Anda di halaman 1dari 16

Paradigma Pembangunan Desa Dalam Pengelolaan Keuangan Desa

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Betha Rahmasari
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Metro
Email: umdosen@gmail.com
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran atau paradigma dalam hal pembangunan
dari melalui pengelolaan keuangan desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian secara normatif,
dengan mengkaji lebih dalam mengenai peraturan Desa. Bahan hukum primer merupakan
bahan hukum yang bersifat autoritatif berupa peraturan perundang. Ketergantungan Desa
paling nyata adalah kekerasan dengan terhadap sumber-sumber pendapatan atau keuangan
desa. dimanjakan nya desa dengan berbagai bantuan keuangan dari pemerintah telah
menjadikan desa tergantung pada sumber keuangan dari pemerintah. Penggunaan dana
pembangunan daerah ditujukan untuk mendukung kegiatan penyelenggaraan manajemen
organisasi Pembangunan Daerah. Oleh sebab itu, dana pembangunan harus benar-benar dapat
dihimpun dengan baik lancar, semakin bertambah besar dan dapat digunakan secara efektif
untuk menggerakkan ekonomi masyarakat di daerah. Penelitian ini menunjukkan bahwa
undang-undang tersebut dibuat untuk mengatur dan mendukung pengembangan potensi
ekonomi lokal serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan, dan
masyarakat desa berhak mendapatkan informasi dan melakukan pemantauan mengenai
rencana dan pelaksanaan pembangunan desa.

Kata Kunci : Paradigma pembangunan, pengelolaan keuangan desa

Abstract

This article aims to find out the developmentidea or paradigm through village financial
management based on Law Number 6 of 2014 concerning Villages. In this study, the
researcher used a normative research methodby examining the village regulations in depth.
Primary legal materials are authoritatuve legal materials in the form of laws and regulations.
Village dependence is the most obvious violence against village income or financial sources.
Various financial assistance from the government has made the village dependent on financial
sources from the government. The use of regional development funds is intended to support
activities in the management of Regional Development organizations. Therefore,
development funds should be managed properly and smoothly, as well as can be used
effectively to increase the people economy in the regions. This research shows that the law
was made to regulate and support the development of local economic potential as well as the
sustainable use of natural resources and the environment, and that the village community has
the right to obtain information and monitor the planning and implementation of village
development.

Keywords: Development paradigm, village financial management

117
Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

Sejarah Artikel kabupaten/provinsi/pusat biasanya lebih


Dikirim: 13 Agustus 2020 besar dibandingkan pendapatan asli desa.
Direview: 06 Desemder 2020 keberadaan sumber-sumber pendapatan
Diterima: 16 Desember 2020
Desa ini merupakan awal keter-
Diterbitkan: 30 Desember 2020
gantungan dari segi pembiayaan, karena
PENDAHULUAN sumber-sumber Pendapatan asli Desa sangat
Desa merupakan entitas peme- tidak memadai hasilnya. ketergantungan
rintahan yang langsung berhubungan dengan desa kepada Supradesa dalam hal keuangan
rakyat. Hal ini menyebabkan desa memiliki dan pembangunan desa amat besar titik
arti sangat strategi sebagai basis penye- pemerintah desa kehilangan kemampuan di
lenggaraan pelayanan publik dan mem- dalam menyelenggarakan pembangunan di
fasilitasi pemenuhan hak-hak publik rakyat desa sendiri titik jika mayoritas pendapatan
lokal. Desa adalah kumpulan masyarakat dan diperoleh dari pemerintah tingkat atas maka
penyelenggara pemerintahan yang penting keleluasaan Desa dalam mengelola secara
dalam penyelenggaraan pemerintahan negara mandiri terbatas mengingat ketentuan peng-
kesatuan Republik Indonesia. Keberadaan gunaan dana bersumber dari pemerintah
desa sebagai suatu komunitas dalam sejarah tingkat atas sudah digariskan pemberi dana
telah ada sebelum negara kesatuan Republik titik berbeda bila sumber pendapatan dari
Indonesia. desa pada masa lalu merupakan Desa sendiri, maka penggunaannya mutlak
komunitas sosial dan merupakan kewenangan desa.2
pemerintahan asli bangsa Indonesia yang Ironisnya sama sumber-sumber
telah ada sebelum Indonesia berdiri, bahkan Pendapatan asli desa yang diharapkan bisa
terbentuknya Indonesia mulai dari menambah pemasukan bagi pemerintah
pedesaan. 1 Desa dan lebih dan mendirikan Desa justru
Desa selama ini juga mempunyai banyak yang diambil alih oleh pemerintah
keuangan yang sangat terbatas, sementara di Kabupaten Pemerintah Kabupaten bersikap
sisi lain terdapat sistem yang menciptakan ambigu dalam penanganan aset yang ada di
ketergantungan Desa meminta bantuan desa di satu sisi aset tersebut dituntut untuk
kepada pemerintah. akibatnya pelaksanaan memberikan pemasukan bagi pendapatan
fungsi-fungsi pemerintahan di desa berjalan asli desa titik di sisi lain, desa yang memiliki
apa adanya. melihat kecenderungan yang aset tersebut kurang dilibatkan Penanganan-
hampir sama, ketergantungan Desa paling nya dan hanya menerima penyisihan hasil
nyata adalah kekerasan dengan terhadap yang sangat terbatas. pada pasal 68 ayat 3
sumber-sumber pendapatan atau keuangan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
desa. dimanjakan nya desa dengan berbagai sumber pendapatan desa yang telah dimiliki
bantuan keuangan dari pemerintah telah dan dikelola oleh desa tidak dibenarkan
menjadikan Desa tergantung pada sumber diambil alih oleh pemerintah atau pemeri-
keuangan dari pemerintah. proporsi bantuan ntah daerah ketergantungan desa yang sangat
/subsidi dari pemerintah tingkat atas dari besar tidak hanya dalam hal keuangan
maupun persoalan administratif lainnya.

1 2
“Jafar et al. - KETAHAHANAN Purwo Santoso, Pembaharuan Desa
MASYARAKAT DESA.pdf,” t.t. Secara Partisipatif (Jakarta: pustaka pelajar, 2003).

118 Betha Rahmasari


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

Tetapi masyarakat desa juga mengalami kedudukan kewenangan, dan keuangan desa
ketergantungan terkait kesejahteraan mereka. semakin kuat, penyelenggaraan pemerintah
Selain ketergantungan dalam hal pangan, desa diharapkan lebih akuntabel yang
desa dan masyarakatnya juga mempunyai didukung dengan sistem pengawasan dan
ketergantungan tinggi atas sektor-sektor keseimbangan antara pemerintah desa dan
lainnya seperti ketergantungan sosial politik, lembaga desa. Lembaga desa khususnya
energi dan lain-lain. Ketergantungan keter- badan permusyawaratan desa yang dalam
gantungan terhadap pihak lain itu harus kedudukannya mempunyai fungsi penting
semakin dikurangi dengan cara mendirikan dalam menyiapkan kebijakan pemerintahan
desa permasalahan teoretis dari persoalan desa bersama kepala desa harus mempunyai
kemanusiaan desa ialah masih terbatasnya visi dan misi yang sama dengan kepala desa
teori-teori mengenai kemandirian Desa sehingga badan permusyawaratan desa tidak
termasuk konsepsi, parameter untuk mengu- dapat menjatuhkan kepala desa yang dipilih
kur kemandirian dan unsur-unsur yang secara demokratis oleh masyarakat desa.
membentuk kemandirian desa.3 Kebijakan otonomi daerah merupakan
Pemberdayaan masyarakat dan upa- langkah strategis dalam dua hal pertama,
ya menjaga ikatan sosial desa harus dila- otonomi daerah merupakan jawaban terha-
kukan, agar modal sosial desa yang semakin dap permasalahan lokal bangsa Indonesia
lemah sekarang ini bisa bangkit kembali, berupa ancaman disintegrasi bangsa, kemis-
tidak tergerus atau lari. supaya dengan cepat kinan, ketidakmerataan pembangunan,
mengubah desa menjadi basis otonomi jika rendahnya kualitas hidup masyarakat dan
tanpa diiringi mekanisme pengawasan yang masalah pembangunan sumber daya
maksimal dan tanggung jawab perangkat manusia. kedua, otonomi daerah dan desen-
desa dapat menjadi bumerang yang justru tralisasi merupakan langkah strategis bangsa
menghancurkan ikatan sosial warga. Indonesia untuk menyongsong era global
Fragmentasi masyarakat sangat mungkin otonomi dengan memperkuat basis pereko-
terjadi ketika pemerintah Desa menjadi nomian daerah.4
sumber daya yang semakin menarik orang- Penggunaan dana pembangunan
orang untuk berebut jatah jabatan. daerah ditujukan untuk mendukung kegiatan
Untuk itu perlu di disiapkan sumber penyelenggaraan manajemen organisasi
daya manusia dan peraturan pelaksanaannya pembangunan daerah. Oleh sebab itu, dana
secara mapan, karena belum semua desa pembangunan harus benar-benar dapat
mempunyai kepala desa yang punya dihimpun dengan baik lancar, semakin
kapasitas dan pemahaman yang sama soal bertambah besar dan dapat digunakan secara
dana desa tersebut serta kemampuan efektif untuk menggerakkan ekonomi
menyusun rencana anggaran pendapatan dan masyarakat di daerah. ekonomi masyarakat
belanja desa titik jumlah rupiah besar di yang digerakkan harus mampu Mandiri
Desa akan rawan dikorupsi kalau para meningkatkan nilai tambah mampu mem-
pemangku kepentingan di pusat ataupun di berikan efek ganda yang besar dan
daerah dan di desa belum siap. Mengingat
3
Didik G Suharto, Membangun
4
Kemandirian Desa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Mardiasmo, otonomi dan manajemen
2016). keuangan daerah (Yogyakarta: ANDI, 2004).

Paradigma Pembangunan Desa 119


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

memberikan sumbangan pemasukan kepada berdasarkan Pengertian tersebut sangat jelas


pembangunan daerah.5 bahwa undang-undang No 12 tahun 2014
Berdasarkan paparan diatas penulis memberikan dasar menuju Self governing
tertarik menulis mengenai paradigma desa yaitu suatu komunitas yang mengatur dirinya
dalam membangun desa melalui pengelolaan sendiri dengan pemahaman bahwa desa
keuangan desa berdasarkan UU Nomor 6 memiliki kewenangan untuk mengatur dan
Tahun 2014 Tentang Desa. Bagaimanakah mengurus kepentingan masyarakatnya sendi-
paradigma desa dalam membangun desa ri sesuai kondisi dan sosial budaya setempat.
melalui pengelolaan keuangan desa ber- Landasan pemikiran pengaturan
dasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun pemerintahan salah satunya adalah demokra-
2014 Tentang Desa. tisasi yang bermakna bahwa penyelengga-
Pada penelitian ini penulis meng- raan pemerintahan desa harus mengakomo-
gunakan metode penelitian secara normatif, dasi aspirasi masyarakat yang di diartikulasi
dengan mengkaji lebih dalam mengenai dan diagregas. Melalui badan permusyawa-
peraturan Desa. Bahan hukum primer ratan desa dan lembaga kemasyarakatan
merupakan bahan hukum yang bersifat sebagai Mitra Pemerintah desa. Ini terlihat
autoritatif berupa peraturan perundang. adanya BPD sebagai lembaga legislasi yang
Peraturan perundang-undangan yang digu- mempunyai fungsi pengawasan.
nakan adalah peraturan perundang-undangan
yang memiliki kaitan dengan penelitian yang Keuangan Desa
dilakukan. Tujuan dari penulisan ini adalah Sumber pendapatan desa dikelola
untuk mengetahui pemikiran atau paradigma melalui anggaran pendapatan dan belanja
dalam hal pembangunan dari melalui desa. pengelolaan keuangan desa dilakukan
pengelolaan keuangan desa berdasarkan oleh kepala desa yang dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 peraturan Desa tentang anggaran pendapatan
Tentang Desa dan belanja Desa. Pedoman pengelolaan
keuangan Desa ditetapkan oleh Bupati/
PEMBAHASAN Walikota dengan berpedoman Pada
Pada pasal 1 angka 5 peraturan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37
pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, mene- tahun 2007 tentang pedoman pengelolaan
tapkan bahwa desa atau yang disebut keuangan desa. pengertian keuangan desa
menetapkan bahwa desa atau yang disebut menurut undang-undang nomor 6
dengan nama lain, selanjutnya disebut desa Tahun 2014 pasal 71 jo Permendagri Nomor
adalah kesatuan masyarakat hukum yang 37 tahun 2007 pasal 1 angka 1 bahwa
memiliki batas-batas wilayah yang berwe- keuangan desa adalah semua hak dan
nang untuk mengatur dan mengurus kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan
kepentingan masyarakat setempat, berdasar- uang serta segala sesuatu berupa uang dan
kan asal-usul dan adat istiadat setempat yang barang yang berhubungan dengan
diakui dengan sistem pemerintahan negara. pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
Undang-undang Nomor 6 Tahun
5
Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, 2014 menegaskan pengaturan tentang
Keuangan negara dan analisis kebijakan utang luar
pendapatan desa berdasarkan pemikiran
negeri, Cet. 1 (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2003). bahwa desa mempunyai sumber pendapatan

120 Betha Rahmasari


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

desa yang terdiri atas Pendapatan asli desa, secara komprehensif yaitu meng-
bagi hasil Pajak Daerah dan Retribusi gunakan pendekatan holistik dalam
Daerah Kabupaten/kota, bagian dari dana diagnosis permasalahan yang diha-
perimbangan keuangan pusat dan daerah dapi, analisis keterkaitan antar
yang diterima oleh kabupaten/kota alokasi masalah yang mungkin muncul,
anggaran dari anggaran pendapatan dan evaluasi kapasitas kelembagaan
belanja negara, bantuan keuangan dari yang dimilikinya, dan mencari cara-
anggaran pendapatan dan belanja daerah cara terbaik untuk memecahkannya;
provinsi dan anggaran pendapatan belanja 2. Fleksibilitas sampai tingkat tertentu
daerah kabupaten/kota, serta hibah dan pemerintah daerah harus memberi-
sumbangan yang tidak mengikat dari pihak kan keleluasaan yang memadai
ketiga. Bantuan keuangan dari anggaran sesuai dengan ketersediaan infor-
pendapatan dan belanja daerah provinsi dan masi-informasi yang relevan yang
anggaran pendapatan belanja daerah dimilikinya titik arahan dari
kabupaten/kota kepada desa diberikan sesuai pemerintah pusat harus ada tetapi
dengan kemampuan keuangan pemerintah harus dipraktikkan secara hati-hati
daerah yang bersangkutan. bantuan tersebut dalam arti tidak sampai mematikan
diarahkan untuk percepatan pembangunan inisiatif dan prakarsa Pemerintah
desa titik sumber pendapatan lain yang dapat Daerah yang lahir dari aspirasi
diusahakan oleh desa berasal dari BUM- masyarakatnya;
Desa, pengelolaan pasar desa, pengelolaan 3. Prediksi kebijakan yang terprediksi
kawasan wisata skala Desa pengelolaan merupakan faktor penting dalam
tambang mineral bukan logam dan tambang peningkatan kualitas implementasi
bantuan dengan tidak menggunakan alat anggaran daerah titik Sebaliknya
berat, serta sumber lain yang tidak untuk apabila kebijakan sering berubah
diperjualbelikan. daerah akan menghadapi ketidak-
Pada dasarnya apapun bentuk pastian yang sangat besar hingga
organisasi sektor swasta atau sektor publik prinsip Efisiensi dan efektivitas
akan melakukan penganggaran yang pada pelaksanaan suatu program yang
dasarnya merupakan blueprint bagi didanai oleh anggaran daerah akan
pencapaian visi dan misinya. Oleh karena itu cenderung terabaikan;
penganggaran dan manajemen keuangan 4. Kejujuran yang dimaksud dengan
dilaksanakan berdasarkan pada prinsip- kejujuran Dalam hal ini tidak hanya
prinsip tertentu oleh sebab itu manajemen berkaitan dengan moral dan etika
keuangan penyelenggaraan pemerintahan manusianya tetapi juga berkaitan
daerah prinsip-prinsip pokok yang harus dengan keberadaan proyeksi peneri-
diperhatikan antara lain sebagai berikut: maan dan pengeluaran titik sumber
1. Komprehensif dan disiplin ang- dana yang memunculkan ketidak-
garan daerah merupakan satu- jujuran ini dapat berasal dari aspek
satunya mekanisme yang akan teknis dan politis proyeksi yang
menjamin terciptanya disiplin terlalu optimis akan mengurai ken-
pengambilan keputusan oleh karena dala anggaran sehingga memung-
itu anggaran daerah harus disusun kinkan munculnya inefisiensi

Paradigma Pembangunan Desa 121


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

dan inefektivitas pelaksanaan kebi- Desa sangat tidak mencukupi untuk


jakan yang sangat prioritas; mendukung pelayanan dasar seperti
5. Informasi, yang dimaksud infor- pendidikan kesehatan dan Perumahan titik
masi disini adalah basis kejujuran dengan kata lain ada kesenjangan fiskal
dan proses pengambilan keputusan antara keuangan pemerintah Supra desa dan
yang baik titik oleh karena itu pemerintah desa. Kedua terdapat kesenja-
pelaporan teratur tentang biaya ngan antara tanggung jawab dan responsi-
output dan dampak suatu kebijakan vitas dengan partisipasi masyarakat dalam
adalah sangat penting. anggaran Desa titik partisipasi masyarakat
6. Transparansi dan akuntabilitas dalam anggaran pembangunan desa sangat
transparansi mensyaratkan bahwa besar sementara tanggung jawab dan
perumusan kebijakan memiliki responsivitas nya sangat kecil sebagian besar
pengetahuan tentang permasalahan anggaran pembangunan desa, terutama
dan informasi yang relevan sebe- pembangunan fiskal atau infrastruktur
lum kebijakan dijalankan Adapun ditopang oleh gotong-royong atas swadaya
akuntanbilitas bahwa pengambilan masyarakat.
keputusan berperilaku sesuai man- Sementara besaran dana dari
dat yang diterimanya, sehingga pemerintah sangat kecil yang difungsikan
perumusan kebijakan bersama sebagai stimulasi Untuk mengerahkan atau
dengan cara dan hasil kebijakan mobilisasi dana swadaya masyarakat. Pada-
tersebut harus dapat diakses dan hal kekuatan dana dari warga masyarakat
dikomunikasikan secara vertikal sangat terbatas mengingat sebagian besar
atau horizontal dengan baik.6 warga desa mengalami kesulitan untuk
membiayai kebutuhan dasar bagi keluar-
Keuangan Desa ditopang oleh dua ga masing-masing. ketiga, skema pemberian
sumber utama yaitu pendapatan asli desa dari pemerintah kepada desa kurang
atau pungutan hasil kekayaan desa dan lain- mendorong pemberdayaan. dahulu ada dana
lain serta bantuan dari pemerintah titik pembangunan desa yang dibagikan secara
namun secara empirik ada beberapa masalah merata ke seluruh desa, yang sudah
yang berkaitan dengan keuangan desa yaitu ditentukan dan dikontrol dari atas hingga
pertama, besaran anggaran Desa sangat desa tidak bisa secara leluasa dan berdaya
terbatas titik anggaran Desa sangat minim menggunakan anggaran. Lagipula kalau
antara lain karena Desa tidak mempunyai kasih dana yang semata-mata kepada seluruh
kewenangan dan kapasitas untuk menggali desa hanya berfungsi sebagai stimulasi yang
potensi potensi sumber-sumber keuangan tidak mencerminkan aspek keragaman atau
Desa titik karena terbatas anggaran Desa kondisi geografis dan sosial ekonomi desa
tidak mampu memenuhi kebutuhan dan keadilan. Desa miskin ataupun desa kaya
sejahteraan perangkat desa, pelayanan akan memperoleh lokasi yang sama karena
publik, pembangunan desa apalagi lamanya pengalaman bantuan desa skema
kesejahteraan masyarakat desa titik anggaran seperti itu sudah mendarah daging dalam
paradigma dan kebijakan pemerintahan desa
6 yang tidak mengangkat kesejahteraan dan
Mardiasmo, otonomi dan manajemen
keuangan daerah. kemandirian desa.

122 Betha Rahmasari


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

Pembangunan melalui partisipasi diartikan sebagai berikut pembangunan desa


masyarakat desa merupakan salah satu upaya adalah proses perubahan yang harus terus-
untuk memberdayakan potensi masyarakat menerus dan berkesinambungan yang dise-
desa dalam merencanakan pembangunan lenggarakan oleh masyarakat beserta peme-
yang berkaitan dengan potensi sumber daya rintah untuk meningkatkan kesejahteraan
lokal berdasarkan pendekatan musyawarah lahir dan batin, materi dan spiritual
yaitu peningkatan aspirasi berupa keinginan berdasarkan Pancasila yang berlangsung di
dan kebutuhan nyata masyarakat pening- desa.7 Secara umum, kita dapat memberikan
katan motivasi dan peran serta kelompok makna tentang pembangunan sebagai suatu
masyarakat dalam proses pembangunan desa proses perencanaan (social plan) yang
dan peningkatan rasa memiliki pada dilakukan oleh birokrat perencanaan pem-
kelompok masyarakat terdapat program bangunan untuk membuat perubahan sebagai
kegiatan desa yang telah disusun paragraf proses peningkatan kesejahteraan bagi
prinsip kerja dari pembangunan perdesaan masyarakat.
melalui partisipasi masyarakat adalah Konseptualisasi pembangunan meru-
Program kerja disampaikan secara terbuka pakan proses perbaikan yang berkesinam-
kepada masyarakat, dengan melakukan bungan pada masyarakat menuju kehidupan
komunikasi partisipatif agar mendapatkan yang lebih baik sehingga terdapat beberapa
dukungan masyarakat; Program kerja cara untuk menentukan tingkat kesejahteraan
dilaksanakan melalui kerjasama dengan pada suatu negara. Tolok ukur pembangunan
kerja bersama kelompok antara masyarakat, bukan hanya pendapatan per kapita, namun
pejabat desa dan segenap warga dalam lebih dari itu harus disertai oleh membaiknya
rangka memperkecil hambatan dalam distribusi pendapatan, berkurangnya kemis-
program; Program kerja tidak mengarah kinan, dan mengecilnya tingkat pengang-
pada golongan tertentu dalam masyarakat guran. Paradigma yang berkembang dalam
atau kelompok agar tidak menimbulkan hal pembangunan berhubungan langsung
perpecahan; Selama program berjalan dengan modernisasi dan ketergantungan,
kondisi dilakukan secara vertikal atau dalam moderinisasi pertumbuhan ekonomi
horizontal; Tidak perlu bersikap Superior dan perubahan sosial dan nilai individu yang
atau merasa paling tahu dalam setiap menunjang proses perubahan. Paradigma
kesempatan pelaksanaan program kerja; ketergantungan mencakup keterbelakangan.8
Tidak perlu memberikan janji kepada Apabila dikaitkan dengan undang-
siapapun tetapi kesanggupan kerja dalam undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa
konteks program kerja yang sudah pembangunan desa dijelaskan sebagai
ditentukan. berikut: Pembangunan desa bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Pembangunan Desa desa dan kualitas hidup manusia serta
Pembangunan harus menyangkut
semua pihak yaitu dari tingkat pusat sampai 7
Evicka Paat, Frans Singkoh, dan Yurnie
tingkat daerah titik pembangunan pertama Sendow, “PERANAN KEPALA DESA DALAM
yang harus dibina dan dikembangkan dalam PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DESA
PONTAK KECAMATAN RANOYAPO,” no. 2
pembangunan desa titik berkenan dengan
(2017): 9.
pembangunan desa, pembangunan desa 8
“teori pembangunan.pdf,” t.t.

Paradigma Pembangunan Desa 123


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

penanggulangan kemiskinan melalui peme- sejumlah paradigma pembangunan yang


nuhan kebutuhan dasar pembangunan sarana ditetapkan dalam undang-undang tersebut,
dan prasarana Desa pengembangan potensi antara lain rekognisi atau pengakuan
ekonomi lokal serta pemanfaatan sumber terhadap hak asal usul desa subsidiaritas
daya alam dan lingkungan secara keberagaman bukan penyeragaman, keber-
berkelanjutan samaan, kegotong-royongan, kekeluargaan
Berdasarkan definisi tersebut jelas musyawarah, demokrasi, kemandirian,
bahwa keikutsertaan masyarakat desa dalam partisipasi, kesetaraan, pemberdayaan, dan
proses penentuan pembangunan desa dapat keberlanjutan. undang-undang Nomor 6
mendorong mereka untuk menyumbang Tahun 2014 memiliki dua paradigma yaitu
pikiran kegiatan, dan lainnya agar tercapai paradigma rekognisi dan paradigma
tujuan masyarakat dengan cara mendis- subsidiaritas.
kusikan, menentukan keinginan, meren- Sejumlah paradigma ini menjadi inti
canakan dan mengerjakan secara bersama- spirit pembangunan desa dalam undang-
sama untuk mencapai tujuan yang telah undang tersebut titik pembangunan desa
ditetapkan berbasis partisipasi masyarakat. diharapkan pula dapat memberikan Aura
melalui pembangunan desa diupayakan agar Baru pembangunan desa yang lebih partisi-
masyarakat memiliki keuletan dan ketang- patif dan akomodatif dalam penyampaian
guhan yang mengandung kemampuan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
mengatasi berbagai masalah kehidupan. di tengah pengalaman ketidakadilan ketidak-
Sebagai konsekuensinya, desa merataan, serta kesenjangan dalam sejarah
menyusun perencanaan pembangunan sesuai pembangunan bangsa khususnya dalam
dengan kewenangannya dengan mengacu hubungan antara desa dengan pemerintah
pada perencanaan pembangunan kabupaten supradesa, antara desa dan masyarakat desa.
/kota dokumen rencana pembangunan desa bentuknya undang-undang Nomor 6 Tahun
merupakan satu-satunya dokumen perenca- 2014 merupakan bentuk pengakuan dan
naan di desa dan sebagai dasar penyusunan melegitimasi posisi dan kedudukan an-nisa
anggaran pendapatan dan belanja desa. dan dan komunitasnya berdasarkan hak asal
perencanaan pembangunan desa diseleng- usulnya sekaligus mendorong perubahan
garakan dengan mengikutsertakan masya- desa sebagai sebuah identitas ke arah
rakat desa melalui musyawarah perencanaan kemajuan. Sekalipun demikian kehadiran
pembangunan desa. Musyawarah perenca- undang-undang Desa pada satu sisi menjadi
naan pembangunan desa menetapkan suatu harapan tetapi pada sisi lain menjadi
prioritas program, kegiatan, dan kebutuhan tantangan yang harus dibangun dalam
pembangunan desa yang didanai oleh sinergisitas yang kolaboratif antar elemen
anggaran pendapatan belanja Desa swadaya masyarakat untuk mencapai visi dan misi
masyarakat desa dan /atau anggaran kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
pendapatan belanja daerah kabupaten/kota Dalam merealisasikan pembangunan
berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan desa agar sesuai dengan apa yang diharapkan
masyarakat desa. terdapat beberapa pendekatan dengan ciri-
Pembangunan desa sebagaimana ciri khusus, yang sekaligus merupakan
diatur dalam undang-undang Nomor 6 identitas pembangunan desa itu sendiri yaitu
Tahun 2014 tentang desa menentukan sebagai berikut:

124 Betha Rahmasari


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

1. Komprehensif multisektoral yang memberikan pelayanan administratif kepada


meliputi berbagai aspek, baik masyarakat. pada sisi lain, karena dekatnya
kesejahteraan maupun aspek arena, secara normatif masyarakat dapat
keamanan, dengan mekanisme dan menyentuh langsung serta berpartisipasi
sistem pelaksanaan yang terpadu dalam proses pemerintahan dan pemba-
antara berbagai kegiatan ngunan di tingkat desa. Dalam praktiknya,
pemerintahan dan masyarakat; antara warga dan aparatur desa mempunyai
2. Perpaduan sarana sektoral dengan keterkaitan yang dekat secara personal yang
regional dengan kebutuhan esensial mungkin diikat dengan tali kekerabatan atau
kegiatan masyarakat; ketetanggaan sehingga kedua unsur itu saling
3. Pemerataan dan perluasan menyentuh secara individu dalam wilayah
pembangunan keseluruhan yang lebih privat daripada publik. batas-
pedesaan termasuk desa-desa di batas urusan privat dan publik di desa sering
wilayah Kelurahan; tidak jelasSebagai contoh transparansi dan
4. Satu kesatuan pola dengan akuntabilitas.
pembangunan nasional dan regional Hal yang berkaitan dengan akuntansi
dan daerah pedesaan an dan daerah lintas publik yang merupakan isu yang
perkotaan serta antara daerah sangat penting bagi demokrasi pemerintahan
pengembangan wilayah sedang dan desa tetapi secara empirik akuntabilitas tidak
kecil; terlalu penting bagi seorang Kades. Ketika
5. Gerakan partisipasi, prakarsa, dan kades memainkan fungsi sosial dengan baik
swadaya gotong royong masyarakat kades cenderung mengabaikan akuntabilitas
serta mendinamisasi unsur-unsur di hadapan masyarakat, tidak perlu
kepribadian dengan teknologi tepat mempertanggungjawabkan program kegia-
waktu jadi, pembangunan desa itu tan dan keuangan. proses intervensi negara
harus meliputi berbagai aspek agar ke desa dan integrasi desa ke negara
sesuai dengan yang diinginkan.9 menjadikan kades lebih peka terhadap akun-
tabilitas administratif terhadap pemerintah
Desa dengan penyelenggaraan peme- supradesa daripada akuntabilitas politik pada
rintahan menjadi arena politik paling dekat basis konstituennya. Lemahnya transparasi
dengan relasi antar masyarakat dan dalam penyelenggaraan pemerintah Desa
pemegang kekuasaan atau perangkat desa. juga menjadi problem lain yang melengkapi
Pada satu sisi, perangkat desa menjadi lemahnya akuntanbilitas pemerintahan desa
bagian dari birokrasi negara yang yang bisa dilihat dari sisi kebijakan,
mempunyai daftar tugas kenegaraan, yakni keuangan, dan pelayanan administratif,
menjalankan birokratisasi pada tingkat pemerintah desa sudah mengaku berbuat
pemerintahan desa melaksanakan program secara transparan ketika melakukan
pembangunan, dan memberikan pelayanan sosialisasi kebijakan kepada masyarakat desa
administratif kepada masyarakat. tugas padahal sosialisasi adalah proses transparasi
penting pemerintahan desa adalah yang lemah karena proses komunikasinya
berlangsung satu arah dari pemerintah desa
9
C.S.T Kansil, Desa kita dalam peraturan
untuk memberi tahu atau informasi bahkan
Tata pembangunan desa (Jakarta: Ghalia Nasional,
1983). hanya untuk meminta persetujuan ataupun

Paradigma Pembangunan Desa 125


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

justifikasi dari warga. warga tidak tentang desa merupakan sebuah capaian
mempunyai ruang yang cukup untuk besar dalam proses berbangsa dan bernegara
memberikan umpan balik dalam proses di Indonesia. undang-undang ini membe-
kebijakan desa. pada satu sisi pengelolaan rikan arahan yang benar bagi proses pem-
keuangan dan pelayanan juga bermasalah bangunan di Indonesia dan menjadi harapan
warga desa umumnya tidak memperoleh besar bagi masyarakat desa titik desa sebagai
informasi secara transparan cara keuangan entitas yang mempunyai sifat dan ciri khas
dikelola. Seberapa besar keuangan desa yang yang dapat membangun desanya dengan
diperoleh dan dibelanjakan, atau bagaimana modal kekuatan dan perjuangan yang
hasil lelang tanah kas desa dikelola, dan dimiliki.
seterusnya. Berdasarkan pasal 1 undang-undang
Masyarakat juga tidak memperoleh Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa desa
informasi secara transparan tentang prosedur adalah desa adat atau desa yang disebut
dan biaya memperoleh pelayanan adminis- dengan nama lain selanjutnya disebut desa
tratif. lemahnya partisipasi masyarakat meru- adalah Kesatuan masyarakat hukum yang
pakan sisi lain dari lemahnya praktik memiliki batas wilayah yang berwenang
demokrasi di tingkat desa. hingga sekarang, untuk mengatur dan mengurus urusan
elit desa tidak mempunyai pemahaman yang pemerintahan dan kepentingan masyarakat
memadai tentang partisipasi. sebagai kepala setempat berdasarkan prakarsa masyarakat
desa, partisipasi adalah bentuk dukungan hak asal usul dan /atau hak tradisional yang
masyarakat terhadap kebijakan pemba- diakui dan dihormati dalam sistem
ngunan desa titik Pemerintah desa pemerintahan negara kesatuan Republik
memobilisasi gotong-royong dan swadaya Indonesia.
masyarakat untuk mendukung pembangunan Peraturan Pemerintah Nomor 43
desa, pada sisi lain pemerintah desa Tahun 2014 tentang Peraturan pelaksana
mempunyai organisasi dan birokrasi yang undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
sederhana para birokrat desa yaitu sekretaris tentang desa mengamanatkan bahwa
desa hingga kepala urusan bertugas pemberdayaan masyarakat desa bertujuan
membantu kepala desa dalam menjalankan memajukan Desa dalam melakukan aksi
urusan pemerintahan. sebagai abdi masya- bersama sebagai suatu kesatuan tata kelola
rakat perangkat desa bertugas melayani pemerintahan desa satu Lembaga Kemasya-
masyarakat 24 jam melalui pelayanan rakatan desa dan lembaga adat, serta
administratif hingga pelayanan sosial. kesatuan Tata ekonomi dan lingkungan.
Undang-undang Nomor 6 Tahun pemberdayaan masyarakat desa dilaksa-
2014 tentang desa hadir sebagai jalan baru nakan oleh pemerintah desa badan
bagi pembangunan harkat dan martabat desa. permusyawaratan desa, forum masyarakat
banyaknya nya regulasi, kebijakan, dan desa, Lembaga Kemasyarakatan Desa,
kultur harus diretasnya agar ia dapat tumbuh lembaga adat desa badan usaha milik desa,
dan berkembang sesuai dengan cita-citanya badan kerjasama antar desa, forum
dengan adanya undang-undang desa akan kerjasama desa dan kelompok kegiatan
menjadi payung keragaman desa di tanah air masyarakat lain yang dibentuk untuk
dengan segala kekhususannya paragraf mendukung kegiatan pemerintahan dan
undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 pembangunan pada umumnya.

126 Betha Rahmasari


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

Intisari pemberdayaan masyarakat partisipatif, dan akulturasi. pada pendekatan


desa adalah memfasilitasi proses belajar mobilisasi masyarakat yang menjadi sasaran
sosial yang menyatu dalam seluruh praktik tidak mempunyai andil apapun dalam
pembangunan di tingkat komunitas. fasilitas merencanakan pembangunan yang
yang dimaksud diberikan oleh tenaga dilakukan. pada pendekatan partisipatif
pendamping desa yang seluruh gerak perencanaan agents dan masyarakat
pendampingannya menyatu dalam tata bersama-sama merancang dan memikirkan
kehidupan masyarakat desa itu sendiri titik pembangunan yang diperlukan oleh
warga desa difasilitasi belajar untuk mampu masyarakat. dalam pendekatan akulturatif
mengelola kegiatan pembangunan secara masyarakat sasaran di bebaskan untuk
mandiri titik berbagai pelatihan dalam memilih apakah akan ikut terlibat dengan
beragam kegiatan capacity building program yang dirancang untuk mereka atau
Diberikan kepada masyarakat dan dikelola tidak.10 Ada 3 pilar Strategi Pembangunan
langsung oleh masyarakat sebagai bagian pedesaan sebagai landasan proses transfor-
proses pembelajaran sosial. masi sosial ekonomi masyarakat pedesaan.
Untuk menganalisis pembangunan Pertama, pengembangan kualitas
ekonomi daerah pedesaan terdapat empat sumber daya manusia yang dilaksanakan
model dalam menjelaskan pembangunan melalui kebijakan peningkatan akses
ekonomi pedesaan determinisme sumber keluarga untuk memperoleh pelayanan sosial
daya, daya tarik industri, kepercayaan diri dasar khususnya pelayanan pendidikan dan
dan pembangunan exurban. Menurut model kesehatan. Tujuannya untuk meningkatkan
determinisme sumber daya ekonomi produktivitas tenaga dan kualitas hidup
pedesaan tumbuh ketika sumber daya yang keluarga. pilar kedua, pemberdayaan
dapat dikembangkan ditemukan dan ekonomi rakyat yang dilaksanakan melalui
dieksploitasi. tingkat pembangunan kebijakan penyediaan akses kelompok usaha
ditentukan oleh base sumber daya nasional, masyarakat terhadap investasi kepemilikan
jarak dengan pusat kota terdekat, aset tanah masukkan sumber daya produksi,
dan permintaan sumber daya dari pusat Kota teknologi produksi/pertanian, dan lembaga
di dekatnya. model daya tarik industri ekonomi. tujuannya untuk menciptakan
menganalisis potensi sebuah tempat untuk peluang usaha, kesempatan kerja, dan
memikat industri luar melalui promosi dan pendapatan masyarakat yang terjamin. pilar
subsidi. model kepercayaan diri didasarkan ketiga, pengembangan kawasan permukiman
pada teori bahwa kemampuan, organisasi, yang dilaksanakan melalui kebijakan
dan pandangan penduduk menjadi landasan penataan ruang kawasan, pengembangan
bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat lahan, penyediaan pelayanan Perumahan
sedangkan model pembangunan exurban berikut sarana dan prasarana lingkungan
membawa penduduk pedesaan pada nilai- pilar ketiga ini bertujuan mengembangkan
nilai mengenai Tingkat kepadatan rendah kualitas kehidupan masyarakat dan
konservasi dan pemerintahan partisipatif. lingkungan pemukiman yang teratur dan
Dalam membangun masyarakat desa fungsional. kemajuan masyarakat pedesaan
Secara teoritis dapat dikategorikan menjadi
10
Sjafri Sairin, Perubahan sosial
tiga macam pendekatan pembangunan yang
masyarakat Indonesia: perspektif antropologi, Cet.
dilakukan oleh perencanaan yaitu mobilisasi, 1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).

Paradigma Pembangunan Desa 127


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

sangat tergantung pada keterampilan pembangunan kawasan perdesaan yang


pengetahuan dan kemampuan masyarakat berskala lokal wajib diserahkan pelaksanaan
dalam melakukan interaksi sosial adaptasi Kepada Desa dan atau kerjasama antar desa.
budaya baru dan adanya industrialisasi selanjutnya untuk menjamin terbangun
perdesaan melalui pemanfaatan teknologi.11 hubungan kerjasama yang baik dan
Pembangunan kawasan perdesaan bertanggung jawab perlu adanya sistem
merupakan perpaduan Pembangunan antar informasi desa.12 Bagian lain yang juga
desa dalam satu kabupaten/kota yang penting dalam pengelolaan keuangan desa
meliputi: adalah asas-asas pengelolaan keuangan desa.
1. Penggunaan dan pemanfaatan wila- Desa adalah asas-asas pengelolaan keuangan
yah desa dalam rangka penetapan desa. Asas hukum merupakan landasan yang
kawasan pembangunan dengan tata paling luas lahirnya suatu peraturan hukum.
ruang kabupaten atau kota; Selain disebut landasan, asas hukum disebut
2. Pelayanan dilakukan untuk mening- sebagai alasan bagi lahirnya peraturan
katkan kesejahteraan masyarakat hukum.13
perdesaan; Dari pengertian tersebut maka dapat
3. Pembangunan infrastruktur, pe- ditarik sebuah benang merah tentang tahapan
ningkatan ekonomi perdesaan, dan pengelolaan keuangan desa, yang terdiri dari
pengembangan teknologi tepat perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
guna; pelaporan, dan pertanggung jawaban.
4. Pemberdayaan masyarakat desa Pertama, perancangan the new
untuk meningkatkan akses terhadap approach to village planning pro-
pelayanan dan kegiatan ekonomi. vides a paradigm shift in the
traditional approach where the role of
the government is changed from that
Sedangkan maksud dan tujuan dari of governance to facilitation. It
pembangunan kawasan perdesaan adalah envisages a bottom-up approach
mempercepat pelayanan, masyarakat mela- whereby the users’ group themselves
lui pendekatan pembangunan partisipatif devide their work programme. 14
pembangunan kawasan perdesaan tersebut
dilaksanakan oleh pemerintah pemerintah Rencana merupakan alat bagi
daerah provinsi dan pemerintah daerah implementasi dan implementasi hendaknya
kabupaten atau kota melalui satuan kerja berdasarkan suatu rencana. Rencana
Perangkat daerah Pemerintah desa, dan /atau
12
BUMDesa dengan mengikutsertakan masya- Moch Solekhan, Penyelenggaraan
pemerintahan desa berbasis partisipasi
rakat desa titik terkait dengan pelaksanaan masyarakat, Edisi revisi, cetakan pertama (Malang:
pembangunan kawasan perdesaan tersebut Setara Press, 2014).
13
Fatkhurohman, “Pengaruh Otonomi
wajib mendayagunakan potensi sumber daya Daerah Terhadap Hubungan Pusat Dan
alam dan sumber daya manusia serta Pemerintahan Daerah Di Bidang Regulasi Untuk
mengikutsertakan Pemerintah desa dan Menangani Peraturan Daerah (Perda) Bermasalah,”
2010.
masyarakat desa lebih daripada itu, 14
J. Toupin dan G. Lamoureux,
“Coelomocytes of Earthworms: The T-Cell-like
Rosette,” Cellular Immunology 26, no. 1
11
Helmy Faishal Zaini, “Gerakan (September 1976): 127–32,
Membangun Desa,” Republika, 22 Januari 2011. https://doi.org/10.1016/0008-8749(76)90355-5.

128 Betha Rahmasari


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

didefinisikan sebagai keseluruhan proses pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan


pemikiran dan penetuan secara matang dari melalui rekening kas desa.
hal-hal yang akan dikerjakan di masa Ketiga, penatausahaan. Dalam pasal
mendatang dalam rangka mencapai tujuan 35 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
yang ditentukan. Perancanaan merupakan 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
fungsi organic pertama dari administrasi dan Keuangan Desa mengatur bahwa piñata-
manajemen. Alasannya ialah bahwa tanpa usahaan dilakukan oleh bendahara desa.
adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk Bendahara desa wajib melakukan pencatatan
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu setiap penerimaan dan pengeluaran serta
dalam rangka usaha mencapai tujuan.15 melakikan tutup buku setiap akhir bulan
Berdasarkan hukum administrasi secara tertib.
negara, rencana merupakan bagian dari Keempat. Pelaporan, dalam pasal 37
tindakan pemerintahan, suatu tindakan yang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
dimaksudkan untuk menimbulkan akibat- Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
akibat hukum. Rencana adalah keseluruhan Desa mengatur bahwa kepala desa
tindakan pemerintah berkesinambungan menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan
yang mengupayakan terwujudnya suatu APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa
keadaan tertentu yang teratur, keseluruhan laporan semester pertama dan laporan
itu disusun dalam format tindakan hukum semester akhir tahun. Laporan semester
administrasi, sebagai tindakan yang pertama berupa lapora realisasi APBDesa.
menimbulkan akibat-akibat hukum. Peren- Laporan realisasi pelaksanaan paling lambat
canaan merupakan bagian inheren dalam pada akhir bulan juli tahun berjalan. Laporan
setiap bentuk organisasi. Dengan kata lain, semester akhir tahun disampaikan paling
setiap organisasi pasti memiliki tujuan yang lambat pada akhir bulan Januari tahun
hendak dicapai, yang sebelumnya berikutnya.
dirumuskan dalam bentuk rencana-rencana. Kelima, pertanggungjawaban pasal
Bilamana ditinjau dari unsur-unsur 38 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
rencana, tahapan perencanaan dalam 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
pengelolaan keuangan desa ini telah Keuangan Desa mengatur bahwa kepala desa
memenuhi seluruh kualifikasi yang menyampaikan laporan pertanggungjawabn
ditentukan, meliputi : tertulis, keputusan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada
Bersama, dilakukan oleh pemerintahan Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran.
dalam hal ini pemerintahan desa, ditujukan Laporan pertanggungjawabn realisasi pelak-
untuk waktu yang akan datang dalam hal ini sanaan APBDesa, terdiri dari pendapatan,
tahun anggaran. belanja, dan pembiayaan. Laporan pertang-
Kedua, pelaksanaan dalam pasal 24 gungjawaban realisasi pelaksanaan APB-
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Desa ditetapkan dengan peraturan desa.
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Peraturan desa tentang laporan pertang-
Desa mengatur bahwa semua penerimaan gungjawaban realisasi pelaksanaan APB-
dan pengeluaran desa dalam rangka Desa dilampirkan.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun
15 2014 Tentang Desa, lahir dalam konfigurasi
H. R. Ridwan, Hukum administrasi
negara (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006). politik demokrasi, tetapi dalam

Paradigma Pembangunan Desa 129


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

kenyataannya bilaman melihat substansi berpola kemitraan akan berjalan efektif jika
khususnya berkaitan dengan pengaturan pemerintah di atas kabupaten dan pusat
pengelolaan keuangan desa beserta teknis memberi tempat dan membangun kerja sama
dalam peraturan pelaksanaannya sebagai- dan komunikasi secara lintas batas birokrasi
mana yang telah dianalisis sebelumnya “beyond system of government” (melapas-
ternyata lebih condong pada karakter produk kan diri dari kekuatan birokrasi), dalam
hukum konservatif/ortodoks/elitis. Produk penguatan sumber-sumber keuangan desa
hukum konservatif/ortodoks/elitis adalah diperlukan kemauan dan kemampuan
produk hukum yang isinya lebih lembaga bisnis swasta untuk ikut serta dalam
mencerminkan visi sosial elite politik dan kemitraan, serta ada prakarsa untuk memba-
lebih mencerminkan keinginan pemerintah.16 ngun sistem pengawasan sosial yang
Sifat teknis dalam pengelolaan melengkapi sistem tata pemerintahan
keuangan desa oleh pemerintah desa ini berbasis kemitraan.18
berimplikasi pada kinerja pemerintah desa Pendekatan baru melalui paradigm
yang disibukkan dengan hiruk pikuk teknis pedesaan memiliki beberapa faktor yaitu:
untuk memenuhi ketentuan peraturan Pertama, merupakan strategis pembangunan
perundang-undangan yang berlaku, mulai yang strategis mencakup wilayah luas
dari proses pengelolaan, pelaksanaan, berpengaruh langsung dan tidak langsung
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggung- terhadap kinerja perusahaan lokal. Kedua,
jawaban pengelolaan keuangan desa. fokus terbesar kepada asset-aset lokal dan
Padahal bilamana melihat kondisi eksisting pengetahuan serta sedikit perhatian kepada
yang ada tidak semua pemerintahan desa investasi lokal dan transfer. Ketiga,
ditunjang oleh kapasitas kepada desa dan merupakan pendekatan pemerintahan
perangkat desa yang mumpuni. Sehingga ini kolektif/negoisasi untuk urusan serupa yang
juga akan mempengaruhi ketercepatan visi meliputi pemerintahan lokal, regional,
reformasi desa yang telah dicanangkan oleh nasional, dan stakeholder lain dengan peran
pemerintah yang basis utamanya melalui pemerintah pusat yang tidak dominan.
pelaksanaan otonomi desa.17 paradigma baru pedesaan memiliki empat
aspek;tujuan;target sector kunci, perangkat
Paradigma Pedesaan (alat) utama, dan aktor kunci.
Beberapa hal penting yang dapat Dalam hal untuk mewujudkan desa
mempercepat proses transpormasi tata yang ideal terdapat beberapa aspek yang
pemerintahan desa kea rah otonomi, yaitu harus dikembangkan, yaitu:
tata pemerintahan desa yang baik sangat 1. Demokrasi di pedesaan. beberapa
tergantung pada kesiapan dan kemauan strategi yang dapat ditempuh untuk
komunikasi desa untuk menerapkan gagasan melakukan pencerahan civil society
kemitraan itu sendiri, tata pemerintahan desa Menuju demokratisasi pedesaan
(disamping pendidikan politik di
16
Moh Mahfud MD", Membangun politik
hukum, menegakkan konstitusi (Jakarta: Rajawali
18
Pers, 2010). Arya Hadi Dharmawan, “Konflik-konflik
17
Isharyanto dan Dila Eka Juli Prasetya, keuasaan dan otoritas kelembagaan lokal dalam
Hukum keuangan desa : mencari keseimbangan reformasi tata-kelola pemerintahan desa :
kewenangan pemerintah kabupaten/kota dan desa investigasi teoretik dan empirik” (PSPP IPB, 2006),
(Yogyakarta: Deepublish, 2017). http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/45073.

130 Betha Rahmasari


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

arah desa) diantaranya adalah demokrasi, kemandirian, partisipasi, kese-


pembenahan struktur, mekanisme, taraan, pemberdayaan, dan keberlanjutan.
dan sistem politik nasional atau undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
lokal. memiliki dua paradigma yaitu paradigma
2. Pemerintahan lokal berdaya dan rekognisi dan paradigma subsidiaritas. Titik
bersih paling tidak ada 4 aspek sejumlah paradigma ini menjadi inti spirit
yang harus diberdayakan pada diri pembangunan desa dalam undang-undang
penyelenggara pemerintahan yaitu tersebut titik pembangunan desa diharapkan
adanya usaha memisahkan kekua- pula dapat memberikan aura baru pemba-
saan, adanya usaha dan mendesen- ngunan desa yang lebih partisipatif dan
tralisasikan kebijakan, adanya akomodatif dalam penyampaian kemandirian
usaha untuk menyerap partisipasi dan kesejahteraan masyarakat di tengah
rakyat, dan adanya usaha untuk pengalaman ketidakadilan ketidakmerataan,
Memberikan pertanggungjawaban. serta kesenjangan dalam sejarah pemba-
3. Penegakan hukum. beberapa usaha ngunan bangsa khususnya dalam hubungan
yang dapat segera dilakukan dian- antara desa dengan pemerintah supradesa,
taranya pengembangan budaya non antara desa dan masyarakat desa.
KKN dan pengambilan tindakan
tegas bagi pelanggar hukum. DAFTAR PUSTAKA
4. Pendidikan politik di pedesaan.
Beberapa kegiatan yang seharusnya Basri, Yuswar Zainul, dan Mulyadi Subri.
Keuangan negara dan analisis
segera dilakukan oleh politik di
kebijakan utang luar negeri. Cet. 1.
Arah Desa diantaranya adalah Jakarta: RajaGrafindo Persada,
pembenahan jalur komunikasi ke 2003.
arah yang lebih tinggi dan Dharmawan, Arya Hadi. “Konflik-konflik
pendidikan politik ke arah desa. 19 keuasaan dan otoritas kelembagaan
lokal dalam reformasi tata-kelola
PENUTUP pemerintahan desa : investigasi
teoretik dan empirik.” PSPP IPB,
Pembangunan desa sebagaimana
2006.
diatur undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 http://repository.ipb.ac.id/handle/12
tentang desa menentukan sejumlah 3456789/45073.
paradigma pembangunan yang ditetapkan Fatkhurohman. “Pengaruh Otonomi
dalam undang-undang tersebut, antara lain Daerah Terhadap Hubungan Pusat
rekognisi Atau pengakuan terhadap hak asal Dan Pemerintahan Daerah Di
usul desa subsidiaritas keberagaman bukan Bidang Regulasi Untuk Menangani
Peraturan Daerah (Perda)
penyeragaman, kebersamaan, kegotong-
Bermasalah,” 2010.
royongan, kekeluargaan musyawarah, Isharyanto, dan Dila Eka Juli Prasetya.
19
Hukum keuangan desa : mencari
Kutut Suwondo, “Demokratisasi Di keseimbangan kewenangan
Pedesaan Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi
Lokal” (DPRD kabupaten Semarang Ungaran, 28
pemerintah kabupaten/kota dan
Februari 2000), desa. Yogyakarta: Deepublish,
https://id.scribd.com/doc/69395997/Demokratisasi- 2017.
Di-Pedesaaan-Dalam-Rangka-Otonomi-Daerah-
Kutut-Suwondo.

Paradigma Pembangunan Desa 131


Volksgeist
Vol. 3 No. 2 Desember 2020
DOI 10.24090/volksgeist.v3i2.4001

“Jafar et al. - KETAHAHANAN 1976): 127–32.


MASYARAKAT DESA.pdf,” t.t. https://doi.org/10.1016/0008-
Kansil, C.S.T. Desa kita dalam peraturan 8749(76)90355-5.
Tata pembangunan desa. Jakarta: Zaini, Helmy Faishal. “Gerakan
Ghalia Nasional, 1983. Membangun Desa.” Republika. 22
Mahfud MD", Moh. Membangun politik Januari 2011.
hukum, menegakkan konstitusi.
Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Mardiasmo. otonomi dan manajemen
keuangan daerah. Yogyakarta:
ANDI, 2004.
Paat, Evicka, Frans Singkoh, dan Yurnie
Sendow. “PERANAN KEPALA
DESA DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DI DESA
PONTAK KECAMATAN
RANOYAPO,” no. 2 (2017): 9.
Ridwan, H. R. Hukum administrasi
negara. Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2006.
Sairin, Sjafri. Perubahan sosial
masyarakat Indonesia: perspektif
antropologi. Cet. 1. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002.
Santoso, Purwo. Pembaharuan desa
secara partisipatif. Jakarta: pustaka
pelajar, 2003.
Solekhan, Moch. Penyelenggaraan
pemerintahan desa berbasis
partisipasi masyarakat. Edisi
revisi, Cetakan pertama. Malang:
Setara Press, 2014.
Suharto, Didik G. Membangun
Kemandirian Desa. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016.
Suwondo, Kutut. “Demokratisasi Di
Pedesaan Dalam Rangka
Pelaksanaan Otonomi Lokal.”
DPRD kabupaten Semarang
Ungaran, 28 Februari 2000.
https://id.scribd.com/doc/69395997
/Demokratisasi-Di-Pedesaaan-
Dalam-Rangka-Otonomi-Daerah-
Kutut-Suwondo.
“teori pembangunan.pdf,” t.t.
Toupin, J., dan G. Lamoureux.
“Coelomocytes of Earthworms:
The T-Cell-like Rosette.” Cellular
Immunology 26, no. 1 (September

132 Betha Rahmasari

Anda mungkin juga menyukai