Anda di halaman 1dari 11

[Draw your reader in with an engaging

abstract. It is typically a short summary of


the document. When you’re ready to add
your content, just click here and start
typing.]

PEMETAAN RISIKO
DAN REKOMENDASI
TINDAK LANJUT
PENYAKIT POLIO
PENYAKIT DIFTERI
DI KABUPATEN DELI
SERDANG
Tahun 2023

Zuriatina Chairani Nainggolan, SKM


1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang penyakit dan pemetaan risiko nya
Terdapat penambahan pelaporan 35 kasus polio di minggu ke-10 tahun 2023 yakni di
RD Kongo (+10 kasus cVDPV1 dan +17 kasus cVDPV2), Madagaskar (+5 kasus cVDPV2),
Nigeria (+1 kasus cVDPV2), Chad (+1 kasus cVDPV2), dan Israel (+1 cVDPV2) sehingga total
kasus Polio di tahun 2022 sebanyak 809 kasus (30 WPV1, 155 cVDPV1, 623 cVDPV2, dan 1
cVDPV3), serta sebanyak 10 kasus polio (5 cVDPV1 dan 5 cVDPV2) di tahun 2023. Selain itu,
pada minggu-10 2023 dilaporkan temuan poliovirus pada sampel lingkungan tipe cVDPV2 di
Nigeria dan Chad.

Indonesia kembali melaporkan satu kasus tambahan polio (tipe cVDPV2) pada 9
Februari 2023 melalui surveilans AFP di Kab. Bireuen, Provinsi Aceh. Sejak ditetapkan sebagai
KLB, telah ditemukan 3 kasus polio tipe cVDPV2 (1 kasus di Pidie, 1 kasus di Aceh Utara, dan
1 kasus di Bireuen) serta ditemukan cVDPV2 yang terkait secara genetik dari hasil
pemeriksaan tinja pada 4 anak sehat (tidak bergejala) yang berasal dari komunitas yang sama
dengan kasus di Pidie namun bukan kontak erat dengan kasus.

1.2 Tujuan
- Mengetahui Skala Prioritas Utama Tindaklanjut/ intervensi yang dapat dilakukan
dalam Sistem Kewaspadaan Dini Penyakit Polio di Kabupaten Deli Serdang.

1
2. Hasil Pemetaan Risiko
2.1 Penilaian Ancaman
Penetapan nilai risiko kategori ancaman, (A/diabaikan, R/rendah, S/sedang atau
T/tinggi), sebagai berikut :
Tabel 1 : Penetapan Nilai Risiko Kategori Ancaman

Berdasarkan Tabel 1 diatas hasil penetapan nilai risiko kategori ancaman dengan nilai
risiko Tinggi ada 4 (empat) yakni subkategori Karakteristik Penyakit, Pengobatan, Risiko
Importasi deklarasi PHEIC-WHO, Dampak Ekonomi terjadi keadaan emerjensi, nilai risiko
Sedang ada 6 (enam) yakni subkategori Metode Penanggulangan Penularan Penyakit,
Pencegahan Penularan Penyakit di Masyarakat, Risiko Importasi Polio di Wilayah Indonesia,
Dampak Ekonomi tidak terjadi emergensi, Perhatian media, dan Dampak Wilayah (periode
KLB), nilai risiko Rendah ada 2 (dua) yakni subkategori Persepsi Masyarakat, dan Perhatian
Masyarakat, serta nilai risiko diabaikan ada 2 (dua) yakni subkategori Pencegahan Penularan
Penyakit Perorangan,dan Risiko Penularan Setempat.

2
2.2 Penilaian Kerentanan
Penetapan nilai risiko setiap kategori kerentanan (A/diabaikan, R/rendah, S/sedang
atau T/tinggi), sebagai berikut:
Tabel 2 : Penetapan Nilai Risiko Kategori Kerentanan

Berdasarkan Tabel 2 diatas hasil penetapan nilai risiko kategori kerentanan dengan
nilai risiko Tinggi ada 2 (dua) yakni subkategori Kepadatan Penduduk dan Transportasi antar
Kab/Kota/Provinsi, nilai risiko Sedang ada 2 (dua) yakni subkategori Persentase Perilaku
Sehat dan Persentase akses air bersih, nilai risiko Rendah ada 4 (empat) yakni subkategori
Persentase cakupan imunisasi polio 4, Jumlah Penduduk Berkunjung ke Daerah Berjangkit
Antar Negara, Frekuensi Transportasi Massal ke Negara berjangkit.

2.3 Penilaian Kapasitas


Penetapan nilai kapasitas setiap kategori kapasitas (A/diabaikan, R/rendah, S/sedang
atau T/tinggi), sebagai berikut :
Tabel 3 : Penetapan Nilai Risiko Kategori Kapasitas

3
Berdasarkan Tabel 3 diatas hasil penetapan nilai risiko kategori kapasitas dengan nilai
risiko Kapasitas diabaikan ada 5 (lima) yakni subkategori Surveilans (SKD), Pelaksanaan
Deteksi Dini Polio di Fasyankes (Puskesmas), Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Fasyankes
(Rumah Sakit), Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Lingkungan dan Kapasitas Laboratorium, nilai
risiko Kapasitas Rendah ada 3 (tiga) yakni subkategori Kebijakan Publik, Kualitas Program
Pencegahan & pengendalian PIE serta PE dan penanggulangan KLB, nilai risiko Kapasitas
Sedang ada 2 (dua) yakni subkategori Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Sasaran Deteksi Dini
kasus Polio (human deseases surveillance), nilai risiko Kapasitas Tinggi ada 5 (lima) yakni
subkategori Kelembagaan, Vaksinasi (Rutin, rantai dingin, dsb), Pengobatan, Pengendalian
Lingkungan & Perilaku, serta Promosi.

2.4 Karakteristik risiko (tinggi, rendah, sedang)


Karakteristik risiko yang dihasilkan dari penilaian ancaman, kerentanan dan kapasitas
sebagai berikut :
Tabel 4 : Karakteristik Risiko Hasil Analisis

Berdasarkan Tabel 4 diatas hasil karakteristik risiko yang diperoleh berdasarkan


penilaian ancaman, kerentanan dan kapasitas maka Kabupaten Deli Serdang ditetapkan
memiliki RISIKO SEDANG terhadap serangan Penyakit POLIO.

4
3. Rekomendasi
3.1 Rumusan Masalah
3.1.1 Menetapkan Isu Prioritas
Subkategori pada Kategori Kerentanan : (urutan dari nilai risiko tertinggi dan
bobot tertinggi)
No Subkategori Nilai Risiko Bobot
1 Kepadatan Penduduk T 13,64
2 Transportasi Antar Kab/Kota/Provinsi T 6,53
3 % akses air bersih S 18,04
4 % perilaku sehat S 8,50
5 % cakupan imunisasi polio 4 R 27,99
6 % akses jamban keluarga R 19,70
7 Jumlah Penduduk Berkunjung Ke Daerah Berjangkit R 2,80
Antar Negara
8 Frekuensi Transportasi Massal ke negara berjangkit R 2,80

Maka berdasarkan tabel diatas, yang menjadi isu prioritas dan dapat diintervensi
adalah Point isu nomor 3 (% akses air bersih) nomor 4 (% perilaku sehat) dan nomor 5 (%
cakupan imunisasi polio 4), nomor 6 (% akses jamban keluarga).

Subkategori pada Kategori Kapasitas -> urutan dari nilai risiko terendah :
No Subkategori Nilai Risiko Bobot
1 Surveilans (SKD) A 8,89
2 Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Fasyankes A 9,08
(Puskesmas)
3 Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Fasyankes (RS) A 11,20
4 Pelaksanaan Deteksi dini Polio di Lingkungan A 7,06
5 Kapasitas Laboratorium A 1,75
6 Kebijakan publik R 3,52
7 Kualitas program pencegahan dan pengendalian PIE R 6,66
8 PE dan penanggulangan KLB R 12,06

Urutan Subkategori pada Kategori Kapasitas -> urutan dari nilai risiko terendah
dan bobot tertinggi :
No Subkategori Nilai Risiko Bobot
1 Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Fasyankes (RS) A 11,20
2 Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Fasyankes A 9,08
(Puskesmas)
3 Surveilans (SKD) A 8,89
4 Pelaksanaan Deteksi dini Polio di Lingkungan A 7,06
5 Kapasitas Laboratorium A 1,75
8 PE dan penanggulangan KLB R 12,06
7 Kualitas program pencegahan dan pengendalian PIE R 6,66
6 Kebijakan publik R 3,52

5
Maka berdasarkan tabel diatas, yang menjadi isu prioritas dan dapat diintervensi
adalah Point isu nomor 1 (Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Fasyankes (RS) ), nomor 2
(Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Fasyankes (Puskesmas) ) dan nomor 3 (Surveilans (SKD)).

3.1.2 Isu Tindaklanjut


Untuk penyakit POLIO, subkategori pada kategori kerentanan dan kapasitas menjadi
pertimbangan dalam menentukan rekomendasi. Maka isu prioritas yang akan dilakukan intervensi
adalah :
1. % akses air bersih
% akses jamban keluarga
2. % perilaku sehat
% cakupan imunisasi polio 4
3. Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Fasyankes (RS)
4. Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Fasyankes (Puskesmas)
5. Surveilans (SKD)

3.1.3 Analisis Inventarisasi masalah dari setiap subkategori yang dapat ditindaklanjuti
1. Persentase akses air bersih dan Persentase akses jamban keluarga.
Tabel : Inventarisasi Masalah dengan Metode 5M
Pertanyaan : Karakteristik Lingkungan Berisiko?
Sub kategori Man Method Material/Mo Machine
ney
Persentase Masih ada Tehnik Filtrasi Air di Sumber air Alat
akses air warga yang Rumah Tangga dibeberapa Filtrasi
bersih dan. menggunakan belum tersedia wilayah Skala
air sungai masih belum Rumah
sebagai memenuhi Tangga
sumber air kriteria air
bersih. bersih
menurut
Peraturan.
PDAM belum Anggaran Saluran air
menjangkau seluruh Belum PDAM
Pelosok Kab, Deli Tersedia
Serdang
Persentase Masih ada Belum Maksimalnya Masih ada Jamban,
akses jamban Warga yang Penyuluhan Warga yang Air Bersih,
keluarga BAB di Sungai Pentingnya Jamban belum SeptikTan
Sehat memiliki k.
Jamban

6
2. Persentase Perilaku Sehat
Tabel : Inventarisasi Masalah dengan Metode 5M
Pertanyaan : Ketahanan Penduduk merujuk dari Persentase Perilaku Sehat?
Sub kategori Man Method Material/Money Machine
Persentase Perilaku BAB Kurangnya Belum 100% Jamban
Perilaku Sehat Sembarangan Promosi Penduduk Deli Keluarga
Kesehatan Serdang
Dampak BAB memiliki
Sembarangan Jamban Sehat
Perilaku BAB di Perlu Dukungan PDAM Belum
Sungai Lintas Sektor Menjangkau
Terkait seluruh Daerah
Perilaku
Berkunjung Ke
Posyandu
Kurangnya
Pengetahuan ibu/
masyarakat
pentingnya
imunisasi Polio
Persentase Ibu tidak Pencatatan dan Media Informasi Buku KIA
cakupan imunisasi membawa Pelaporan KIE tidak
polio 4 anaknya Posyandi kurang baik disebarluaskan
karena bekerja
atau Lupa
Anak Sakit Pelatihan atau Jadwal
Penyegaran Posyand
Petugas u
Imunisasi
Masyarakat Kurangnya Leaflet,
Kurang Penyuluhan
mengetahui
Manfaat
Imunisasi Lengkap
Polio

7
3. Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Fasyankes (RS)
Tabel : Inventarisasi Masalah dengan Metode 5M
Pertanyaan : Kelengkapan laporan mingguan polio (SKDR) fasyankes (RUMAH SAKIT/RS)
ke dinas kesehatan kabupaten/kota setahun ini? Ada RS yang Belum Melaporkan.
Sub kategori Man Method Material Machine
/Money
Pelaksanaan Belum ada Petugas Belum ada Pelatihan/ Belum SOP, Laptop,
Deteksi Dini Terlatih di Rumah Peningkatan Kapasitas tersedia Buku
Polio di Sakit khusus SKDR RS anggaran Panduan,
Fasyankes (RS) Internet
Petugas Belum Belum aktif Belum di
memahami DO Melaporkan berikan
setiap Kode Mingguan akun
Penyakit di SKDR SKDR
untuk
Seluruh
RS.

4. Pelaksanaan Deteksi Dini Polio di Fasyankes (Puskesmas)


Tabel : Inventarisasi Masalah dengan Metode 5M
Pertanyaan : Persentase (%) Fasyankes (RS dan Puskesmas) yang telah mempunyai
petugas/tim kewaspadaan dini penyakit (tim SKDR) bersertifikat, saat ini?
Sub kategori Man Method Material/Money Machine
Pelaksanaan Kualitas SDM Belum dibentuk Anggaran Buku
Deteksi Dini Surveilans yg masih TIM SKDR RS dan Terbatas Pedoman,
Polio di kurang di Puskesmas
Fasyankes Puskesmas
(Puskesmas)
Petugas masih Belum ada SOP
sering berganti Pelatihan Deteksi
Bersertifikat bagi Dini di
Tim SKDR RS dan Fasyankes
Puskesmas
SK Petugas SKDR
Belum dibuat baik
RS/ Puskesmas

8
5. Surveilans (SKD)
Tabel : Inventarisasi Masalah dengan Metode 5M
Pertanyaan : Tim pelaksana kewaspadaan dini (analisis ancaman) penyakit (SKDR), termasuk
polio di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setahun ini? Penyebarluasan hasil analisis
kewaspadaan dini (SKDR) penyakit ke media setahun ini?
Sub kategori Man Method Material/M Machine
oney
Surveilans Beberapa Tahun Belum dibentuk Belum ada Buku Pedoman,
(SKD Terakhir SDM TIM SKDR Dinas Anggaran
Surveilans Masih Kesehatan Melaksanak
Kurang / Belum an
Tersedia Pelatihan
TIM SKDR
SDM Kesehatan Belum ada SOP
dengan Basic Ilmu Pembagian tupoksi Pelaksanaan
Epidemiolog Baru kerja yang jelas SKDR di Tingkat
Tersedia pada TIM SKDR Dinas Kesehatan
Belum ada Petugas
Terlatih
Petugas Surveilans Belum perna Format WEB Site
dinas kesehatan melalukan Media Hasil Dinkes, Sosial
masih kurang Desiminasi Analisis Media
maksimal membuat Informasi Hasil SKDR belum Dinkes/Pemkab
Analisis ke dalam Analisis SKDR ke dibuat atau
Bentuk Media Media tersedia

3.2 Rumusan Rekomendasi


Hasil Rekomendasi yang dapat dilaksanakan yakni :
No Rekomendasi PIC Timeline Ket.
1 Pertemuan Koordinasi Lintas Program Bidang Juli & Des 2023
terkait akses air bersih, akses jamban Program
keluarga, perilaku sehat untuk
meningkatkan Capaian.
2 Melakukan Penyegaran Petugas dalam Petugas Juni 2023
Rangka Peningkatan Kapasitas dan Imunisasi
Cakupan program Imunisasi kepada Korim Dinkes
seluruh Puskesmas Kab, Deli Serdang

9
3 Pelaksanaan Surveilans Aktif Rumah Sakit Surveilans Jan s/d Des 2023
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan swasta Dinkes
untuk penyakit PD3I
4 Pelatihan bagi Petugas Surveilans Tim SKDR Surveilans September 2023
RS dan Puskesmas Dinkes
5 Membentuk TIM SKDR Dinkes Kab. Deli Surveilans April 2023
Serdang Dinkes
6 Membuat Buletin Bulanan Surveilans dan Surveilans Jan sd Des 2023
Imunisai Dinkes

10

Anda mungkin juga menyukai