Anda di halaman 1dari 22

2.

Decibel, Unit-Unit Turunannya,


dan Aplikasinya
(Lanjutan)

Misfa Susanto

Jurusan Teknik Elektro


Fakultas Teknik
Universitas Lampung
2.7 dB Diaplikasikan terhadap Kanal
Suara (Voice Channel)
 Aplikasi umum melalui jaringan telekomunikasi
adalah kanal suara / Voice Channel (VF channel).

 Voice Channel => kanal analog (Analog Channel)


=> sesuatu yang telinga kita dapat mendengarnya.

 Ketika bekerja dengan voice channel ada sejumlah


aspek yang harus kita pertimbangkan.

 Kita akan melihat aspek-aspek ini dengan melihat


respon frekuensi (frequency response) melalui
kanal suara yang didefinisikan dengan baik (well-
defined voice channel).
2.7 dB Diaplikasikan terhadap Kanal
Suara (Voice Channel)

 Kanal suara dasar:

band frekuensi inklusif di mana loss


dengan melihat frekuensi, turun sebesar
10 dB relatif terhadap frekuensi referensi
=> Nilai ini diaplikasikan ketika melihat
ke arah subscriber dari sentral lokal yang
melayani. Melihat ke arah jaringan dari
sentral lokal yang melayani, nilai turun
sebesar 3 dB.
2.7 dB Diaplikasikan terhadap Kanal
Suara (Voice Channel)

 Dua definisi yang agak berbeda


untuk voice channel:
 North America: 200 Hz sampai 3300 Hz
(Frekuensi Referensi, 1000 Hz)
 CCITT: 300 Hz sampai 3400 Hz
(Frekuensi Referensi, 800 Hz)

 Kadang-kadang disebut kanal suara


nominal 4-kHz (4-kHz Voice
Channel), atau “3-kHz channel”.
2.7 dB Diaplikasikan terhadap Kanal
Suara (Voice Channel)

 Ketidaksempurnaan voice channel:


 Noise (derau)
 Sesuatu yang mengganggu pendengar

 Dapat membuat informasi tidak dapat


dipertukarkan atau sirkit telephone terputus
 Distorsi amplitudo (Amplitude Distortion)
 Definisi: Variasi dari level (amplitudo)
terhadap frekuensi melalui “passband”
frekuensi atau band yang diamati/diminati
 Seringkali dikuantifikasi sebagai variasi level
ketika dibandingkan terhadap level pada
frekuensi referensi
2.7 dB Diaplikasikan terhadap Kanal
Suara (Voice Channel)
oWeighting Curve
• “shaped” kanal suara (voice channel) sebagai
fungsi dari frekuensi dan gangguan (“annoyance”)
• Digunakan oleh Insinyur Transmisi pada desain
dari sebuah sistem untuk noise level yang sama
sepanjang voice channel

 Dua tipe “weighting”


untuk voice channel:
 C-Message, digunakan
di North America
 Psophometric
weighting,
direkomendasikan oleh
CCITT
2.7 dB Diaplikasikan terhadap Kanal
Suara (Voice Channel)
 Weighting Response and Flat Response
 Gambar C.1 = Weighted Response
 Flat Response, berkenaan dengan Voice Channel, memiliki
respon low-pass jatuh 3 dB pada 3 KHz dan turun 12 dB per
oktaf (oktaf berarti duakali frekuensi) =>Jatuh 15 dB pada
6 KHz, 27 dB pada 12 KHz dan seterusnya.
 Istilah flat berarti respon yang sama sepanjang sebuah
band frekuensi
 Biasanya di laboratorium kita memberikan “white noise”
sebagai input pada network dan output yang terukur harus
memiliki level yang sama untuk frekuensi berapapun.
 White Noise: sebuah sinyal yang berisi komponen-
komponen dari semua frekuensi pada passband tertentu.
 Gambar C.1 = tidak Flat
2.7 dB Diaplikasikan terhadap Kanal
Suara (Voice Channel)
 Noise pada Voice Channel
 Untuk telefoni suara => harus diambil ke dalam perhitungan faktor
pengganggu dari noise terhadap telinga manusia
 Ketika mengukur noise pada voice channel => lihat kanal
keseluruhan
 Umumnya, noise lebih menggangu pendengar pada frekuensi
tertentu/frekuensi referensi (800 Hz atau 1000 Hz) daripada pada
frekuensi lainnya
 Maka telah dikembangkan unit pegukuran noise yang telah diboboti
(weighted) => ada 2 unit, yaitu:
 C-message weighting, menggunakan unit dBrnC
 Psophometric weighting, lebih umum menggunakan unit numerik
“picowatt (pWp) psophometrically weighted”
 Catatan penting:
 sinyal terendah yang dapat didengar oleh manusia adalah -90 dBm
(800 atau 1000 Hz)
 Semua unit-unit noise terbobot (turunan dari dB) harus positif
 Sebuah kanal terbobot memiliki noise yang lebih kecil daripada
sebuah kanal tak terbobot
 C-message weighting memiliki noise 2 dB lebih kecil dari kanal flat
 Psophometric weighted channel memiliki 2,5 dB lebih kecil dari kanal
flat
2.7 dB Diaplikasikan terhadap Kanal
Suara (Voice Channel)
 Ilustrasi dari noise weighting dan “noise advantage”
 Sekitar “2-dB advantage” untuk C-message response dibandingkan
flat response
 Untuk psophometric weighting = “2.5 dB advantage”

Noise
Advantage

 dBrnC: unit pengukuran noise terbobot yang digunakan di North


America. Dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut:
0 dBrnC = -92 dBm (dengan pembebanan white noise
pada keseluruhan voice channel)
2.7 dB Diaplikasikan terhadap Kanal
Suara (Voice Channel)
 Hubungan-hubungan penting:
0 dBrnC = -90 dBm (1000-Hz toned)
 Dari gambar C.1 dan C.2:

 Tabel berikut menunjukkan hubungan yang dicakup untuk flat dan


unit-unit noise terbobot
2.8 Rugi-rugi Penyisipan (Insertion Loss) dan
Penguatan Penyisipan (Insertion Gain)

 Istilah yang memberikan informasi penting tentang “two-


port network” (jaringan dua-terminal) yang ditempatkan
pada sebuah rangkaian.
 Two-port berarti memiliki sebuah input (port) dan sebuah
output (port).
 Sering dinyatakan “Loss” dan “Gain” saja.
 Contoh kasus:
 Anggap kita memiliki sebuah sirkit sederhana yang
diterminasikan dengan impedansi karakteristiknya, Z0,serperti
ditunjukkan dibawah ini

 Kemudian kita menyisipkan sebuah two-port network ke


dalam sirkit yang sama seperti berikut ini:
2.8 Rugi-rugi Penyisipan (Insertion Loss) dan
Penguatan Penyisipan (Insertion Gain

 Untuk kasus “insertion loss” => misal device atau


network adalah sebuah “attenuator” (peredam), seperti
waveguide, mixer dengan loss, atau device merugi
(lossy device) lainnya.
 Anggap,
 p2: daya yang diserahkan ke beban ZL (dengan disisipkan
Network)
 p0: daya daya tanpa Network
 Rasio dari p0 terhadap p2 yang diekspresikan dalam dB
disebut insertion loss dari network:
Insertion Loss (dB) = 10 log (p0/p2)
 Jika ZL = Z0, ekspresi insertion loss sebagai rasio
tegangan adalah:
Insertion Loss (dB) = 20 log (E0/E2)
 Jika Network memiliki “Gain”, seperti amplifier,
persamaan menjadi insertion gain:
Insertion Gain (dB) = 10 log(p2/p0)
 Atau untuk kasus tegangan:
Insertion Gain (dB) = 20 log (E2/E0)
2.9 Return Loss
 Ingat!! (Dari Teori Rangkaian Listrik/Saluran
Transmisi)
“Untuk mencapai transfer daya maksimum pada
sebuah rangkaian elektronik/saluran transmisi,
maka impedansi output dari sebuah
network/device harus sama dengan impedansi
dari device atau saluran transmisi yang
dihubungkan ke output port.”

 Return Loss menyatakan seberapa baik


penyesuaian impedansi ini => seberapa dekat
impedansi-impedansi tersebut menjadi sama
(dalam Ohm)
2.9 Return Loss

 Misal Z0 = 600 Ohm


Return Loss = 20 Log [ (Zn+Z0)/(Zn-Z0)]
 Kasus I. Zn=600 Ohm => kasus ideal
Return Loss=20 log[(600+600)/(600-600)]
= ~ => Perfect Match
(penyesuaian sempurna)
 Kasus II. Zn=700 Ohm
Return Loss=20 log [(700+600)/(700-600)]
=22,2 dB
 Nilai Return Loss yang baik = 25 dB – 35 dB.
Untuk Hybrid Jaringan Telephon, return loss dalam
orde 11 dB
2.10 Level Daya Relatif: dBm0,
pWp0,dan lain-lain

2.10.1 Definisi Level Daya Relatif

 Definisi oleh CCITT:


“rasio, (dalam dB), antara daya dari sebuah
sinyal pada sebuah titik pada sebuah kanal
transmisi dan daya yang sama pada titik yang
lain pada kanal yang dipilih sebagai sebuah
titik referensi, biasanya titik asal dari kanal.”

 Biasanya kita gunakan frekuensi referensi 800


Hz atau 1000 Hz
2.10 Level Daya Relatif: dBm0,
pWp0,dan lain-lain

2.10.2 Definisi Titik Referensi Transmisi


 Definisi oleh CCITT:
“daerah asal dua-kawat (two-
wire origin) dari sirkit
interlokal (long-distance
[toll] circuit)”
 Biasanya kita gunakan frekuensi
referensi 800 Hz atau 1000 Hz
Level Relatif

Titik Referensi transmisi/


titik level relatif nol

 Beban konvensional yang


digunakan untuk perhitungan
noise pada sistem carrier
multikanal bersesuaian terhadap
level daya relatif absolut dari -15
dBm pada titik T.
2.10 Level Daya Relatif: dBm0,
pWp0,dan lain-lain

Konsep-Konsep Penting Lainnya:


 0 TLP (zero test level point) => all-digital network

 Pada “toll telephone practice”, biasanya kita


mendefinisikan “toll transmitting switchboard sebagai
titik referensi atau titik “zero transmission level”
2.10 Level Daya Relatif: dBm0,
pWp0,dan lain-lain

 Menentukan magnitudo sinyal pada titik manapun


pada sebuah sistem:

Sx = S0 + Lx
Sx: magnitudo pada sebuah titik (dBm)
Lx: Level sinyal pada titik tersebut (dB)
S0: magnitudo sinyal pada 0 TLP (dBm)

 pWp0=>Konotasi sama seperti diatas, tetapi


digunakan sebagai level (terboboti) noise absolut
2.10 Level Daya Relatif: dBm0,
pWp0,dan lain-lain

 Digital Level Plan


2.11 dBi
 Digunakan untuk mengkuantifikasi gain dari
antena
 Kepanjangan dari dB di atas (di bawah) sebuah
isotropik (isotropic)
 + (tanpa plus) => di atas isotropik
 - (tanda minus) => di bawah isotropik
 Isotropik: antena referensi imajiner dengan gain
uniform (uniform gain) dalam semua arah tiga
dimensi => memiliki gain 1 atau 0 dB
 Dalam praktek komersial, semua antena memiliki
gain positif, dan biasanya dinyatakan hanya dB
saja.
 Contoh: antena parabola memiliki gain 15 dBi ~
lebih dari 60 dBi
2.11 dBd
 Unit dB yang lain untuk mengukur gain antena

 Kepanjangan dari dB relatif terhadap sebuah


dipole

 Banyak digunakan pada teknologi radio


seluler/PCS

 Dibandingkan terhadap sebuah isotropik, unit dBd


memiliki gain 2,15 dB lebih besar dari sebuah
isotropik

 Contoh: +2 dBd = +4,15 dBi


2.11 EIRP
 EIRP: Effective Isotropically Radiated Power

 Digunakan untuk mengekspresikan seberapa


banyak daya yang terpancar diradiasikan pada
arah yang diharapkan.

 Unit pengukurannya adalah dBW atau dBm:

EIRP (dBW) = Pt (dBW) + LL (dB)+ antenna gain (dBi)

dimana:
 Pt: daya output dari pemancar/transmitter (dalam
dBW atau dBm)
 LL: rugi-rugi saluran transmisi (dalam dB)
 antenna gain: gain dari antena yang digunakan
(dalam dB)

Anda mungkin juga menyukai