Anda di halaman 1dari 6

Judul Buku : Chairul Tanjung si anak singkong 

Terbit : 2012
Penulis : Tjahja Gunawan Diredja
Penerbit : Buku Kompas
‘’WASIAT CHAIRUL TANJUNG’’
Nama Penulis : NELSON ELOVANI SINAGA (5203550005)

Nama Chairul Tanjung sudah tak lagi asing di Indonesia, ia adalah sosok penting yang
berperan di balik perusahaan CT Corp dan membawahi Mega Corp, Trans Corp dan CT Global
Resources. Ketiga perusahaan tersebut, bergerak dalam layanan finansial, ritel, media, gaya
hidup, hiburan dan juga sumber daya alam. Kesuksesan yang dimiliki oleh Chairul Tanjung
menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk memiliki karir yang sama. Sebagai seorang pebisnis,
Chairul Tanjung dikenal sebagai pengusaha bertangan dingin. CT Corp yang ia bangun terus
bertumbuh dan membuat Chairul Tanjung menjadi seorang konglomerat papan atas di Indonesia.
Chairul Tanjung lahir pada 18 Juni tahun 1962 di Gang Sepur, Kemayoran, Jakarta.

Chairul adalah putra dari pasangan Abdul Ghafar Tanjung dan Halimah. Ayahnya yaitu
Abdul Ghafar berasal dari Sibolga, Sumatera Utara dan berprofesi sebagai seorang wartawan
pada orde lama dengan menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Sementara itu, ibunya berasal
dari Cibadak, Jawa Barat, seorang ibu rumah tangga. Chairul Tanjung adalah enam bersaudara,
pada masa Orde Baru, usaha sang ayah dipaksa untuk berhenti dan tutup karena dianggap
berseberangan secara politik dengan penguasa pada saat itu. Keadaan tersebut memaksa kedua
orang tua Chairul Tanjung untuk menjual rumahnya, lalu mereka pun harus tinggal di kamar
losmen yang sempit. Tak terlahir dari keluarga kaya raya, Chairul Tanjung berhasil dan sukses
membuktikan bahwa siapa saja dapat mencapai kesuksesan yang diidamkan. Ia memiliki
julukan  ‘Si Anak Singkong’. Julukan tersebut sangat melekat pada diri Chairul Tanjung, julukan
tersebut melekat pada diri Chairul bukan karena makanan favoritnya adalah singkong, tetapi
karena julukan tersebut dikenal untuk mendeskripsikan orang pinggiran yang ada pada masa
tersebut. Chairul Tanjung sempat mengenyam pendidikan di SD Van Lith, Jakarta kemudian
lulus pada tahun 1975. Chairul pun kembali melanjutkan sekolahnya di SMP Van Lith Jakarta
kemudian lulus pada tahun 1978 dan ia melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Boedi
Oetomo, Jakarta kemudian lulus pada tahun 1981. Usai lulus SMA, Chairul Tanjung kemudian
melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia dan lulus di
tahun 1987. Selama menjalani kuliah di Kedokteran Gigi, Chairul Tanjung sempat menjalani
bisnis yaitu berjualan buku, usaha fotokopi bahkan hingga berjualan kaos. Selain itu, Chairul
Tanjung pun sempat menjadi penyedia peralatan laboratorium serta kedokteran di kawasan Pasar
Senen. Namun, usahanya tersebut berakhir bangkrut. Sejak kuliah, ia telah memulai bisnis
sehingga munculah naluri untuk berwirausaha. Chairul juga merasa bangga karena berhasil
meniti karier yang sangat berbeda dari pendidikan yang ia tempuh.

Chairul Tanjung telah memulai karier bisnisnya sejak ia masih kuliah. Pada mulanya, ia
hanya berjualan untuk membiayai kuliah saja. Bisnis yang ia lakukan adalah berjualan kaos
hingga membuka jasa fotokopi. Selain berjualan buku dan kaos, Chairul juga sempat membuka
toko yang menjual berbagai macam alat kedokteran serta alat-alat laboratorium, akan tetapi
bisnis tersebut pada akhirnya jatuh dan bangkrut. Setelah lulus dan menyelesaikan
pendidikannya di Universitas Indonesia, Chairul Tanjung mulai fokus untuk merintis bisnisnya.
Pada mulanya, Chairul Tanjung kemudian mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama dengan
ketiga rekannya pada tahun 1987. Dengan modal awal sebesar Rp 150 juta dari Bank Exim,
Chairul dan rekannya pun memproduksi sepatu anak-anak untuk kemudian diekspor. Chairul
berhasil mendapatkan pesanan sebanyak 160 pasang sepatu dari Italia, namun karena adanya
perbedaan visi mengenai ekspansi usaha, Chairul kemudian memilih untuk berpisah dari
rekannya dan kemudian mendirikan usahanya sendiri. Kemahiran Chairul dalam membangun
jaringan sebagai seorang pengusaha membuat bisnis yang ia bangun berhasil ia arahkan ke
konglomerasi. Dalam bisnis, ia mereposisikan dirinya dalam tiga bisnis inti yaitu bidang
keuangan ia mengambil alih Bank Karman pada tahun 1996 dan kini bernama Bank Mega. Baru
pertama kali diterimanya sebesar 15.000 itu dirasakan Chairul sebagai momentum
pembangkit kepercayaan diri selanjutnya. Menurut Pak Boy, Pak Chairul adalah sosok yang
struggle yaitu berjuang. Persahabatan yang begitu kental antara mereka terlihat dari Pak Chairul
yang begitu sering memakai mobil Pak Boy ketimbang Pak Boy sendiri. Beliau menyatakan
bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan (network) adalah penting.
Memiliki rekanan (partner) dengan baik diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya
kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi
Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang dikerjakan.
Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (baca: sepi pelanggan) maka jejaring bisa
diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah
penting.

Selain itu, Chairul Tanjung juga berhasil membuka bisnis toko di Bandung Supermall
dan berhasil membeli Bank Tugu yang kini namanya berubah menjadi Bank Mega Syariah
Indonesia. Di tangan Chairul Tanjung, Bank Mega perlahan-lahan mulai mendapatkan
keuntungan. Lalu pada tahun 2001, bank tersebut berhasil menawarkan sahamnya di Bursa Efek
Jakarta. Berikutnya, Bank Mega pun menjadi ‘tulang punggung; bagi Para Group, sebuah
perusahaan yang didirikan oleh Chairul. Chairul juga menamakan perusahaan tersebut dengan
nama Para Group. Perusahaan konglomerasi tersebut memiliki Para Inti Holdindo sebagai father
holding company yang pada akhirnya membawa beberapa sub holding yaitu Para Global
Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti
Propertindo (properti). Di bawah Para Group, Chairul memiliki beberapa perusahaan yang
bergerak di bidang finansial antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para
Multi Finance, Bank Mega, Mega Capital Indonesia, Mega Finance dan Bank Mega Syariah.
Sementara itu, pada bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para
Bandung Propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo dan Mega Indah
Propertindo. Pada bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans7, Trans TV,
Trans Fashion, Mahagaya Perdana, Trans Lifestyle dan Trans Studio. Khusus pada bisnis di
bidang properti, Para Group memiliki Bandung Supermall, yaitu sebuah mal dengan luas kurang
lebih 3 hektar yang menghabiskan dana sebesar Rp 99 miliar. Para Group juga meluncurkan
Bandung Supermall sebagai Central Business District pada tahun 1999. Sementara itu, pada
bidang investasi di awal 2010, Para Group melalui anak perusahaan yaitu Trans Corp membeli
sebagian besar saham Carrefour Indonesia yaitu sebanyak 40%. Seperti yang telah Grameds
ketahui bahwa Chairul Tanjung adalah sosok di balik berdirinya Trans TV.

Pada Agustus tahun 1998, stasiun televisi swasta nasional yang didirikan oleh Chairul
berhasil mendapatkan izin siaran. Lalu pada tahun 2006, perusahaan berhasil mengakuisisi TV7
milik Kompas Gramedia, lalu sejak saat itu, nama Trans TV pun berubah menjadi Trans7.
Kemudian, Chairul Tanjung memisahkan perusahaan dari sektor media di tahun 2013 dengan
mendirikan Trans Media. Lalu pada tahun 2018, Trans Media melalui Trans7, Trans TV dan
TransVision mendapatkan hak siaran Piala Dunia di Indonesia. Tidak berhenti disitu, Chairul
Tanjung terus memajukan bisnisnya di media, salah satunya dengan bekerja dengan agensi
terbesar di Korea Selatan yaitu SM Entertainment Kemudian, pada tanggal 1 Desember 2011,
Chairul Tanjung telah meresmikan perubahan Para Group menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari
tiga perusahaan sub holding yaitu Mega Corp, Trans Corp dan CT Global Resources yang
meliputi layanan finansial, ritel, media, hiburan, gaya hidup dan sumber daya alam. Selain
dikenal sebagai pebisnis sukses, Chairul Tanjung juga sempat menjabat sebagai Menko
Perekonomian pada 16 Mei 2014 ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih menjabat
sebagai Presiden Indonesia. Pada masa itu, SBY menunjuk Chairul Tanjung sebagai Ketua
Komite Ekonomi Nasional (KEN) sebagai Menko Perekonomian. Chairul saat itu menggantikan
Hatta Rajasa yang resmi mengundurkan diri.

Pelantikan Chairul Tanjung dilaksanakan oleh SBY di Istana Negara pada Senin, 19 Mei
2014 berdasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 2014. Sementara itu, Hatta Rajasa
mengundurkan diri karena maju menjadi calon wakil presiden dan mendampingi Prabowo
Subianto dalam pilpres tahun 2014 dengan dukungan dari Partai Gerindra, PKS, PAN, PPP dan
Golkar. Selain sempat menjabat sebagai Menko Perekonomian, Chairul Tanjung juga
dikukuhkan sebagai guru besar pada bidang ilmu Kewirausahaan Universitas Airlangga (Unair)
Surabaya pada 18 April tahun 2015. Pengukuhan tersebut dilaksanakan di ruang Garuda Mukti,
Gedung Rektorat, kampus C Unair. Dari pengukuhan tersebut, Chairul Tanjung pun menjadi
guru besar ke 438 Unair.

Di tahun 2010, sebuah majalah ternama asal Amerika yaitu Forbes, menempatkan
Chairul Tanjung sebagai salah satu orang terkaya di dunia, ia berhasil menempati urutan ke 937
dengan jumlah total kekayaan mencapai USD 1 miliar. Satu tahun kemudian, menurut Forbes
kekayaan Chairul telah meningkat lebih dari dua kali lipat dan jumlah kekayaannya mencapai
USD 2,1 miliar. Pada tahun 2014, Chairul memiliki kekayaan sebesar USD 4 miliar dan
membuat dirinya menjadi orang terkaya ke 375 di dunia. Pada tahun 2017, Chairul Tanjung
berhasil menduduki posisi keenam dari 286 orang terkaya di Indonesia. Bahkan menurut Forbes,
Chairul termasuk dalam kategori 10 orang terkaya di Indonesia. Jumlah kekayaan yang dimiliki
oleh Chairul Tanjung diperkirakan mencapai sebesar USD 4,9 miliar. Apabila dihitung dalam
rupiah, maka jumlah kekayaannya mencapai sekitar Rp 65,3 triliun rupiah. Sebagai seorang
pebisnis sukses, tentu saja karier dan pemikiran Chairul Tanjung banyak dicontoh, sebagai
inspirasi dan juga sebagai pemacu agar bisa mengikuti jejak kesuksesannya. Chairul Tanjung
sempat menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan merupakan
suatu hal yang penting. Oleh sebab itu, memilih rekan yang baik sangatlah diperlukan.
Membangun relasi tidak hanya pada perusahaan ternama saja, akan tetapi juga pada rekan-rekan
yang belum terkenal sekalipun. Menurut Chairul Tanjung, pertemanan yang baik akan dapat
membantu seseorang dalam berproses dan mengembangkan bisnis yang dikerjakan. Ketika
kondisi bisnis sedang tidak bagus atau sepi pelanggan, maka jejaring pun dapat diandalkan.
Menurut Chairul Tanjung berteman dengan seorang pengantar surat sama pentingnya dengan
berteman dengan orang-orang yang memiliki jabatan tinggi. Dalam hal investasi, Chairul
Tanjung memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal sekalipun dapat menjadi perusahaan yang
bersinergi dengan perusahaan multinasional. Chairul tidak pernah menutup diri untuk bekerja
sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Bagi Chairul, bekerja sama dengan
perusahaan multinasional luar negeri bukanlah suatu upaya untuk menjual negara. Akan tetapi
hal tersebut adalah upaya bagi perusahaan nasional agar dapat berdiri sendiri dan menjadi tuan
rumah di negaranya sendiri. Menurut Chairul, modal memanglah suatu hal yang penting untuk
membangun serta mengembangkan bisnis. Akan tetapi, kemauan serta kerja keras adalah hal
paling pokok yang harus dimiliki oleh seseorang yang memiliki keinginan untuk sukses.
Baginya, mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Selain itu, membangun
kepercayaan sama halnya seperti membangun integritas. Jadi, di sinilah peran penting dalam
berjejaring untuk menjalankan suatu bisnis. Dalam bisnis, Chairul mengungkapkan bahwa
generasi mudah sudah sepatutnya bersikap sabar serta mau menapaki tangga usaha satu persatu
dan tidak terburu-buru. Menurutnya, membangun suatu bisnis tidak semudah seperti membalikan
telapak tangan. Dibutuhkan sikap sabar dan tentunya tidak pantang menyerah. Jangan sampai
banyak pengusaha mudah yang mengambil jalan pintas karena menginginkan kesuksesan. Sebab
dalam dunia usaha, kesabaran menerapakan salah satu kunci utama untuk mencuri hati pasa

Membangun integritas merupakan suatu hal penting bagi seorang Chairul Tanjung, ketika
seorang manusia berusaha, seseorang tentunya ingin segera mendapatkan hasil dari usahanya.
Akan tetapi, tidak semua hasil dapat diterima dan tampak secara langsung dan instan. Selain
pemikiran-pemikirannya dalam hal bisnis maupun investasi, Chairul Tanjung tentu tidak hanya
menyimpan pemikiran dan prinsipnya tersebut. Akan tetapi, ia juga mewujudkannya dalam sikap
dan perbuatan sehingga berhasil menjadi seorang pebisnis sukses meskipun tidak terlahir dari
keluarga kaya raya. Chairul Tanjung tidak hanya sukses berbisnis pada sektor bank maupun
media saja, namun ia juga merambah ke beragam usaha lainnya seperti pembiayaan dan juga
asuransi. Di samping itu, Chairul Tanjung juga membuka usaha pada bidang properti. Bisnisnya
di bidang properti tersebutlah yang membuat Para Group milik Chairul Tanjung menjadi
perusahaan konglomerat yang besar di Indonesia. Chairul Tanjung adalah sosok pebisnis dengan
semangat dan komitmen tinggi. Menurutnya, pebisnis harus memiliki target kelas serta memiliki
sikap pantang menyerah. Kedua prinsip tetap menjadi pegangan bagi Chairul Tanjung, meskipun
ia sedang berada dalam keadaan sulit sekalipun. Komitmen Chairul Tanjung dapat dilihat dari
bagaimana ia menghadapi berbagai macam krisis, seperti krisis yang terjadi pada tahun 1998.
Pada masa tersebut, mayoritas pengusaha akan memindahkan investasi ke Singapura, akan tetapi
Chairul Tanjung tidak menyerah dan tetap bertahan di Bank Mega. Karena komitmennya saat
itu, Bank Mega bahkan mampu memberikan pinjaman uang ke bank lainnya ketika kondisi
ekonomi Indonesia sedang tidak stabil. Salah satunya adalah pinjaman yang diberikan pada Bank
BCA milik Salim Group dengan total pinjaman mencapai sekitar Rp 1,3 triliun. Ternyata dari
kejadian pada tahun 1998 dan komitmen yang dipegang oleh Chairul Tanjung untuk tetap
berinvestasi di Indonesia, berhasil memberikan jalan bagi Chairul untuk bekerja sama dengan
Salim Group dalam pengelolaan proyek Batam dan Singapura. Di samping itu pula, Chairul turut
bekerja sama dengan Sinar Mas Group. Tidak hanya itu, Chairul Tanjung juga berhasil membeli
mayoritas saham Astra dan akhirnya berhasil mengakuisisi mayoritas saham Carrefour yang
bernilai 40%.

Anda mungkin juga menyukai