktor eksternal :
Kesempatan (Opportunity) :
12
1. Terdapat sosialisasi mengenai cara 0,7 3 2,1
pemakaian sarana dan prasarana untuk
perawat baru.
Ancaman (Treathened) :
3. Dokumentasi keperawatan :
A. Faktor internal :
Kekuatan (Strength) :
0,8 3 2,4
1. Mengevaluasi tentang kelengkapan
dokumentasi asuhan keperawatan dan
administrasi klien.
2. Mengevaluasi hambatan yang dialami
oleh setiap anggota tim.
3. Kepala ruangan memberikan
bimbingan pada perawat yang
membuat kesalahan dokumentasi
maupun dokumentasi yang tidak
lengkap.
4. Pendokumentasian dilakukan sesuai
dengan tindakan yang dilaksanakan
13
Kelemahan (Weakness):
B. Faktor eksternal:
Kesempatan (Opportunity):
0,4 3 1,2
1. Terdapat evaluasi oleh tim audit
mengenai dokumentasi keperawatan.
2. Terdapat pengarahan dalam penulisan
dokumentasi.
Ancaman (Treathene) :
14
Penyebab: menurut hasil wawancara dengan perawat, mereka terkadang hanya
menggunakannya sekali pakai atau menyimpannya di plastik kuning.
3) Dokumentasi Keperawatan
Ketidaklengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan
perawat.
Penyebab: hal ini di karenakan beban kerja yang berlebih.
15
2.4 Langkah 4 : Perencanaan Strategis
No. Tujuan Program Target Penanggung
jawab
untuk
3. mengurangi risiko membuat Perawat pelaksana Kepala
penyebaran infeksi tempat dapat menyimpan Ruangan
nasokomial yang ada penyimpanan masker N-95 yang
dirumah sakit melalui masker N-95 telah dipakai dengan
masker N-95 setelah benar sehingga dapat
dipakai. mengurangi risiko
penyebaran infeksi
nasokomial di rumah
sakit.
16
BAB III
TINJAUAN TEORI
Masker merupakan Alat Pelindung Diri (APD) yang berfungsi untuk melindungi mulut,
hidung, dan wajah dari patogen yang ditularkan melalui udara (airborne), droplet, maupun
percikan cairan tubuh yang terinfeksi Masker terdiri atas beberapa jenis, seperti masker kain
(cloth mask), masker bedah (surgical mask), dan respirator N95 (Trossman, 2016). Masker N-
95 adalah masker yang berfungsi sebagai pengaman untuk menutup hidung dan mulut, yang
dapat melindungi pemakainya dari menghirup zat berbahaya berupa partikel kecil di udara.
Masker ini dirancang untuk menyaring setidaknya 95% dari partikel-pertikel kecil di udara
(NY Department of Health, 2017). Respirator N-95 biasanya digunakan oleh petugas kesehatan
pada saat melakukan perawatan terhadap pasien yang dicurigai atau telah diketahui memiliki
penyakit yang menular melalui droplet maupun airborne (udara), seperti tuberculosis,
fluburung, maupun SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
CDC (Center for Desease Control and Prevention) mengatakan bahwa masker N95
dapat digunakan kembali. Praktik ini menggunakan masker N-95 yang sama untuk beberapa
pertemuan tetapi melepaskannya setelah setiap pertemuan. Namun meski demikian, tetap
diberlakukan batasan berapa kali penggunaan masker N-95 yangsama untuk digunakan
kembali, misalnya penggunaan kembali masker N-95 tidak diperbolehkan saat masker telah
terkontaminasi darah atau cairan tubuh pasien. Selain itu, masker N-95 yang akan digunakan
kembali harus ditempatkan di tempat yang bersih dan kering. Namun penggunaan dengan cara
ini sangat beresiko, dimana penyebaran infeksi juga dapat menular melalui sentuhan, selain itu
respirator juga dapat terinfeksi pathogen lain (Center for Desease Control and Prevention,
2018).
17
infeksi nasokomial dapat menyebar dari lingkungan rumah sakit seperti melalui udara, air,
perabotan rumah sakit dan peralatan medis (N95) dan non medis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juliati dkk pada tahun 2014 dengan judul
“ Hubungan Peran Perawat Pelaksana Terhadap Pengendalian Infeksi Nasokomial di Rumah
Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan” mengatakan bahwa adanya hubungan antara
peran perawat pelaksana dalam mengurangi risiko penyebaran infeksi nasokomial di rumah
sakit. Hasil yang didapatkan dari penelitian didapatkan bahwa terdapat 24 (66,7%) perawat
pelaksana menggunakan APD (alat pelindung diri) dan membuang kembali di tempat yang
benar, dan sebanyak 12 perawat pelaksana (33,3%) menggunakan APD dan tidak
membuangnya ditempat yang benar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suhartono dkk pada tahun 2012 dengan
judul “Infeksi Nasokomial di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo” mengatakan bahwa
kejadian infeksi nasokomial mengalami kenaikan dari bulan juli tahun 2009 sampai akhir tahun
2011, yaitu 19 kasus pada tahun 2009, 49 kasus tahun 2010, dan tahun 2011 sebesar 190 kasus.
Menurut observasi Suhatono dkk di rumah sakit RSUD Setjonegoro teknik aseptik petugas
kesehatan dan pengunjung masih kurang seperti penggunaan APD seperti masker, jas khusus,
alas kaki dan sarung tangan bagi pengunjung untuk masuk ke ruangan khusus seperti HCU
masih kurang, pembatas pengunjung dan jam besuk juga masih sering diabaikan.
Dengan temuan yang didapatkan di rumah sakit mengenai penyimpanan masker N95
dengan sembarangan merupakan faktor penyebaran infeksi, karna tidak adanya tempat untuk
meletakkan masker N-95 banyak perawat yang langsung membuang masker N-95 yang baru
digunakan bahkan meletakkannya di sembarangan tempat. Menurut teori penggunaan masker
N-95 dapat digunakan selama satu minggu dengan alasan harus digunakan dengan perawat
yang sama dan kepada pasien yang sama.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Masker N-95 digunakan oleh petugas kesehatan pada saat melakukan
perawatan terhadap pasien yang dicurigai atau telah diketahui memiliki penyakit
yang menular melalui droplet maupun airborne (udara), seperti tuberculosis,
fluburung, maupun SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Melalui
pengumpulan dan analisa data SWOT mengenai penggunaan masker N95 di ruang
rawat inap Siloam Labuan Bajo, kelompok mendapati bahwa masker N95 setelah
digunakan oleh perawat, disimpan disembarang tempat dan hal ini memicu
terjadinya penyebaran infeksi nasokomial. Berdasarkan hal itu, kelompok merasa
perlu adanya wadah untuk menyimpan masker N95 yang sudah digunakan disatu
tempat khusus untuk menghindari penyebaran infeksi nasokomial.
5.2 Saran
a. Bagi rumah sakit
Melalui makalah analisa SWOT ini, kelompok menyarankan Rumah sakit
Siloam Labuan Bajo, untuk dapat menyediakan wadah sebagai tempat
penyimpanan masker N95 yang telah digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi nasokomial.
b. Bagi perawat
Melalui makalah ini, diharapkan perawat di ruang rawat inap Siloam Labuan
Bajo dapat meningkatkan kepatuhan dan kesadaran diri dalam menggunakan
dan menyimpan masker N-95 dengan benar.
20
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Desease Control and Prevention. (2013). Core Curriculum on Tuberculosis: What
the Clinician Should Know. Diakses dari
https://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/index.htm
Juliati. (2014). Hubungan peran perawat pelaksana terhadap pengendalian infeksi nasokomial
dirumah sakit umum pertamina Pangkalan Brandan. Volume 1 nomor 05, Januari
2015.
Lilis, S. (2014). Manajemen Sebuah Pengantar Sejarah, Tokoh, Teori, dan Praktik.
Bandung: La Goods Publishing.
Trossman. (2016). Respirator or procedure mask? Resources available to help nurses, patients
stay safe. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/.
21