Anda di halaman 1dari 22

ANALISA PENGGUNAAN MASKER N95 DI RUANG RAWAT INAP

SILOAM LABUAN BAJO

Disusun Oleh :

GIDION DWI BAGASKORO 01503190132


ROMANNA MAGDALENA 01503190068
TANTI KRISTIANI 01503190091
WULAN AYU REVINA 01503190186
YOSAFAT OSAKA 01503190286
YORISMAN GULO 01503190237

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

PELITA HARAPAN TANGERANG

2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................................... 1

BAB I Pendahuluan ................................................................................................................. 2

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 2


1.2. Tujuan .......................................................................................................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................ 3
BAB II Analisa Situasi ............................................................................................................. 4

2.1. Langkah 1 Pengumpulan Data ..................................................................................... 4

2.1.1 Ketenagaan Kerja ................................................................................................... 4

2.1.2 Sarana dan Prasarana ............................................................................................. 5

2.1.3 Dokumentasi Keperawatan .................................................................................... 7

2.2. Langkah 2 SWOT ........................................................................................................ 8

2.2.1 Analisa SWOT ....................................................................................................... 8

2.2.2 Penyusunan Strategi SWOT ................................................................................ 11

2.3. Langah 3 Identifikasi Masalah .................................................................................. 14

2.3.1 Masalah ................................................................................................................ 14

2.3.2 Prioritas Masalah ................................................................................................. 15

2.4. Langkah 4 Perencanaan Strategi ................................................................................ 16

2.5. Langkah 5 Rencana Evaluasi ..................................................................................... 16

BAB III Tinjauan Teori ........................................................................................................ 17

3.1. Tinjauan Teori ........................................................................................................... 17

BAB IV Pembahasan ............................................................................................................. 19

BAB V Kesimpulan dan Saran ............................................................................................. 20

5.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 20

5.2. Saran ......................................................................................................................... 20

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 21

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manajemen adalah seni yang melibatkan cara, proses dan tindakan seperti perencanaan,
pengendalian, pengarahan, pengorganisasian yang dilakukan untuk mencapai tujuan secara
efektif melalui orang lain (Lilis, 2014). Menurut Nursalam (2015) Manajemen keperawatan
adalah proses kerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara professional. Rawat inap adalah bentuk pemeliharaan kesehatan rumah sakit, dimana
penderita dirawat sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksanaan pelayanan
kesehatan atau rumah sakit pelaksanaan pelayanan kesehatan lain (Patria Jati, 2009). Dalam
mengidentifikasi masalah ketidaklengkapan dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan
perawat, penulis menggunakan analisis SWOT yaitu Strength (S), Weakness (W), Opportunity
(O), dan Threat (T). Menurut Mugiarti (2016) Analisis SWOT adalah metode untuk
menentukan kekuatan dan kelemahan pada organisasi, serta mengidentifikasi peluang dan
ancaman pada lingkungan organisasi.
Seseorang yang telah didiagnosa memiliki Tuberculosis (TBC) harus ditempatkan di
ruangan Airborne Infection Isolation (AII) dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam
ruangan tersebut, pasien harus menggunakan surgical mask untuk mencegah tersebarnya
droplet nuclei (mengandung mikroorganisme menular) yang berasal dari pasien tersebut.
Sedangkan, untuk pengunjung dan tenaga kesehatan harus menggunakan masker N95 untuk
menyaring droplet nuclei agar tidak terhirup (Centers for Desease Control and Prevention,
2016). Hal ini dikarenakan masker N95 adalah masker yang dirancang untuk melindungi
individu dan para tenaga kesehatan dari menghirup droplet nuclei, sehingga dapat melindungi
individu dari infeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) ketika kontak dengan
pasien yang memiliki penyakit TBC aktif (World Health Organization, 2016).

Fenomena yang ditemukan dilapangan, didapatkan bahwa pasien yang masuk ke rumah
sakit dengan diagnosa TB paru tidak memiliki ruangan khusus/ ruang isolasi, pasien dengan
diagnosa TB paru hanya ditempatkan di ruangan paling ujung dari ruang perawatan namun
tidak memiliki sekat dan tergabung dengan pasien lainnya, sehingga tingkat penyebaran infeksi
nosokomial diantara pasien yang dirawat di ruang perawatan rumah sakit meningkat. Selain
itu, perawat penanggung jawab yang bertanggung jawab atas pasien dengan diagnosa TB Paru
menggunakan masker N-95 sebagai alat perlindungan diri tetapi tidak menyimpannya dengan

2
baik, hanya dimasukkan kedalam plastik kuning dan ditaruh di meja nurse station, hal ini juga
dapat menjadi salah satu faktor dalam penyebaran infeksi nosokomial bagi tenaga medis
lainnya. Melalui fenomena ini, kelompok tertarik untuk meminimalisir penyebaran infeksi
yang dapat ditimbulkan dengan memberikan inovasi keperawatan yaitu dengan membuat kotak
penyimpanan masker N-95 yang telah digunakan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mencegah penyebaran infeksi nasokomial di ruangan rawat inap dengan penggunaan
APD
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah ruangan rawat inap dengan analisa SWOT
b. Mengidentifikasi faktor penyebaran infeksi nasokomial di ruang rawat inap
c. Mengidentifikasi pengguaan masker N95 di ruangan rawat inap

3
BAB II

ANALISA SITUASI

2.1 Langkah 1 : Pengumpulan Data


2.1.1 Ketenagakerjaan
1) Sumber ketenagakerjaan
a. Ketenagaan
Ruangan Nurse Station (NS) dipimpin oleh kepala ruangan/ Head Nurse
(HN), dibantu dengan 16 perawat pelaksana, 1 orang Health Care Assistant
(HCA, dan 1 orang ward clerk, dan satu orang cleaning service. Pendidikan
S1 Keperawatan sebanyak 14 orang perawat dan D3 Keperawatan sebanyak
5 orang.
b. Struktur organisasi

Head Nurse

Ward Clerk

Perawat Primer

Perawat Asosiet

HCA

Cleaning Service

Bagan 2.1 Struktur Organisasi

2) Jumlah Ketenagakerjaan
a. Keperawatan
No. Kualifikasi Jumlah
1. S1 + ners 14
2. D3 5

4
b. Non keperawatan
HCA : 1 orang
3) Kebutuhan tenaga
Jumlah bed : 82 bed
Total perawat /shift :
Shift pagi : 3 perawat
Shift siang : 3 perawat
Shift malam : 4 perawat
4) Perhitungan beban kerja perawat
Shift pagi : 8 jam (07.00 – 15.00)
Shift siang : 8 jam (07.00 – 15.00)
Shift malam : 11 jam (20.00 – 07.00)

2.1.2 Sarana dan Prasarana


1) Fasilitas
a. Fasilitas untuk pasien
Terdapat 82 bed manual, 4 kursi roda, satu timbangan, 80 kursi untuk
keluarga pasien jaga, lemari 68 , 55 tiang infus, 56 meja makan, 32 kamar
mandi dan toilet, 20 kipas angin.
b. Fasilitas untuk petugas kesehatan
- Head nurse memiliki ruangan sendiri
- Kamar mandi perawat ada 1, tetapi kamar mandi tersebut adalah kamar
mandi bekas ruang isolasi A untuk pasien TB.
- Terdapat ruangan khusus loker obat
- Ruang ganti perawat berada di lantai 3
- Terdapat 2 komputer, 1 printer biasa + mesin foto copy nya, printer
sticker, dan lembar form yang telah tersedia di nurse station seperti
integrated noted, form lab, form pengkajian, lembar observasi ,lembar
form untuk kelengkapan data sebelum dilakukan operasi, dan form
lainnya.

5
2) Alat kesehatan
NO Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Tempat tidur pasien 82 Baik dan dapat digunakan
2 Meja pasien 56 Baik dan dapat digunakan

3 Lemari pasien 68 Baik dan dapat digunakan


4 Kipas angin 20 Tujuh tidak dapat berfungsi
5 Kursi roda 4 Baik dan dapat digunakan

6 Tong sampah 54 Baik dan dapat digunakan


7 Kulkas 11 Baik dan dapat digunakan
8 Jam dinding 12 Satu rusak dan tidak dapat
digunakan
9 Air Conditioner 15 Dua rusak dan tidak dapat
digunakan
10 Timbangan 1 Baik dan dapat digunakan
11 Dispenser 2 Baik dan dapat digunakan
12 Lampu 184 Baik dan dapat digunakan
13 wastafel 46 Satu rusak dan tidak dapat
digunakan
14 Telepon 5 Baik dan dapat digunakan
15 Bell 8 Baik dan dapat digunakan
16 Printer 2 Baik dan dapat digunakan
17 Aerocom 2 Satu rusak dan tidak dapat
digunakan
18 Kursi 80 Baik dan dapat digunakan
19 Kamar mandi dan toilet 32 Tiga rusak dan tidak dapat
digunakan
20 Stetoskop 8 Satu rusak dan tidak dapat
dugunakan
21 Tensi mobile 3 Baik dan dapat digunakan
22 Pulse oksimentri 3 Baik dan dapat digunakan

6
23 Flow meter 20 Baik dan dapat digunakan
24 Suction 2 Baik dan dapat digunakan
25 Ekg 1 Baik dan dapat digunakan
26 Kit infus 3 Baik dan dapat digunakan
27 Termometer 4 Dua tidak bisa digunakan
28 Torniquet 4 Baik dan dapat digunakan
29 Bed dikubitus 1 Baik dan dapat digunakan
30 Bengkok 6 Baik dan dapat digunakan
31 Monitor 5 Baik dan dapat digunakan
32 Oksigen mobile 4 Satu rusak dan tidak bisa
digunakan
33 Troley Emergency 2 Baik dan dapat digunakan
34 Troley obat 5 Baik dan dapat digunakan
35 Troley loundry kotor 4 Satu rusak dan tidak bisa
digunakan
36 Troley loundry bersih 2 Baik dan dapat digunakan
37 Ambubag 2 Baik dan dapat digunakan
38 Tiang infus 94 Baik dan dapat digunakan
39 Loker Obat 2 Baik dan dapat digunakan
40 Kulkas obat 2 Baik dan dapat digunakan
41 Mesin sterilisasi 2 Dua rusak tidak bisa digunakan
42 Komputer 4 Baik dan dapat digunakan

2.1.3 Dokumentasi Keperawatan


Pendokumentasian yang dilakukan di ruangan ini menggunakan
metode SOAP, sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) dan
sistem E-learning. Di rumah sakit ini semua perawat memiliki akses untuk
membuka E-Learning, bukan itu saja semua perawat diwajibkan untuk
membuka dan mempelajari E-learning. Hasil wawancara dengan kepala
ruangan mengatakan bahwa jika perawat telah melakukan
pendokumentasian, maka kepala ruangan akan mengingatkan dan
memeriksa kelengkapan data pasien. Evaluasi dokumentasi keperawatan

7
selalu dilakukan setiap minggu oleh tim audit. Selain itu, bila perubahan
mengenai cara penulisan dokumentasi keperawatan, tim audit akan
memberi bimbingan mengenai hal tersebut.

2.2 Langkah 2 : SWOT


2.2.1 Analisa SWOT
- Strength (Kekuatan) adalah sumberdaya keterampilan atau keunggulan
keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh
perusahaan atau organisasi. Kekuatan adalah kompetensi khusus
yangmemberikan keunggulan komparatif. Weakness (Kelemahan).
- Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam
sumberdaya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat
kinerja efektif perusahaan atau organisasi. Fasilitas, sumber daya keuangan,
kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran, citra merek dapat merupakan
sumber kelemahan.
- Opportunity (Kesempatan) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan atau organisasi. Kecenderungan-kecenderungan penting
merupakan salah satu sumber peluang.
- Threat (Ancaman) merupakan kebalikan pengertian peluang, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan suatu satuan bisnis, jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi
ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang
maupun masa depan. Ringkasnya, peluang dalam lingkungan eksternal
mencerminkan kemungkinan dimana ancaman adalah kendala potensial.

8
Strengh Weakness
1. Memiliki maintenance 1. Keterbatasan fasilitas ruang
2. Perawat memberikan sosialisasi rawat: Tidak adanya ruang isolasi
tentang pemakaian sarana dan untuk pasien dengan diagnosa
prasarana. medis TB Paru.
3. Rumah sakit ini sudah menyediakan 2. Terbatasnya ketersediaan stok
masker N-95 untuk para tenaga APD bagi tenaga kesehatan.
kesehatan 3. Keterbatasan ruang rawap inap :
4. Rumah sakit ini menyediakan tidak adanya ruangan untuk
surgical mask untuk pasien penderita pasien dengan suspek TB Paru
TB Paru 4. Tidak adanya tempat untuk
5. Adanya Standar Prosedur menyimpan masker N-95 yang
Operasional (SPO) terkait sudah digunakan.
penggunaan Masker N-95 dirumah 5. Ventilasi udara yang tidak
sakit ini. memadai
6. Perawat dirumah sakit ini sudah
6. Perbandingan perawat tidak
mengikuti pelatihan
sebanding, satu perawat
7. Rumah sakit ini memiliki clinical
bertanggung jawab pada 10
educator.
pasien (1:10).
8. Rumah sakit ini menyediakan e-
learning sebagai media pembelajaran 7. Ketidakpatuhan perawat dalam
9. Mengevaluasi tentang kelengkapan menggunakan APD
dokumentasi asuhan keperawatan
dan administrasi klien. 8. Ketidakmampuan menguasai

10. Mengevaluasi hambatan yang SOP yang benar.

dialami oleh setiap anggota tim. 9. Ketidaklengkapan dokumentasi

11. Kepala ruangan memberikan


bimbingan pada perawat yang
membuat kesalahan dokumentasi
maupun dokumentasi yang tidak
lengkap.
12. Pendokumentasian dilakukan sesuai
dengan tindakan yang dilaksanakan

9
Opportunity Treathened
1. Terdapat sosialisasi mengenai cara
1. Persaingan antar RS semakin tinggi
pemakaian sarana dan prasarana
2. Tingginya tuntutan dari pasien dan
untuk perawat baru.
keluarga terhadap kelengkapan
2. Adanya akreditasi atau penilaian
sarana dan prasarana.
kualitas rumah sakit mengenai
3. Meningkatnya jumlah pasien
sarana dan prasarana.
dengan TB paru.
3. Adanya quality control sebagai
4. Lamanya ekspedisi pengiriman stok
wadah untuk penyampaian inovasi
barang dari pusat ke rumah sakit.
yang dilakukan di rumah sakit untuk
5. Perawat yang belum menguasai SOP
meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit
kesehatan.
6. Kemungkinan adanya isu negatif
4. Tersedianya anggaran rumah sakit
berkaitan dengan pelayanan rumah
untuk meningkatkan kualitas
sakit seperti buruknya pelayanan
pelayanan rumah sakit.
perawatan, waktu admisnistrasi
5. Adanya ronde keliling yang
yang lama dan sebagainya
dilakukan manajemen untuk
7. Perkembangan teknologi dan
meninjau kembali fasilitas dan
informasi dapat disalahgunakan oleh
keadaan ruangan.
pasien seperti penyebaran
6. Adanya pelatihan setiap ada ilmu
dokumentasi
baru.
7. Adanya program akreditasi RS dari
pemerintah.
8. Rumah sakit menyediakan pelatihan
bagi perawat.
9. Rumah sakit menyediakan e-
learning sebagai akses
pembelajaran.
10. Rumah sakit melakukan perekrutan
ketenagakerjaan

10
2.2.2 Penyusunan strategi SWOT
Dalam penyusunan strategi SWOT terdapat beberapa item internal factor
analysis (IFAS) yaitu strength dan weakness dan external factors analysis (EFAS)
yaitu opportunity dan treathened yang diisi berdasarkan data yang ada. Masing-
masing faktor memiliki bobot mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0 (tidak
penting). Kemudian menentukan peringkat pada setiap faktor dengan memberikan
nilai mulai dari 4 (sangat baik) sampai 1 yaitu (kurang). Strength dan Opportunity
menggambarkan nilai kinerja searah (positif), Weakneses dan Threatened
menggambarkan nilai kinerja yang tidak searah (negatif), selanjutnya bobot dan
rating akan dikalikan untuk memperoleh nilai dari faktor tersebut.

No. Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x


Rating

Ketenagakerjaan

A. Faktor internal :

Kekuatan (strengt) :
1. Jenis ketenagaan :
a. S1 Kep + Ners : 14 orang
0,7 3 2,1
b. D3 : 5 orang
TOTAL 19 orang
1. 2. Perawat dirumah sakit ini sudah
mengikuti pelatihan

Kelemahan (Weakness) : 0,8 2 1,6

1. Perbandingan perawat tidak


sebanding, satu perawat bertanggung
jawab pada 10 pasien (1:10).

2. Ketidakpatuhan perawat dalam

11
menggunakan APD

B. Faktor eksternal :
Kesempatan (Opportunity) :
1. Adanya pelatihan setiap ada ilmu baru. 0,8 3 2,4
2. Adanya program akreditasi RS dari
pemerintah.

Ancaman (Treathened) :

1. Persaingan antar Rumah sakit.


2. Tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang 0,8 3 2,4

professional.
2. Sarana dan prasarana :

A. Faktor internal :
Kekuatan (Strength) :
0,8 3 2,4
1. Memiliki maintenance
2. Perawat memberikan sosialisasi
tentang pemakaian sarana dan
prasarana.

Kelemahan (Weakness) :

1. Keterbatasan alat kesehatan


0,9 4 3,6
2. Tidak adanya tempat penyimpanan N-
95
3. Kerusakan alat kesehatan
4. Keterbatasan fasilitas ruang rawat

B. Faktor eksternal :
Kesempatan (Opportunity) :

12
1. Terdapat sosialisasi mengenai cara 0,7 3 2,1
pemakaian sarana dan prasarana untuk
perawat baru.
Ancaman (Treathened) :

1. Persaingan antar RS semakin tinggi


2. Tingginya tuntutan dari pasien dan
0,5 2 1,0
keluarga terhadap kelengkapan sarana
dan prasarana.

3. Dokumentasi keperawatan :

A. Faktor internal :
Kekuatan (Strength) :
0,8 3 2,4
1. Mengevaluasi tentang kelengkapan
dokumentasi asuhan keperawatan dan
administrasi klien.
2. Mengevaluasi hambatan yang dialami
oleh setiap anggota tim.
3. Kepala ruangan memberikan
bimbingan pada perawat yang
membuat kesalahan dokumentasi
maupun dokumentasi yang tidak
lengkap.
4. Pendokumentasian dilakukan sesuai
dengan tindakan yang dilaksanakan

13
Kelemahan (Weakness):

1. Kesalahan dokumentasi yang 0,8 2 1,6


dilakukan perawat.
2. Ketidaklengkapan dokumentasi

B. Faktor eksternal:
Kesempatan (Opportunity):
0,4 3 1,2
1. Terdapat evaluasi oleh tim audit
mengenai dokumentasi keperawatan.
2. Terdapat pengarahan dalam penulisan
dokumentasi.
Ancaman (Treathene) :

1. Persaingan Rumah sakit dalam 0,4 2 0,8


memberikan pelayanan keperawatan.

2. Pendokumentasian keperawatan masuk


dalam penilaian akreditasi rumah sakit.

2.3 Langkah 3 : Identifikasi masalah


2.3.1 Masalah
1) Ketenagakerjaan
Perbandingan perawat dan pasien yang tidak sebanding (1:10).
Penyebab: jumlah perawat yang sedikit namun jumlah pasien yang diterima
rumah sakit jumlahnya cukup banyak.

2) Sarana dan prasarana


Tidak adanya tempat untuk penyimpanan masker N-95.

14
Penyebab: menurut hasil wawancara dengan perawat, mereka terkadang hanya
menggunakannya sekali pakai atau menyimpannya di plastik kuning.

3) Dokumentasi Keperawatan
Ketidaklengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan
perawat.
Penyebab: hal ini di karenakan beban kerja yang berlebih.

2.3.2 Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan Di Ruang IPD menggunakan Metode


CARL
Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10.
Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.

No Daftar Masalah C A R L Total Nilai Prioritas


1. Ketidaklengkapan 6 7 6 6 1.512 III
pendokumentasian asuhan
keperawatan yang
dilakukan perawat.
2. Tidak adanya tempat 8 8 7 8 3.584 I
penyimpanan N95 yang
telah digunakan
3. Perbandingan perawat dan 8 7 6 7 2.352 II
pasien yang tidak
sebanding.

15
2.4 Langkah 4 : Perencanaan Strategis
No. Tujuan Program Target Penanggung
jawab
untuk
3. mengurangi risiko membuat Perawat pelaksana Kepala
penyebaran infeksi tempat dapat menyimpan Ruangan
nasokomial yang ada penyimpanan masker N-95 yang
dirumah sakit melalui masker N-95 telah dipakai dengan
masker N-95 setelah benar sehingga dapat
dipakai. mengurangi risiko
penyebaran infeksi
nasokomial di rumah
sakit.

2.5 Langkah 5 : Rencana Evaluasi


1) Struktur
- Memilih penanggung jawab kegiatan.
- Mendiskusikan perencanaan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi
melalui pembuatan tempat penyimpanan masker N-95
- Mengedukasi perawat untuk menyimpan masker N-95 di tempat yang telah
disediakan
2) Proses
- Pengkajian ruangan untuk menempatkan inovasi
- Mengajukan proposal pembuatan inovasi
- Mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan
- Proses pembuatan inovasi tempat penyimpanan masker N95
- Meletakan inovasi di ruangan
3) Hasil
Semua perawat pelaksana yang telah menggunakan masker N-95 dapat
menyimpannya ditempat yang telah disediakan.

16
BAB III

TINJAUAN TEORI

3.1 Tinjauan Teoritis

Masker merupakan Alat Pelindung Diri (APD) yang berfungsi untuk melindungi mulut,
hidung, dan wajah dari patogen yang ditularkan melalui udara (airborne), droplet, maupun
percikan cairan tubuh yang terinfeksi Masker terdiri atas beberapa jenis, seperti masker kain
(cloth mask), masker bedah (surgical mask), dan respirator N95 (Trossman, 2016). Masker N-
95 adalah masker yang berfungsi sebagai pengaman untuk menutup hidung dan mulut, yang
dapat melindungi pemakainya dari menghirup zat berbahaya berupa partikel kecil di udara.
Masker ini dirancang untuk menyaring setidaknya 95% dari partikel-pertikel kecil di udara
(NY Department of Health, 2017). Respirator N-95 biasanya digunakan oleh petugas kesehatan
pada saat melakukan perawatan terhadap pasien yang dicurigai atau telah diketahui memiliki
penyakit yang menular melalui droplet maupun airborne (udara), seperti tuberculosis,
fluburung, maupun SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).

CDC (Center for Desease Control and Prevention) mengatakan bahwa masker N95
dapat digunakan kembali. Praktik ini menggunakan masker N-95 yang sama untuk beberapa
pertemuan tetapi melepaskannya setelah setiap pertemuan. Namun meski demikian, tetap
diberlakukan batasan berapa kali penggunaan masker N-95 yangsama untuk digunakan
kembali, misalnya penggunaan kembali masker N-95 tidak diperbolehkan saat masker telah
terkontaminasi darah atau cairan tubuh pasien. Selain itu, masker N-95 yang akan digunakan
kembali harus ditempatkan di tempat yang bersih dan kering. Namun penggunaan dengan cara
ini sangat beresiko, dimana penyebaran infeksi juga dapat menular melalui sentuhan, selain itu
respirator juga dapat terinfeksi pathogen lain (Center for Desease Control and Prevention,
2018).

Dari fenomena yang ditemukan dilapangan penyimpanan masker N95 setelah


digunakan tidak diletakkan dengan benar, ada yang meletakan di nurse station, sehingga
meningkatkan penyebaran infeksi nasokomial yang ada di rumah sakit. Temuan ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Caroline, dkk pada tahun 2016 dengan judul “Potensi
Penyebaran Infeksi Nasokomial di Instalasi Rawat Inap” hasil penelitian ini mengatakan

17
infeksi nasokomial dapat menyebar dari lingkungan rumah sakit seperti melalui udara, air,
perabotan rumah sakit dan peralatan medis (N95) dan non medis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juliati dkk pada tahun 2014 dengan judul
“ Hubungan Peran Perawat Pelaksana Terhadap Pengendalian Infeksi Nasokomial di Rumah
Sakit Umum Pertamina Pangkalan Brandan” mengatakan bahwa adanya hubungan antara
peran perawat pelaksana dalam mengurangi risiko penyebaran infeksi nasokomial di rumah
sakit. Hasil yang didapatkan dari penelitian didapatkan bahwa terdapat 24 (66,7%) perawat
pelaksana menggunakan APD (alat pelindung diri) dan membuang kembali di tempat yang
benar, dan sebanyak 12 perawat pelaksana (33,3%) menggunakan APD dan tidak
membuangnya ditempat yang benar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suhartono dkk pada tahun 2012 dengan
judul “Infeksi Nasokomial di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo” mengatakan bahwa
kejadian infeksi nasokomial mengalami kenaikan dari bulan juli tahun 2009 sampai akhir tahun
2011, yaitu 19 kasus pada tahun 2009, 49 kasus tahun 2010, dan tahun 2011 sebesar 190 kasus.
Menurut observasi Suhatono dkk di rumah sakit RSUD Setjonegoro teknik aseptik petugas
kesehatan dan pengunjung masih kurang seperti penggunaan APD seperti masker, jas khusus,
alas kaki dan sarung tangan bagi pengunjung untuk masuk ke ruangan khusus seperti HCU
masih kurang, pembatas pengunjung dan jam besuk juga masih sering diabaikan.

Dengan temuan yang didapatkan di rumah sakit mengenai penyimpanan masker N95
dengan sembarangan merupakan faktor penyebaran infeksi, karna tidak adanya tempat untuk
meletakkan masker N-95 banyak perawat yang langsung membuang masker N-95 yang baru
digunakan bahkan meletakkannya di sembarangan tempat. Menurut teori penggunaan masker
N-95 dapat digunakan selama satu minggu dengan alasan harus digunakan dengan perawat
yang sama dan kepada pasien yang sama.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Seseorang yang telah didiagnosa memiliki Tuberculosis (TBC) harus ditempatkan di


ruangan Airborne Infection Isolation (AII) dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam
ruangan tersebut, pasien harus menggunakan surgical mask untuk mencegah tersebarnya
droplet nuclei (mengandung mikroorganisme menular) yang berasal dari pasien tersebut.
Sedangkan, untuk pengunjung dan tenaga kesehatan harus menggunakan masker N95
untuk menyaring droplet nuclei agar tidak terhirup (Centers for Desease Control and
Prevention, 2016).
Manajemen adalah seni yang melibatkan cara, proses dan tindakan seperti perencanaan,
pengendalian, pengarahan, pengorganisasian yang dilakukan untuk mencapai tujuan
secara efektif melalui orang lain (Lilis, 2014). Menurut Nursalam (2015) Manajemen
keperawatan adalah proses kerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara professional.
Metode CARL merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan prioritas
dari beberapa masalah jika data yang tersedia dari beberapa masalah. Capability yaitu
ketersediaan sumber daya(dana, sarana dan peralatan), Accessibility yaitu kemudahan,
masalah yang ada mudah diatasi atau tidak, Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana
maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi, Leverage yaitu
seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah
yang dibahas.
Hasil analisa SWOT yang telah dilakukan oleh kelompok melalui pengkajian ruangan,
didapatkan masalah perbandingan perawat dan pasien yang tidak sebanding, kurangnya
alat kesehatan di ruang rawat, ketikdaklengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan
yang dilakukan perawat. Dan hasil prioritas masalah manajemen keperawatan di ruangan
rawat inap dengan menggunakan metode CARL yaitu terbatasnya ketersediaan stok
barang APD dengan nilai total 1.512 dengan prioritas ke-3, masalah kurangnya
penguasaan SOP tindakan keperawatan dengan nilai 2.352 dengan prioritas ke-2, masalah
tidak adanya tempat penyimpanan N95 yang telah digunakan dengan niali 3.584 dengan
prioritas ke-1.

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Masker N-95 digunakan oleh petugas kesehatan pada saat melakukan
perawatan terhadap pasien yang dicurigai atau telah diketahui memiliki penyakit
yang menular melalui droplet maupun airborne (udara), seperti tuberculosis,
fluburung, maupun SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Melalui
pengumpulan dan analisa data SWOT mengenai penggunaan masker N95 di ruang
rawat inap Siloam Labuan Bajo, kelompok mendapati bahwa masker N95 setelah
digunakan oleh perawat, disimpan disembarang tempat dan hal ini memicu
terjadinya penyebaran infeksi nasokomial. Berdasarkan hal itu, kelompok merasa
perlu adanya wadah untuk menyimpan masker N95 yang sudah digunakan disatu
tempat khusus untuk menghindari penyebaran infeksi nasokomial.

5.2 Saran
a. Bagi rumah sakit
Melalui makalah analisa SWOT ini, kelompok menyarankan Rumah sakit
Siloam Labuan Bajo, untuk dapat menyediakan wadah sebagai tempat
penyimpanan masker N95 yang telah digunakan untuk mencegah terjadinya
infeksi nasokomial.

b. Bagi perawat
Melalui makalah ini, diharapkan perawat di ruang rawat inap Siloam Labuan
Bajo dapat meningkatkan kepatuhan dan kesadaran diri dalam menggunakan
dan menyimpan masker N-95 dengan benar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Caroline,dkk.(2016). Potensi penyebaran infeksi nasokomial di ruangan instalansi rawat


inap khusus tuberkulosis (irin C5) RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado.Jurnal e-
Biomedik volume 4 nomor 1, januari-juni 2015.

Centers for Desease Control and Prevention. (2013). Core Curriculum on Tuberculosis: What
the Clinician Should Know. Diakses dari
https://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/index.htm

Juliati. (2014). Hubungan peran perawat pelaksana terhadap pengendalian infeksi nasokomial
dirumah sakit umum pertamina Pangkalan Brandan. Volume 1 nomor 05, Januari
2015.

Lilis, S. (2014). Manajemen Sebuah Pengantar Sejarah, Tokoh, Teori, dan Praktik.
Bandung: La Goods Publishing.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional (Edisi 5). Jakarta: Salemba Medika.

NY Department of Health. (2017). How to use N95 mask. Diakses dari


https://www.health.ny.gov/.

Trossman. (2016). Respirator or procedure mask? Resources available to help nurses, patients
stay safe. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/.

21

Anda mungkin juga menyukai