0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan11 halaman
Analisis faktor penyebab keterlambatan pengiriman barang dengan menggunakan metode fishbone. Dokumen ini membahas tentang landasan teori kualitas pelayanan dan jasa serta lima dimensi utama kualitas pelayanan menurut Parasuraman yaitu keandalan, kecepatan tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik.
Analisis faktor penyebab keterlambatan pengiriman barang dengan menggunakan metode fishbone. Dokumen ini membahas tentang landasan teori kualitas pelayanan dan jasa serta lima dimensi utama kualitas pelayanan menurut Parasuraman yaitu keandalan, kecepatan tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik.
Analisis faktor penyebab keterlambatan pengiriman barang dengan menggunakan metode fishbone. Dokumen ini membahas tentang landasan teori kualitas pelayanan dan jasa serta lima dimensi utama kualitas pelayanan menurut Parasuraman yaitu keandalan, kecepatan tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik.
2.1.1 Kualitas Kata kualitas memiliki banyak defenisi yang berbeda dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Defenisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti performansi (performance), keandalan (reability), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics), dan sebagainya (Gaspersz, 2001). Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary) yang dijelaskan oleh Vincent Gaspersz (2001), kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirement). Kualitas pelayanan menjadi penting karena akan berdampak langsung kepada perusahaan. Jika kualitas pelayanan perusahaan baik, maka akan tercapai kepuasan pelanggan. Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa yang diperlihatkan oleh seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesan terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dengan harapannya. Jika pelanggan merasa puas maka konsumen akan menjadi pelanggan setia. Menurut Garvin (1988) sebagaimana yang dijelaskan oleh Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra dalam Service, Quality Satisfaction (2007), perspektif kualitas bisa diklasifikasikan dalam lima kelompok: transcendental approach, product-based approach, user-based approach, manufacturing-based approach, dan value-based approach. Dalam penelitian Gita Gowinda Kirana (2010) menyatakan kualitas sistem berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna. Jika sistem yang digunakan cepat, handal, mudah, fleksibel, dan aman dalam melindungi data pengguna, maka pengguna akan merasa puas. Livari (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi kualitas sistem dipahami oleh pemakai maka semakin sering mereka menggunakan sistem tersebut dan semakin puas mereka terhadap sistem. Pemakai sistem dalam meningkatkan kinerjanya mengharapkan sebuah sistem yang berkualitas untuk memanfaatkan sistem tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Tjiptono (2007) yang mengatakan kualitas berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan dorongan khusus bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan perusahaan. Ikatan emosional semacam ini memungkin perusahaan untuk memahami dengan seksama haapan dan kebutuhan spesifik pelanggan. Pada gilirannya, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman yang kurang menyenangkan. Dalam bukunya service, quality satisfaction (2007) Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra mengatakan bahwa produktivitas selalu dikaitkan dengan kualitas dan profitabiltas. Meskipun demikian, ketiga konsep ini memiliki penekanan yang berbeda-berbeda: 1. Produktivitas menekankan pemanfaatan (utilisasi) sumber daya, yang sering diikuti dengan penekanan biaya dan rasionalisasi modal. Fokus utamanya terletak pada produksi/operasi. 2. Kualitas lebih menekankan aspek kepuasan pelanggan dan pendapatan. Fokus utamanya adalah customer utility. 3. Profibilitas merupakan hasil dari hubungan antara penghasilan (income), biaya, dan modal yang digunakan. Perspektif tradisional sering hanya berfokus pada pencapaian produktivitas dan profibilitas dengan mengabaikan aspek kualitas. Hal ini bisa mengancam survivabilitas jangka panjang perusahaan. Dalam konteks kompetisi global di era pasar bebas ini, setiap perusahaan harus bersaing dengan para pesaing lokal dan global. Peningkatan intensias kompeisi menuntut setiap perusahaan untuk selalu memperhatikan dinamika kebutuhan, keinginan dan preferensi pelanggan serta berusaha memenuhinya dengan cara-cara yang lebih efektif dan efesien dibandingkan para pesaingnya.perhatian perusahaan tidak lagi hanya terbatas pada produk (barang atau jasa yang dihaslkan) semata, tetapi juga pada aspek proses, sumber daya manusia, dan lingkungan. Dengan demikian, hanya perusahaan yang benar-benar berkualitas yang dapat memenangkan persaingan dalam pasar global. 2.1.2 Pelayanan Jasa Pelayanan (customer service) secara umum adalah setiap kegiatan yang diperuntukkan atau ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan, melalui pelayanan ini keinginan dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi. Dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pelayanan adalah sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain, sedangkan melayani yaitu membantu menyiapkan (membantu apa yang diperlukan seseorang). pada hakekatnya pelayanan adalah serangkaian kegiatan yang merupakan proses. Sebagai proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat, proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain. Menurut R.A Supriyono pelayanan adalah kegiatan yang diselenggarakan organisasi menyangkut kebutuhan pihak konsumen dan akan menimbulkan kesan tersendiri, dengan adanya pelayanan yang baik maka konsumen akan merasa puas,dengan demikian pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menarik konsumen untuk menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani dalam Manajemen Pemasaran Jasa (2006). Mengatakan bahwa jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa (service) itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi (personal service) sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang berusaha mendefinisikan pengertian jasa. Berikut adalah beberapa diantaranya: A service is an activity or a series of activities which take placel in interaction with a contact person or physical machine and which provides consumers satisfaction (Lehtinen, 1983) A service is any activity of benefit that one party can effer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production may or may not be tied to a physical product (Kotler, 1988) A service is an activity or series of activity of more or less intangible nature that normally, but not necessarily, take place in intraction between the customer and service employees and/or physical resources or good /or system of the sevice provider, which are provided as solutions to customer problems (Gronroos, 1990). Jadi, pada dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang dihasilkan bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) konsumen. Tidak jauh berbeda dengan definisi diatas, Kotler (1994) mendefinisikan jasa sebagai berikut: setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produksi jasa bias berkaitan dengan produk fisik atau sebaliknya. Terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya sebagai berikut (Parasuraman dkk, 1988 yang dikutip oleh Huesin Umar, 2006) : 1. Reabilitas (reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati. 2. Daya Tanggap (responssiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat. 3. Jaminan (assurance), yakni perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan. 4. Empati (empaty), berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannnya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. 5. Bukti fisik (tangible), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan. Dimensi-dimensi kualitas jasa tersebut telah banyak dipakai dalam mengukur kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggannya. Kelima dimensi ini disebut juga dimensi SERVQUAL. SERVQUAL didasarkan pada asumsi bahwa konsumsi pelanggan membandingkan kinerja jasa pada atributatribut relevan dengan ideal untuk masing- masing atribut jasa. Apabila kinerja sesuai dengan atau melebihi standar, maka persepsi atas kualitas jasa secara keseluruhan akan positif dan sebaliknya. Menurut Jhon Sviokla salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Keberhasilan perusahaan dalam memberikan layanan yang berkualitas pada pelanggannya, pencapaian pangsa pasar yang tinggi, serta peningkatan laba perusahaan laba perusahaan tersebut sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Salah satu cara untuk melakukan perbaikan atau peningkatan kualitas dalam suatu perusahaan adalah dengan menggunakan metode fishbone. Metode fishbone dapat menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. 2.1.3 Metode Fishbone Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tikyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart. Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang – orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah menggunakan diagram tulang ikan. Fungsi dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebabpenyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya . Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang mungkin” dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan. Penerapan diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya masalah khususnya di perusahaan layanan jasa dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya.
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang releven terkait penelitian ini adalah: 1) Penelitian yang dilakukan oleh Somadi (2020:92) menyimpulkan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa jenis keterlambatan yang sering terjadi yakni keterlambatan pengiriman barang. Keterlambatan pengiriman barang disebabkan oleh over pekerjaan yang mengakibatkan penundaan rencana stuffing, staf yang kurang fokus mengakibatkan kesalahan dalam menginformasikan shipping instruction kepada EMKL, terlambat mendapat informasi stock harian gudang sehingga terlambat booking kapal, tidak menginformasikan ulang kepada EMKL atas ketersediaan trucking yang dipesan sehingga kekurangan armada trucking, dan menumpuknya dokumen di ruang kerja. Adapun rencana tindakan perbaikan guna meminimalisir terjadinya keterlambatan pengiriman barang yaitu pertama, menambah pekerja untuk membantu meringankan pekerjaan pada saat over pekerjaan. Kedua, karyawan harus tetap fokus walaupun banyak dokumen yang dikirimkan kepada EMKL sesuai dengan instruksi pembagian order dari atasan dan sebaiknya karyawan menyelesaikan satu tugas terlebih dahulu sebelum mengerjakan tugas lain sehingga penyelesaian tugas dilakukan secara bertahap. Ketiga, menjalin interaksi yang aktif antara staf administrasi pengiriman dengan admin gudang supaya segera mendapat informasi stock gudang. Keempat, staf administrasi pengiriman mengkonfirmasi ulang kepada pihak EMKL untuk kesiapan trucking pengiriman dihari berikutnya. 2) Penelitian yang dilakukan oleh Hari Sopan (2010:93) menyimpulkan bahwa factor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan pada proses pengiriman barang di PT. Indah Cargo, terutama pada keterlambatan pengiriman barang adalah: sumber daya manusia, armada pengangkut, lingkungan kerja.
2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bagi industri jasa, pada saat ini penerapan manajemen kualitas juga telah menjadi kebutuhan pokok apabila ingin bersaing dalam pasar global maupun pasar domestik Indonesia. Tuntutan konsumen terhadap tingkat pelayanan yang diberikan pada produsen semakin meningkat. Hal ini dikarenakan banyaknya perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang yang sama, sehingga memberikan banyak pilihan bagi pelanggan untuk memilih pelayanan yang lebih baik. Perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi tingkat pengajuan klaim yang disampaikan konsumen. Selain itu pengetahuan mengenai tingkat kepuasan yang dirasakan konsumen perlu diketahui untuk melihat atribut pelayanan yang masih kurang memuaskan sehingga perusahaan dapat memaksimalkan pelayanannya. Salah satu metode untuk meganalisa factor penyebab keterlmbatan barang ialah Diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap orang atau organisasi/perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi 2.4. Hipotesis Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir dan hasil-hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Adanya Faktor Penyebab Keterlambatan Pengiriman Barang di Perusahaan.X dengan Menggunakan Metode Fishbone”
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional