Penulis
Halo, apa kabar Saudara Mahasiswa? Salam kenal dari kami, kami berdoa Anda
semua dalam keadaan sehat walafiat dan senantiasa dalam perlindungan-Nya. Secara
umum Modul ini menjelaskan tentang caring. Agar memudahkan Anda mempelajari isi
modul ini, maka sitem pembelajaran ini kami kemas dalam beberapa Topik, yaitu:
1. Topik : Menjelaskan Konsep Dasar Caring dalam Keperawatan
2. Topik : Menjelaskan Teori-teori Caring dalam Keperawatan
3. Topik : Menjelaskan Model-model dasar penerapan caring dalam keperawatan
4. Topik : Menjelaskan Etik dan Issue Spiritual caring dalam keperawatan
5. Topik : Menjelaskan Nilai, caring dan spiritual
6. Topik : Menjelaskan Situasi emosional dalam aplikasi caring dalam keperawatan
7. Topik : Menjelaskan Pendekatan-pendekatan caring dalam keperawatan
8. Topik : Menjelaskan Perilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan
9. Topik : Menjelaskan Sikap Caring
10. Topik : Menjelaskan Caring terhadap pasien
11. Topik : Menjelaskan Transkultural Nursing
12. Topik : Menjelaskan Konsep Paradigma Transkultural Nursing
13. Topik : Menjelaskan Holistic care, Holisme dan Humanisme.
Modul ini dapat Anda pelajari secara mandiri, sebaiknya dalam mempelajari
modul ini Anda lakukan secara bertahap. Mulai dari materi pembelajaran yang
disajikan pada Topik 1, jika Anda sudah yakin memahaminya, Anda dipersilahkan
untuk mempelajari materi pembelajaran Topik 2.
Satu hal yang penting dan perlu Anda catat adalah membuat catatan tentang
materi pembelajaran yang menurut Anda sulit untuk dipahami. Jika hal ini terjadi
cobalah untuk mendiskusikan materi tersebut dengan sesama teman sejawat. Apabila
memang masih dibutuhkan, Anda dianjurkan untuk mendiskusikanya dengan nara
sumber saat kegiatan pembelajaran tatap muka
Topik 1
Konsep Caring dalam Keperawatan
1. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari materi Topik 1 ini diharapkan Anda dapat menjelaskan
Konsep Caring dalam Keperawatan.
2. Kompetensi Khusus
Untuk mencapai kompetensi umum seperti yang diuraikan pada Topik 1,
Anda diharapkan dapat:
a. Menjelaskan pengertian caring
b. Menjelaskan persepsi klien tentang caring
c. Menjelaskan perbedaan caring dan curing
B. Pengertian Caring
Di era globalisasi ini, segala bidang kehidupan sedang mengalami
perkembangan bahkan kemajuan. Salah satunya adalah bidang pelayanan
kesehatan. Bidang pelayanan kesehatan tidak hanya sarana dan prasarana yang
mengalami kemajuan, tetapi juga profesionalisme dari tenaga kesehatan.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit, perawat akan berhadapan dengan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, Perawat harus terus
meningkatkan profesionalismenya, yaitu meningkatkan perilaku caring.Secara
bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring secara umum
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain,
pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang
berhubungan dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku kepada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi
dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah tindakan nyata dari care
yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.Caring merupakan dasar dari seluruh
proses keperawatan yang menggambarkan kesatuan nilai-nilai kemanusian secara
menyeluruh.
Menurut Watson (1979 dalam Dwidiyanti 2010) tentang Theory Of Human
Care, caring merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan pasien dalam
pemberian asuhan keperawatan dengan tujuan untuk meningkatkan dan melindungi
pasien sehingga membantu proses penyembuhan pasien.
Leininger (1984 dalam Kozier et., al 2010) menyatakan bahwa caring
merupakan tindakan asertif, supportif dan fasilitatif yang diberikan seseorang yang
memiliki kebutuhan yang nyata atau telah diantisipasi agar memperbaiki dan
meningkatkan kondisi individu.
Menurut Miller (1995 dalam Kozier et., al 2010) perilaku caring adalah tindakan
yang sengaja dilakukan untuk memberikan kenyamanan baik secara fisik maupun
emosional serta adanya keterikatan yang tulus terhadap klien. Sikap caring akan
terjalin dengan adanya hubungan saling percaya, belas kasih dan kejujuran. Selain
itu sikap caring juga harus memperhatikan aspek biologis, psikologis, sosiologis,
kultural dan spiritual.
Caring adalah bentuk perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap
pasien. Kepedulian, empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang
perawat terhadap pasien akan membentuk hubungan perawat–klien yang terapeutik
(Potter & Perry, 2009).
Watson (1985 dalam Kozier et.,al 2010) menyatakan bahwa tindakan caring
meliputi komunikasi, tanggapan yang positif dan dukungan oleh perawat.
Menurut Riemen (1986 dalam Wolf et.,al 1998) mendeskripsikan sikap caring
perawat terhadap pasien yaitu merespon pada keunikan pasien, perseptif dan
supportif pada pasien, kehadiran fisik, memiliki sikap dan perlakuan untuk membuat
pasien merasa bernilai sebagai manusia bukan benda, memberikan kenyamanan
dan ketenangan, menggunakan suara dan sikap yang lemah lembut, dan
menimbulkan perasaan aman pasien.
Klien dan keluarga klien memiliki persepsi yang berbeda terhadap perilaku
caring perawat (nurse caring behavior). Riemen, Mayer, dan Brown (1986)
mengidentifikasi berbagai persepsi klien terhadap perilaku caring perawat sebagai
berikut:
1. Persepsi klien wanita:
a. Berespon terhadap keunikan klien.
b. Memahami dan mendukung perhatian klien.
c. Hadir secara fisik.
d. Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai manusia.
e. Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta.
f. Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien.
g. Bersuara halus dan lembut.
h. Memberi perasaan nyaman.
Ringkasan
Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang
menggambarkan kesatuan nilai-nilai kemanusian secara menyeluruh. Caring adalah
bentuk perhatian perawat dengan sepenuh hati terhadap pasien. Kepedulian,
empati, komunikasi yang lemah lembut dan rasa kasih sayang perawat terhadap
pasien akan membentuk hubungan perawat–klien yang terapeutik. Dari berbagai
pengertian diatas, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara umum adalah
suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian,
perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara
memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
dan kondisi kehidupan orang tersebut.
Persepsi klien tentang perilaku caring perawat adalah perawat memberi
perhatian lebih pada pasien dan pasien dianggap keluarga. Seseorang yang sakit
bila diperlakukan seperti keluarga sendiri dan diperlakukan dengan penuh kasih
sayang pasti akan berdampak baik, pasien yang dirawat oleh perawat akan lebih
mempercayai perawat dalam melakukan tindakan dan juga membantu proses
penyembuhan yang lebih cepat. Selain itu, perilaku caring perawat yang dirasakan
oleh klien adalah perawat aktif bertanya, berbicara lembut, memberi dukungan,
responsif, terampil, menghargai, dan menjelaskan tindakan pada pasien.
Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian
dan curing dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara
istilah caring dapat diartikan memberikan bantuan kepada individu atau sebagai
advokasi pada individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter dalam praktiknya
untuk mengobati klien. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah
kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam
spiritual, dan perawatan keluarga.
Test 1
1. Dibawah ini yang termasuk kedalam pengertian caring adalah....kecuali....
a. Memperhatikan
b. Memperdulikan
c. Mengobati
d. Bersikap empati
e. Kasih sayang dan cinta
1. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari materi Topik 2 ini diharapkan Anda dapat menjelaskan
Teori-teori Caring dalam Keperawatan.
2. Kompetensi Khusus
Untuk mencapai kompetensi umum seperti yang diuraikan pada Topik 2,
Anda diharapkan dapat:
a. Menjelaskan Teori Caring menurut Jean Watson.
b. Menjelaskan Teori Caring Menurut Milton Mayeroff
c. Menjelaskan Teori Caring menurut K.M Swanson
d. Menjelaskan Teori Caring menurut Simon Roach
e. Menjelaskan Teori Caring menurut Barnum dan Melleis
f. Menjelaskan Teori Caring menurut Griffin
Makanan dan
minuman
Kebutuhan tingkat Eliminasi
yang lebih rendah
ventilasi
Kebutuhan fungsional
(psikofisikal):
Hierarki
kebutuhan dasar
manusia
Kebutuhan integratif
(psikososial) :
Berprestasi
berafiliasi
Kebutuhan tingkat
yang lebih tinggi
Kebutuhan untuk
berkembang (interpersonal) :
Aktualisasi diri
Gambar 1.1
Hierarki kebutuhan dasar manusia menurut Jean Watson (Hidayat A. A., 2008)
Watson menekankan sikap caring ini harus tercemin pada sepuluh faktor
kuratif yang berasal dari perpaduan nilai nilai humanistik dengan ilmu
pengetahuan dasar. Sepuluh faktor tersebut meliputi :
1. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik
Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada nilai-
nilai kemanusiaan (humanistik) dan perilaku mementingkan kepentingan
orang lain di atas kepentingan pribadi (altruistik). Hal ini dapat
dikembangkan melalui pemahaman nilai yang ada pada diri seseorang,
keyakinan, interaksi, dan kultur serta pengalaman pribadi. Semua ini dirasa
perlu untuk mematangkan pribadi perawat agar dapat bersifat altruistik
terhadap orang lain.
2. Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope)
Pemahaman ini diperlukan untuk proses carative. Selain menekankan
pentingnya obat-obatan untuk curative, perawat juga perlu memberi tahu
individu alternatif pengobatan lain yang tersedia (meditasi, relaksasi, atau
kekuatan penyembuhan oleh diri sendiri atau secara spiritual). Dengan
mengembangkan hubungan perawat-klienyang efektif, perawat memfasilitasi
perasaan optimis, harapan dan rasa percaya.
3. Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain
Seorang perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap
diri pribadi dan orang lain serta bersikap lebih otentik. Perawat juga perlu
memahami bahwa pikiran dan emosi seseorang merupakan jendela jiwanya.
4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust)
Citra hubungan helping-trust adalah harmonis, empati, dan hangat.
Hubungan yang harmonis haruslah hubungan yang dilakukan secara jujur
dan terbuka, tidak dibuat-buat. Perawat menunjukkan sikap empati dengan
berusaha merasakan apa yang dirasakan oleh klien dan sikap hangat
dengan menerima orang lain secara positif.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif
Perasaan mempengaruhi pikiran seseorang, hal ini perlu menjadi
pertimbangan dalam memelihara hubungan. Oleh sebab itu, perawat harus
menerima perasaan orang lain serta memahami perilaku mereka.
6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam
pengambilan keputusan.
Watson percaya bahwa tanpa metode pemecahan masalah yang sistematis,
praktik yang efektif adalah hal yang kebetulan, sembrono, dan berbahaya.
Metode pemecahan masalah ilmiah merupakan metode yang memberi
kontrol dan prediksi serta memungkinkan koreksi diri sendiri.
7. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.
Ini merupakan faktor utama ketika seseorang berusaha mengontrol
kesehatan mereka sendiri setelah mendapatkan sejumlah informasi dan
alternatif pengobatan lain. Dalam hal ini perawat harus mampu memahami
persepsi klien dan meredakan situasi yang menegangkan agar proses
belajar- mengajar ini dapat berjalan lebih efektif.
8. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan/atau
memperbaiki mental, sosiokultural, dan spiritual.
Melalui pengkajian, perawat dapat menentukan penilaian seseorang
terhadap situasi dan dapat menanggulanginya. Perawat dapat memberi
dukungan situasional, membantu individu mengembangkan persepsi yang
lebih akurat, serta memberi informasi sehingga klien dapat menanggulangi
masalahnya. Perawat juga harus menyalurkan perasaan nyaman, aman,
dan keleluasaan pribadi kepada klien.
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Dalam membantu memenuhi kebutuhan dasar klien, perawat harus
melakukannya dengan gembira. Hierarki kebutuhan dasar Watson hamper
sama dengan Maslow, yakni kebutuhan untuk bertahan hidup (survival),
kebutuhan fungsional, kebutuhan integrative, kebutuhan untuk tumbuh, dan
kebutuhan untuk mencari bantuan (seeking) ketika individu kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.
10. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis.
Kedua factor ini (eksistensial-fenomenologis) membantu seseorang untuk
mengerti kehidupan dan kematian. Selain itu, keduanya dapat membantu
seseorang untuk menemukan kekuatan atau keberanian untuk menghadapi
kehidupan dan kematian (Asmadi, 2008, pp. 130-132).
Pada tahun 1988 di dalam bukunya yang kedua, Nursing Human Science
and Human care: A Theory of Nursing. Watson mengemukakan 11 asumsi yang
berhubungan dengan caring:
1. Perhatian dan kasih sayang merupakan kekuatan batin yang utama dan
universal.
2. Kasih sayang yang bermutu dan caring adalah penting bagi kemanusiaan,
tetapi sering diabaikan dalam hubungan antar sesama.
3. Kemampuan untuk menyokong ideologi dan ideal caring di dalam praktik
keperawatan akan mempengaruhi perkembangan dari peradaban dan
menentukan kontribusi keperawatan pada masyarakat.
4. Caring terhadap diri sendiri adalah prasyarat bagi caring terhadap orang lain.
5. Keperawatan selalu memegang konsep caring di dalam berhubungan
dengan orang lain dalam rentang sehat-sakit.
6. Caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus utama dalam
praktik keperawatan.
7. Praktik keperawatan secara signifikan telah menekankan pada Human care.
8. Fondasi caring keperawatan dipengaruhi oleh teknologi medis dan birokrasi
institusi.
9. Penyediaan dan perkembangan dari Human care menjadi isu yang hangat
bagi keperawatan untuk saat ini maupun masa yang akan datang.
10. Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan
interpersonal.
11. Kontribusi keperawatan kepada masyarakat terletak pada komitmen pada
Human care.
Ringkasan
Menurut pandangan Watson (1985), caring dan cinta terdiri dari semua hal
yang penting dari kekuatan jiwa dan merupakan dasar dari sifat kemanusiaan kita.
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini
didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini
memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling
berhubungan di antaranya Kebutuhan dasar biofisikal, Kebutuhan psikofisikal,
Kebutuhan psikososial, Kebutuhan intra dan interpersonal.
Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah
“Human Scince And Human Care”. Watson percaya bahwa fokus utama dalam
keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari perspektif humanistik
yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah. Oleh karena itu, perawat
perlu mengembangkan filosofi humanistik dan sistem nilai, serta seni yang kuat.
Filosofi humanistik dan sistem nilai ini memberi fondasi yang kokoh bagi ilmu
keperawatan, sedangkan dasar seni dapat membantu perawat mengembangkan
visi mereka serta nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir yang kritis.
Test 2
1. Jelaskan 4 cabang kebutuhan manusia menurut pandangan teori jean watson!
2. Sebutkan dan jelaskan Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam
keperawatan!
3. Jelaskan tujuh asumsi yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson!
4. Watson menekankan sikap caring ini harus tercemin pada sepuluh faktor kuratif
yang berasal dari perpaduan nilai nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan
dasar. Sebutkan dan jelaskan sepuluh faktor itu!
5. Sebutkan dan jelaskan nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean
Watson!
Topik 3
Model-Model Dasar Penerapan Caring Dalam Keperawatan
1. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari materi Topik 3 ini diharapkan Anda dapat menjelaskan
Model-model Dasar Penerapan Caring dalam Keperawatan.
2. Kompetensi Khusus
Untuk mencapai kompetensi umum seperti yang diuraikan pada Topik 3,
Anda diharapkan dapat:
a. Menjelaskan model keperawatan Orem
b. Menjelaskan model keprawatan Jean Watson
Ringkasan
Model konsep menurut Dorothea Orem yang dikenal dengan model self
care (perawatan diri) memberikan pengertian jelas bahwa bentuk pelayanan
keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu
dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan,
kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit, yang ditekankan
pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri.
Model self care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada
dalam keperawatan di antaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan atas
kemampuan. Self care didasarkan atas kesengajaan serta dalam pengambilan
keputusan dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan, setiap manusia
menghendaki adanya self care (perawatan diri) dan sebagai bagian dari kebutuhan
dasar manusia.
Test 3
1. Sebutkan dan jelaskan model caring menurut Orem!
2. Sebutkan dan jelaskan model caring menurut Watson!
Topik 4
Etik Dan Issu Spritual Caring Dalam Keperawatan
1. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari materi Topik 4 ini diharapkan Anda dapat menjelaskan
Etik dan Issu Spiritual Caring dalam Keperawatan.
2. Kompetensi Khusus
Untuk mencapai kompetensi umum seperti yang diuraikan pada Topik 4,
Anda diharapkan dapat:
a. Menjelaskan Pengertian Etik
b. Menjelaskan Pengertian Spiritual
c. Menjelaskan Konsep Kesehatan spiritual
d. Menjelaskan Masalah Spiritual
A. Pendahuluan
Halo, apa kabar? Apakah Anda sudah siap dengan materi pembelajaran yang
baru. Saya berharap Anda sudah siap, Materi yang akan kita pelajari pada Topik 4
ini, adalah “Etik dan Issue Spiritual Caring dalam Keperawatan”. Satu hal yang
penting dan perlu Anda catat adalah membuat catatan tentang materi pembelajaran
yang menurut Anda sulit untuk dipahami. Jika hal ini terjadi cobalah untuk
mendiskusikan materi tersebut dengan sesama teman sejawat. Apabila memang
masih dibutuhkan, Anda dianjurkan untuk mendiskusikanya dengan nara sumber
saat kegiatan pembelajaran tatap muka.
B. Etik
Watson (1988) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada
kebiasaan yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien,
perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika
keperawatan bersikap unik, sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan
hanya berdasarkan prinsip intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter
dan sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat
sebagai penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan
hubungan dan memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.
C. Spiritual
Definisi spiritual lebih sulit dibandingkan mendifinisikan agama atau religion,
dibanding dengan kata religion, para psikolog membuat beberapa definisi spiritual,
pada dasarnya spritual mempunyai beberapa arti, diluar dari konsep agama, kita
berbicara masalah orang dengan spirit atau menunjukan spirit tingkah laku.
Kebanyakan spirit selalu dihubungkan sebagai faktor kepribadian. Secara pokok
spirit merupakan energi baik secara fisik dan psikologi. Menurut kamus Webster
(1963) kata spirit berasal dari kata benda bahasa latin ”spiritus” yang berarti nafas
(breath) dan kata kerja ”spirare” yang berarti bernafas.
Secara etimologi kata ”spirit” berasal dari kata Latin ”spiritus”, yang
diantaranya berarti “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas
hidup, nyawa hidup”. Dalam perkembangannya, selanjutnya kata spirit diartikan
secara lebih luas lagi. Para filsuf, mengkonotasikan ”spirit” dengan (1) kekuatan
yang menganimasi dan memberi energi pada cosmos, (2) kesadaran yang berkaitan
dengan kemampuan, keinginan, dan intelegensi, (3) makhluk immaterial, (4) wujud
ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian).
Dilihat dari bentuknya, spirit menurut Hegel, paling tidak ada tiga tipe:
subyektif, obyektif dan obsolut. Spirit subyektif berkaitan dengan kesadaran, pikiran,
memori, dan kehendak individu sebagai akibat pengabstraksian diri dalam relasi
sosialnya. Spirit obyektif berkaitan dengan konsep fundamental kebenaran (right,
recht), baik dalam pengertian legal maupun moral. Sementara spirit obsolut yang
dipandang Hegel sebagai tingkat tertinggi spirit, adalah sebagai bagian dari nilai
seni, agama, dan filsafat.
Secara psikologik, spirit diartikan sebagai ”soul” (ruh), suatu makhluk yang
bersifat nir-bendawi (immaterial being). Spirit juga berarti makhluk adikodrati yang
nir-bendawi. Karena itu dari perspektif psikologik, spiritualitas juga dikaitkan dengan
berbagai realitas alam pikiran dan perasaan yang bersifat adikodrati, nir-bendawi,
dan cenderung ”timeless dan spaceless”. Termasuk jenis spiritualitas adalah
Tuhan, jin, setan, hantu, roh halus, nilai moral, nilai estetik dan sebagainya.
Spiritualitas agama (religious spirituality, religious spiritualness) berkenaan dengan
kualitas mental (kesadaran), perasaan, moralitas, dan nilai-nilai luhur lainnya yang
bersumber dari ajaran agama. Spiritualitas agama bersifat Ilahiah, bukan bersifat
humanistik lantaran berasal dari Tuhan.
Spiritual dalam pengertian luas merupakan hal yang berhubungan dengan
spirit, sesuatu yang spiritual memiliki kebenaran yang abadi yang berhubungan
dengan tujuan hidup manusia, sering dibandingkan dengan sesuatu yang bersifat
duniawi dan sementara. Didalamnya mungkin terdapat kepercayaan terhadap
kekuatan supernatural seperti dalam agama, tetapi memiliki penekanan terhadap
pengalaman pribadi. Spiritual dapat merupakan ekspresi dari kehidupan yang
dipersepsikan lebih tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam pandangan
hidup seseorang, dan lebih dari pada hal yang bersifat indrawi. Salah satu aspek
dari menjadi spiritual adalah memiliki arah tujuan, yang secara terus-menerus
meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak dari seseorang, mencapai
hubungan yang lebih dekat dengan ketuhanan dan alam semesta dan
menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang berasal dari alat indra, perasaan, dan
pikiran.
Pihak lain mengatakan bahwa aspek spiritual memiliki dua proses, pertama
proses keatas yang merupakan tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah
hubungan seseorang dengan Tuhan, kedua proses kebawah yang ditandai dengan
peningkatan realitas fisik seseorang akibat perubahan internal. Konotasi lain
perubahan akan timbul pada diri seseorang dengan meningkatnya kesadaran diri,
dimana nilai-nilai ketuhanan didalam akan termanifestasi keluar melalui
pengalaman dan kemajuan diri.
Spiritualitas adalah kesadaran diri dan kesadaran individu tentang asal,
tujuan dan nasib. Agama ádalah kebenaran mutlak dari kehidupan yang memiliki
manifestasi fisik diatas dunia. Agama merupakan praktik perilaku tertentu yang
dihubungkan dengan kepercayaan yang dinyatakan oleh institusi tertentu yang
dihubungkan dengan kepercayaan yang dinyatakan oleh institusi tertentu yang
dianut oleh anggota-anggotanya. Agama memiliki kesaksian iman, komunitas dan
kode etik, dengan kata lain spiritual memberikan jawaban siapa dan apa seseorang
itu (keberadaan dan kesadaran), sedangkan agama memberikan jawaban apa
yang harus dikerjakan seseorang (perilaku atau tindakan). Seseorang bisa saja
mengikuti agama tertentu, namun tidak memiliki spiritualitas. Orang-orang dapat
menganut agama yang sama, namun belum tentu mereka memiliki jalan atau
tingkat spiritualitas yang sama.
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu. Menurut
Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :
1. Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha
tinggi.
E. Masalah Spiritual
Ketika penyakit, kehilangan, atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan
spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada
perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual selama penyakit atau kehilangan,
misalnya saja, individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka
sendiri dan lebih bergantung pada orang lain untuk perawatan dan
dukungan. Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari
makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan
seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. Individu mungkin
mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup
seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber dari makna hidup.
1. Penyakit akut.
Penyakit yang mendadak, tidak diperkirakan, yang menghadapkan baik
ancaman langsung atau jangka panjang terhadap kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan klien dapat menimbulkan distress spiritual bermakna. Penyakit
atau cidera dapat dipandang sebagai hukuman, sehingga klien menyalahkan diri
mereka sendiri karena mempunyai kebiasaan kesehatan yang buruk, gagal untuk
mematuhi tindakan kewaspadaan keselamatan atau menghindari pemeriksaan
kesehatan secara rutin. Konflik dapat berkembang sekitar keyakinan individu dan
makna hidup. Individu mungkin mempunyai kesulitan memandang masa depan
dan dapat terpuruk tidak berdaya oleh kedukaan.
Kemarahan bukan hal yang tidak wajar, dan klien mungkin
mengekspresikannya terhadap Tuhan, keluarga, dan/atau diri mereka sendiri.
Kekuatan spiritualitas klien mempengaruhi bagaimana mereka menghadapi
penyakit mendadak dan bagaimana mereka dengan cepat beralih kearah
penyembuhan.
2. Penyakit kronis.
Seseorang dengan penyakit kronis sering menderita gejala yang
melumpuhkan dan mengganggu kemampuan untuk melanjutkan gaya hidup
normal mereka. Kemandirian dapat sangat terancam, yang mengakibatkan
ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh. Ketergantungan pada orang
lain untuk mendapat perawatan rutin dapat menimbulkan perasaan tidak berdaya
dan persepsi tentang penurunan kekuatan batiniah. Seseorang mungkin merasa
kehilangan tujuan dalam hidup yang mempengaruhi kekuatan dari dalam yang
diperlukan untuk mengahdapi perubahan fungsi yang dialami.
Kekuatan tentang spiritualitas seseorang dapat mejadi faktor penting
dalam cara seseorang menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit
kronis. Keberhasilan dalam mengatasi perubahan yang diakibatkan oleh penyakit
kronis dapat menguatkan seseorang secara spiritual. Reevaluasi tentang hidup
mungkin terjadi. Mereka yang kuat secara spiritual akan membentuk kembali
identitas diri dan hidup dalam potensi mereka.
3. Penyakit terminal.
Penyakit terminal umumnya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri fisik,
ketidaktahuan, kematian, dan ancaman terhadap integritas (Turner, et.al, 1995).
Klien mungkin mempunyai ketidak pastian tentang makna kematian dan dengan
demikian mereka menjadi sangat rentan terhadap distress spiritual. Tedapat juga
klien yang mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang memampukan
mereka untuk menghadapi kematian tanpa rasa takut.
Individu yang mengalami penyakit terminal sering menemukan diri meraka
menelaah kembali kehidupan mereka dan mempertanyakan maknanya.
Pertanyaan-petanyaan umum yang diajukan dapat mencakup ”mengapa hal ini
terjadi pada saya’’ atau “apa yang telah saya lakukan sehingga hal ini terjadi
pada saya” keluarga dan teman-teman dapat terpengaruhi sama halnya yang
klien alami.
Fryback (1992) melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana
individu dengan penyakit terminal menggambarkan tentang kematian. Klien yang
termasuk dalam penelitian mengidentifikasikan tiga domain kesehatan sebagai
berikut: mental-emosi, spiritual dan fisik. Domain spiritual dipandang sebagai hal
penting dalam hal kesehatan dan mencakup mempunyai hubungan dengan
kekuatan yang lebih tinggi, menghargai moralitas seseorang dan menumbuhkan
aktualisasi diri. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa penelitian
tersebut menunjukkan klien yang mempunyai penyakit terminal mempunyai
persepsi dalam keadaan tidak sehat, persepsi tersebut bukan karena penyakitnya
tetapi karena sedang tidak mampu menjalani hidup mereka dengan sempurna
dan tidak mampu melakukan hal-hal yang mereka inginkan.
4. Individuasi.
Ketika seseorang menjalani hidup mereka, sering mengajukan pertanyaan
untuk menemukan dan memahami diri (mereka) sebagai hal yang berbeda tetapi
juga dalam hubungan dengan orang lain. Psikolog Carl Jung (Storr,
1983) menggambarkan proses ini sebagai individuasi seseorang. Juga
digambarkan sebagai krisis pertengahan hidup, individuasi umumnya pada
individu usia baya. Individuasi mungkin didahului oleh rasa kekosongan dalam
hidup atau kurang mampu untuk memotivasi diri.
Individuasi adalah pengalaman manusia yang umum yang ditandai oleh
kebingungan, konflik, keputusasaan, dan perasaan hampa. Spiritualitas
seseorang harus dipertahanka, karena individuasi tampaknya mendorong
seseorang untuk mempertahankan aspek positif, life-asserting dari kepribadian.
Kejadian seperti stress, keberhasilan atau kekurang berhasilan dalam pekerjaan,
konflik perkawinan, atau penurunan kesehatan dapat menyebabkan seseorang
mencari pemahaman diri yang lebih besar.
Ringkasan
Secara etimologi kata ”spirit” berasal dari kata Latin ”spiritus”, yang diantaranya
berarti “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa
hidup”. Dalam perkembangannya, selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas
lagi. Para filsuf, mengkonotasikan ”spirit” dengan (1) kekuatan yang menganimasi dan
memberi energi pada cosmos, (2) kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan,
keinginan, dan intelegensi, (3) makhluk immaterial, (4) wujud ideal akal pikiran
(intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian).
Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah “rasa keharmonisan saling
kedekatan antara diri dengan orang lain, alam dan dengan kehidupan tertinggi”
(Hungemann, et.al, 1985). Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang
menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan, dan system keyakinan mereka dengan
hubungan mereka di dalam diri mereka sendiri dan orang lain. Pada saat terjadi stress,
penyakit, penyembuhan, atau kehilangan, sesorang mungkin akan berbalik kecara-
cara lama dalam merespon atau menyesuaikan dengan situasi.
Ketika penyakit, kehilangan, atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan
spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan atau pada perkembangan
kebutuhan dan perhatian spiritual selama penyakit atau kehilangan, misalnya saja,
individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri mereka sendiri dan lebih
bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan.
Test 4
1. Sebutkan dan jelaskan apa yang anda pahami mengenai kesehatan spiritual!
2. Jelaskan masalah spiritual yang sering dialami oleh klien selama perawatan!
Topik 5
NILAI, CARING DAN SPIRITUAL
1. Kompetensi Umum
Setelah mempelajari materi Topik 5 ini diharapkan Anda dapat menjelaskan
materi mengenai Nilai, Caring dan Spiritual.
2. Kompetensi Khusus
Untuk mencapai kompetensi umum seperti yang diuraikan pada Topik 5,
Anda diharapkan dapat:
a. Menjelaskan Nilai-nilai (Values) dalam Keperawatan
b. Menjelaskan Caring dalam Keperawatan
c. Menjelaskan Spiritual dalam Keperawatan
d. Menjelaskan Aspek spiritual dalam Caring
A. Pendahuluan
Halo, apa kabar Saudara mahasiswa? Apakah Anda sudah siap dengan
materi pembelajaran yang baru. Saya berharap Anda sudah siap, materi yang
akan kita pelajari pada Topik 5 ini adalah Nilai, Caring dan Spiritual.
Selanjutnya bahwa dalam diri manusia terdapat 2 nilai yaitu nilai personal
(nilai-nilai manusia sebagai pribadi yang utuh) dan nilai profesional yaitu nilai-
nilai manusia berdasarkan profesinya. Nilai-nilai tersebut merupakan suatu ciri:
1) Nilai-nilai yang membentuk dasar perilaku seseorang.
2) Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola perilaku yang
konsisten.
3) Nilai-nilai menjadi kontrol internal bagi perilaku seseorang
4) Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang
yang secara intelektual diyakinkan tentang suatu nilai serta memegang
teguh dan mempertahankannya.
C. Caring
1. Leininger (1979).
Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan
atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi manusia atau kehidupan.
2. Watson (1988).
Caring adalah esensi dari keperawatan yang berarti juga
pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat
membantu partisipasi klien, membantu klien memperoleh pengetahuan, dan
meningkatkan kesehatan.
Karakteristik Caring:
1. Rogers (1961).
a. Menjadi diri sendiri.
b. Kejelasan.
c. Respek.
d. Pemisahan; mampu menempatkan diri.
e. Kebebasan.
f. Empati.
g. Komunikasi.
h. Evaluasi.
2. Leininger (1984)
a. Professional caring sebagai perwujudan kemampuan kognitif dimana
perawat bertindak terhadap respons yang ditunjukkan klien berdasarkan ilmu
sikap dan keterampilan profesional sehingga dalam memberikan bantuan
sesuai dengan kebutuhan, masalah dan tujuan yang ditetapkan perawat dan
klien
b. Scientific caring merupakan segala keputusan dan tindakan dalam
memberikan asuhan keperawatan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
perawat.
c. Humanistic merupakan proses bantuan kepada orang lain yang bersifat
kreatif, intuitif atau kognitif yang didasarkan pada filosofis fenomenologik,
perasaan subjektif atau obyektif.
D. Spiritual
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai
Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Menurut Burkhardt (1993), Spiritualitas
meliputi aspek sebagai berikut:
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup.
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri
sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha
Tinggi.
E. Aspek Spiritual Dalam Caring
Dalam pelaksanaan caring, aspek spiritual menjadi hal yang penting ditunjukan
dalam konteks sebagai berikut:
1. Perawat membantu orang yang dirawat dengan sepenuh hati dan
memperlakukannya sebagai manusia yang wajar.
2. Menghadirkan keyakinan yang mendalam.
3. Pemeliharaan praktik spiritual dari diri sendiri serta diri transpersonal.
4. Perawat berespon dengan tulus.
5. Menghadirkan dan mendukung ekspresi perasaan positif dan negatif.
6. Mengoptimalkan kemampuan diri dengan kreatif.
7. Perawat berusaha untuk memahami.
8. Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
9. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar.
10. Terbuka pada misteri spiritual dan dimensi keberadaan hidup mati manusia.
Ringkasan
Perawat sebagai tenaga yang profesional, dalam melaksanakan tugasnya
diperlukan suatu sikap yang menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan
bertanggungjawab secara moral. Seringkali masalah, muncul ketika hubungan sosial
itu terjadi antara perawat dengan klien, hal ini merupakan suatu bagian yang tak dapat
dipisahkan dari segala segi kehidupan. Tidak ada satupun manusia sebagai subjek
hidup yang bersih tanpa masalah, namun ada yang tersembunyi ada juga yang lebih
dominan oleh masalahnya. Begitupun dalam praktik keperawatan, terdapat beberapa
isu yang bisa menjadi masalah dalam praktik keperawatan, baikperbuatan dari pihak
yang tidak bertanggung jawab, ataupun segala hal yang terjadi disebabkan oleh
pertimbangan etis atau nilai-nilai yang dianut sebagai kerangka konsep yang dipakai
oleh perawat dalam bekerja.
Test 5
1. Jelaskan pengertian nilai!
2. Jelaskan pengertian caring!
3. Jelaskan pengertian spiritual!
4. Jelaskan hubungan antara nilai, caring dan spiritual dalam konteks pemberian
asuhan keperawatan!
Topik 6
SITUASI EMOSIONAL DALAM APLIKASI CARING DALAM KEPERAWATAN
Ringkasan
Kepedulian atau caring merupakan isu besar dalam profesionalisme keperawatan
Kepedulian tampaknya telah memainkan bagian penting yang paling disoroti. Sejak
dulu, keperawatan selalu meliputi empat konsep (yang merupakan paradigma kita):
merawat adalah apa yang kita lakukan; manusia adalah sasaran dari apa yang kita
lakukan (kepada siapa kita melakukannya); kesehatan adalah tujuannya; dan
lingkungan adalah tempat di mana kita merawat. Inti dari semua teori tentang
keperawatan adalah memeriksa dan menguraikan empat konsep tersebut untuk
memberi penjelasan dan panduan dalam hal merawat. Tetapi sekarang, merawat juga
didefinisikan sebagai kepedulian atau caring, yang sudah menjadi konsep paradigma
yang kelima.
Test 6
1. Jelaskan situasi emosional dalam aplikasi caring keperawatan!
Topik 7
Pendekatan-Pendekatan Caring Dalam Keperawatan
Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat
pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua orang bisa
memiliki kesabaran dalam melayani orang yang tengah menderita penyakit.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang besar. Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal
yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang/cinta (Dwidianti, 2010).
Hildegard D Peplau mengenali 4 fase dalam hubungan interpersonal perawat-
klien yang meliputi :
1. Fase orientasi
Fokusnya adalah fase menentukan atau menemukan masalah. Pertama kali
perawat dan pasien bertemu masih sebagai orang yang asing satu sama
lain, pasien dan keluarganya memiliki perasaan butuh bantuan professional
walaupun kebutuhan ini kadang-kadang tidak dapat dikenali atau dimengerti
oleh mereka.
Pada fase ini paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi
dengan pasien dengan keluarganya dalam menganalisis situasi yang
kemudian bersama-sama mengenali, memperjelas dan menentukan
masalah yang ada.
2. Fase identifikasi
Fase ini fokusnya memilih bantuan professional yang sesuai. Pada fase ini
pasien merespons secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi
kebutuhannya, setiap pasien mempunyai respon berbeda-beda pad fase ini.
Respons pasien terhadap keperawatan adalah : (a) berpartisipasi dan
interdependen dengan perawat, (b) otonomi dan independen dari perawat,
(c) pasif dan dependen pada perawat.
3. Fase eksploitasi
Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan professional untuk
alternative pemecahan masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan
minat dan kebutuhan dari pasien, pasien mulai merasa sebagai bagian
integral dari lingkungan pelayanan. Pada fase ini pasien mulai menerima
informasi-informasi yang diberikan padanya tentang penyembuhan, mungkin
berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada perawat,
mendengarkan penjelasan-penjelasan dari perawat dan sebagainya.
4. Fase revolusi
Fokusnya adalah mengakhiri hubungan professional. Pasien dan perawat
dalam fase ini perlu untuk mengakhiri hubungan terapeutik mereka.
(Kusnanto, 2004, pp. 16-17)
1. Kehadiran
Kehadiran adalah suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang
lainnya yang merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan
manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan
“ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik,
melainkan juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti
perawata selalu bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993). Kehadiran
seorang perawat membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien
karena situasi tertekan.
2. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan dimana
perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan perhatian
dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan, yaitu sentuhan kontak dan sentuhan
non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhan langsung kulit dengan
kulit. Sedangkan sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua jenis
sentuhan ini digambarkan dalam tiga kategori :
a) Sentuhan berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan
sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika melaksanakan
prosedur akan memberikan rasa aman kepada klien. Prosedur dilakukan
secara hati-hati dan atas pertimbangan kebutuhan klien.
b) Sentuhan pelayanan (caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang tangan klien,
memijat punggung klien, menempatkan klien dengan hati-hati, atau
terlibat dalam pembicaraan (komunikasi non-verbal). Sentuhan ini dapat
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan klien, meningkatkan harga
diri, dan memperbaiki orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson,
1994).
c) Sentuhan perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk
melindungi perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari
sentuhan perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dengan
cara menjaga dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.
Sentuhan dapat menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu
harus digunakan secara bijaksana.
3. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan
merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan
ketertarikan perawat. Mendengarkan membantu perawat dalam memahami
dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara
untuk mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam
membuat keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman
perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya.
Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara
klien dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
5. Caring dalam spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan fisik seseorang. Spiritual menawarkan rasa keterikatan yang baik,
baik melalui hubungan intrapersonal atau hubungan dengan dirinya sendiri,
interpersonal atau hubungan dengan orang lain dan lingkungan, serta
transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi.
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapat
memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang
baik dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan
yang diterima klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya
sosial, emosional, atau spiritual; memahami bahwa hubungan caring
menghubungkan manusia dengan manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan intervensi
keperawatan sering bergantung pada keinginan keluarga untuk berbagi
informasi dengan perawat untuk menyampaikan terapi yang dianjurkan.
Menjamin kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam proses
penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota keluarga.
Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada klien membuat suatu
keterbukaan yang kemudian dapat membentuk hubungan yang baik dengan
anggota keluarga klien (Rangkuti, 2012).
Menurut Leddy & Pepper (1993), perilaku seorang perawat yang caring
terhadap klien, misalnya menjadi pendengar yang baik memberi arti bagi
pasien: bahwa pasien merasa dihargai oleh perawat dan perawat menaruh
perhatian kepada pasien. Tanpa menjadi pendengar yang baik, klien tidak akan
terbuka, merasa tidak dihargai, dan tidak akan puas. Dengan demikian sikap
care perawat saat berkomunikasi ialah :
1. Berhenti berbicara atau paling tidak berbicara apabila klien tidak berbicara
dan jangan memotong pembicaraan klien.
2. Menjauhkan distraksi.
3. Melihat klien pada saat berbicara.
4. Memerhatikan hal-hal yang utama.
5. Mengevaluasi bagaimana penerimaan pesan yang sudah diberikan.
6. Mengkaji apa yang diabaikan dalam komunikasi tersebut.
7. Mengevaluasi intensitas emosi yang ditunjukkan klien (Sitorus, 2009).
Ringkasan
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari
kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.
perilaku seorang perawat yang caring terhadap klien, misalnya menjadi
pendengar yang baik memberi arti bagi pasien: bahwa pasien merasa dihargai oleh
perawat dan perawat menaruh perhatian kepada pasien. Tanpa menjadi pendengar
yang baik, klien tidak akan terbuka, merasa tidak dihargai, dan tidak akan puas.
Test 7
1. Jelaskan hubungan interpersonal anatara perawat dan pasein!
2. Jelaskan pendekatan-pendekatan caring dalam keperawatan!
Topik 8
PERILAKU CARING DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN
Test 8
1. Sebutkan 10 perilaku caring yang dapat diterapkan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan!
2. Aspek apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam perilaku caring perawat?
Topik 9
SIKAP CARING
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalui dilakukan oleh perawat agar semua
aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan
bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga
dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum mamahami orang lain. Keperawatan
merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien adlah hubungan perawat-klien yang bersifat
profesional dengan penekanan pada bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan
klien. Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan
memotivasi keinginan klien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
Jean Watson berpendapat bahwa membuat landasan caring sebagai fokus
sentral dari praktek keperawatan. Dalam teori Watson memandang 4 konsep utama
sbb :
1. Manusia adalah seorang yang dihargai baik secara fisik, diawasi, terhormat,
dipelihara, dipahami dan dibantu; di dalam suatu pandangan filosofis seseorang
sebagai diri terintegrasi penuh dan fungsional. Manusia dipandang sebagai
lebih besar dari dan berbeda dengan yang lain.
2. Kesehatan
Watson percaya bahwa ada faktor lain yang diperlukan untuk mencapai definisi
kesehatan menurut WHO. Dia menambahkan tiga unsur-unsur : mencapai
tingkat yang lebih tinggi dari keseluruhan fisik, mental dan sosial.
Mempertahankan fungsi adaptive-maintenance secara umum sehari-hari. Tidak
adanya penyakit.
3. Lingkungan/sosial
Menurut Watson memberi pengaruh secara terbuka terhadap manusia yang
akan mencapai keselarasan.Sikap caring tidak diturunkan dari generasi
kegenerasi tetapi ditularkan melalui budaya profesi sebagai jalan/cara unik
terhadap lingkungannya.
4. Ilmu perawatan
Menurut Watson“ Ilmu perawatan mempunyai kaitan dengan mempromosikan
kesehatan, mencegah penyakit, caring terhadap sakit dan penyembuhan.
Fokusnya pada promosi kesehatan dan penanganan penyakit.
Jadi, dari teori caring menurut Watson dapat disimpulkan bahwa adanya
keseimbangan antara aspek jasmani dan spiritual dalam asuhan keperawatan.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.“Caring” merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik dan
filosofikal. “Caring” bukan semata-mata perilaku. “Caring” adalah cara yang
memiliki makna dan memotivasi tindakan (Marriner-Tomey, 1994). “Caring”juga
didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan
perhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien
(Carruth et all, 1999). Sikap ini diberikan memalui kejujuran, kepercayaan, dan
niat baik. Prilaku “caring” menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam
aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Diyakini, bersikap “caring” untuk klien
dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi
keperawatan
B. Karakteristik “Caring”
Menurut Wolf dan Barnum (1998) :
1. Mendengar dengan perhatian
2. Memberi rasa nyaman
3. Berkata Jujur
4. Memiliki kesabaran
5. Bertanggung jawab
6. Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan
7. Memberi sentuhan
8. Memajukan sensitifitas
9. Menunjukan rasa hormat pada klien
10. Memanggil klien dengan namanya
Ringkasan
Watson mengemukakan bahwa caring merupakan inti dari keperawatan. Dalam
hal ini, caring merupakan perwujudan dari semua faktor yang digunakan perawat
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada klien. Kemudian, caring juga
menekankan harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan,
perawat senantiasa selalu menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun
kekurangan klien. Watson juga mengemukakan bahwa respon setiap individu terhadap
suatu masalah kesehatan unik, artinya dalam praktik keperawatan, seorang perawat
harus mampu memahami setiap respon yang berbeda dari klien terhadap penderitaan
yang dialaminya dan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat dalam setiap
respon yang berbeda. Jadi dalam hal ini perawat dituntut untuk mampu menghadapi
klien dalam setiap respon yang berbeda baik yang sedang maupun akan terjadi. Selain
itu, caring hanya dapat ditunjukkan dalam hubungan interpersonal, yaitu hubungan
yang terjadi antara perawat dengan klien, dimana perawat menunjukkan caring melalui
perhatian, intervensi untuk mempertahankan kesehatan klien dan energi positif yang
diberikan pada klien. Watson juga berpendapat bahwa caring meliputi komitmen untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan. Dalam
praktiknya, perawat ditantang untuk tidak ragu dalam menggunakan pengetahuan
yang dimilikinya dalam praktik keperawatan.
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai
apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam memberikan
asuhan, perawat menggunakan Keahlian, Kata-kata yang lemah lembut, Sentuhan,
Memberikan harapan, Selalu berada disamping klien, Bersikap “caring” sebagai media
pemberi asuhan
Test 9
1. Sebutkan dan jelaskan sikap caring yang harus dimiliki oleh seorang perawat!
2. Menurut anda, mengapa seorang perawat harus memiliki sikap caring terhadap
pasien?
Topik 10
CARING TERHADAP PASIEN
Era globalisasi yang sedang dan akan kita hadapi dibidang kesehatan
menimbulkan secercah harapan akan peluang (opportunity) meningkatnya pelayanan
kesehatan. Terbukanya pasar bebas memberikan pengaruh yang penting dalam
meningkatkan kompetisi disektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit
memberikan pengaruh dalam manajemen rumah sakit baik milik pemerintah, swasta
dan asing dengan tujuan akhir adalah untuk meningkatkan pelayanan. Tuntutan
masyrakat akan pelayanan kesehatan yang memadai semakin meningkat turut
meberikan warna diera globalisasi dan memacu rumah sakit untuk memberikan
layanan terbaiknya agar tidak dimarginalkan oleh masyarakat.
Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan
kesehatan (rumah sakit) di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan
merupakan kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat
dengan penderitaan orang lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami masyarakat.
Salah satu indikator mutu layanan keperawatan adalah kepuasan pasien.
Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah layanan perawatan bermutu apa
tidak.
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner
(1989), menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan. Diperkirakan
bahwa tiga perempat pelayanan kesehatan adalah caring sedangkan seperempat
adalah curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi yang bekerja selama 24
jam di rumah sakit lebih menekankan caring sebagai pusat dan aspek yang dominan
dalam pelayanannya maka tak dapat disangkal lagi bahwa perawat akan membuat
suatu perbedaan yang besar antara caring dan curing (Marriner A-Tomey, 1998).
Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa kebanyakan perawat terlibat secara
aktif dan memusatkan diri pada fenomena medik seperti cara diagnostik dan cara
pengobatan.
Caring yang diharapkan dalam keperawatan adalah sebuah perilaku perawatan
yang didasari dari beberapa aspek diantaranya:
1. human altruistic (mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan),
2. Menanamkan kepercayaan-harapan,
3. Mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain,
4. Pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya,
5. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif,
6. Sistematis dalam metode pemecahan masalah
7. Pengembangan pendidikan dan pengetahuan interpersonal,
8. meningkatkan dukungan, perlindungan mental, fisik, sosial budaya dan
lingkungan spiritual
9. Senang membantu kebutuhan manusia,
10. menghargai kekuatan eksistensial-phenomenologikal (Watson, 1979).
Ringkasan
Untuk membangun pribadi Caring, perawat dituntut memiliki pengetahuan
tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus
berubah, keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan-kebutuhan manusia. Bukan
berarti kalau pengetahuan perawat tentang Caring meningkat akan menyokong
perubahan perilaku perawat. Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian
dari bentuk kinerja perawat dalam merawat pasien. Secara teoriti ada tiga kelokmpok
variabel yang mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan diantaranya variabel individu,
variabel organisasi dan psikologis.
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai
apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam memberikan
asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan,
memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan bersikap caring sebagai
media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet, Rehmeyer, Cooper, & Burroughs,
1999). Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun meraka tidak dapat
diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring. Spirit caring
seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang
terdalam. Spritit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawata
yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya,
setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berada ketika memberikan asuhan
kepada klien.
Test 10
1. Jelaskan contoh aplikasi caring terhadap klien!
2. Jelaskan manfaat berperilaku caring terhadap klien!
Topik 11
Transcultural nursing
Ringkasan
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai
budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
Test 11
1. Apakah pengertian dari Transcultural Nursing ?
2. Apakah yang dimaksud Konsep Transcultural Nursing ?
3. Apakah yang di maksud paradigm Transcultural Nursing ?
4. Apakah Proses Keperawatan Transkultural ?
5. Apakah Pengaruh Budaya Sunda terhadap proses keperawatan ?
Topik 12
Konsep Paradigma Transcultural nursing
Test 12
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan paradigma dalam transkultural nursing!
2. Jelaskan perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transcultural!
3. Jelaskan 3 aspek yang ditawarkan dalam transkultural nursing!
Topik 13
Holistic Care, Holisme dan Humanisme
A. Holistic Care
a. Pengertian Holistic Care
Holistic memiliki arti ’menyeluruh’ yang terdiri dari kata holy and healthy.
Pandangan holistik bermakna membangun manusia yang utuh dan sehat, dan
seimbang terkait dengan seluruh aspek dalam pembelajaran; seperti spiritual,
moral, imajinasi, intelektual, budaya, estetika, emosi, dan fisik. Jadi healthy
yang dimaksud bukan hanya phisically, tetapi lebih pada aspek sinergitas
spiritually.
Pengobatan Holistic adalah, Pengobatan dengan menggunakan
Konsep Menyeluruh, yaitu keterpaduan antara Jiwa dan raga, dengan method
Alamiah yang ilmiah, serta ilahia yang mana Tubuh manusia merupakan
keterpaduan system yang sangat Kompleks, dan saling berinteraksi satu
sama lainnya dengan sangat kompak dan otomatis terganggunya satu fungsi/
elemen / unsure tubuh manusia dapat mempengaruhi fungsi yang lainnya.
Pengobatan Holistic terpadu, memiliki perbedaan konsep yang sangat
nyata dengan Konsep Kedokteran (Konvensional), Konsep Konvensional
lebih lebih menekankan kepada tindakan seperti pemberian obat-obat
kimiawi, dan tindakan rekayasa fisik dengan pembedahan/ operasi, dll,
sementara pengobatan holistic lebih menekankan membangkitkan system
imun pasien, dan memperbaiki secara menyeluruh dari factor pencetus
penyakit (akar permasalahan penyakit), sehingga definisi kesembuhan
cenderung Permanen (tidak kambuh lagi), sedangkan yang konnvensional
pada umumnya bersifat tindakan sementara (kambuhan) sehingga sampai
ada istilah Pasien Langgangan Dokter.
b. Sejarah Holistic Care
Sejarah holistik dimulai sebelum istilah holism diperkenalkan oleh Jan
Christiaan Smuts dalam bukunya “Holism and Evolution”. Holisme saat ini
berkembang dalam istilah holistik, yang mengkombinasikan penyembuhan,
seni, dan ilmu hidup. Holistik populer dengan cepat di tahun 70-an.
Walaupun istilah holisme diperkenalkan di tahun 1926, penyembuhan
holistik sebenarnya sudah ada jauh di jaman kuno kira-kira 5000 tahun yang
lalu. Sejarawan belum bisa memastikan dari bangsa manakah pertama kali ia
dipraktekkan. Kebanyakan sejarawan percaya bahwa penyembuhan holistik
dimulai di India dan atau Cina.
Para praktisi holistik mempraktekkan prinsip hidup sehat lewat
menyeimbangkan tubuh, pikiran, dan roh untuk menyatu atau harmonis
dengan alam. Contoh praktis holistik adalah Socrates, yang hidup 4 abad
sebelum kelahiran Kristus. Ia menganut pandangan ini dan mengajarkan
bahwa kita harus memandang tubuh sebagai keseluruhan, bukannya bagian
yang terpisah.
c. Perawatan Holistic
Semua bentuk praktik keperawatan yang tujuannya adalah membantu
kesembuhan seseorang secara menyeluruh. Perawat melihat pasien sebagai
manusia secara total dimana ada keterkaitan antara tubuh, pikiran, emosi,
sosial/budaya, spirit, relasi, konteks lingkungan.
Asuhan keperawatan yang didasarkan kepada perawatan pasien secara
total yang mempertimbangkan kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan
spiritual seseorang. Perawat perlu mempertimbangkan respon pasien
terhadap penyakitnya dan mengkaji tingkat kemampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan dirinya. Perawat harus menjadi teman yang mendukung
dan memotivasi pasien, mendorong pasien agar pasien memahami arti
kehidupan.
d. Dimensi Perawatan Holistik
Dimensi hubungan antara bio- psiko- sosial dan spiritual seseorang.
Dimensi pemahaman bahwa seseorang merupakan satu kesatuan secara utuh
tanpa bisa dipisahkan.
e. Nilai Utama Perawatan Holistik
1. Filosofi dan Pendidikan
Menekankan bahwa asuhan yang holistik didasarkan pada suatu kerangka
filosofi dan pengetahuan.
2. Holistik Etik, Teori Keperawatan dan Riset
Menekankan bahwa asuhan yang professional didasarkan pada teori,
diinformasikan oleh penelitian dan didasarkan oleh prinsip etik sebagai
Modul Bahan Ajar Caring | 93
petunjuk praktik yang kompeten.
3. Holistik Nurse Save Care
Keyakinan bahwa perawat harus terlibat dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesehatan dan kesadaran pribadi sehingga perawat dapat
melayani orang lain sebagai suatu alat sebagai proses penyembuhan
seseorang.
4. Holistic Communication, Therapeutic Environment and Cultural
Competency.
Menekankan pada perkembangan untuk memanfaatkan penkajian dan
asuhan terapeutik yang mengacu pada pola, masalah dan kebutuhan klien
dan suatu lingkungan yang mendukung proses penyembuhan pasien.
f. Macam-Macam Cabang Penyembuhan Holistik.
1) Holistik Tradisional.
Suatu teknik penyembuhan yang memanfaatkan alam dengan prinsip
holisme, berawal sejak ribuan tahun lalu. Biasa disebut sebagai
penyembuhan/pengobatan alternatif atau pengobatan tradisional. Yang
termasuk holistik tradisional adalah akupuntur, akupresur, herbal, ayurveda,
uropathy, pranic healing, apitherapy, dan lain- lain. Gelar para praktisinya
bermacam-macam. Ada yang disebut sebagai tabib, sin-se, dukun, dan lain-
lain.
2) Holistik Modern.
Suatu teknik penyembuhan yang menggabungkan penyembuhan
tradisional/kuno dengan teknologi dan sains modern yang memanfaatkan
alam dengan prinsip holisme. Holistic modern berawal sekitar 200 tahun
yang lalu dengan adanya homeopathy.
Tapi perlu juga Anda ketahui bahwa tidak semua alternatif adalah holistik.
Jika suatu pengobatan alternatif tidak memandang permasalahan kesehatan
secara menyeluruh, pengobatan tersebut berarti bukan pengobatan holistik.
3) Holistik Moderen Antophaty
Ananopathy adalah gabungan teknik pengobatan alternatif tradisional/kuno
dengan teknologi dan sains modern, dimana tujuannya adalah
menyembuhkan, bukan sekedar merawat. Pengobatan Ananopathy fokus
pada akar penyakit, bukan pada gejala; merawat manusia secara
keseluruhan (whole), bukan pada apa yang tampak saja. Tehnik yang
Modul Bahan Ajar Caring | 94
digunakan adalah dengan menggunakan Hukum Alam, Hukum Sebab-
Akibat, perbaikan pola makan dan gaya hidup, penggunaan bahan-bahan
alami, yang diterapkan dengan basis alam dan sains modern.
a) Diabetes melitus
b) Kolesterol tinggi dan sakit jantung
c) Stroke
d) Asam urat dan rematik, Tumor dan kanker, TBC,
e) Maag akut dan kronis, Hepatitis,
f) Gagal ginjal, Demam berdarah.
g) AIDS
B. Holisme
Holisme, bila ditelusuri dari akarnya berasal dari konsep Aristoteles (filosof
dari Yunani), Baruch Spinoza (filosof Belanda), dan WilliamJames (filosof dan
psikolog dari Amerika),yang berkaitan dengan pergerakan Gestalt sebelum
perang dunia. Holisme adalah nama yang diberikan kepada keyakinan bahwa
adalah semua terkait erat. Holistik melihat dirinya terus-menerus sebagai bagian
dari keseluruhan dan menganggap yang lain (manusia, hewan, tumbuhan atau
objek) sebagai yang lain. Konsep holisme selalu mengemukakan bahwa
organisme merupakan satu kesatuan yang utuh, bukan terbagi-bagi dalam
bagian- bagian. Sehingga pikiran dan tubuh bukan merupakan bagian yang
terpisah, tetapi merupakan satu bagian yang utuh, dan apabila terjadi sesuatu
pada salah satunya maka akan berpengaruh pada keseluruhan.
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkahlaku sebagai
kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen berbeda.
Jiwa dan tubuh bukan dua unsur terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan dan
apa yang terjadi dibagian satu akan mempengaruhi bagian lain. Hukum inilah
yang semestinya ditemukan agar dapat dipahami berfungsinya setiap komponen.
Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :
C. Humanisme
a. Pengertian Humanisme
Perkembangan psikologi humanistik tidak lepas dari pandangan
psikologi holistik dan humanistik. ”Humanisme" dipandang sebagai sebuah
gagasan positif oleh kebanyakan orang. Humanisme mengingatkan kita akan
gagasan-gagasan seperti kecintaan akan peri kemanusiaan, perdamaian, dan
persaudaraan. Tetapi, makna filosofis dari humanisme jauh lebih signifikan:
humanisme adalah cara berpikir bahwa mengemukakan konsep peri
kemanusiaan sebagai fokus dan satu-satunya tujuan. Kamus umum
mendefinisikan humanisme sebagai "sebuah sistem pemikiran yang
berdasarkan pada berbagai nilai, karakteristik, dan tindak tanduk yang
dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural mana
pun".
Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya
untuk melakukan hal - hal yang positif. Kemampuan positif ini disebut sebagai
potensi manusia dan para pendidik beraliran humanisme biasanya
menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif.
Modul Bahan Ajar Caring | 97
Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi
positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik
sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam teori
pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan
manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri,
pemahaman diri serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Ringkasan
Pengobatan Holistic adalah, Pengobatan dengan menggunakan Konsep
Menyeluruh, yaitu keterpaduan antara Jiwa dan raga, dengan method Alamiah yang
ilmiah, serta ilahia yang mana Tubuh manusia merupakan keterpaduan system yang
sangat Kompleks, dan saling berinteraksi satu sama lainnya dengan sangat kompak
dan otomatis terganggunya satu fungsi/ elemen / unsure tubuh manusia dapat
mempengaruhi fungsi yang lainnya.
Holisme, bila ditelusuri dari akarnya berasal dari konsep Aristoteles (filosof
dari Yunani), Baruch Spinoza (filosof Belanda), dan WilliamJames (filosof dan
psikolog dari Amerika),yang berkaitan dengan pergerakan Gestalt sebelum perang
dunia. Holisme adalah nama yang diberikan kepada keyakinan bahwa adalah semua
terkait erat. Holistik melihat dirinya terus-menerus sebagai bagian dari keseluruhan
dan menganggap yang lain (manusia, hewan, tumbuhan atau objek) sebagai yang
lain. Konsep holisme selalu mengemukakan bahwa organisme merupakan satu
kesatuan yang utuh, bukan terbagi-bagi dalam bagian- bagian. Sehingga pikiran dan
tubuh bukan merupakan bagian yang terpisah, tetapi merupakan satu bagian yang
utuh, dan apabila terjadi sesuatu pada salah satunya maka akan berpengaruh pada
keseluruhan
Perkembangan psikologi humanistik tidak lepas dari pandangan psikologi
holistik dan humanistik. ”Humanisme" dipandang sebagai sebuah gagasan positif
oleh kebanyakan orang. Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan
seperti kecintaan akan peri kemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan. Tetapi,
makna filosofis dari humanisme jauh lebih signifikan: humanisme adalah cara
berpikir bahwa mengemukakan konsep peri kemanusiaan sebagai fokus dan satu-
satunya tujuan. Kamus umum mendefinisikan humanisme sebagai "sebuah sistem
pemikiran yang berdasarkan pada berbagai nilai, karakteristik, dan tindak tanduk
yang dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural mana
pun".