Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PRAKTEK KLINIK D-IV PROMKES

DI WILAYAH DINAS KESEHATAN PROVINSI

“APLIKASI PENGEMBANGAN MEDIA”

DISUSUN OLEH:

EKLESIA IMBING 711333119009

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

D-IV PROMOSI KESEHATAN 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas berkat dan rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktek klinik tentang mata kuliah “
aplikasi pengembangan media”.

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai pengantar dan pedoman dalam
pembuatan laporan di politeknik kesehatan manado.Selain itu,tujuan lain dari pembuatan
laporan ini adalah agar pada saat melakukan penelitian kami memiliki dasar teori yang
dapat dipertanggung jawabkan sehingga tidak menimbulkan permasalahan dikemudian
hari. Dalam pembuatan laporan ini kami tentu mengalami kesulitan. Namun
dorongan,dukungan,dan semangat dari orang terdekat sehingga kami mampu menyelesaikan
dengan baik.Oleh karena itu,pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sedalam-
dalamnya untuk:

1.Kepada bapak Stevy Kabaikan SKM selaku CI yang membimbing selama masa praktek
klinik di dinas kesehatan provinsi

2.Kepada Dr.Rima Lolong SKM selaku CI yang membimbing selama masa praktek kilinik di
dinas kesehatan provinsi

3.Kepada ibu Herlina P Memah SKM,M.Kes selaku dosen pengampuh mata kuliah
pengembangan media

4.Kepada ibu Lorrien Grace Runtu S.Pd,S.SiT,MPH selaku dosen penanggung jawab
mata kuliah pengembangan media

5.Kepada seluruh staf karyawan yang ada di dinas kesehatan provinsi

6.Kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu

Penulis menyadari dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan.Oleh karena itu,kami mengharapkan kiranya kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dan nantinya akan digunakan untuk perbaikan dimasa
mendatang.

MANADO 19 MEI 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN COVER …………………………………………………………………………..

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………

BAB I ………………………………………………………………………………………….

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………
B. ANALISIS SITUASI KESEHATAN…………………………………………………
a. Analisis aspek kependudukan……………………………………………………..
b. Analisis aspek program dan pelayanan kesehatan………………………………..
c. Analisis perilaku masyarakat ………………………………………………………
d. Analisis faktor lingkungan………………………………………………………….
C. TUJUAN………………………………………………………………………………..
a. Tujuan instruksional umum
b. Tujuan instruksional khusus
1. Menjelaskan struktur organisasi tata laksana, tugas pokok dan fungsi dinkes
sebagai tempat pelayanan kesehatan masyarakat
2. Dapat menjelaskan proses perencanaan tingkat dinkes
3. Menganalisis situasi masalah-masalah kesehatan masyarakat dari aspek
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan kependudukan
4. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang di temukan dalam bentuk
rumusan masalah-masalah kesehatan yang perlu mendapatkan pemecah lebih
lanjut
5. Menentukan prioritas masalah kesehatan
6. Menganalisis fakto penyebab utama dan prioritas masalah di wilayah kerja
7. Menentukan dan menetapkan alternative pemecahan masalah kesehatan.

BAB III PRIORITAS DAN AKAR MASALAH………………………………………………

1. Daftar masalah kesehatan berisi tentang 10 penyakit dari data sekunder dan data
primer
2. Prioritas masalah
3. Prioritas akar masalah menggunakan USG ( URGENCY SERIOUSNESS, DAN
GROWTH)

BAB IV RENCANA PROGRAM……………………………………………………………

1. Alternatif interfensi berisi tentang program-program yang akan di laksanakan untuk


memecahkan akar masalah yang ada
2. Prioritas intervensi ( program )
3. Plan of action ( P O A) berisi tentang rencana program yang akan di intervensi dan
berbentuk tabel

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………

1. KESIMPULAN……………………………………………………………………….
2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat (SPP) manusia
dan mamalia dengan mortalitas 100%.Penyebabnya adalah virus rabies yang termasuk genus
lyssa virus,family rhabdoviridae, virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi.
Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan dan
kadang melalui jilatan. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing.
Penyakit rabies mempunyai gejala patognomik takut air, hydro phobia, takut sinar matahari,
photophobia takut suara dan takut udara. Gejala tersebut di sertai dengan air mata berlebihan,
air liur berlebihan, timbul kejang bila ada rangsangan, kemudian lumpuh dan terdapat tanda
bekas gigitan hewan penular rabies.

Menurut laporan departemen kesehatan republic Indonesia kasus gigitan rabies di


Indonesia mencapai jumlah 20.926 kasus gigitan pertahun pada tahun 2010 yang terlaporkan
kepada dinas-dinas kesehatan di seluruh kabupaten di Indonesia.

Sulawesi utara adalah salah satu provinsi dengan angka kasus rabies tertinggi di
Indonesia. Berdasarkan data kementrian kesehatan selama 2015 sampai 2019 ada 404,306
hewan penular rabies. Sebanyak 544 kasus berujung pada kematian. Terdapat 5 provinsi
dengan jumlah kematian tertinggi secara berurutan, Sulawesi utara, Kalimantan barat,
Sulawesi selatan, Sumatra utara, dan nusa tenggara timur.

B.ANALISIS SITUASI KESEHATAN

a.Analisis aspek kependudukan

No. Tahun Kabupaten Kasus rabies

1. 2014 Minahasa Selatan 20,1%

2015 28,2%

3. 2016 21,1%

4. 2017 15,8%
Provinsi Sulawesi Utara yang terbagi atas 11 kabupaten dan 4 kota dengan 171 kecamatan
serta 1.838 desa.terlihat bahwa kasus rabies tertinggi selama 4 tahun berturut-turut terjadi di
kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 19 kasus atau 22,6% dari seluruh kasus kematian
disulawesi Utara dan 2 daerah yang bebas kasus kematian selama 4 tahun berturut-turut yaitu
kota Tomohon dan kabupaten kepulauan Talaud.

b.Analisis aspek program dan pelayan kesehatan

Dalam upaya meningkatkan pemahaman tentang upaya pencegahan dan penanggulangan


rabies,Dinas kesehatan provinsi dibidang pengendalian masalah kesehatan mengadakan
kegiatan tentang peningkatan pemahaman pengelola program pencegahan dan
penanggulangan rabies ditingkat puskesmas kegiatan tersebut berisi meliputi penyampaian
informasi kegiatan pengendalian faktor resiko penyakit rabies yang meliputi upaya
pencegahan yang dilakukan secara mandiri oleh petugas pengelola program berupa promosi
kesehatan dan upaya penatalaksanaan kasus gigitan hewan penular rabies.Dan untuk pelayan
kesehatannya berupa pemberian vaksin PrPP yaitu vaksinasi untuk pencegahan yang
diberikan sebelum adanya paparan atau infeksi virus rabies.

c.Analisis perilaku masyarakat

Kategori sikap Frekuensi (f) Persentase


responden (%)

Baik 89 98,9

Sedang 1 1,1

Buruk 0 0
Pernyataan Setuju Kurang Tidak setuju
sikap setuju

Vaksinasi 88 atau 1 atau 1,1% 1 atau 1,1%


anjing 97,8%
2kali/tahun

Anjing diikat 78 atau 11 atau 1 atau 1,1%


dengan tali 86,7% 12,2%
<2m

Anjing keluar 77 atau 8 atau 8,9% 5 atau 5,6%


rumah harus 85,6%
diikat

Anjing tidak 77 atau 6 atau 6,7% 7 atau 7,8%


boleh lepas 85,6%
berkeliaran

Mendaftarkan 83 atau 0 atau 0 7 atau 7,8%


anjing ke 92,2%
kepala desa

Petugas 86 atau 4 atau 4,4% 0 atau 0


berwenang 95,6%
menangkap
anjing gejala
rabies

Surat bukti 87 atau 3 atau 3,3% 0 atau 0


vaksinasi 96,7%

Harus ke 90 atau 0 atau 0 0 atau 0


puskesmas 100%
dan vaksin
setelah
gigitan
Penangkapan 90 atau 0 atau 0 0 atau 0
anjing liar 100%

Pencegahan 90 atau 0 atau 0 0 atau 0


bukan hanya 100%
tugas
pemerintah

Berdasarkan data tabel bahwa 98,9% responden masuk dalam kategori nilai sikap baik
dan 1,1% responden masuk dalam kategori sedang.Tidak terdapat satu pun responden masuk
dalam kategori buruk pada penilaian perilaku.Bila dilakukan perincian kategori sikap pada
masing-masing pernyataan seperti yang dijawab dengan sikap kurang setuju dan tidak setuju.

d.Analisis faktor lingkungan

Faktor Risiko Rabies

Tinggal di lingkungan yang banyak hewan liar. Tinggal di wilayah dengan sanitasi
yang buruk atau jauh dari tempat vaksinasi. Melakukan aktivitas yang berisiko terjadi kontak
dengan hewan liar, misalnya berkemah, mendaki gunung, atau menjelajahi gua. Memiliki
luka terbuka di kulit.

C.TUJUAN

a.Tujuan instruksional umum (TIU)

Setelah diberikan penyuluhan mengenai penyakit rabies selama 30 menit diharapkan sasaran
dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit rabies dan penatalaksanaannya.

b.Tujuan instruksional khusus (TIK)Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit,


diharapkan sasaran dapat :
a) Mengetahui pengertian penyakit rabies
b) Mengetahui penyebab penyakit rabies
c) Mengetahui tanda dan gejala penyakit rabies
d) Mengetahui pertolongan pertama gigitan hewan pembawa rabies
e) Mengetahui pencegahan dan pengendalian penyakit rabies
Dinas Kesehatan Daerah Provinsi mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang
ditugaskan kepada Daerah provinsi. Dinas Kesehatan Daerah Provinsi dalam melaksanakan
tugas menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya; pelaksanaan kebijakan
sesuai dengan lingkup tugasnya;

b. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan

d. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan.

1. Dalam proses perencanaan dari tingkat dinas kesehatan adalah yaitu bagian kesehatan
masyarakat berkoordinasi dengan bagian puskesmas Pencegahan rabies dapat
dilakukan dengan memberikan vaksin rabies pada hewan peliharaan anda setiap 1
tahun sekali, segera melapor ke puskesmas / rumah sakit terdekat bila

2. digigit oleh hewan tersangka rabies untuk mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR).

3. Dari aspek lingkungan adalah Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan


yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan
masyarakat yang optimum pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan
lingkungan pemukiman, penyedia air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta
pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.

Dari aspek perilaku adalah Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik
L. Blum di amerika Serikat memiliki urutan kedua yang mempengaruhi sattus kesehatan
masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia diduga faktor perilaku justru menjadi
faktor utama masalah kesehatan sebagai akibat masih rendah pengetahuan kesehatan dan
faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait tingkat pendidikan yang
mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk berperilaku sehat. Terbentuknya perilaku
diawali respon terhadap stimulus pada domain kognitif berupa pengetahuan terhadap
obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif) yaitu sikap terhadap
obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dan
siakp yang searah (sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon diatas. Jenis
perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanda pemahaman manffaat
berperilaku tertentu.

Proses terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan sumber


pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan
kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran sehingga
pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat
berperilaku sehat. Sikap setuju terhadap suatu perilaku sehat dapat terbentuk bila
pengetahuan yang mendasari perilaku diperkuat dengan bukti manfaat karena perilaku
seseorang dilandasi motif. Bila seseorang dapat menemukan manfaat dari berperilaku
sehat yang diharapkan oleh petugas kesehatan maka terbentuklah sikap yang mendukung.

Perilaku sendiri menurut Lawrance Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor
predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan faktor
penguat (reinforcing factors). Oleh sebab tersebut maka perubahan perilaku melalui
pendidikan kesehatan perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas
sehingga masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai – nilai kesehatan (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat).

Dari aspek pelayanan kesehatan adalah Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi


tenagamedis, paramedis keperawatan, paramedis non keperawatan dan non medis
(administrasi). Profesionalitas tenaga kesehatan ayng memberi pelayanan kesehatan
ditunjukkan dengna kompetensi dan taat prosedur. Saat ini masyarakat banyak menerima
pelayanan kesehatan di bawah standar akibat kedua syarat di atas tidak dipenuhi.
Keterbatasan ketenagaan di Indonesia yang terjadi akrena kurangnya tenaga sesuai
kompetensi atau tidak terdistribusi secara merata melahirkan petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan tidak sesuai kompetensinya. Kurangnya pengetahuan dan motif
ekonomi sering menjadikan standar pelayanan belum dikerjakan secara maksimal.
Masyarakat cenderung menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan
keterpaksaan. Walaupun pemerintah tlah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan
kesehatan di Indonesia baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga kesehatan
maupun program peningkatan kompetensi dan pemerataan distribusi tenaga
kesehatantetapi belum seluruh petugas kesehatan mendukung. Hal tersebut terkait
perilaku sehat petugas kesehatan yang masih banyak menyimpang dari tujuan awal
keberadaannya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kuratif masih
memimpin sedangkan spek preventif dan promotif dalam peayanan kesehatan belum
dominan. Perilaku sehat masyarakat pun mengikuti saat paradigma sehat dikalahkan oleh
perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya pada sakit.

Dari aspek kependudukan adalah Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang
disebabkan oleh faktor genetik tidak hanya penyakit keturunan seperti hemophilia,
Diabetes Melitus, infertilitas dan lain-lain. Tetapi juga masalah sosial seperti keretakan
rumah tangga sampai perceraian, kemiskinan , dan kejahatan. Masalah kesehatan dan
penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih banyaak disebabkan kurang paham
terhadap penyakit genetik, disampinh sikap penolakan karena faktor kepercayaan. Agar
masyarakat dapat berperilaku genetik yang sehat diperlukann intervensi pendidikan
kesehatan disertai upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan penguasa wilayah). Intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui
konseling genetik, penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah dan pentingnya
pemeriksaan genetik dapat mengurangi resiko munculnya penyakit atau masalah
kesehatan pada keturunannya.

4. a. Mengapa orang terkena rabies takut air?

b. Apakah penyakit rabies bisa menular dari manusia ke manusia?

c. Apakah penyakit rabies berbahaya?

d. Apa saja pencegahan penyakit rabies?

5. prioritas masalahnya adalah bagaimana cara mencegah agar penyakit rabies tersebut
tidak semakin meningkat? Dinas kesehatan berkoordinasi dengan bidang kesehatan
masyarakat dalam hal ini bagian promosi kesehatan untuk melakukan kerja sama
dengan bagian puskesmas agar memberikan vaksinasi rabies dan untuk memberikan
edukasi sekaligus pemberdayaan tentang bahaya penyakit rabies.

6. faktor utama penyebab penyakit rabies adalah Rabies (penyakit anjing gila)
merupakan penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat pada manusia
dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus rabies, ditularkan melalui
saliva (anjing, kucing, kera) yang kena rabies dengan jalan gigitan atau melalui luka
terbuka.

7. untuk alternatif pemecahan masalah adalah kita bisa menggunakan media apa saja
contohnya kalau kita beredukasi kita bisa menggunakan media audio visual yaitu
video agar bisa didengar dan dilihat,lalu juga ada media cetak contohnya seperti
poster,leaflet,brosur untuk bisa kita baca,agar menambah pengetahuan.
BAB II

PRIORITAS DAN AKAR MASALAH

1. masalah kesehatan

Keterangan :
a. diare akut
b. malaria
c. suspek dengue
d. pneumonia
e. diare berdarah/disentri
f. suspek demam tifoid
g. sindrom jaundice akut
h. suspek chikungunya
i. suspek flu burung pada manusia
j. suspek campak
k. suspek difteri
l. pertussis
m. acute flaacid palysis ( A F P )
n. gigitan hewan penular rabies
o. suspek antrax
p. suspek leptospirosis
q. suspek kolera
r. klaster penyakit tidak lazim
s. suspek meningitis/ encephalitis
t. suspek tetanus neonatrum
u. suspek tetanus
v. ILI ( penyakit serupa influenza)
2. Prioritas masalah

Penyakit M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13


ILI 18 54 57 231 102 137 118 151 408 349 259 270 282
( Penyak 2
it serupa
influenz
a)
Gigitan 63 43 57 78 77 63 57 56 57 90 81 81 104
hewan
penular
rabies
Diare 15 0 0 0 23 33 2 101 641 570 182 241 207
akut 9
Berdasarkan prioritas masalah yang di temukan :

a. ILI ( penyakit serupa influenza)


b. Diare akut
c. Gigitan hewan penular rabies
3. Prioritas akar masalah menggunakan U x S x G (urgency serioushess dan growth)

No Masalah U S G TOTAL
1 Ili ( penyakit serupa influenza) 3 3 2 18
2 Diare akut 4 3 2 24
3 Gigitan hewan penular rabies 5 4 5 100

Ket :
1-5 ( ringan- sedang- berat )
Urgency : seberapa mendesaknya kebutuhan/masalah dari segi waktu
Seriousness : melihat seberapa serius/ parah dampak masalah tersebut
Growth : seberapa berat isu tersebut dapat tumbuh, meluas atau berkembang
menjadi masalah lain.
BAB III

RENCANA PROGRAM

A. Alternatif interfensi berisi tentang program-program yang akan di laksanakan untuk


memecahkan akar masalah yang ada
Alternatif interfensi (program-program)
1. Vaksinasi
2. Penyediaan VAR dan SAR pada setiap Puskesmas yang belum memilki VAR dan
SAR
3. Pelatihan Petugas Lapangan Penanganan Rabies
B. Prioritas intervensi ( program )
Prioritas intervensi yaitu program Vaksinasi
Vaksinasi
Vaksinasi merupakan strategis teknis utama dalam melakukan pemberantasan rabies
(WHO, FAO, OIE, GARC 2018). Secara prinsip vaksinasi adalah upaya dalam
meningkatkan kekebalan dengan cara memasukan bibit penyakit yang telah
dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh untuk menggertak kekebalan.
Tujuan utama dari vaksinasi rabies adalah melakukan pengebalan pada hewan rentan
di suatu populasi sehingga terbentuk kekebaan kelompok dengan maksud untuk
mengurangi laju infeksi di dalam populasi rentan tersebut. Pemberantasan yang
berpusat pada sumbernya, yaitu dengan melaksanakan vaksinasi pada anjing
membutuhkan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan vaksinasi pada manusia,
sehingga intervensi pada sumbernya dianggap paling efektif secara finansial dan
memungkinkan keberlanjutan dalam mengendalikan rabies (ASEAN 2016; Haesler B
et al. 2012; WHO, FAO, OIE, GARC 2018).
Beberapa negara yang sudah memulai program vaksinasi anjing dalam rangka
memberantas rabies telah berhasil mengurangi jumlah kasus penyakit ini secara
signifikan dan berhasil mengeliminasi virus rabies dari wilayahnya. Salah satu
wilayah yang mempunyai perkembangan yang sangat baik adalah negara-negara di
Amerika Latin, seperti Meksiko, Chili, dan Argentina, serta negara- negara di
Kepulauan Karibia di mana telah berhasil mengurangi jumlah kasus baik pada hewan
maupun manusia dengan pelaksanaan vaksinasi massal pada anjing (Kementerian
Kesehatan 2017; WHO 2013; WHO 2018).
Perencanaan pelaksanaan vaksinasi massal yang baik harus didasarkan pada situasi
epidemiologi rabies pada daerah target dan pengetahuan ekologi anjing – termasuk
status kepemilikan anjing (punya pemilik dan tidak dilepasliarkan, punya pemilik dan
lepas liar, anjing masyarakat, dan anjing liar) harus didokumentasikan.
Pendekatan yang detail dan logis untuk dilaksanakan harus dibuat dan
didokumentasikan. Diperlukan juga kepastian tentang dukungan dana, infrastruktur
dan kapasitas teknis yang cukup dalam melaksanakan program vaksinasi. Selain itu,
diperlukan juga dokumentasi kegiatan monitoring cakupan pascaost-vaksinasi dan
evaluasi program yang dilaksanakan dengan baik (ASEAN 2016).

Mengapa vaksinasi anjing dianjurkan dalam pemberantasan rabies?


1. Vaksinasi anjing lebih murah dibandingkan eliminasi anjing (Haesler et al. 2012)
2. Vaksinasi mempunyai dampak dalam mengurangi daya penularan dan durasi
penularan (FAO 2014)
3. Vaksinasi akan membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) yang dapat
mengurangi R0 (WHO 2018)
C. RENCANA KEGIATAN (PLAN OF ACTION)
Masalah Tempat Penang Yang Su
N Macam Waktu
Kesehat Kegiata gung Terliba Dana mb
o Kegiatan Kegiatan
an n Jawab t er

1. Rendahn - 12/10/202 Masing- - -Kader -Kader


ya Memberikan 2 masing Puskes Puskes
Masyar
pengetah penyuluhan Puskes mas mas
akat
uan tentang mas
masyara bahaya -
kat penyakit Puskes
mengena rabies, cara- mas
i cara yang
-
penyakit efektif
Mahasi
rabies dalam
swa
menghindari
gigitan
anjing

2 Kurangn - 11/07/202 - -Dinas - -Kader


ya Memberikan 2 s./d. Puskes Kesehat Puskes
Dinke
perhatian pengertian, 31/- mas an mas
s
, pengetahuan 07/2022
-Dinas -Dinkes
pengetah dan
Kesehat
uan, dan berupaya -
an
partisipa menyadarka Mahasi
si n swa
masyara masyarakat
kat untuk turut
dalam berpartisipas
upaya i dalam
pembeba pembebasan
san rabies lewat
rabies penyuluhan,
leaflet,
media
poster,
media cetak

3 Belum Penyediaan 15/08/202 - -Dinkes Puskes -


semua VAR dan 2 Masing- mas Dinke
-
Puskesm SAR pada masing s
Puskes
as setiap Puskes
mas
dilengka Puskesmas mas
pi yang belum
dengan memilki
vaksin VAR dan
Anti SAR
Rebies
(VAR)
atau
serum
Anti
Rabies
(SAR)

4 Data -Melakukan 11/07/202 - -Dinkes - Puskes


Populasi pendataan 2 s./d. Puskes Puskes mas
hewan ulang 31/- mas mas
rentan populasi 07/2022
rabies hewan
belum rentan rabies
akurat. sehingga
Hal ini data yang
mempen diperoleh
garuhi lebih akurat
Penyusus dalam
nan penyusunan
kebijaka program
n vaksinanasi
cakupan
program
vaksinasi

5 Pengeta - - - - - -
huan dan meningkatka 17/08/202 Puskes Puskes Puskes Puskes
keteramp n dan 2 mas mas mas mas -
ilan dan membina Mahas
-
jumlah serta melatih iswa
Mahasi
petugas petugas
swa
di lapangan
lapangan untuk lebih
masih berpengetah
rendah uan dan
trampil
dalam
penanganan
rabies
BAB IV

PENUTUPAN

I. kesimpulan

Jadi dari hasil pengelolaan data yang di lakukan Dengan Rumusan USG, Prioritas Masalah
yang diambil Gigitan Hewan rabies dan implementasi lalu yang terakhir evaluasi bisa dilihat
bahwa masih banyak juga masyarakat yang masih belum mengetahui tentang pencegahan
Gigitan Hewan Rabies .

II. Saran

1.Bagi pemerintah daerah:

a. Pencegahan rabies melalui pembunuhan masal anjing tidak boleh dilakukan.

b. Pemerintah daerah dapat melakukan intervensi promosi kesehatan berhasis keluarga


dengan media paket eradikasi rabies untuk menanggulang rabiess

2. Bagi keluarga:

a. Keluarga harus aktif melakukan tindakan pencegahan rabies.


b. Pencegahan abies di tingkat keluarga dapat dilakukan dengan menggunakan paket
eradikasi rabies.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Penelitian sejenis dapat dilakukan dalam waktu yang lebih lama untuk menganalisis
bagaimana pengaruh intervensi promosi kesehatan Berbasis keluarga secara kualitati
bagaimana pengaruh intervensi terhadap insiden rabies serta bagaimana pengaruhnya
terhadap upaya pelestarian Anjing

b. Variabel yang mempengaruhi perilaku seperti efikasi diri, norma subyektif, tingkat
kecerdasan, pengalaman masa lalu, peran pemuka agama dan faktor-faktor lain dapat diteliti
lebih lanjut.

DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai