Anda di halaman 1dari 31

PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

FASE E/ KELAS X

INFORMASI IDENTITAS DIRI


Nama dan Gelar : A.A. Istri Mas Widayanti

Instansi Asal : SMK PGRI 2 Badung

Jabatan/Pekerjaan : GURU Agama Hindu

Jenjang Pendidikan Terakhir : D3 S1/D4


1. IMPORMASI UMUM S2 S3

A. IDENTITAS MODUL Bidang Ilmu : Pendidikan Agama Hindu

Alamat Instansi: Jl. I Gst Ngurah Rai No 2A


Program Pintar Bersama Daihatsu ( PBD) Mengwi-Badung
Koordinator Wilayah : Provinsi : Bali
Alamat : ................................... Telepon Kantor : 0361 4297231
.................................... Nomor Faksimili:
Telepon : ................................... ..................................................
Email : .................................... ______________________________________
_
Bersama ini kami sampaikan Instrumen
Modul Ajar Sekolah Menengah SMK (CP
Alamat e-Mail :
SMK) PK PGRI 2 Badung a.a.istrimaswidayanti@gmail.com

Nomor HP : 081936125695

Bidang Keahlian : Teknologi


Manufaktur dan Rekayasa
Program Keahlian : Teknik Otomotif & Mengwi, 11 Juli 2022
DKV
Konsentrasi Keahlian : TKR/TSM/DKV
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu
& BP.
Elemen : Susila ( A.A. Istri Mas Widayanti, M.Pd. )
Materi : Catur Varna dalam
Kehidupan Masyarakat
Waktu : 4 X 3 = 12 Jam Pelajaran
(540 menit)

B. KOMPETENSI
AWAL
Judul Elemen Susila : Catur Warna dlam Kehidupan Masyarakat

Deskripsi Meliputi Catur Warna dalam kehidupan masyarakat, sumber ajaran


Catur Warna dalam susastra Hindu,kewajiban dari setiap Catur warna
dalam kehidupan masyarakat, menghubungkan kewajiban dari setiap
Catur Warna dalam kehidupan masyarakat.
Kelas X TKR/TSM/DKV
Alokasi Waktu 4 x 3 = 12 Jam @ 45 menit ( 540 menit )
Jumlah Pertemuan 4 kali
Fase CP E
Model Pembelajaran Visual Auditory Kinesthetic (VAK) ; yaitu Model Pembelajaran Yang
Menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki
siswa. Pembelajaran dengan model ini merupakan suatu pembelajaran yang
memanfaatkan gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua
kebiasaan belajar siswa akan terpenuhi. Model ini menekan kan belajar
dengan cara melihat, belajar dengan cara mendengar, dan belajar dengan cara
bergerak, bekerja dan menyentuh.
Moda Pembelajaran Luring
Metode Pembelajaran Out Doorstudy (pembelajaran di luar kelas)

Bentuk Penilaian Asesmen Non Kognitif dan Kognitif


C. PROJEK PENGUTAN ELEMEN :Komunikasi, Kreatif, Kolaborasi & Berpikir Kritis.
PROFIL PELAJAR
D. PANCASILA
SARPRAS
Sumber Pembelajaran Buku Paket, Modul, Internet dan Lainnya
Bahan Pembelajaran -
Alat Praktik PC/Laptop
Media Pembelajaran LCD Projector, PPT, Video Pembelajaran, Internet
E. TARGET PESERTA DIDIK
Peserta didik Tidak ada kesulitan dalam mencerna dan memahami materi ajar.
reguler/tipikal umum
Peserta didik dengan Memiliki gaya belajar yang terbatas hanya satu gaya misalnya
kesulitan belajar dengan audio. Memiliki kesulitan dengan bahasa dan pemahaman
materi ajar, kurang percaya diri,kesulitan berkonsentrasi jangka
panjang, dsb.
Peserta didik dengan Mencerna dan memahami dengan cepat, mampu mencapai
pencapaian tinggi keterampilan berpikir aras tinggi (HOTS), dan
memiliki keterampilan memimpin.
2. KOMPONEN INTI
PERTEMUAN 1 & 2 (270 Menit)

A.Tujuan Pembelajaran
Setelah KBM dengan menggunakan model pembelajaran Visual Auditory Kinesthetic (VAK) / pembelajaran tatap muka dan blended
learning. dengan praktek individu dan kelompok peserta didik mampu :
 Mampu menjelaskan pengertian dan bagian-bagian dan sumber ajaran catur warna dalam sastra dan susastra hindu
 Menerapkan kewajiban dari masing-masing warna dalam kehidupan masyarakat
 Menghubungkan kewajiban dari masing- masing catur warna dalam kehidupan masyarakat.

B. PEMAHAMAN MAKNA Kegiatan Pembelajaran terintegrasi P5 pertemuan 1 & 2


Kegiatan Pendahuluan 20 Menit (Total 2 x pertemuan 40 menit)
1. Ucapan salam dan berdoa memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran siswa penilaian sikap
2. Apersepsi materi/tema/kegiatan pembelajaran sesuai pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya, serta
mengajukan pertanyaan untuk
mengingat dan menghubungkan dengan materi selanjutnya. Motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan & manfaat) dengan
mempelajari materi Catur Varna
3. Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar yang akan ditempuh
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Pertanyaan pemantik dibuat oleh guru untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemampuan berpikirkritis dalam diri peserta didik,
memandu siswa untuk memperoleh pemahaman bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran mampu menerapkan kewajiban dari masing-
masing ajaran catur Varna dalam kehidupan masyarakat.
Contoh : Berikan beberapa contoh kewajiban dari Catur Warna dilingkungan sekitar?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Inti 90 MENIT (Total 2x Pertemuan 180 menit)
Persiapan Alat HP/Laptop dan tools and equitment
Before Activity Persiapan Bahan materi, APD dan SOP
Dengan memperhatikan kecerdasan majemuk peserta didik, guru memberikan stimulus melalui informasi audio,
Literasi
tayangan slide, video tentang pengertian dan kewajiban Catur Warna dalam kehidupan.
Guru memberikan kesempatan untuk bertanya sebanyak mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan
Critical Thinking konseptual dan kontektual tentang Ajaran Catur warna, baik tentang kewajiban ataupun sumber-sumber suci terkait
ajaran Catur Warna.

Collaboration Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan ruang lingkup kewajiban dari Catur Warna
bagian Brahmana Warna dan Ksatriya Warna.
Communication Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya terkait Brahmana Warna dan Ksatrya Warna.
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Catur Varna bagian Brahmana
Creativity Warna dan Ksatrya Warna. Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum
dipahami.
Secara individu dengan menggunakan teknik pembelajaran praktek individu dan kelompok dengan bimbingan guru
On Job Training melalui pengintegrasian pembelajaran abad 21 (PPK, Literasi, 4C, dan HOTS) dan demontrasi ( video dan Unjuk
kerja ) dalam bentuk pembelajaran langsung di luar kelas (Out Doorstudy)
1. Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran?
2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan baik?
Refleksi
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran?
7. Apa strategi agar seluruh siswa dapat menuntaskan kompetensi?

Kegiatan Penutup 25 MENIT (Total 2x Pertemuan 50 menit)


1. Clean Area and materials
2. Peserta didik dapat menanyakan hal yang tidak dipahami pada guru
3. Peserta didik mengomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan
4. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru
5. Berdoa mengakhiri Kegiatan.

Assesment
Pengetahuan : Mampu menerapkan kewajiban masing masing ajaran Catur Asrama yaiu bagian Brahmana dan Ksatrya Warna.
Sikap : Penilaian sikap menggunakan teknik angket dan aktifitas (non kongnitif)
Keterampilan : Praktek unjuk kerja langsung di luar kelas.

E. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


Pengayaan adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan pada peserta didik dengan capaian tinggi agar mereka dapat mengembangkan
potensinya secara optimal.
Contoh :
Apakah manfaat dan hubungan dari kita mempelajari ajaran catur Varna?

Remedial diberikan kepada peserta didik yang membutuhkan bimbingan untuk memahami materi atau pembelajaran mengulang. Saat
merancang kegiatan pengayaan, perlu diperhatikan mengenai diferensiasi contohnya lembar belajar/kegiatan yang berbeda dengan kelas.
Contoh :
Berikan beberapa contoh penerapan ajaran Catur Warna bagian Brahmana Warna dan Ksatrya Warna di lingkungan sekitar kalian!

3. KOMPONEN INTI
PERTEMUAN 3 & 4 (270 Menit)

F. Tujuan Pembelajaran
Setelah KBM dengan menggunakan model pembelajaran Visual Auditory Kinesthetic (VAK) / pembelajaran tatap muka dan blended
learning. dengan praktek individu dan kelompok peserta didik mampu :
 Mampu menjelaskan pengertian dan bagian-bagian dan sumber ajaran catur warna dalam sastra dan susastra hindu
 Menerapkan kewajiban dari masing-masing warna dalam kehidupan masyarakat
 Menghubungkan kewajiban dari masing- masing catur warna dalam kehidupan masyarakat.

G. PEMAHAMAN MAKNA Kegiatan Pembelajaran terintegrasi P5 pertemuan 3 & 4


Kegiatan Pendahuluan 20 Menit (Total 2 x pertemuan 40 menit)
1. Ucapan salam dan berdoa memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran siswa penilaian sikap.
2. Apersepsi materi/tema/kegiatan pembelajaran sesuai pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya, serta
mengajukan pertanyaan untuk mengingat dan menghubungkan dengan materi selanjutnya. Motivasi tentang apa yang dapat diperoleh
(tujuan & manfaat) dengan mempelajari materi Catur Warna yaitu bagian Wesya dan Sudra Warna
3. Menjelaskan hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode belajar yang akan ditempuh
H. PERTANYAAN PEMANTIK
Pertanyaan pemantik dibuat oleh guru untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kritis dalam diri peserta didik,
memandu siswa untuk memperoleh pemahaman bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran mampu menganalisis cara penerapan ajaran
CATUR Warna dalam Kehidupan
Contoh :
Apa yang kalian ketahui tentang Wesya dan Sudra Warna ?
I. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Inti 90 MENIT (Total 2x Pertemuan 180 menit)
Persiapan Alat HP/Laptop, tools and equitment
Before Activity Persiapan Bahan materi, APD. SOP, dan Job Sheet

Dengan memperhatikan kecerdasan majemuk peserta didik, guru memberikan stimulus melalui informasi audio,
Literasi
tayangan slide, video terkait Wesya Warna dan Sudra Warna
Critical Guru memberikan kesempatan untuk bertanya sebanyak mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan
Thinking konseptual dan kontektual tentang Wesya dan Sudra Warna
Collaboration Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan ruang lingkup Wesya dan Sudra Warna.
Communication Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya terkait implikasi penerapan ajaran Wesya dan Sudra Warna.
Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait penerapan ajaran Catur Warna
Creativity
yaitu Wesya dan Sudra Warna.
On Job Secara individu dengan menggunakan teknik pembelajaran praktek individu dan kelompok dengan bimbingan guru
Training melalui pengintegrasian pembelajaran abad 21 (PPK, Literasi, 4C, dan HOTS) dengan metode Outdoor Study
1. Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran?
2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan baik?
Refleksi
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran?
7. Apa strategi agar seluruh siswa dapat menuntaskan kompetensi?

Kegiatan Penutup 25 MENIT (Total 2x Pertemuan 50 menit)


6. Clean Area and materials
7. Peserta didik dapat menanyakan hal yang tidak dipahami pada guru
8. Peserta didik mengomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan
9. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru
10. Berdoa mengakhiri Kegiatan.

J. Assesment
Pengetahuan : Mampu menganalisis ajaran Catur Warna bagian Wesya dan Sudra Warna
Sikap : Penilaian sikap menggunakan teknik angket dan aktifitas (non kongnitif)
Keterampilan : Unjuk Kerja langsung diluar kelas tentang kewajiban Wesya dan Sudra Warna (non kongnitif)

K. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


Pengayaan adalah kegiatan pembelajaran yang diberikan pada peserta didik dengan capaian tinggi agar mereka dapat mengembangkan
potensinya secara optimal.

Contoh :
Analisis Kewajiban Wesya dan Sudra Warna di lingkungan sekitar kalian!
Remedial diberikan kepada peserta didik yang membutuhkan bimbingan untuk memahami materi atau pembelajaran mengulang. Saat
merancang kegiatan pengayaan, perlu diperhatikan mengenai diferensiasi contohnya lembar belajar/kegiatan yang berbeda dengan kelas.
Contoh :
Sebutkan manfaat dari mempelajari ajaran catur Varna sesuai bagian Wesya dan sudra Warna!

4. LAMPIRAN

A. RINGKASAN MATERI ( HANDOUT / MODUL PEMBELAJARAN )


B. STANDAR OPERTIONAL PROSEDURES ( SOP )
C. BAHAN BACAAN GURU DAN PESERA DIDIK
D. GLOSARIUM (KUMPULAN ISTILAH )
E. DAFTAR PUSTAKA
F. RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL AKTIVITAS PRAKTIK
BAHAN BACAAN GURU DAN SISWA

Pengertian Catur Varna

Kata “Catur Varna” dalam ajaran Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata
‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari akar kata Vri yang
berarti pilihan atau memilih lapangan kerja. Dengan demikian catur varna berarti empat
pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok untuk pribadinya masing-masing
atau empat pengelompokkan masyarakat dalam tata kemasyarakatan agama Hindu yang
ditentukan berdasarkan profesinya, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:177).

Catur varna membagi masyarakat Hindu menjadi empat kelompok profesi secara paralel
horizontal. Varna ditentukan oleh guna dan karma. Guna adalah sifat, bakat dan
pembawaan sesorang sedangkan karma artinya perbuatan atau pekerjaan. Guna dan karma
inilah yang menentukan Varna seseorang. Alangkah bahagianya seseorang yang dapat
bekerja sesuai dengan sifat, bakat, dan pembawaannya.

1. Kewajiban Brāhmaṇa
Istilah Brāhmaṇa berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “brh” artinya tumbuh. Dari
arti kata ini dapat kita gambarkan bahwa fungsi Brāhmaṇa adalah untuk menumbuhkan
daya cipta rohani umat manusia untuk mencapai ketenteraman hidup lahir batin.
Brāhmaṇa juga berarti pendeta. Pendeta adalah gelar pemimpin agama yang menuntun
umat Hindu mencapai ketenangan hidup dan memimpin umat dalam melakukan upacara
agamanya.

Karena tugas atau kewajiban pokok dari Varna Brāhmaṇa adalah mempelajari Veda
(Vedadhyayana) dan memelihara Veda-veda itu atau disebut Vedarakshana, Varna
Brāhmaṇa tidak boleh melakukan pekerjaan duniawi. Untuk kehidupannya dia harus
dibantu oleh Varna-varna lainnya. Ini bukanlah berarti memberikan seorang Brāhmaṇa
suatu posisi yang istimewa dalam masyarakat dan sebaliknya pula bukanlah menganggap
Brāhmaṇa itu sebagai benalu dalam masyarakat.

Kaum Brāhmaṇa dibebani tugas untuk melaksanakan apapun yang diberikan perlu demi
memajukan kesejahteraan spiritual masyarakat. Demikian Chandrasekharendra Saraswati
menyebutkan dalam bukunya Aspek-Aspek.Agama Hindu. Jadi Varna Brāhmaṇa ini
adalah golongan atau mereka yang berkecimpung dalam bidang kerohanian. Brāhmaṇa ini
tidak berdasarkan suatu keturunan, melainkan karena ia mendapat kepercayaan dan
mempunyai kemampuan untuk menjalankan tugas tersebut. Seseorang disebut Brāhmaṇa
karena ia memiliki kelebihan dalam bidang kerohanian.

Dalam Kitab Sarasamuscaya sloka 56 kewajiban Brāhmaṇa dijelaskan sebagai berikut:

"Adhiyita brāhmano wai yajeta


dadyādiyat tirthamukyāni caiwa, adhyāpayedyājayecchāpi yājyān
praptigrahan wa wihitānupeyat".

"Nya dharma sang Brāhmana, mangajya, mayajňā, maweha dāna punya, magelema
atirta, amarhana, wikwaning ayajňā, managgapa dāna".
Terjemahan:

"Berikut inilah dharma sang Brāhmaṇa, mempelajari Veda, mengadakan upacara


kebaktian atau pujaan, memberikan amal sosial, berkunjung ke tempat-tempat suci,
memberikan ajaran-ajaran (penerangan-penerangan agama), memimpin upacara dan
dibenarkan menerima sedekah".

Demikian fungsi dan kewajiban-kewajiban Brāhmaṇa. Selanjutnya diuraikan kode etik


atau lkamusan moral dari Varna Brāhmaṇa. ̣ Sarasamuscaya sloka 57 menyebutkan dua
belas brata atau lkamusan moral bagi Varna Brāhmaṇa yang diuraikan sebagai berikut:

"Dahrmasca satyam ca tapo damaśca


Wimatsaritwam hristitiksanasuya,
Yajnsca dhiritih ksama ca
Mahawratani dwadasa wai barhmanasya".

"Nyang brata sang Brāhmaṇạ , rwa welas kwehnya. prayekanya, dharma, satya, tapa,
dama, wimatsaritwa, hrih, titiksa, anasuya, yajňa, dāna, dhrthi, ksma, nahan pra
tyekanyan rwawelas, dharma, satya, pagwanya, tapa ngaranya śarira sang śosana,
kapanasaning śarira, piharan, kurangana wisaya, dama ngaranya upaśama, dening
tuturnya, wimatsaritwa ngarani haywa irsya, hrih ngaran irang, wruh ring arang wih,
titiksa ngaraning haywa irsya, hrih ngara ning irang,wruha ring irang wih,
titiksāngaraning haywa gong krodha, anasūyā haywa dosagrāhi, yaňa magelem amuja,
dāna, maweha dānapunya, dhŗti ngaraning maneb, āhning, ksama ngaraning kelan,
nahan brata sang brāhmana," (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:187).

Terjemahan:

"Inilah brata sang Brāhmaṇa, duabelas banyaknya, perinciannya dharma, satya, tapa,
dama wimatsaritwa, hrih, titiksa, anasuya yajna, dana, dhrthi, ksama, itulah perinciannya
sebanyak duabelas, dharma dari satyalah sumbernya, tapa artinya carira sang cosana
yaitu dapat mengendalikan jasmani dan mengurangi nafsu, dama artinya tenang dan
sabar, tahu menasehati diri sendiri, wimatsaritwa artinya tidak dengki irihati, hrih
berarti malu, mempunyai rasa malu, titiksa artinya jangan sangat gusar, anasuya berarti
tidak berbuat dosa, yajna mempunyai kemauan mengadakan pujaan, dana adalah
memberikan sedekah, dhrti artinya penenangan dan pensucian pikiran, ksama berarti
tahan sabar dan suka mengampuni, itulah brata sang Brāhmaṇa".

Tentang peranan dan fungsinya, Brāhmaṇa harus melakukan Yajnya dan bersahabat
dengan semua makhluk. Berperanan sebagai guru (acarya) dengan mengajarkan Veda,
Kalpa dan Upanisad, memimpin upacara Garbhadana. Melakukan tapa, brata, dan semadi
menurut ajaran Veda. Selama hidupnya seorang Brāhmaṇa harus tetap meladeni Guru atau
Nabenya itu sampai meninggal. Belajar dan mengajar adalah Yajnya bagi seorang
Brāhmaṇa, harus mengamalkan seluruh ilmu pengetahuannya kepada Varna-varna yang
lainnya.

Tentang sifat dan ciri-cirinya, Brāhmaṇa adalah orang yang mampu mengendalikan panca
indranya, berpengetahuan yang suci, berbudi baik dan tekun, dapat menguasai dirinya
sepenuhnya, tidak makan segala, selalu hormat kepada orang lain. Kalau ada Brāhmaṇa
yang tidak tahu Veda ibarat seekor sapi betina yang tidak bisa beranak dan mengeluarkan
susu. Selalu waspada kepada pujian dan cemohan. Seorang Brāhmaṇa tidak boleh
menyombongkan nama Gotranya apalagi untuk kepentingan mendapatkan makanan, ini
makan benda busuk namanya.

Tentang kewajiban dan sifat-sifat seorang Brāhmaṇa: Orang yang bebas dari ketakutan
dan ikatan belenggu-belenggu, tenang, seimbang, sadar dan dapat mengatasi hawa nafsu,
bebas dari rasa marah, orang yang tidak suka menyakiti dengan pikiran, kata-kata dan
perbuatan, orang yang telah padam penderitaannya, di dalam dirinya bersemayam
kebenaran dan kebajikan, suka hidup sederhana, telah mencapai penerangan yang
sempurna, tabah dan sabar menghadapi hukuman-hukuman, fitnahan penganiayaan
walaupun dirinya tak bersalah, orang yang dengan seksama menjalankan tugas-tugas
agamanya, sama sekali tidak terikat pada kesenangan-kesenangan duniawi, mengetahui
akhir dari penderitaan, orang yang mengetahui dengan jelas jalan yang salah, penuh
kebijaksanaan, telah mencapai tujuan yang tertinggi, tidak suka menyiksa dan membunuh
makhluk lainnya, tidak pernah mendendam, kata-katanya mudah dipahami, tidak pernah
mencuri, dapat melepaskan diri dari kehidupan dunia ini, telah mencapai dasar keabadian,
telah dapat melepaskan diri dari tumimbal lahir dan kesesatan, sebagai pahlawan yang
dapat menaklukan dunia, mengetahui timbul dan lenyapnya benda-benda yang hidup,
mengetahui kehidupannya yang dulu, mengetahui surga dan neraka, dan telah mencapai
akhir dari kelahiran, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:188).

2. Kewajiban Kṣatriya

Kata Kṣatriya berasal dari bahasa Sansekerta. Artinya suatu susunan pemerintahan, atau
juga berarti pemerintah, prajurit, daerah, keunggulan, kekuasaan dan kekuatan. Memang
kewajiban Kṣatriya dalam Catur Varna adalah memimpin pemerintahan, untuk
memerintah memerlukan kekuasaan, kekuasaan itu memerlukan kekuatan.

Yang dimaksud dengan kekuatan dalam hal ini bukan saja kekuatan fisik tetapi yang lebih
utama adalah kekuatan rohani yang berupa kekuatan iman, kekuatan pikiran
(intelegensya), dan semangat yang tinggi.

Sarasamuccaya, 58, menguraikan kewajiban seorang Ksatriya agak berbeda sedikit dengan
uraian Bhagavadgītā di atas, diuraikan sebagai berikut:

"Adhitya wedā parisamstirya cāgni


Nistwā yajňaih palayitwā prajaśca,
Bhrtyan bhrtwa jnatisambandhinaśca
Dānam dattwā ksatriyah swargameti".

"Kunang ulaha sang Ksatriya, umajya sang hyang Veda, nitya agnihotrā, Magawayang
yajňa, rumaksang rat, huninga ring wadwa, teka ring kula gotra, maweha dana, yapwan
mangkana, swargapada antukanira delāha".

Terjemahan:

"Maka yang dilakukan oleh Sang Ksatriya, harus mempelajari Veda, senantiasa
melakukan korban, api suci, mengadakan upacara kebaktian menjaga keamanan negara,
mengenal bawahnya sampai sanak keluarga dan kaum kerabatnya, memberikan sedekah,
jika ia berbuat demikian, tingkatan alam surga akan diperolehnya kelak", (Sudirga dan
Yoga Segara, 2014:189).
Di samping itu Bhagavadgītā II, 31 memberikan penjelasan yang lebih jelas tentang letak
kesempurnaan seorang Kṣatriya dalam melakukan tugas dan kewajibannya, (Sudirga dan
Yoga Segara, 2014:190). Sloka tersebut berbunyi sebagai berikut:

"sva-dharmam api cāvekṣy


na vikampitum arhasi
dharmyād dhi yuddhāc chreyo ‘nyat
kṣatriyasy  na vidyate".

Terjemahan:

"Apabila engkau sadar akan kewajibanmu, engkau tidak akan gentar, bagi Kṣatriya tiada
kebahagiaan yang lebih besar daripada berjuang menegakkan kebenaran".

Dari sumber-sumber tersebut kiranya cukup jelas peran dan fungsi Kṣatriya Varna, yaitu
memimpin dan melindungi rakyat. Dari sumber-sumber itu pula dapat disebutkan bahwa
raja sudah jelas dapat dipastikan tergolong Varna Kṣatriya.

Lontar Raja Pati Gondola menyebutkan tugas dan kewajiban seorang raja sebagai
golongan Kṣatriya, antara lain, Raja harus mengetahui upaya sandhi yang terdiri atas tiga
unsur yaitu: (a) Rupa artinya raja harus dapat melihat wajah rakyat dengan baik, (b)
Wangsa artinya raja harus dapat melihat tata susunan masyarakat yang utama, (c) Guna
artinya raja harus mampu mengetahui rakyatnya yang memiliki keahlian.

Di samping itu lontar tersebut juga menggambarkan bahwa seorang raja harus mengetahui
Rajaniti Kamkamuka yaitu suatu ajaran yang menyebutkan seorang raja adalah sebagai
pengemudi dan negara sebagai perahu. Jika perahu itu tanpa pengemudi, maka ia akan
tenggelam di tengah-tengah lautan, demikian pula sang raja tatkala memegang
pemerintahan, kalau lengah sedikit saja negara akan bisa hancur.

Disebutkan pula yang patut dipakai sahabat oleh seorang raja adalah:

a. Arya = orang besar


b. Dharma = kebenaran/agama
c. Anirya = orang yang dapat membunuh musuh
d. Mentri = orang yang takut pada kesusahan
e. Salyatawan = orang yang banyak keturunannya
f. Bali = orang yang mempunyai kesaktian
g. Agaduh kaparamartan = rokhaniawan
h. Wang agaduh kadiran = orang yang tetap pendirian
i. Wang agaduh guna = orang  pkamui

Sang raja juga harus bersahabat dengan Upaya Guna yaitu :

a. Sidhi = bisa mengadakan persahabatan


b. Wigraha = bisa mengadakan pemisahan
c. Stahna = bisa mengadakan hubungan baik
d. Wibhawa = memperlihatkan kekuatan
e. Naya = mampu melakukan serangan
f. Sacraya = mampu mengadakan hubungan terhadap yang kuat, (Sudirga dan Yoga
Segara, 2014:191).

Seorang raja harus hormat kepada Dewa-dewa, memuja para Bhatara dan harus hormat
kepada para pendeta. Yang patut dimiliki oleh seorang raja menurut agama Hindu adalah:

a. Utpatiti yaitu pemikiran diri sendiri


b. Castra samudbhavah artinya yang diperoleh dari ajaran agama
c. Sangsarga artinya pemikiran memberi maaf antara sahabat
d. Parinamidi artinya sifat pemaaf bagi seorang pemimpin.

Dalam lontar Siwa Budha Tatwa seorang raja dalam menghadapi musuh harus berpegang
pada Panca Upaya Sandhi yaitu:

a. Maya, artinya mengadakan pancingan-pancingan untuk mendapatkan data-data tentang


keadaan musuh
b. Upeksa, artinya meneliti hasil pancingan-pancingan itu
c. Indrajala, artinya memasang perangkap untuk menangkap musuh
d. Wikrama, artinya baru mengadakan tindakan
e. Logika, artinya setiap tindakan harus berdasarkan perhitungan akal yang matang. 

Menurut Prof. H. Muhammad Yamin, kebahagiaan rakyat dan negara sangat tergantung
kepada keutamaan Sang Raja atau Prabu sebagai seorang Kṣatriya yang berfungsi untuk
melindungi kebahagiaan rakyat dan negara itu. Sehubungan dengan hal tersebut Prof. H.
Muhammad Yamin mengemukakan buah pikiran Rakawi Prapanca terhadap Raja Hayam
Wuruk. Menurut Prapanca, Prabu Hayam Wuruk berhasil memimpin kerajaan Majapahit
karena memiliki empat sifat Ksatriya yang utama yang disebut Kottamaningnrepati, yaitu:

1. Jñāna Wisesa Śudha, artinya mempunyai pengetahuan luhur dan bersih sehingga
dapat memadamkan keburukan orang jahat.
2. Kaparahitaning Praja, artinya sang prabu menunjukkan tingkah laku belas kasihan
kepada rakyatnya.
3. Kawiryan, artinya keberanian yang harus menyertai ke dua sifat utama di atas.
4. Wibhawa, artinya karena ketiga sifat tersebut di atas itulah sang prabu mendapat
keagungan atau kewibawaan.

Di dalam kekawin Ramayana digubah oleh pujangga Walmiki yang terdiri atas 110 sloka,
pada sloka pendahuluannya menyebutkan tentang sifat-sifat Hyang Widhi Wasa yang
menjadikan kekuatan bagi umatnya dan tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang raja (pemimpin). Dalam sloka kedua disebut:

"Hyang Indra Surya Candranilah


Kuwera Bayuagni nahanwulu ta sira
maka angga sang bupati matangnyah
inisti asta brata".

Terjemahan:
"Dewa Indra, Yama, Surya, Candra, Anila, Bayu, Kuwera, Baruna dan Agni itulah
delapan dewa yang merupakan badan sang raja/ pemimpin, delapan itulah yang
merupakan Asta Brata", (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:192).

Kedelapan Brata yang menjadi badannya pemimpin itu bukanlah berdiri sendiri,
melainkan suatu kebulatan yang tidak dapat dipisahkan. Asta Brata memberi pengaruh
yang besar sekali dan kewibawaan yang luhur, sehingga pemimpin itu mudah sekali
menggerakkan orang/bawahannya, untuk bekerja menjalankan tugasnya masing-masing.
Dewa-dewa tersebut menurut Agama Hindu merupakan personifikasi sifat-sifat Hyang
Widhi.

Jadi Dewa itu bukanlah Tuhan melainkan sifat-sifat Tuhan. Dilihat dari sudut ini maka
jelas nampak bahwa seorang pemimpin dalam segala tindakannya harus mencerminkan
kemulyaan Hyang Widhi Wasa. Penjelasan yang serupa benar dengan Asta Brata menurut
Ramayana di atas dijumpai pula dalam Manawa Dharmasastra VII, 4 sebagai berikut:

"Indrānilayam ārkānām,
agneśca varunasya ca
Candravitteśayoś caiva,
mātrā nirhrtya śāśvatih".

Terjemahan:

"Untuk memenuhi maksud dan tujuan itu, raja harus memiliki sifat-sifat partikel yang
kekal dari dewa: Indra, Wayu, Yama, Surya, Agni, Waruna, Candra, dan Kuwera".

Menurut naskah kuno Nawa Natya, pembantu raja yaitu Patih Hamengku Bumi, yang
termasuk pula Kṣatriya, harus memiliki sifat-sifat utama lahir batin, yang kalau
disimpulkan adalah sebagai berikut:

a. Maka nuni lanlaning bhumi, artinya selalu mengawasi keadaan Negara


b. Hamancanagara, artinya selalu mengawasi/menguasai lima penjuru Negara
c. Wruh ring sarwa bhastra, artinya tahu mengatasi kerusuhan
d. Sarwagama, artinya tahu ajaran-ajaran agama
e. Widagda, artinya pandai dan berpengalaman
f. Wira, artinya pemberani
g. Wiweka, artinya dapat membedakan mana yang benar dan yang salah
h. Prajna, artinya berpengetahuan yang luas
i. Pragiwaka, artinya pandai berdiplomasi
j. Sarwa yuda, artinya pandai dalam hal peperangan
k. Wruh ring don, artinya tahu pada tujuan
l. Mwang donyakira kira, artinya dapat menyelesaikan tujuan (pekerjaan)
m. Sama upaya, artinya setia pada janji
n. Samahita, artinya setia pada tujuan suci Negara

Dari seluruh uraian tersebut, maka jelas sekali bahwa yang paling berhak untuk duduk di
lapangan pemerintahan adalah Varna Kṣatriya. Rakyat harus menghormati raja sebagai
raja (pemerintah) dan sebaliknya Varna Kṣatriya itu harus memperlakukan rakyat sebagai
seorang bapak terhadap anaknya. Harta benda rakyat tidak boleh diisap begitu saja dengan
mengadakan pajak yang bukan-bukan. Pajak yang dipungut oleh Varna Kṣatriya atau
pemeritah harus digunakan untuk kemakmuran negara, (Sudirga dan Yoga Segara,
2014:193).
Dengan demikian kiranya disimpulkan bahwa Varna Kṣatriya itu adalah golongan
fungsional yang setiap orangnya memiliki kewibawaan, cinta tanah air, serta bakat
kelahiran untuk memimpin dan mempertahankan kesejahteraan masyarakat, negara dan
umat manusia berdasarkan dharmanya.

3. Kewajiban Varna Waisya

Varna Waisya merupakan Varna yang ketiga dalam susunan Catur Varna. Kata Waisya
(aslinya Vaisya) berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “Vie” artinya bermukim di
atas tanah tertentu. Dari urat kata tersebut lalu berkembang menjadi kata Waisya yang
artinya golongan pekerja atau seorang yang mengusahakan pertanian. Demikianlah
dijelaskan oleh A.A. Mac Donel dalam kamusnya. Dari keterangan- keterangan berikutnya
memang peranan dan fungsi Varna Waisya tidak begitu jauh menyimpang dari arti
katanya. Peranan dan fungsi Waisya dijumpai dalam beberapa pustaka suci Hindu.

Bhagavadgītā XVIII, 44, menguraikan kewajiban Varna Waisya yang tidak begitu jauh
dengan uraian Slokantara di atas. Uraian tersebut adalah sebagai berikut:

"kṛṣi-go-rakṣya-vāṇijya
vaiśya-karma svabhāva-jam
paricaryātmakaḿ karm
śūdrasyāpi svabhāva-jam
kṛṣi-go-rakṣya-vāṇijya
vaiśya-karma svabhāva-jam..."

Terjemahan:

"Bercocok tanam, beternak sapi dan berdagang adalah karma (kewajiban) Waisya
menurut bakatnya....."

Hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa Varna Waisya itu dibolehkan
membungakan uang. Namun, membungakan uang terbatas untuk kepentingan yang
produktif dan bukan untuk kepentingan konsumtif. Tidak pula dibenarkan meminjamkan
uang dengan motif pemerasan atau yang dikenal dengan istilah riba.

Dari seluruh keterangan di depan, maka seluruh kewajiban Varna Waisya cukup jelas
yaitu berperan dalam mewujudkan kemakmuran ekonomi. Keterangan ini sangat erat
hubungannya dengan keterangan Chandra Prakash Bhambhri bahwa salah satu tugas atau
lapangan Dkamuniti adalah mewujudkan kemakmuran yang disebut dengan istilah Vartta.
Vartta ini meliputi tiga unsur pokok yaitu: pertanian (agricultural), peternakan (cattle
breading), dan perdagangan (trade). Resi Kautilya menyebutkan istilah Krsi, Raksya, dan
Wanijyam.

Jadi, jika disimpulkan, tugas Varna Waisya adalah untuk kemakmuran negara. Tugas-
tugas mereka terutama mengusahakan pertanian, peternakan, dan perdagangan. Waisya
harus mengetahui dan mengatur harga barang-barang terutama barang-barang yang
merupakan kebutuhan pokok. Mereka harus mahir bercocok tanam, harus tahu soal-soal
keadaan tanah di seluruh daerah, apakah tanah itu subur atau tidak, tanaman apa yang
cocok untuk ditanam di masing-masing daerah. Mereka harus mahir dalam seluk beluk
timbangan dan barang-barang yang paling banyak mendatangkan keuntungan. Waisya
harus mahir dalam bidang peternakan, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:196).

4. Kewajiban Varna Śudra

Kata Śudra berarti golongan pelayan. Keterangan mengenai peranan serta fungsi Varna
Śudra dari sumber-sumber pustaka suci agama Hindu hampir senada dengan kata Śudra
itu sendiri. Sarasamuccaya, 60, menguraikan peranan dan fungsi Varna Śudra sebagai
berikut:

"Brāhmaṇạ ksatram waicyaVarnam ca śūdrah Kramenaitan nyāyatah pūjyamanah,


tusteswateswawyatho dagdhapāstyaktwā deham sidhimistam labheta.
Yapwan ulahaning śudra, bhaktya sumewāri sang brāhmana, Ri sang ksatriya,ring
waiśya, yathākrama juga, paritusta sang telun sinewakanya hilang ta papanya, siddha
sakāryannya".

Terjemahan:

"Akan halnya perilaku Śudra, setia mengabdi kepada Brāhmaṇa, Kṣatriya, dan Waisya
sebagaimana mestinya, apabila puaslah ketiga golongan yang dilayani olehnya, maka
terhapuslah dosanya dan berhasil segalanya".

Bhagavadgītā XVIII, 44 menguraikan peranan dan fungsi Śudra senada dengan uraian di
atas yaitu:

"kṛṣi-go-rakṣya-vāṇijya
vaiśya-karma svabhāva-jam
paricaryātmakaḿ karm
śūdrasyāpi svabhāva-jam
paricaryātmakaḿ karm
śūdrasyāpi svabhāva-jam".

Terjemahan:

"Meladeni (menjual tenaga) adalah kewajiban Śudra menurut bakatnya".

Prof. Dr. Ida Bagus Mantra menerjemahkan sloka ini sebagai berikut: “Pekerjaan yang
mempunyai karakter pelayanan adalah kewajiban dari Śudra yang lahir dari alamnya.”
Seluruh keterangan di atas diperkuat lagi oleh kitab Manawa Dharmasastra I, 91, sebagai
berikut:

"Ekam eva tu śūdrasya


prabhuh karma samādiśat
etesām eva varnānām
śuśrusām anasūyaya".

Terjemahan:
"Hanya satu tangan yang Tuhan tentukan untuk para Śudra yaitu memberikan pelayanan
dengan setia terhadap ketiga golongan lainnya", (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:197).

Ayat ini merupakan landasan hukum dan kriteria untuk menentukan apakah seseorang
termasuk katagori Śudra atau tidak. Menurut ayat ini kehidupan pokok dari Śudra adalah
kerja menjadi buruh, pekerja yang menggantungkan hidupnya kepada orang lain, dan hasil
dari menjual tenaga. Seandainya seorang Śudra tidak mendapat pekerjaan sebagai buruh
atau pelayan, dan hal itu akan mengancam hidupnya dan membuatnya kelaparan, maka
seseorang Śudra dapat bekerja sendiri. Hal ini dapat dibenarkan oleh sloka atau ayat 99.
Bab X kitab Manawa Dharmaśāstra yang bunyinya sebagai berikut:

"Aśaknuvams tu śuśrūsām
śūdrah karttum dvijanmanām,
putradārātyayam prāpto
jivet kāruka karmabhih".

Terjemahan:

"Seorang Śudra karena tidak mempunyai dan memperoleh pekerjaan sebagai pelayan dan
terancam akan kehilangan anak dan istrinya karena lapar ia dapat menunjang hidupnya
dengan kerja tangan".

Prof. S.P. Kanal, penulis India modern, mengatakan dalam bukunya Dialogous on India
Culture, bahwa kewajiban seorang Śudra yang utama ialah bekerja di bawah bimbingan
dan pengawasan ketiga golongan yang lainnya. Ia menjalankan upacara keagamaan yang
tidak memerlukan pembacaan mantra-mantra, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:198).

Dari seluruh uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa Varna Śudra itu adalah mereka
yang memenuhi kebutuhannya dengan menjadi pelayan, pesuruh atau pembantu orang
lain. Atau golongan fungsional yang setiap orangnya hanya memiliki kekuatan jasmaniah,
ketaatan, serta bakat kelahiran untuk sebagai pelaku utama dalam tugas-tugas
memakmurkan masyarakat, negara, dan umat manusia atas petunjuk-petunjuk dari
golongan fungsional lainnya, (Sudirga dan Yoga Segara, 2014:199).
GLOSARIUM

Catur Warna : Empat pilihan hidup sesuai profesinya masing-masing


dalam masyarakat
Bhagawadgita : salah satu pecahan kitab Veda yang memuat tentang tugas
dan kewajiban empat profesi dalam masyarakat
Saracamuscaya : Kitab yang berisi tentang tata perilaku yang baik dalam
kehidupan.

Daftar Pustaka
Budiawan, Ketut , 2021, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK
Kelas X, Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi.
Kadjeng, I Njman, Sarasamuscaya, Jakarta : Hanuman Sakti, 1993
Putra, Anak Agung, Gde Oka , Tuntunan Dasar Agama Hindu, Jakarta : Hanuman Sakti.
Sudirga, Ida Bagus dan Yoga Segara, I Nyoman. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti Untuk SMA/SMK Kelas X (cetakan ke-1). Jakarta: Pusat Kurikulum
dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
RUBRIK ASESMEN
Kegiatan 1
a) Petunjuk Kerja
1. Buat kelompok yang terid dari dari 3-4 orang
2. Kerjakan tugas secara berkelompok sesuai dengan
pembagian tugas dari guru

3. Presentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dari


perwakilan kelompok masing-masing.
b) Lembar kerja
1. Identifikasi pengertian dan kewajiban dari Brahmana
Warna!

c) Rubrik Penilain Sikap

Indikator Aspek Pengamatan Skor


1. Jika satu aspek
Hadir Tepat Waktu
dilakukan
Disiplin Pengumpulan Tugas 2. Jika dua aspek
Tepat waktu dilakukan
Disiplin mengikuti
3. Jika ketiga aspek
Pelajaran
dilakukan
Mengerjakan tugas 1. Jika satu aspek
dengan sungguh-sungguh dilakukan
Tanggungjawab Jujur/ Mengakui 2. Jika dua aspek
Kesalahan dilakukan
Selalu melaksanakan
3. Jika ketiga aspek
amanat atau perintah
dilakukan
1. Nilai Sikap : 3=Baik, 2=Cukup dan 1 =Kurang
Lembar Penilaian
Sikap Hari/tanggal
:
Rata-
No. Nama Kelas Disiplin Tanggungjawab Nilai
rata
1.
2.
3.
4.
5.
dst

d) Rubrik Penilaian Presentasi

Nama Kelompok :
Nomor Absen :
Aspek yang dinilai Skor Kriteria Perolehan
KETEPATAN 4 Siswa mampu menjawab
MENJAWAB minimal 3 pertanyaan
PERTANYAAN yang diberikan dalam
diskusi
dengan tepat
3 Siswa mampu menjawab
2
pertanyaan dengan tepat
2 Siswa mampu menjawab
1
pertanyaan dengan tepat
1 Siswa tidak menjawab
Pertanyaan
KETERAMPILAN 4 Siswa mampu membuat
MEMBUAT SIMPULAN simpulan yang sesuai
dengan tujuan
pembelajaran dengan
redaksional yang tepat.
3 Siswa mampu membuat
simpulan yang sesuai
dengan tujuan
pembelajaran
2 Siswa membuat
simpulan yang belum
sesuai dengan
tujuan pembelajaran
1 Siswa tidak mampu
membuat simpulan.
KEMAMPUAN 4 Siswa mampu
MENYAMPAIKA
menyampaikan pendapat
N PENDAPAT
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
minimal 3x
3 Siswa mampu
menyampaikan pendapat
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
sebanyak 2x
2 Siswa kurang mampu
menyampaikan pendapat
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
sebanyak 1x
1 Siswa tidak mampu
menyampaikan pendapat
dalam kelompok diskusi
KEMAMPUAN 4 Tempo bicara tepat,
MEMPRESENTASIKAN bahasa
mudah dipahami,
dan intonasi tepat
3 Tempo bicara tepat,
bahasa mudah
dipahami, dan
intonasi kurang tepat
2 Tempo bicara terlalu
tepat atau lambat,
bahasa mudah
dipahami, dan
intonasi kurang tepat
1 Tempo terlalu cepat atau
lambat, bahasa susah
dipahami, dan intonasi
kurang tepat

Kegiatan 2
a) Petunjuk Kerja
1. Buat kelompok yang teridiri dari 3-4 orang
2. Kerjakan tugas secara berkelompok sesuai dengan
pembagian tugas dari guru
3. Presentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dari
perwakilan kelompok masing-masing.
b) Lembar kerja
1. Analisis kewajiban dari Ksatrya warna!

c) Rubrik Penilain Sikap

Indikator Aspek Pengamatan Skor


1. Jika satu aspek
Hadir Tepat Waktu
dilakukan
Disiplin Pengumpulan Tugas 2. Jika dua aspek
Tepat waktu
dilakukan
Disiplin mengikuti
3. Jika ketiga aspek
Pelajaran
dilakukan
Mengerjakan tugas 1. Jika satu aspek
dengan sungguh-sungguh dilakukan
Tanggungjawab Jujur/ Mengakui 2. Jika dua aspek
Kesalahan dilakukan
Selalu melaksanakan 3. Jika ketiga aspek
amanat atau perintah dilakukan

2. Nilai Sikap : 3=Baik, 2=Cukup dan 1 =Kurang


Lembar Penilaian
Sikap Hari/tanggal
:
Rata-
No. Nama Kelas Disiplin Tanggungjawab Nilai
rata
1.
2.
3.
4.
5.
dst

d) Rubrik Penilaian Presentasi

Nama Kelompok :
Nomor Absen :
Aspek yang dinilai Sko Kriteri Peroleha
r a n
KETEPATAN 4 Siswa mampu menjawab
MENJAWAB minimal 3 pertanyaan
PERTANYAAN yang diberikan dalam
diskusi
dengan tepat
3 Siswa mampu menjawab
2
pertanyaan dengan tepat
2 Siswa mampu menjawab
1
pertanyaan dengan tepat
1 Siswa tidak menjawab
Pertanyaan
KETERAMPILAN 4 Siswa mampu membuat
MEMBUAT simpulan yang sesuai
SIMPULAN
dengan tujuan
pembelajaran dengan
redaksional yang tepat.
3 Siswa mampu membuat
simpulan yang sesuai
dengan tujuan
Pembelajaran
2 Siswa membuat
simpulan yang belum
sesuai dengan
tujuan pembelajaran
1 Siswa tidak mampu
membuat simpulan.
KEMAMPUAN 4 Siswa mampu
MENYAMPAIKAN
menyampaikan pendapat
PENDAPAT
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
minimal 3x
3 Siswa mampu
menyampaikan pendapat
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
sebanyak 2x
2 Siswa kurang mampu
menyampaikan pendapat
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
sebanyak 1x
1 Siswa tidak mampu
menyampaikan pendapat
dalam kelompok diskusi
KEMAMPUAN 4 Tempo bicara tepat,
MEMPRESENTASIKAN bahasa
mudah dipahami,
dan intonasi tepat
3 Tempo bicara tepat,
bahasa mudah
dipahami, dan
intonasi kurang tepat
2 Tempo bicara terlalu
tepat atau lambat,
bahasa mudah
dipahami, dan
intonasi kurang tepat
1 Tempo terlalu cepat atau
lambat, bahasa susah
dipahami, dan intonasi
kurang tepat

Kegiatan 3
a) Petunjuk Kerja
1. Buat kelompok yang teridiri dari 3-4 orang
2. Kerjakan tugas secara berkelompok sesuai dengan
pembagian tugas dari guru
3. Presentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dari
perwakilan kelompok masing-masing.
b) Lembar kerja
1. Melalui pembelajaran Outdoor Study analisislah kewajiban
dari Wesya Warna!

c) Rubrik Penilaian Sikap

Indikator Aspek Pengamatan Skor


Hadir Tepat Waktu 1. Jika satu aspek
Pengumpulan Tugas dilakukan
2. Jika dua aspek
Disiplin Tepat waktu dilakukan
Disiplin mengikuti 3. Jika ketiga aspek
Pelajaran
dilakukan
Mengerjakan tugas 1. Jika satu aspek
dilakukan
dengan sungguh-sungguh
2. Jika dua aspek
Tanggungjawab Jujur/ Mengakui dilakukan
Kesalahan 3. Jika ketiga aspek

Selalu melaksanakan dilakukan


amanat atau perintah

3. Nilai Sikap : 3=Baik, 2=Cukup dan 1 =Kurang


Lembar Penilaian
Sikap Hari/tanggal:
Rata-
No. Nama Kelas Disiplin Tanggungjawab Nilai
rata
1.
2.
3.
4.
5.
dst

d) Rubrik Penilaian Presentasi

Nama Kelompok :
Nomor Absen :
Aspek yang dinilai Sko Kriteri Peroleha
r a n
KETEPATAN 4 Siswa mampu menjawab
MENJAWAB minimal 3 pertanyaan
PERTANYAAN yang diberikan dalam
diskusi
dengan tepat
3 Siswa mampu menjawab
2
pertanyaan dengan tepat
2 Siswa mampu menjawab
1
pertanyaan dengan tepat
1 Siswa tidak menjawab
Pertanyaan
KETERAMPILAN 4 Siswa mampu membuat
MEMBUAT simpulan yang sesuai
SIMPULAN
dengan tujuan
pembelajaran dengan
redaksional yang tepat.
3 Siswa mampu membuat
simpulan yang sesuai
dengan tujuan
Pembelajaran
2 Siswa membuat
simpulan yang belum
sesuai dengan
tujuan pembelajaran
1 Siswa tidak mampu
membuat simpulan.
KEMAMPUAN 4 Siswa mampu
MENYAMPAIKA
menyampaikan pendapat
N PENDAPAT
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
minimal 3x
3 Siswa mampu
menyampaikan pendapat
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
sebanyak 2x
2 Siswa kurang mampu
menyampaikan pendapat
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
sebanyak 1x
1 Siswa tidak mampu
menyampaikan pendapat
dalam kelompok diskusi
KEMAMPUAN 4 Tempo bicara tepat,
bahasa
MEMPRESENTAS
mudah dipahami,
IKAN
dan intonasi tepat
3 Tempo bicara tepat,
bahasa mudah
dipahami, dan
intonasi kurang tepat
2 Tempo bicara terlalu
tepat atau lambat,
bahasa mudah
dipahami, dan
intonasi kurang tepat
1 Tempo terlalu cepat atau
lambat, bahasa susah
dipahami, dan intonasi
kurang tepat

Kegiatan 4
a) Petunjuk Kerja
1. Buat kelompok yang teridiri dari 3-4 orang
2. Kerjakan tugas secara berkelompok sesuai dengan pembagian
tugas dari guru
3. Presentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dari
perwakilan kelompok masing-masing.
b) Lembar kerja
1. Identifikasi kewajiban dari Sudra Warna!

c) Rubrik Penilain Sikap

Indikator Aspek Pengamatan Skor


4. Jika satu aspek
Hadir Tepat Waktu
dilakukan
Disiplin Pengumpulan Tugas 5. Jika dua aspek
Tepat waktu dilakukan
Disiplin mengikuti
4. Jika ketiga
Pelajaran aspek
dilakukan
Mengerjakan tugas 4. Jika satu aspek
dengan sungguh-sungguh dilakukan
Tanggungjawab Jujur/ Mengakui 5. Jika dua aspek
Kesalahan dilakukan
Selalu melaksanakan 6. Jika ketiga aspek
amanat atau perintah dilakukan
4. Nilai Sikap : 3=Baik, 2=Cukup dan 1 =Kurang
Lembar Penilaian
Sikap Hari/tanggal

Rata-
No. Nama Kelas Disiplin Tanggungjawab Nilai
rata
1.
2.
3.
4.
5.
dst

d) Rubrik Penilaian Presentasi

Nama Kelompok :
Nomor Absen :
Aspek yang dinilai Skor Kriteria Perolehan
KETEPATAN 4 Siswa mampu menjawab
MENJAWAB minimal 3 pertanyaan
PERTANYAAN
yang diberikan dalam
diskusi
dengan tepat
3 Siswa mampu menjawab
2
pertanyaan dengan tepat
2 Siswa mampu menjawab
1
pertanyaan dengan tepat
1 Siswa tidak menjawab
Pertanyaan
KETERAMPILAN 4 Siswa mampu membuat
MEMBUAT simpulan yang sesuai
SIMPULAN
dengan tujuan
pembelajaran dengan
redaksional yang tepat.
3 Siswa mampu membuat
simpulan yang sesuai
dengan tujuan
Pembelajaran
2 Siswa membuat
simpulan yang belum
sesuai dengan
tujuan pembelajaran
1 Siswa tidak mampu
membuat simpulan.
KEMAMPUAN 4 Siswa mampu
MENYAMPAIKAN
PENDAPAT
menyampaikan pendapat
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
minimal 3x
3 Siswa mampu
menyampaikan pendapat
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
sebanyak 2x
2 Siswa kurang mampu
menyampaikan pendapat
dengan baik dan tepat
dalam kelompok
diskusi
sebanyak 1x
1 Siswa tidak mampu
menyampaikan pendapat
dalam kelompok diskusi
KEMAMPUAN 4 Tempo bicara tepat,
MEMPRESENTASIKAN
bahasa
mudah dipahami,
dan intonasi tepat
3 Tempo bicara tepat,
bahasa mudah
dipahami, dan
intonasi kurang tepat

2 Tempo bicara terlalu


tepat atau lambat,
bahasa mudah
dipahami, dan
intonasi kurang tepat
1 Tempo terlalu cepat atau
lambat, bahasa susah
dipahami, dan intonasi
kurang tepat

Wakil Kepala Sekolah Mengwi, 11 Juli 2022


Bidang Kurikulum, Guru Mapel

I Gede Tangkas Artasusena, S.Pd. A.A. Istri Mas Widayanti, M.Pd.

Mengetahui,
Kepala SMK PGRI 2 Badung

Drs. I Gusti Ketut Sukadana, M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai