Disusun Oleh :
Kelas : PIAUD 6B
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN KELOMPOK BERMAIN ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Naila Fikrina Afrih Lia, M. Pd pada Mata kuliah Pembelajaran Kelompok Bermain. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN KELOMPOK BERMAIN. bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Naila Fikrina Afrih Lia, M. Pd. selaku
dosen pada Mata kuliah Pembelajaran Kelompok Bermain yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Pembahasan
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berada pada proses
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini mengisyaratkan bahwa anak usia dini adalah
individu yang unik yang memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif,
sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan
tahapan yang sedang dilalui oleh anak. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang system pendidikan nasional, anak usia dini ialah anak sejak lahir sampai usia
enam tahun. Pendidikan Anak Usia dini mengacu pada pendidikan yang diberikan
kepada anak usia 0-6 tahun atau sampai dengan 8 tahun.1
Kelompok Bermain (KB) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan PNF
yang memberikan layanan pada anak usia dini dengan menerapkan basis bermain
sambil belajar mengoptimalkan semua potensi anak umumnya memberikan layanan
untuk usia 2-4 tahun atau 1-4 tahun. Waktu pembelajaran 6 hari durasi 2,5 – 3 jam/hari.
Membina anak usia 2 - 4 Tahun, Dalam Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan pada
Kelompok Bermain yang diterbitkan pada tahun 2001 oleh Departemen Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa: Kelompok bermain merupakan salah satu bentuk
pendidikan prasekolah yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan luar sekolah
dengan mengutamakan kegiatan bermain yang bertujuan untuk membantu meletakkan
dasar pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan
oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar siap memasuki
pendidikan dasar, dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pembelajaran Kelompok bermain itu?
2. Bagaimana Implementasi Pembelajaran Kelompok bermain?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa itu Pembelajaran Kelompok bermain itu
2. Untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran Kelompok bermain
1
Suyadi, Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia, (Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2010), h.
194.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
2
Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), h. 15.
1
Pendidikan nonformal sebagai subsistem pendidikan nasional, mencakup pula
bentuk-bentuk pendidikan lainnya sepanjang pendidikan tersebut diselenggarakan di
luar subsistem pendidikan formal yang berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan
belajar masyarakat, seperti pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan anak usia dini
sebagai salah satu upaya pelaksanaan pembangunan sumber daya manusia. Dengan
demikian, pendidikan anak usia dini perlu lebih difokuskan pada upaya membantu anak
sehingga mereka senantiasa mau dan mampu belajar. Belajar di sini untuk
menumbuhkan dan membentuk potensi-potensi yang unggul dalam diri anak. Mengenai
pentingnya pendidikan bagi anak usia dini, senada dengan pernyataan yang berbunyi
“Secara ilmiah, perkembangan anak berbeda- beda, baik intelegensi, bakat, minat,
kreativitas, kematangan emosi, kepribadian, kemandirian, jasmani, dan sosial. Oleh
karena itu, anak memerlukan program pendidikan yang mampu membuka kapasitas
tersembunyi tersebut melalui pembelajaran yang bermakna sedini mungkin”.3
‘Kegiatan belajar’ yang dilakukan di dalam kelompok bermain kebanyakan
merupakan kegiatan bermain. Melalui permainan, anak-anak diarahkan untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mempelajari hal-hal baru yang akan
menjadi bekalnya memasuki pendidikan dasar nanti. Anak-anak dibimbing agar
kepribadian, kecerdasan, bakat, kemampuan, minat dan keterampilannya dapat
berkembang secara optimal. Kegiatan belajar di dalam kelompok bermain harus
bersifat menyenangkan dan tidak membebani si Kecil.4
Di dalam kelompok bermainnya, si Kecil akan dilatih kemandiriannya,
dikembangkan kemampuan emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik dan seni, serta
beradaptasi dengan wahana pembelajaran dan permainan. Saat ini, sudah banyak
kelompok bermain yang bilingual, tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia, tetapi
juga bahasa asing (misalnya bahasa Inggris) sebagai pengantarnya. Tidak ada salahnya
memasukkan si Kecil ke dalam kelompok bermain bilingual, asal di rumah ketrampilan
berbahasa asingnya juga terus dilatih sehingga si Kecil lebih terbiasa dengan bahasa
tersebut. Kalau begitu, si Kecil wajib ikut kelompok bermain? Jika Ibu merasa yakin
bahwa Ibu dan Ayah punya cukup waktu kemampuan, sarana, dan fasilitas untuk
mengajari si Kecil berbagai hal yang akan menjadi bekalnya masuk ke pendidikan
3
Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.20
4
Galuh, Panduan Pengembangan Kurikulum PAUD, (Solo: Solopos Ceria,2013), h. 4
2
dasar, mungkin si Kecil menjadi tidak wajib ikut kelompok bermain. Namun jika Ibu
dan Ayah sibuk bekerja, dan pengasuh yang menemani si Kecil di rumah tidak cukup
kompeten untuk membantu mengembangkan potensi si Kecil, mungkin memang si
Kecil sebaiknya mengikutinya sesuai usia kelompok bermain.5
5
Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak, (Yogyakarta: Remaja Rosdakarya, 2016), h.
17
6
Hamzah, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar MengajarYang Kreatif Dan Efektif,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 54
3
5) mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa;
6) meningkatkan pengetahuan atau pengalaman melalui kemampuan daya pikir;
7) mengembangkan koordinasi motorik halus dan kreatifitas dalam keterampilan
dan seni;
8) meningkatkan kemampuan motorik kasar dalam rangka kesehatan jasmani.”
4
Kurikulum merupakan salah satu aspek input (masukan) utama yang harus
diperhatikan oleh penyelenggara kelompok bermain. Kurikulum merupakan
seperangkat program, aturan atau pedoman dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan pada suatu lembaga. Kejelasan tujuan suatu lembaga pendidikan
akan lebih jelas lagi dan dapat dipahami dari aspek kurikulum yang dirancang
dan akan dilaksanakan. Dan aspek kurikulum, suatu lembaga dapat memberikan
gambaran umum tentang isi program dan kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan dan dikembangkannya.
5
Kualifikasi pendidik kelompok bermain sebaiknya minimal SLTA dan telah
memperoleh kegiatan sertifikasi sebagai guru atau pamong kelompok bermain
yang diselenggarakan pemerintah pusat atau pemerintah daerah melalui
departemen pendidikan nasional. Sertifikasi program dilaksanakan dengan
standar waktu yang identik dengan program diploma pada perguruan tinggi. Hal
ini perlu dipertimbangkan mengingat usia anak pada Kelompok Bermain dan
sarana yang berbasis pada lingkungan sekitar membutuhkan performansi dan
kreativitas guru atau pamong yang handal.7
7
Anisa, Pengelolaan pembelajaran di kelompok bermain (KB), (Yogyakarta: CV Media Kita,
2019), h.183
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ruang lingkup program kegiatan belajar kelompok bermain adalah Hapidin (2004: 15)
mengintegrasikan delapan aspek perkembangan atau kemampuan melalui : (1) Program
kegiatan belajar dalam rangka pembentukan perilaku yang antara lain meliputi keimanan dan
ketaqwaan, budi pekerti, sosial dan emosional, dan disiplin. (2) Program kegiatan belajar dalam
rangka pengembangan kemampuan dasar yang antara lain meliputi kemampuan berbahasa,
daya pikir, keterampilan dan seni, dan kesehatan jasmani. Pembentukan perilaku dan
pengembangan kemampuan dasar tersebut dicapai melalui tema-tema yang dikembangkan
sendiri oleh pendidik. Mengacu pada pendapat di atas maka pada intinya fungsi program
pembelajaran pada kelompok yaitu aspek program pembentukan perilaku anak dan aspek
pengembangan kemampuan dasar. Kedua rambu ini merupakan elemen dasar dalam rangka
pencapaian hasil belajar anak melaui aktivitas bermain.
7
DAFTAR PUSTAKA