Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Digitalisasi merupakan proses pengalihan informasi dalam bentuk analog ke
bentuk digital. Proses pengalihan, dilakukan dengan menggunakan teknologi
digital, sehingga informasi diperoleh dan ditransmisikan melalui peralatan dan
jaringan internet. 
Digitalisasi, pertama kali dikembangkan sebagai sistem numerik yang terus
menjadi sistem elektro mekanis komputer. Dalam pengembangan tersebut,
muncul teknologi komputer, yang akhirnya diperkenalkan oleh John Atanasoff
pada tahun 1939.
Pada tahun 1950, teknologi komputer yang muncul, mendorong proses
digitalisasi menjadi semakin cepat. Contoh pesatnya proses digitalisasi, ditandai
dengan munculnya komputer bermerk Simon pada tahun 1950, Apple II pada
tahun 1977 dan PC IBM pada tahun 1981 (Vogelsang, 2010). Selanjutnya, seiring
dengan pengembangan teknologi komputer, maka mulai muncul teknologi World
Wide Web (www). Jaringan tanpa batas yang disajikan oleh World Wide Web,
menembus batas ruang lingkup, dimensi, skala, kecepatan, serta efek digitalisasi
di dunia. Hal ini, tentu mengakibatkan peningkatan pesat pada proses transformasi
sosial (Khan, 2016).
Pada tahun 2000, digitalisasi telah menjangkau bagian dari kepentingan
pemerintahan. Penggunaan internet terus meningkat dan terjadi pada semua
golongan masyarakat maupun perbankan. Pemanfaatan teknologi, semakin
dirasakan para pelaku ekonomi / pelaku usaha, maupun perbankan, sebagai upaya
untuk memperbesar peluang ekonomi.
Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia khususnya di Sumatera Utara,
mulai dari awal tahun 2020, sangat memberikan dampak pada perubahan
keseluruhan pola aktivitas masyarakat dan para pelaku dunia usaha, maupun bagi
dunia perbankan. Sebelumnya, berbagai kegiatan dapat dilakukan secara bebas,
kini selain harus mematuhi protokol kesehatan, juga terdapat pembatasan
mobilitas, sehingga menjadi salah satu pendorong digitalisasi di hampir semua
sektor kehidupan masyarakat dan para pelaku dunia usaha, maupun bagi dunia
perbankan atau dengan kata lain mendorong digitalisasi di sektor ekonomi dan
keuangan, terutama di sistem pembayaran.
Digitalisasi sistem pembayaran, dinilai menjadi kunci untuk mendorong
pemulihan ekonomi nasional, terutama pada pelaku dunia usaha pada saat ini. Hal
tersebut, dilatarbelakangi dengan adanya kemudahan melalui penggunaan
teknologi, untuk memfasilitasi kegiatan transaksi masyarakat, terutama para
pelaku dunia usaha di tengah pandemi, yang dapat dilakukan di mana pun dan
kapan pun, sehingga nilai transaksi ekonomi dan keuangan digital di Indonesia,
khususnya di Sumatera Utara mengalami peningkatan.
Salah satu sistem pembayaran yang mendorong pemulihan ekonomi dan
keuangan di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara yaitu penggunaan QRIS
(Quick Respon Code Indonesian Standard). Hal ini terbukti dari catatan Bank
Indonesia Kantor Perwakilan Sumut bahwa hingga triwulan II 2022, sudah ada
435.804 pengguna baru dan jumlah merchant QRIS di Sumatera Utara telah
mencapai 836 ribu merchant.
Namun, penggunaan QRIS (Quick Respon Code Indonesian Standard) ini,
juga memiliki hambatan, walaupun memiliki peluang untuk mendorong perluasan
merchant dan peningkatan pengguna baru QRIS di Sumatera Utara baik dari sisi
masyarakat maupun perbankan, sehingga mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul Menganalisis Hambatan, Peluang dan Strategi Dalam
Mendorong Perluasan Merchant dan Peningkatan Pengguna Baru QRIS Di
Sumatera Utara Baik Dari Sisi Masyarakat Maupun Perbankan.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang tersebut, terdapat berbagai masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
a. Terdapat hambatan dalam mendorong perluasan merchant dan peningkatan
pengguna baru QRIS di Sumatera Utara Baik Dari Sisi Masyarakat Maupun
Perbankan.
b. Terdapat suatu peluang untuk memulihkan kondisi ekonomi dan keuangan
digital di Sumatera Utara melalui perluasan merchant dan peningkatan
pengguna baru QRIS di Sumatera Utara.
c. Memerlukan suatu strategi untuk mendorong perluasan merchant dan
peningkatan pengguna baru QRIS di Sumatera Utara Baik Dari Sisi
Masyarakat Maupun Perbankan.

1.3 Rumusan Masalah


Setelah dilakukan identifikasi masalah, selanjutnya dalam penelitian ini
dikemukakan perumusan masalah, yaitu : Apakah dengan melakukan analisis
terhadap hambatan dan peluang, serta menemukan strategi yang tepat, dapat
mendorong perluasan merchant dan peningkatan pengguna baru QRIS di
Sumatera Utara Baik Dari Sisi Masyarakat Maupun Perbankan?

1.3 Pemecahan Masalah


Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan tersebut, maka untuk
mengatasi permasalahan tersebut, dapat diterapkan suatu strategi yang tepat untuk
mendorong perluasan merchant dan peningkatan pengguna baru QRIS di
Sumatera Utara Baik Dari Sisi Masyarakat Maupun Perbankan.
Strategi atau Kebijakan yang digunakan untuk mengatasi hambatan yang
ada dalam mengoptimalisasikan penggunaan QRIS di Sumatera Utara, yaitu
sebagai berikut :
a. Melakukan peninjauan kembali mengenai batas maksimal nominal transaksi.
b. Meningkatkan keamanan infrastruktur sistem pembayaran dengan QRIS dan
melakukan sosialisasi kepada masyarakat (pengguna) agar berhati-hati dalam
melakukan transaksi dengan QRIS.
c. Peninjauan kembali biaya transaksi yang dirasakan masih memberatkan
masyarakat (pengguna).
d. Meningkatkan pemberian sosialisasi atau memberikan pemahaman (edukasi),
mengenai literasi keuangan digital di kalangan masyarakat Indonesia,
khususnya di Sumatera Utara, melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah kejuruan,
tempat kursus, pasar tradisional, tempat-tempat usaha, maupun universitas.
e. Meningkatkan pemberian sosialisasi atau memberikan pemahaman (edukasi),
mengenai QRIS di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di Sumatera
Utara, melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah kejuruan, tempat kursus, pasar
tradisional, tempat-tempat usaha, maupun universitas.
f. Percepatan pembangunan jaringan internet yang merata di seluruh wilayah
Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.

1.5 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui hambatan dan peluang, serta menemukan strategi atau
kebijakan dalam mendorong perluasan merchant dan peningkatan pengguna baru
QRIS di Sumatera Utara Baik Dari Sisi Masyarakat Maupun Perbankan

1.6 Manfaat Penelitian


a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan, serta menumbuhkan semangat
berwirausaha, terkait perluasan dan peningkatan QRIS di Sumatera Utara.
b. Bagi Masyarakat (Pengguna) Baru QRIS
Menambah wawasan dan pengetahuan, terkait penggunaan, perluasan
dan peningkatan QRIS di Sumatera Utara.
c. Bagi Pemerintah dan pihak Bank
Memudahkan melakukan pengawasan terkait digitalisasi sistem
pembayaran melalui QRIS dan mendorong pemulihan ekonomi dan keuangan
digital di Sumatera Utara.
d. Bagi Pelaku Usaha (Merchant)
Menambah wawasan dan pengetahuan, serta memudahkan dalam
melakukan transaksi secara cepat, tepat dan terkendali.
e. Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis


A. Definisi QRIS
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, QRIS pertama kali
diluncurkan pada 17 Agustus 2019 dan QRIS merupakan standar QR
Code untuk pembayaran digital melalui aplikasi uang elektronik server
based, dompet elektronik atau mobile banking, serta merupakan prodduk
kolaborasi antara Bank Indonesia bersama Asosiasi Sistem Pembayaran
Indonesia (ASPI), yang melibatkan 4 lembaga switching domestic 1.
Setiap penyedia Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) berbasis
QR (termasuk PJSP asing) wajib menggunakan QRIS. Hal ini telah diatur oleh
Bank Indonesia dalam PADG No.21/18/2019 tentang Implementasi Standar
Internasional QRIS untuk Pembayaran mulai 01 Januari 2020.

B. Jenis Pembayaran QRIS


Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, jenis pembayaran QRIS adalah
sebagai berikut :
 Merchant Presented Mode (MPM) Statis
Cara kerjanya : Merchant memajang satu sticker atau print-out QRIS dan
gratis. Kemudian, pengguna hanya melakukan scan, masukkan nominal,
masukkan PIN dan klik bayar. Notifikasi transaksi langsung diterima
pengguna ataupun merchant. QRIS MPM Statis, sangat sesuai bagi usaha
mikro dan kecil.
 Merchant Presented Mode (MPM) Dinamis
Cara kerjanya : QR dikeluarkan melalui suatu device, seperti mesin EDC
atau smartphone dan gratis. Merchant harus memasukkan nominal
pembayaran terlebih dahulu, kemudian pelanggan melakukan scan QRIS

1
Bank Indonesia, ‘Kanal Dan Layanan’, Bank Indonesia, 2019, p. 1
<https://www.bi.go.id/QRIS/default.aspx>.
yang tampil atau tercetak. QRIS MPM Dinamis, sangat sesuai untuk
merchant skala usaha menengah dan besar atau dengan volume transaksi
tinggi.
 Customer Presented Mode (CPM)
Cara kerjanya : Pelanggan menunjukkan QRIS yang ditampilkan dari
aplikasi pembayaran pelanggan untuk discan oleh merchant. QRIS CPM,
lebih ditujukan untuk merchant yang membutuhkan kecepatan transaksi
tinggi, seperti penyedia transportasi, parkir dan ritel modern.

C. Karakteristik QRIS
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, QRIS memiliki karakteristik
UNGGUL, yang merupakan singkatan dari :
 UNiversal, artinya QRIS dapat menerima pembayaran aplikasi pembayaran
apapun yang menggunakan QR Code, sehingga masyarakat tidak perlu
memiliki berbagai jenis aplikasi pembayaran.
 GampanG. Bagi masyarakat (pengguna), mengalami kemudahan, yaitu
tinggal scan, klik dan bayar. Bagi pihak merchant, juga mengalami
kemudahan, yaitu tidak perlu memajang banyak QR Code, cukup satu
QRIS, yang dapat dipindai menggunakan aplikasi pembayaran QR apapun.
 Untung. Bagi masyarakat (pengguna), yaitu dapat menggunakan akun
pembayaran QR apapun untuk membayar. Bagi pihak merchant, cukup
memiliki minimal 1 akun, untuk menerima semua pembayaran QR Code.
 Langsung. Pembayaran dengan QRIS langsung diproses, sehingga
pengguna (pengguna) dan merchant langsung mendapat notifikasi transaksi.

D. Tujuan Pembuatan QRIS


Tujuan utama dari diluncurkannya QRIS adalah untuk memudahkan
transaksi pembayaran secara digital, memudahkan pihak regulator (pemerintah)
dan perbankan, untuk mengawasi kegiatan transaksi pembayaran tersebut, serta
mendorong pemulihan perekonomian dan keuangan digital di Indonesia,
khususnya di Sumatera Utara.
E. Manfaat QRIS
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, ada beberapa manfaat QRIS, yaitu :
 Bagi pihak Merchant
 Penjualan berpotensi meningkat, karena dapat menerima pembayaran
berbasis QR apapun.
 Meningkatkan branding.
 Kekinian.
 Lebih praktis karena cukup menggunakan satu QRIS.
 Mengurangi biaya pengelolaan kas.
 Terhindar dari uang palsu.
 Tidak perlu menyediakan uang kembalian.
 Transaksi tercatat otomatis dan dapat dilihat setiap saat.
 Terpisahnya uang untuk usaha dan personal.
 Memudahkan rekonsiliasi dan berpotensi mencegah tindak kecurangan
dari pembukuan transaksi tunai.
 Membangun informasi credit profile untuk memudahkan memperoleh
kredit ke depannya.

 Bagi pihak Masyarakat (Pengguna)


 Cepat dan kekinian.
 Tidak perlu membawa uang tunai.
 Tidak perlu pusing memikirkan QR siapa yang terpasang.
 Terlindungi karena semua PJSP penyelenggara QRIS sudah pasti
memiliki izin dan diawasi oleh Bank Indonesia.

 Bagi pihak Perbankan Maupun Pemerintah


 Mencegah penipuan penggunaan uang palsu.
 Membantu melakukan pengawasan sistem pembayaran secara digital.
 Membantu memulihkan perekonomian dan keuangan digital.
F. Pihak atau Merchant Yang Sudah Menggunakan QRIS di Sumatera
Utara
Berdasarkan catatan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumatera Utara,
hingga triwulan II 2022, jumlah merchant QRIS di Sumatera Utara telah
mencapai 836 ribu merchant dan saat ini, sebanyak 66,77 persen (sekitar
558.3996 merchant) dari total merchant QRIS di Sumatera Utara merupakan
merchant berskala usaha mikro.
Dalam penggunaan QRIS di Sumatera Utara, Bank Indonesia
menargetkan ada 980 ribu pengguna baru pada tahun 2022 dan realisasi hingga
Juni 2022 sudah mencapai 44,47 persen (sekitar 435.804 pengguna baru).

G. Kelemahan Atau Hambatan Perluasan Merchant dan Peningkatan


Pengguna Baru QRIS di Sumatera Utara
 Nominal transaksi terbatas. Maksudnya bahwa ada batasan nominal yang
ditentukan untuk sekali transaksi QRIS. Dengan kata lain bahwa dalam
sekali transaksi, masyarakat (pengguna), hanya dapat bertransaksi maksimal
dua juta rupiah.
 Ancaman kejahatan digital. Maksudnya bahwa ancaman kejahatan tetap ada,
yaitu dalam bentuk kejahatan digital, walaupun masyarakat (pengguna),
menggunakan alat pembayaran bukan dengan uang tunai, sehingga
keamanan infrastruktur sistem pembayaran dengan QRIS, harus selalu
update dan masyarakat (penggunanya) harus bijak, agar tidak terkena
kejahatan digital, karena ancaman kejahatan digital ini selalu mengintai.
 Adanya biaya transaksi. Maksudnya bahwa biaya transaksi QRIS
dibebankan kepada merchant. Namun, biaya tersebut terhitung kecil apabila
dibanding GPN. Biaya transaksi ini adalah 0,7% dari transaksi, sedangkan
GPN adalah 1%.
 Tingkat literasi keuangan digital masyarakat di Indonesia, khususnya di
daerah terpencil dan kota-kota kecil di Sumatera Utara masih rendah.
 Sosialisasi penggunaan QRIS dinilai masih kurang.
 Konektivitas jaringan internet yang masih belum merata.
 Kepemilikan telepon genggam berbasis android, yang belum merata untuk
seluruh masyarakat.

H. Peluang Dan Strategi Dalam Mendorong Perluasan Merchant dan


Peningkatan Pengguna Baru QRIS di Sumatera Utara
Penggunaan QRIS di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, juga
memberikan peluang atau manfaat yang besar, untuk ke depannya bagi
masyarakat (pengguna), merchant dan pihak perbankan, dalam pemulihan
ekonomi dan keuangan di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.
Untuk mencapai hal tersebut, maka memerlukan suatu Strategi atau
Kebijakan agar penerapan QRIS dapat dilaksanakan secara optimal. Beberapa
Strategi atau Kebijakan tersebut, antara lain sebagai berikut :
 Melakukan peninjauan kembali mengenai batas maksimal nominal
transaksi.
 Meningkatkan keamanan infrastruktur sistem pembayaran dengan QRIS dan
melakukan sosialisasi kepada masyarakat (pengguna) agar berhati-hati
dalam melakukan transaksi dengan QRIS.
 Peninjauan kembali biaya transaksi yang dirasakan masih memberatkan
masyarakat (pengguna).
 Meningkatkan pemberian sosialisasi atau memberikan pemahaman
(edukasi), mengenai literasi keuangan digital di kalangan masyarakat
Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, melalui sosialisasi ke sekolah-
sekolah kejuruan, tempat kursus, pasar tradisional, tempat-tempat usaha,
maupun universitas.

 Meningkatkan pemberian sosialisasi atau memberikan pemahaman
(edukasi), mengenai QRIS di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di
Sumatera Utara, melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah kejuruan, tempat
kursus, pasar tradisional, tempat-tempat usaha, maupun universitas.
 Percepatan pembangunan jaringan internet yang merata di seluruh wilayah
Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.

2.2 Penelitian Yang Relevan


Dalam kajian penelitian yang sejenis ini, peneliti berpedoman pada penulisan
ilmiah yang sudah ada pada tahun-tahun sebelumnya, yang terdapat di situs
akademisi di internet. Berikut adalah penelitian sebelumnya yang sudah peneliti
rangkum sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Josef Evan Sihaloho, Atifah Ramadani dan Suci
Rahmayanti, dengan judul Implementasi Sistem Pembayaran Quick
Response Indonesia Standard Bagi Perkembangan UMKM di Medan.
Penelitian ini menjelaskan bahwa dengan adanya QRIS, dapat membantu para
pedagang UMKM mengalami perkembangan dan penerapan sistem pembayaran
QRIS untuk instrumen pembayaran berbasis server yang menggunakan QR
Code, telah dilakukan oleh beberapa pedagang UMKM di Medan 2.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rina Anesti Nasution, dengan judul Analisis
Persepsi Pedagang Pada Penggunaan Qris Sebagai Alat Transaksi UMKM
Di Kota Medan. Penelitian ini menjelaskan bahwa Penerapan QRIS sebagai
pendorong untuk mewujudkan visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025, dan
ketiga Persepsi Pedagang pada penggunaan QRIS sebagai alat transaksi
UMKM di kota Medan 3.
3. Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Arta Setiawan dan Luh Putu Mahyuni,
dengan judul QRIS di mata UMKM : Eksplorasi Persepsi dan Intensi
UMKM Menggunakan QRIS. Penelitian ini, menjelaskan bahwa intensi
UMKM menggunakan QRIS dibentuk oleh : (a) Persepsi Kegunaan, (b) Persepsi
Kemudahan, (c) Persepsi Pemahaman akan QRIS, (d) Pengaruh Pihak Luar yaitu
pembeli, teman dekat dan toko terkenal, (e) Persepsi Hambatan untuk

2
Jurnal Manajemen Bisnis and others, ‘Implementasi Sistem Pembayaran Quick Response Indonesia
Standard Universitas Sumatera Utara (1)(2)(3)’, 17.2 (2020)
<http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/>.
3
‘Analisis Persepsi Pedagang Pada Penggunaan QRIS Sebagai Alat Transaksi UMKM Di Kota Medan’.
menggunakan QRIS yaitu koneksi atau jaringan internet, biaya penggunaan dan
limit transaksi 4.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Hari Mantik, dengan judul Pengembangan
Quick Response Code Indonesian Standard Menggunakan Metode
Customer Presented Mode (Qris-Cpm), studi Kasus PT MTI. Penelitian ini,
menjelaskan bahwa QRIS bertujuan menciptakan persaingan yang sehat,
mendirikan kemitraan antar domain jasa keuangan dengan merchant sehingga
pasar semakin bertambah dan semakin merata 5.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Katherine Amelia Dyah Sekarsari, C. Dyah
Sulistyaningrum I, Anton Subarno, dengan judul Optimaslisasi Penerapan
Quick Rensponse Code Indonesia Standard (QRIS) Pada Merchant Di
Wilayah Surakarta. Penelitian ini, menjelaskan bahwa penerapan QRIS pada
merchant di Wilayah Surakarta mengalami peningkatan selama tahun 2020
sebanyak 276% 6. 

2.3 Kerangka Berpikir


Dalam melakukan analisis terhadap hambatan dan peluang terkait
penggunaan QRIS, dibutuhkan strategi atau kebijakan yang tepat, sehingga dapat
mendorong perluasan merchant dan meningkatkan pengguna baru (merchant) di
Sumatera Utara, baik dari sisi masyarakat maupun perbankan.
Adapun strategi atau kebijakan yang diharapkan akan dapat dijalankan
adalah sebagai berikut :
a. Melakukan peninjauan kembali mengenai batas maksimal nominal transaksi.
b. Meningkatkan keamanan infrastruktur sistem pembayaran dengan QRIS dan
melakukan sosialisasi kepada masyarakat (pengguna) agar berhati-hati dalam
melakukan transaksi dengan QRIS.

4
‘QRIS Di Mata UMKM  Eksplorasi Persepsi Dan Intensi UMKM Menggunakan QRIS’.
5
Hari Mantik, PENGEMBANGAN QUICK RESPONSE CODE INDONESIAN STANDARD MENGGUNAKAN
METODE CUSTOMER PRESENTED MODE (QRIS-CPM). STUDI KASUS PT MTI.
6
Jurnal Informasi and others, ‘OPTIMALISASI PENERAPAN QUICK RESPONSE CODE INDONESIA
STANDARD (QRIS) PADA MERCHANT DI WILAYAH SURAKARTA’, Jurnal Informasi Dan Komunikasi
Administrasi Perkantoran, 5.2 (2021) <http://jurnal.uns.ac.id/JIKAP>.
c. Peninjauan kembali biaya transaksi yang dirasakan masih memberatkan
masyarakat (pengguna).
d. Meningkatkan pemberian sosialisasi atau memberikan pemahaman (edukasi),
mengenai literasi keuangan digital di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya
di Sumatera Utara, melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah kejuruan, tempat
kursus, pasar tradisional, tempat-tempat usaha, maupun universitas.
e. Meningkatkan pemberian sosialisasi atau memberikan pemahaman (edukasi),
mengenai QRIS di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di Sumatera
Utara, melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah kejuruan, tempat kursus, pasar
tradisional, tempat-tempat usaha, maupun universitas.
f. Percepatan pembangunan jaringan internet yang merata di seluruh wilayah
Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.

Kerangka berpikir pada penelitian ini, dapat dijelaskan pada gambar berikut ini :

Pelaku Usaha di Pasar Kota Medan

Hambatan, Peluang Dan Strategi

QRIS sebagai sistem pembayaran digital

Analisis Deskriptif

Keterangan :
Dari bagan tersebut, dijelaskan bahwa alur penelitian ini adalah sebagai
berikut : (a) Penelitian ini dilakukan pada Pelaku Usaha (Merchant) yang ada di
Pasar Sei Sikambing, Medan, (b) melakukan analisis terhadap hambatan dan
peluang yang dialami oleh pelaku usaha (merchant) dalam menggunakan QRIS
sebagai sistem pembayaran digital, (c) menemukan strategi atau kebijakan yang
tepat untuk mengatasi hambatan yang ada.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Pasar yang ada di kota Medan.

3.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah pelaku usaha (merchant) yang diambil secara acak di
Pasar kota Medan berjumlah 30 orang.

3.3 Objek Penelitian


Yang menjadi objek penelitian ini adalah Hambatan, Peluang dan Strategi
yang akan digunakan untuk mendorong perluasan merchant dan peningkatan
pengguna baru QRIS di Sumatera Utara, khususnya di kota Medan.

3.4 Sumber Data Penelitian


Penelitian ini, menggunakan 2 jenis sumber data, yaitu sebagai berikut :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada
pihak pelaku usaha (merchant) yang ada di kota Medan dan dianggap relevan
dengan tujuan penelitian mengenai penggunaan QRIS sebagai sistem
pembayaran.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui penelusuran
berbagai referensi yang terkait atau sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak
lain, sehingga peneliti memanfaatkan data tersebut menurut kebutuhan
penelitian. Data sekunder penelitian ini, bersumber dari e-jurnal dan artikel
yang diakses dari media elektronik.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan (Observation)
Pengamatan (Observation) merupakan suatu teknik atau cara untuk
mengumpulkan data, dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung. Metode ini digunakan sebagai langkah awal dengan
melihat secara langsung objek penelitian, sehingga mendapatkan data yang
diperlukan.
Observasi dalam penelitian ini adalah melakukan pengamatan langsung
di lapangan mengenai hambatan dan peluang dalam penggunaan QRIS sebagai
sistem pembayaran transaksi yang ada di Pasar kota Medan.
b. Wawancara (Interview)
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi langsung dari
responden mengenai permasalahan yang dikaji melalui wawancara. Metode
wawancara ini, digunakan untuk mengetahui hubungan dengan sumber data,
melalui tanya jawab, sehingga mendapatkan informasi yang diperlukan.
Wawancara ini, dilakukan mendalam tetapi bersifat luwes, susunan kata-
kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara hambatan dan peluang dalam
penggunaan QRIS sebagai sistem pembayaran transaksi yang ada di Pasar kota
Medan.
c. Studi Pustaka
Studi Pustaka merupakan pengumpulan data yang dilakukan dalam
mempelajari referensi yang ada dari e-jurnal dan artikel, yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.

3.6 Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini, dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :
a. Reduksi Data
Proses reduksi data, dilakukan dengan menyeleksi, menyederhanakan
dan mentransformasikan data yang telah disajikan dalam bentuk catatan
lapangan.
b. Sajian Data
Sajian data merupakan kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif, dapat berupa teks
naratif berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik dan bagan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 30 sampel pelaku usaha


(merchant) yang ada di Pasar kota Medan, menunjukkan bahwa penggunaan QRIS
sebagai salah satu sistem pembayaran secara digital memiliki beberapa hambatan
(kendala). Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh pelaku usaha (merchant), yaitu
sebagai berikut :
1. Nominal transaksi yang terbatas, yaitu hanya sebesar Rp. 2.000.000.
2. Ancaman kejahatan digital.
3. Biaya transaksi yang cukup tinggi.
4. Pemahaman yang kurang memadai terkait penggunaan dan manfaat QRIS.
5. Koneksi internet yang sering terganggu.
6. Kemampuan mobile phone yang terkadang mengalami kesulitan dalam penggunaan
QRIS.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, pelaku usaha (merchant) juga memaparkan
bahwa dari penggunaan QRIS dalam bertransaksi, mereka juga merasakan beberapa
manfaat. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Sistem pembayaran yang dilakukan menjadi lebih mudah dan cepat.
2. Terhindar dari penerimaan uang palsu.
3. Penjualan mengalami peningkatan.
4. Terhindar dari rekayasa pencatatan hasil penjualan dan penerimaan kas.
5. Merasa aman, karena sistem pembayaran melalui QRIS dijamin oleh pihak Bank.
6. Up to date atau kekinian, sehingga meningkatkan citra baik pelaku usaha (merchant).
7. Terhindar dari kerepotan untuk menyediakan kembalian.
8. Transaksi tercatat secara otomatis dan dapat langsung dilihat.

Dari hambatan (kendala) yang dirasakan oleh pelaku usaha (merchant), maka
peneliti menyarankan beberapa strategi (kebijakan) untuk mengatasi hambatan
(kendala) tersebut. Beberapa strategi (kebijakan) tersebut, antara lain :
1. Pihak Bank Indonesia, perlu melakukan peninjauan kembali mengenai batas
maksimal nominal transaksi.
2. Pihak Bank Indonesia, perlu meningkatkan keamanan infrastruktur sistem
pembayaran dengan QRIS dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat (pengguna)
agar berhati-hati dalam melakukan transaksi dengan QRIS.
3. Pihak Bank Indonesia, perlu melakukan peninjauan kembali mengenai biaya
transaksi yang dirasakan pelaku usaha (mercant) dinilai terlalu tinggi.
4. Pihak Bank Indonesia maupun pihak pelaku usaha (merchant), perlu melakukan
sosialisasi terkait penggunaan dan manfaat QRIS ke sekolah-sekolah, universitas,
bursa kerja, kursus ataupun bimbingan belajar, baik sosialisasi secara langsung
maupun secara online melalui media sosial.
5. Perlu dilakukan peningkatan konektivitas jaringan internet.
6. Menggunakan QR Pembayaran, yang modenya melalui kode scan pelanggan atau
Customer Presented Mode (CPM).
Dari manfaat yang dirasakan oleh pelaku usaha (merchant), maka peneliti
memaparkan peluang positif dalam penggunaan QRIS kepada pelaku usaha (merchant).
Peluang tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1. Mendorong peningkatan semangat berwirausaha.
2. Meningkatkan penjualan dan pendapatan usaha.
3. Mendorong pertumbuhan pengguna baru (merchant).
4. Mendorong perkembangan teknologi digital, khususnya pada sistem pembayaran.
5. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan digital di Sumatera Utara.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, melalui observasi dan wawancara terhadap
pelaku usaha (merchant) yang ada di pasar kota Medan, maka penelitian ini sesuai
dengan penelitian sejenis sebelumnya.
BAB V
KESIMPULAN

Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, QRIS pertama kali diluncurkan pada 17
Agustus 2019 dan QRIS merupakan standar QR Code untuk pembayaran digital melalui
aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik atau mobile banking, serta
merupakan prodduk kolaborasi antara Bank Indonesia bersama Asosiasi Sistem
Pembayaran Indonesia (ASPI), yang melibatkan 4 lembaga switching domestik.
QRIS memiliki karakteristik UNGGUL, yang merupakan singkatan dari :
1. UNiversal, artinya QRIS dapat menerima pembayaran aplikasi pembayaran apapun
yang menggunakan QR Code, sehingga masyarakat tidak perlu memiliki berbagai
jenis aplikasi pembayaran.
2. GampanG. Bagi masyarakat (pengguna), mengalami kemudahan, yaitu tinggal scan,
klik dan bayar. Bagi pihak merchant, juga mengalami kemudahan, yaitu tidak perlu
memajang banyak QR Code, cukup satu QRIS, yang dapat dipindai menggunakan
aplikasi pembayaran QR apapun.
3. Untung. Bagi masyarakat (pengguna), yaitu dapat menggunakan akun pembayaran
QR apapun untuk membayar. Bagi pihak merchant, cukup memiliki minimal 1 akun,
untuk menerima semua pembayaran QR Code.
4. Langsung. Pembayaran dengan QRIS langsung diproses, sehingga pengguna
(pengguna) dan merchant langsung mendapat notifikasi transaksi.
Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh pelaku usaha (merchant) di pasar
yang ada di kota Medan, yaitu sebagai berikut :
1. Nominal transaksi yang terbatas, yaitu hanya sebesar Rp. 2.000.000.
2. Ancaman kejahatan digital.
3. Biaya transaksi yang cukup tinggi.
4. Pemahaman yang kurang memadai terkait penggunaan dan manfaat QRIS.
5. Koneksi internet yang sering terganggu.
6. Kemampuan mobile phone yang terkadang mengalami kesulitan dalam penggunaan
QRIS.
Pelaku usaha (merchant) yang ada di kota Medan, memaparkan bahwa dari
penggunaan QRIS dalam bertransaksi, mereka merasakan beberapa manfaat. Manfaat
tersebut, antara lain sebagai berikut :
1. Sistem pembayaran yang dilakukan menjadi lebih mudah dan cepat.
2. Terhindar dari penerimaan uang palsu.
3. Penjualan mengalami peningkatan.
4. Terhindar dari rekayasa pencatatan hasil penjualan dan penerimaan kas.
5. Merasa aman, karena sistem pembayaran melalui QRIS dijamin oleh pihak Bank.
6. Up to date atau kekinian, sehingga meningkatkan citra baik pelaku usaha (merchant).
7. Terhindar dari kerepotan untuk menyediakan kembalian.
8. Transaksi tercatat secara otomatis dan dapat langsung dilihat.

Dari hambatan (kendala) yang dirasakan oleh pelaku usaha (merchant) yang ada
di pasar kota Medan, maka peneliti menyarankan beberapa strategi (kebijakan) untuk
mengatasi hambatan (kendala) tersebut. Beberapa strategi (kebijakan) tersebut, antara
lain :
1. Pihak Bank Indonesia, perlu melakukan peninjauan kembali mengenai batas
maksimal nominal transaksi.
2. Pihak Bank Indonesia, perlu meningkatkan keamanan infrastruktur sistem
pembayaran dengan QRIS dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat (pengguna)
agar berhati-hati dalam melakukan transaksi dengan QRIS.
3. Pihak Bank Indonesia, perlu melakukan peninjauan kembali mengenai biaya
transaksi yang dirasakan pelaku usaha (mercant) dinilai terlalu tinggi.
4. Pihak Bank Indonesia maupun pihak pelaku usaha (merchant), perlu melakukan
sosialisasi terkait penggunaan dan manfaat QRIS ke sekolah-sekolah, universitas,
bursa kerja, kursus ataupun bimbingan belajar, baik sosialisasi secara langsung
maupun secara online melalui media sosial.
5. Perlu dilakukan peningkatan konektivitas jaringan internet.
6. Menggunakan QR Pembayaran, yang modenya melalui kode scan pelanggan atau
Customer Presented Mode (CPM).

Dari manfaat yang dirasakan oleh pelaku usaha (merchant), maka peneliti
memaparkan peluang positif dalam penggunaan QRIS kepada pelaku usaha (merchant).
Peluang tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1. Mendorong peningkatan semangat berwirausaha.
2. Meningkatkan penjualan dan pendapatan usaha.
3. Mendorong pertumbuhan pengguna baru (merchant).
4. Mendorong perkembangan teknologi digital, khususnya pada sistem pembayaran.
5. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan digital di Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA

‘Analisis Persepsi Pedagang Pada Penggunaan QRIS Sebagai Alat Transaksi UMKM
Di Kota Medan’
Bank Indonesia, ‘Kanal Dan Layanan’, Bank Indonesia, 2019, p. 1
<https://www.bi.go.id/QRIS/default.aspx>
Bisnis, Jurnal Manajemen, Bagi Perkembangan, Josef Evan Sihaloho, Atifah Ramadani,
and Suci Rahmayanti, ‘Implementasi Sistem Pembayaran Quick Response
Indonesia Standard Universitas Sumatera Utara (1)(2)(3)’, 17.2 (2020)
<http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/>
Informasi, Jurnal, Dan Komunikasi, Administrasi Perkantoran, Katherine Amelia, Dyah
Sekarsari, Cicilia Dyah, and others, ‘OPTIMALISASI PENERAPAN QUICK
RESPONSE CODE INDONESIA STANDARD (QRIS) PADA MERCHANT DI
WILAYAH SURAKARTA’, Jurnal Informasi Dan Komunikasi Administrasi
Perkantoran, 5.2 (2021) <http://jurnal.uns.ac.id/JIKAP>
Mantik, Hari, PENGEMBANGAN QUICK RESPONSE CODE INDONESIAN
STANDARD MENGGUNAKAN METODE CUSTOMER PRESENTED MODE
(QRIS-CPM). STUDI KASUS PT MTI
‘QRIS Di Mata UMKM Eksplorasi Persepsi Dan Intensi UMKM Menggunakan QRIS’

Anda mungkin juga menyukai