Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perguruan Tinggi merupakan jenjang lanjutan pendidikan formal yang
diharapkan menghasilkan sumber daya manusia yang mempunyai pola pikir dan
kompetensi agar mampu bersaing di dunia kerja dengan bekal pengetahuan yang
didapat selama kegiatan pembelajaran di Perguruan Tinggi. Salah satu kegiatan
pembelajaran di Perguruan Tinggi adalah dalam bentuk mata kuliah kerja praktik.
Kegiatan kerja praktik merupakan salah satu bagian yang penting dari proses
pendidikan pada Jurusan Teknik Pertambangan yang bertujuan untuk memberikan
gambaran nyata dan pengalaman praktis kepada mahasiswa dilapangan mengenai
permasalahan serta gambaran sistem yang ada di dunia kerja/perusahaan. Selain
itu, melalui proses Kerja Praktik, mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori
dengan keadaan nyata yang ada di lapangan. Pelaksanaan kerja praktik
dilaksanakan pada perusahaan serta jenis pekerjaan yang sesuai serta relevan
dengan profesi Sarjana Teknik Pertambangan.
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk merupakan salah satu pabrik semen yang
ada di indonesia. PT Semen Baturaja (Persero) Tbk ini memiliki satu lokasi pabrik
utama yang terdapat di Kota Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU),
Provinsi Sumatera Selatan. Di dalamnya terdapat dua Packing Plant (pabrik
pengepakan) yaitu pabrik di Kecamatan Kertapati, Kota Palembang, Provinsi
Sumatera Selatan dan Kecamatan Panjang, Kota Lampung, Provinsi Lampung.
Salah satu kegiatan pertambangan batu kapur pada PT Semen Baturaja (Persero)
Tbk adalah pengupasan lapisan tanah penutup (Overburden) yang diawali dengan
penggalian dan pengangkutan menuju area penimbunan (Disposal). Pengupasan
lapisan tanah penutup (Overburden) merupakan kegiatan yang sangat
mempengaruhi dalam kegiatan tambang terbuka (Open Pit Mining) makin cepat
kegiatan pengupasan tanah penutup maka kegiatan selanjutnya akan semakin
cepat, pengupasan tanah penutup juga dilakukan dengan kemampuan produksi
sesuai alat mekanis yang digunakan. Penggalian, pemuatan dan pengangkutan
tanah penutup (Overburden) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang,

1
pekerjaan utama di dalam kegiatan tersebut adalah menggali, memuat,
memindahkan, membongkar muatan, dan kembali ke kegiatan awal. Batu kapur
yang digunakan sebagai salah satu bahan baku utama dalam pembuatan semen
yang ditambang dengan menggunakan metode penambangan Quarry, dengan
menerapkan dua kegiatan yang berbeda yaitu kegiatan peledakan dan kegiatan
yang menggunakan alat bernama surface miner untuk Quarry batu kapur.
Target produksi pengupasan tanah penutup di PT Semen Baturaja (Persero)
Tbk perbulan adalah 42.424,36 bcm/bulan namun dari hasil analisis di atas
didapat produktivitas excavator dan dump truck masing-masing sebesar 38.902,7
bcm/bulan dan 13.598,64 bcm/bulan. Berdasarkan perhitungan produktivitasnya
bisa diketahui bahwa target produksi sebesar 42.424,24 bcm/bulan tidak tercapai
dan dari nilai match factor didapat 0,34 yang berarti nilai MF˂1, sehingga dapat
disimpulkan bahwa alat muat excavator menunggu alat angkut dump truck. Dari
perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa adanya ketidakserasian antara alat
angkut dan alat muat yang digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang akan dibahas pada kerja praktik ini adalah:
1. Bagaimana aktivitas penambangan batu kapur yang berada di tambang
Baturaja 1 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
2. Bagaimana produktivitas alat gali muat dan angkut pada pengupasan tanah
penutup di tambang Baturaja 1 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
3. Bagaimana Produksi overburden di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari kerja praktik adalah untuk mengamati, menggali
pengetahuan dan pengalaman serta pengaplikasian ilmu-ilmu dalam perkuliahan
dengan dibimbing langsung oleh Pembimbing Lapangan, serta menambah
wawasan dalam dunia kerja
Tujuan dari dilakukannya praktik kerja lapangan di PT Semen Baturaja
(Persero) Tbk adalah sebagai berikut :

2
1. Mengetahui proses penambangan batu kapur di tambang PIT Baturaja 1
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.
2. Mengetahui produktivitas alat gali, muat dan angkut pada pengupasan
tanah penutup (overburden) di tambang Baturaja 1 PT Semen Baturaja
(Persero) Tbk
3. Mengetahui produksi overburden di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari dilakukannya praktik kerja lapangan di PT Semen
Baturaja (Persero) Tbk adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman di
dunia pertambangan.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Perusahaan


Sejarah sebelum dimulainya proses penambangan batu kapur di PT Semen
Baturaja (Persero) Tbk bermula pada tahun Pada Tahun 1964 oleh Badan
Direktorat Geologi yang mengadakan survey disekitar daerah Baturaja Kabupaten
Ogan Komering Ulu (OKU). Survey tersebut berlanjut dilakukan pada awal tahun
1973, guna menunjang pengembangan industri semen dalam negeri, maka
Direktorat Geologi, Dirjen Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan
Umum, Departemen Pertambangan Republik Indonesia melakukan penelitian atas
deposit (kandungan bahan galian batu-batuan) di daerah Airlaya Dusun Sukajadi
Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan.
Rencana pendirian PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Diprakarsai dengan
survei yang dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Pertambangan Umum
Departemen Pertambangan pada tahun 1964 tentang bahan-bahan galian berupa
batu kapur serta tanah liat yang berlokasi di Desa Pusar Baturaja, Ogan Komering
Ulu (OKU).
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian tersebut, maka dilakukan sebuah
studi kelayakan (feasibility study) oleh PT. Semen Padang (Persero) untuk
mendirikan pabrik semen dengan rencana kapasitas produksi sebesar 500.000 ton
semen per tahun. Dari studi kelayakan tersebut diperoleh kepastian untuk
mendirikan sebuah pabrik semen di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu
(OKU), Provinsi Sumatera Selatan yang kemudian dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Diumumkan dalam tambahan Berita Negara RI No.2 tanggal 7 Januari 1975
dengan komposisi pemegang saham PT. Semen Padang (Persero) sebesar
55% dan PT. Semen Gresik (Persero) sebesar 45%
2. Pada tahun 1978 PT. Semen Baturaja resmi menjadi Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) dengan adanya penyertaan saham dari Pemerintah RI
berdasarkan PP No. 10 tahun 1978 dengan Akta Notaris Hadi Moentoro,
SH. No. 12 tanggal 19 Agustus 1980, dengan komposisi pemegang saham

4
yaitu Pemerintah RI sebesar 88%, PT. Semen Padang (Persero) sebesar 7%,
PT. Semen Gresik (Persero) sebesar 5%
3. Pada tahun 1991, berdasarkan PP No.3 Tahun 1991 dan Akta No.70 tanggal
15 Oktober 1991 yang dibuat dihadapan Imas Fatimah, SH, Notaris di
Jakarta, PT. Semen Baturaja (Persero) resmi menjadi milik Pemerintah RI
sepenuhnya dengan penguasaan saham sebesar 100%, dimana saham-saham
milik PT. Semen Padang (Persero) dan PT. Semen Gresik (Persero) telah
diambil alih oleh Pemerintah RI.
Pada tahun 2013, PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk telah menjadi
Perseroan Terbuka “Tbk”, berdasarkan surat persetujuan DPR RI No.
PW/01916/DPR RI/II/2013 tanggal 19 Februari 2013 dan PP No. 39 Tahun 2013
tanggal 21 Mei 2013 tentang perubahan struktur kepemilikan saham negara
melalui penerbitan dan penjualan saham baru pada perusahaan perseroan
(persero), beserta Akta No. 21 tanggal 14 Maret 2013 yang dibuat dihadapan
Fathiah Helmi, S.H. Notaris di Jakarta, dengan struktur pemegang saham adalah
Pemerintah RI sebesar 76,24 % dan Publik sebesar 23,76 %. Kondisi pabrik PT
Semen Baturaja (Persero) Tbk dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Pabrik PT Semen Baturaja (Persero) Tbk

5
2.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan posisi pada
perusahaan didalam melaksanakan kegiatan operasional dalam mengejar target
yang diinginkan. Struktur Organisasi dengan jelas memberi pemisahan kegiatan
pekerjaan diantara yang satu dengan yang lain serta bagaimana hubungan kegiatan
dibatasi. Struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang
siapa melapor kepada siapa, dengan demikian pertanggung jawaban apa yang
akan di kerjakan.
Struktur organisasi perseroan memberlakukan sistem struktur organisasi
yang dinamis, efisien dan efektif sesuai dengan perkembangan industri guna
mencapai pertumbuhan kinerja yang optimal.
Jajaran Direksi PT Semen Baturaja (Persero) Tbk meliputi Direktur
Produksi dan Pengembangan bertanggung jawab atas mining division. Struktur
organisasi mining division dapat dilihat pada gambar 2. Division mining dipimpin
oleh Vice President of mining division, Vice President of mining division memiliki
tiga departemen berada dibawahnya yaitu departmen mining exploration yang
membawahi Exploration Geologist dan Database and administration, Departmen
mining plan and operation yang membawahi section mining plan dan section
mining operation, dan section mining SHE yang membawahi Mining Safety dan
Mining Health dalam menjalankan fungsi kerja di perusahaan.

Gambar 2. Struktur Organisasi Division Mining


(Sumber : PT Semen Baturaja (Persero) Tbk)

6
2.3 Geologi Regional
2.3.1 Topografi
Secara umum, wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu memiliki daerah
yang berbukit-bukit dengan ketinggian yang berbeda, umumnya berbukit rendah
dengan ketinggian yang bervariasi antara 40 m sampai 60 m di atas permukaan air
laut. Wilayah kuasa penambangan batu kapur yang dikelola ole PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk terdapat pada lampiran A. Bagian selatan mengalir Sungai
Ogan yang memiliki ketinggian 30 m di atas permukaan air laut. Lokasi
penambangan batu kapur dan clay untuk kebutuhan pabrik terletak lebih kurang
1.500 meter dari lokasi pabrik PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk.

2.3.2 Struktur Geologi


Struktur geologi yang terdapat di daerah ini termasuk ke dalam cekungan
Sumatera Selatan. Cekungan ini merupakan hasil dari kegiatan tektonik yang
berkaitan erat dengan penunjaman lempeng Indo-Australia, sehingga terjadi
penuruan (depression), pengangkatan dan perlipatan yang membentuk suatu
struktur lipatan dan patahan. Struktur geologi yang mendominasi daerah ini
adalah lipatan berupa sinklin dan antiklin. Sinklin lebih mendominasi
dibandingkan antiklin, sinklin berupa cekungan yang memperlihatkan batuan pada
Formasi Baturaja yang didominasi oleh batu gamping terumbu, kalkerenit dengan
sisipan serpih gampingan dan napal, merupakan formasi batuan sedimen berumur
miosen awal hingga miosen tengah. Daerah baturaja banyak dilalui oleh sungai.
Penggolongan batu kapur pada formasi Baturaja berkembang di sekitar
pegununungan Gumai serta antiklin Baturaja berumur Miosen Tua, dimana
ditemukan fosil-fosil petunjuk yang diperkirakan mempunyai ketebalan lebih dari
300 meter. Terdapat dua formasi yang ada di daerah Pusar yaitu Formasi Baturaja
dan Formasi Gumai, Formasi Baturaja memiliki ketebalan antara 60 – 100 meter.
Formasi tersebut terdiri dari batu kapur terumbu, sisipan serpih kapuran dan
napal. Batuan Baturaja berwarna putih sampai kuning pucat dan berangsur gelap
menjadi abu-abu ke arah dalam. Batu kapur berkulitas tinggi terdapat di daerah
pusar, juga ditemukan material-material pelengkap seperti alumina, silika yang

7
juga berdekatan dengan Formasi Baturaja. Dapat dilihat peta geologi lembar
baturaja pada gambar 3.

Gambar 3. Peta Geologi Lembar Baturaja


(Sumber : PT Semen Baturaja (Persero) Tbk)

2.3.3 Stratigrafi
Secara umum, sedimentasi di Cekungan Sumatera Selatan terjadi dalam dua
fase transgresi dan regresi (Koesoemadinata, 2010), yaitu sebagai berikut :
1. Fase transgresi di Cekungan Sumatera Selatan ditandai dengan pengendapan
Kelompok Telisa Secara tidak selaras di atas batuan Pra-Tersier. Selama
fase pengendapan yang terjadi pada fase transgresi, penurunan dasar
cekungan lebih cepat daripada proses sedimentasi, sehingga terbentuk
urutan fasies non marin, transisi, laut dangkal dan laut dalam.
2. Fase regresi di Cekungan Sumatera Selatan ditandai dengan pengendapan
Kelompok Palembang. Fase ini merupakan kebalikan dari fase transgresi,
dimana pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan penurunan dasar
cekungan, sehingga terbentuk urutan fase laut dangkal, transisi dan non
marin. Formasi Baturaja memiliki umur Miosen Awal-Miosen Tengah
bagian bawah. Stratigrafi daerah penelitian dilampirkan.

8
2.4 Iklim dan Curah Hujan
Di industri pertambangan iklim dan cuaca memiliki pengaruh terhadap
jalannya aktivitas produksi, wilayah Baturaja termasuk ke dalam daerah yang
yang beriklim tropis, dengan suhu udara berkisar antara 26,10C-28,40C . Untuk
suhu udara maksimum berkisar diantara 320C dan suhu udara minimum berkisar
antara 23,00C-25,40C. Cuaca yang tidak menentu akan menyebabkan produksi
terhambat sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Curah hujan pada tahun
2020 dapat dilihat pada gambar 3.
Pada gambar 4 diperlihatkan data curah hujan tahunan 2020 dari bulan
januari sampai dengan bulan desember dengan rincian pada bulan januari (212,
februari (327), maret (233), april (282), mei (95), juni (184), juli (180), agustus
(44), september (137), oktober (244), november (176), desember (236).

Curah Hujan (mm3)


350 327
300 282

250 233 244 236


212
200 184 180 176
150 137
95
100

50
44

0
ri ar
i et ril ei ni li us r er r r
ua ru ar Ap M Ju Ju t be ob be be
a n b M us m t m m
J F e Ag te Ok ve se
S ep No De

Gambar 4. Curah Hujan Tahunan


(Sumber : https://okukab.bps.go.id)

2.5 Batu Kapur


Batu kapur atau batuan gamping (limestone) adalah batuan sedimen terdiri
dari mineral calcite (calsium carbonate). Sumber utama calcite ini adalah
orgasme laut. Batu kapur dikelompokan kedalam batu sedimen non-klastik yaitu

9
batuan sedimen yang terbentuk akibat proses kimia baik dari larutan maupun
aktivitas organik. Mineral utamanya adalah kalsit dengan rumus kimia CaCO 3
dengan kekerasan berkisar 2,7 - 3,4 berdasarkan skala Mohs.
Menurut (Tucker,1991) batu kapur merupakan mineral karbonat, dapat
terjadi dari penguapan langsung air laut atau melalui binatang yang dipisahkan
oleh air laut untuk membuat cangkang. Selain itu, batu kapur juga terdiri dari sisa-
sisa organik misalnya rumah kerang.
Batu kapur yang mengandung magnesium, lempung dan pasir merupakan
unsur yang mengendap bersama – sama pada saat proses pengendapan sehingga
unsur – unsur tersebut disebut sebagai pengotor. Pengotor ini memberikan
klasifikasi jenis batu kapur, apabila pengotornya magnesium maka batu kapur
tersebut diklasifikasikan sebagai batu kapur dolomite, begitu juga jika
pengotornya lempung maka batu kapur tersebut disebut batu kapur lempungan,
serta jika pengotornya pasir maka disebut batu kapur pasiran. Persentase unsur –
unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap karakteristik batu kapur seperti
warna, kerapatan, kekerasan, specific gravity dan lainya.

2.6 Ganesa Batu Kapur


Berdasarkan mula jadi atau cara terbentuknya, batu kapur dapat terbentuk
secara organik, mekanik, dan kimia.

2.6.1 Secara Organik


Batu kapur ini terbentuk dari koloni binatang laut seperti Coelentrata,
Moluska, Protozoa dan Foraminifera. Koloni laut ini mengandung zat kapur dan
ketika mati fosilnya akan terendapkan. Fosil organisme terendapkan dalam suatu
cekungan sedimen. Di dalam cekungan tersebut terjadi proses pembatuan atau
pengompakan dari endapan fosil organisme tersebut dan terbentuklah batu kapur,
pada lingkungan dengan kondisi air yang tenang, jernih, dangkal dimana
kedalamannya masih dapat ditembus oleh sinar matahari (<50 meter), dan
temperatur yang hangat juga merupakan lingkungan hidup bagi koloni laut
tersebut.

10
2.6.2 Secara mekanik
Batu kapur merupakan hasil perombakan dari batu kapur yang telah ada
melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan sedimentasi. Selama proses
tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor,
sehingga sering dijumpai adanya variasi warna dari batu kapur itu sendiri. Seperti
warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam.

2.6.3 Secara kimia


Batu kapur ini terbentuk pada kondisi iklim tertentu dan lingkungan tertentu
dalam air tawar ataupun air laut. Misal air yang mengandung CO 2 (biasanya air
hujan) memasuki diaklas –diaklas dalam batuan kapur dan melarutkan batuan
kapur. Reaksi ini merupakan reaksi bolak - balik, kapur larutan mengendap dan
H2O dan CO2 menguap sehingga terbentuk kembali batu kapur.

2.7 Karakteristik Batu Kapur


Batu kapur Memiliki sifat fisik, kimia, dan mekanik sebagai berikut.

2.7.1 Sifat Fisik


Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan
hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.

2.7.2 Sifat kimia


Berasosiasi dengan aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable
karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral
lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur yaitu dolomit, tetapi
dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan
magnesit (MgCO3).

2.7.3 Sifat mekanik

11
Berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera
atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Klasifikasi
umum jenis penggalian massa batuan berdasarkan UCS dapat dilihat pada tabel 1.
Menurut (J.A.H Oates, 1998) karakteristik batu kapur (limestone) secara
umum adalah sebagai berikut:
1. Kekerasan batu kapur umumnya berada pada kisaran 2,7 sampai 3,4 pada
skala Mohs.
2. Berat jenis dari kristal batu kapur pada suhu 200 oC yaitu kalsit dengan berat
jenis 2,72 g/cm3, aragonit dengan berat jenis 2,94 g/cm3 dan dolomit dengan
berat jenis 2,86 g/cm3. Batu kapur memiliki kuat tekan yang tinggi yaitu >25
Mpa sehingga tidak ekonomis jika diberai dengan alat mekanis.

Tabel 1. Klasifikasi Umum Jenis Penggalian Massa Batuan Berdasarkan UCS

Metode UCS (MPa) Alat

Free digging 1 – 10 Shovel, loader, BWE

Ripping 10 – 25 Ripper

Rock cutting 10 – 50 Rock cutter

Blasting > 25 Pengeboran dan peledakan

(Sumber : Koesnaryo. S., 2001)

2.8 Bahan Pembuatan Semen


Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan semen adalah bahan baku
utama, penunjang dan tambahan. Bahan baku utama dalam pembuatan semen di
PT Semen Baturaja adalah sebagai berikut.

2.8.1 Batu kapur (Limestone)


Batu kapur atau batuan gamping (limestone) adalah batuan sedimen terdiri
dari mineral calcite (calsium carbonate), dapat terjadi dari penguapan langsung
air laut atau melalui binatang yang dipisahkan oleh air laut untuk membuat
cangkang. Batu kapur digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen

12
dikarenakan batu kapur memiliki sifat plastis, dapat mengeras dengan cepat
sehingga memberi kekuatan pengikat, dan menghasilkan rekatan yang bagus.

2.8.2 Clay
Clay merupakan bahan baku yang memiliki senyawa silika, alumina dan
sedikit besi. Karakteristik clay biasanya berwarna coklat dan tidak larut dalam air.
Mineral clay merupakan kelompok mineral penting karena kebanyakan mineral
clay merupakan hasil pelapukan kimiawi. Mineral clay juga merupakan unsur
utama tanah (soil) dan penyusun batuan sedimen. Mineral clay menyusun hampir
40% mineral pada batuan sedimen.Untuk memenuhi persentasedalam pembuatan
semen, dibutuhkan juga bahan tambahan berupa pasir silika dan besi serta bahan
tambahan lainnya. Berikut ini penjelasannya mengenai pasir silika, pasir besi, dan
bahan tambahan lainnya:
1. Pasir Silika
Pasir silika terdapat sebagai endapan sedimen. Berasal dari rombakan
batuan yang mengandung silikon dioksida (SiO2) seperti granit, riolit dan
granodiorit. Penambangan pasir kuarsa dapat dilakukan secara tambang
terbuka ataupun dengan tambang semprot tergantung pada letak dan
penyebaran endapan.
2. Pasir Besi
Karakteristik pasir besi biasanya bewarna hitam, warna gelap, kemerahan
dan kecoklatan. Untuk memenuhi kebutuhan pasir besi pada PT Semen
Baturaja (Persero) Tbk maka dapat dilakukan pembelian dari tambang
rakyat sekitar sekitar kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
3. Bahan Tambahan Lainnya
Selain bahan – bahan diatas ditambahkan juga bahan baku tambahan seperti
gypsum, fly ash dan pozzolan. Gypsum ditemukan dalam bentuk lembaran
pipih, kristalin ataupun serabut didaerah batu gamping. Teknik
penambangan gypsum dilakukan dengan sistem quarry atau dengan
gophering. Fly-ash atau abu terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran
batu bara, yang dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa
semburan asap, yang telah digunakan sebagai bahan campuran pada beton.

13
Abu terbang sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya
semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus,
oksida silika yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia
dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan
menghasilkan zat yang memiliki kemampuan pengikat. Pozzolan adalah
bahan yang mengandung senyawa silica dan Alumina dimana bahan
pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat seperti semen, akan tetapi
dengan bentuknya yang halus dan dengan adanya air, maka senyawa-
senyawa tersebut akan bereaksi secara kimiawi dengan Kalsium hidroksida
(senyawa hasil reaksi antara semen dan air) pada suhu kamar membentuk
senyawa Kalsium Aluminat hidrat yang mempunyai sifat seperti semen.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Praktik kerja lapangan di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk dilakukan
selama 52 hari dimulai pada tanggal 19 Juli 2022 hingga 8 September 2022.

3.1.2 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik


Tempat pelaksanaan kerja praktik lapangan PT Semen Baturaja (Persero)
Tbk terletak di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten Ogan
Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. Secara umum, wilayah Kabupaten
Komering Ulu memiliki daerah yang berbukit-bukit dengan ketinggian yang
bervariasi antara 40 m sampai 60 m di atas permukaan air laut. Wilayah kuasa
penambangan batu kapur yang dikelola oleh PT Semen Baturaja (Persero) Tbk,
merupakan bekas ladang pertanian yang ditumbuhi semak belukar terletak di Desa
Pusar.
Bagian Selatan mengalir Sungai Ogan yang memiliki ketinggian 30 meter
diatas permukaan air laut. Lokasi penambangan batu kapur dan tanah liat untuk
kebutuhan pabrik terletak lebih kurang 1.500 meter dari lokasi pabrik PT Semen
Baturaja (Persero) Tbk. Sedangkan lokasi Pabrik Baturaja terletak sekitar 2,5 Km
dari pusat kota Baturaja dan berjarak 198 Km dari ibu kota Propinsi Sumatera
Selatan (Palembang).

3.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT Semen Baturaja (Persero)
Tbk terletak di Pabrik Baturaja PT Semen Baturaja (Persero) Tbk terletak di Desa
Pusar Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)
Provinsi Sumatera Selatan. Letak geografis Baturaja Kabupaten Ogan Komering

15
Ulu (OKU) Provinsi Sumatera terletak pada 104008’35,52” BT - 104009’09,08”
BT dan 04006’58,94” LS - 04007’32,25” LS. Baturaja adalah Ibukota Kabupaten
Ogan Komering Ulu. Akses ke Kabupaten Ogan Komering Ulu selain
menggunakan kendaraan roda empat dapat pula melalui Jaringan Kereta Api yang
menghubungkan Kota Palembang–Baturaja–Tanjung Karang. Waktu yang
ditempuh untuk dapat sampai ke Baturaja ±10 jam perjalanan dalam keadaan
lancar. Lokasi Pabrik Baturaja terletak sekitar 2,5 km dari pusat kota Baturaja dan
berjarak 437 km dari ibu kota provinsi Jambi (Jambi).
Kegiatan Kerja Praktik dilaksanakan di PIT Baturaja 1 PT Semen Baturaja
(Persero) Tbk, Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan
32126. Lokasi penambangan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk terletak di Desa
Pusar Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)
Provinsi Sumatera Selatan.

Gambar 4. Peta Kesampaian Daerah PT Semen Baturaja Persero Tbk

16
(Sumber : PT Semen Baturaja (Persero) Tbk)

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Studi Literatur
Mempelajari serta memahami litelatur yang berkaitan dengan sistem
penambangan batu kapur (limestone) dengan metode Surface Miner, Drilling and
Blasting, Pengupasan tanah penutup (overburden) serta mencari sumber-sumber
yang berkaitan dengan masalah, seperti :
1. Jurnal yang membahas metode penambangan quarry pada tambang batu
kapur.
2. Laporan-laporan dari mahasiswa yang telah melaksanakan kerja pratik dan
tugas akhir di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk.

3.3.2 Observasi Lapangan


Observasi lapangan dilakukan dengan cara langsung menuju PIT Tambang
Baturaja 1 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk untuk melihat langsung proses
kegiatan penambangan.

3.4 Pengambilan dan Pengolahan Data


Pengambilan data dilakukan pada saat penulis sedang melaksanakan
kegiatan kerja praktik di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, dengan menggunakan
metode pengambilan data secara langsung di lapangan melalui pengamatan yang
dilakukan pada alat gali muat dan alat angkut dan hasilnya didapat waktu edar
masing-masing alat tersebut sebanyak 30 sampel yang bertujuan untuk melakukan
pengolahan data.
pengolahan data dari 30 sampel yang telah diambil dihitung dengan
menggunakan rumus produktivitas alat gali muat dan angkut berupa angka yang
telah dianalisis pada pembahasan.

17
BAB IV
AKTIVITAS PENAMBANGAN DI TAMBANG BATURAJA 1 PT SEMEN
BATURAJA (PERSERO) TBK

4.1 Aktivitas Penambangan


Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2020 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 1 Ayat 1, pertambangan adalah
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,
studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Menurut Ayat 19
Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi
mineral dan atau batu bara dan mineral ikutanya. Penambangan mineral batu
kapur adalah dengan metode tambang terbuka dan menggunakan sistem
penambangan quarry
Kegiatan penambangan di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk terdiri dari
pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah penutup (Stripping
Overburden), pemuatan dan pengangkutan tanah penutup (Loading and Hauling
Overburden), pembuangan tanah penutup (Dumping Overburden), pemberaian
batuan, pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), penimbunan (dumping),
penyaliran tambang (mine drainage) serta kegiatan support.

4.1.1 Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Land clearing adalah proses pembersihan lahan sebelum aktivitas
penambangan dimulai. Land clearing dapat diartikan sebagai suatu aktivitas
pembersihan material hutan yang meliputi pepohonan, hutan belukar sampai
alang-alang. Variabel yang mempengaruhi pekerjaan land clearing yaitu
pepohonan yang tumbuh, kondisi dan daya dukung tanah topografi, hujan dan
perubahan cuaca, spesifikasi pekerjaan, data yang diperlukan untuk menganalisis
produksi, kebutuhan alat dan akhirnya biaya. Proses pembersihan lahan (land
clearing) dapat dilihat pada gambar 5.

18
Dalam kegiatan pembersihan lahan ini lapisan tanah humus (top soil) yang
paling subur harus ditimbun pada tempat tertentu lalu ditanami rumput agar tidak
terjadi erosi. Tindakan tersebut dilakukan supaya ketika kegiatan reklamasi
dilakukan lapisan tanah humus (top soil) dapat digunakan kembali.

Gambar 5. Pembersihan Lahan (Land Clearing)


(Sumber : PT Semen Baturaja (Persero) Tbk)

4.1.2 Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden)


Tahapan selanjutnya yaitu pengupasan tanah penutup (Stripping
Overburden). Pengupasan tanah penutup dapat dilihat pada gambar 6. Pengertian
kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan tanah
atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut
menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan
tanah penutup yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sistimatika
pengupasan yang baik. Pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup merupakan
kegiatan yang mutlak harus dikerjakan pada penambangan terutama pada kegiatan
penambangan yang menggunakan sistem tambang terbuka. Kegiatan pengupasan
tanah penutup (stripping overburben) menggunakan alat-alat berat yang terdiri
dari alat Excavator CAT 320 PC200, alat gali muat tersebut digunakan untuk

19
aktivitas penggalian dan pemuatan tanah penutup kedalam bak dump truck untuk
diangkut ke disposal area 4.

Gambar 6. Stripping Overburden

4.1.3 Pemuatan dan Pengangkutan Tanah Penutup (Loading Overburden)


Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau
mengisikan tanah penutup ke dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan
dengan menggunakan alat muat dan diisikan ke dalam alat angkut. Adapun dalam
kegiatan ini, tanah penutup atau overburden dimuat dan diangkut menggunakan
alat berat yaitu 1 unit Excavator CAT 320 PC200 dan 3 unit dump truck
Mitsubishi Fuso 220PS. Pemuatan dan pengangkutan tanah penutup dapat dilihat
pada gambar 7.

Gambar 7. Pemuatan dan Pengangkutan Tanah penutup

20
4.1.4 Pembuangan Tanah Penutup (Dumping Overburden)
Pemuatan tanah penutup bertujuan untuk memindahkan tanah penutup
hasil galian kedalam alat angkut. Alat gali muat yang digunakan pada kegiatan ini
sama dengan alat gali muat yang digunakan pada kegiatan pengupasan tanah
penutup. Pembuangan tanah penutup dapat dilihat pada gambar 8.
Pengangkutan tanah penutup (hauling overburden) bertujuan untuk
memindahkan tanah penutup menuju daerah pembuangan (disposal area).
Menggunakan alat berat berupa Mitsubishi Fuso 220PS.

Gambar 8. Pembuangan Tanah Penutup

4.1.5 Pemberaian Batuan


Pemberaian batuan di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk dilakukan dengan
menggunakan metode pengeboran dan peledakan (blasting) serta metode
penggerusan (cracking).
1. Pengeboran (Drilling) dan Peledakan (Blasting)
Kegiatan pengeboran batuan adalah kegiatan yang pertama kali dilakukan
dalam kegiatan peledakan, dengan tujuan untuk membuat lubang-lubang
yang mana akan diisi oleh bahan peledak nantinya dengan
memperhitungkan geometrinya (Gokhale, 2011). Blasting adalah tahapan
dimana material batu kapur akan diberaikan menggunakan bahan peledak
dari PT Dahana untuk memberaikan bongkahan batu kapur menjadi ukuran
yang lebih kecil. Kegiatan peledakan diawali dengan mengisi bahan peledak

21
ke dalam lubang bor (charging) selanjutnya setiap lubang dirangkai dengan
pola tertentu untuk diledakkan.
2. Penggerusan (Cracking)
Penggerusan adalah tahapan penambangan pada tambang batu kapur PT
Semen Baturaja (Persero) Tbk. Surface Miner adalah tahapan penggerusan
material tanpa peledakan dengan hasil material yang jauh lebih kecil dari
material peledakan (dahana) selain itu untuk mengoptomilkan pengambilan
cadangan batu kapur karena dekat dengan pemukiman warga. Cracking
dapat dilihat pada gambar 9 dan 10.

Gambar 9. Penggerusan Batu Kapur

Pada areal yang tidak terjangkau oleh surface miner akan dilakukan proses
penghancuran batuan dengan alat berat Rock Breaker.

Gambar 10. Penghancuran Batuan Dengan Rock Breaker


Setelah batuan digerus dengan menggunakan alat berat surface
miner dan rock breaker maka setelah itu material akan dikumpulkan

22
dengan alat berat bernama wheel loader. Pengumpulan material batu
kapur dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Pengumpulan Material Batu Kapur

4.1.6 Pemuatan Batu Kapur


Dalam kegiatan pemindahan batuan, batuan yang akan dipindahkan perlu
digali atau diberai terlebih dahulu dari batuan induknya. Kegiatan ini sangat
bergantung pada jenis material yang akan di gali atau diberai. Pekerjaan ini
dilakukan dengan bantuan alat berat penggalian dan pemuatan Excavator
Pemuatan batu kapur dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Pemuatan Batu Kapur

23
4.1.11 Pengangkutan dan Dumping Batu Kapur
Aktivitas pengangkutan (hauling) merupakan kegiatan lanjutan setelah
pemuatan (loading). Pada tambang terbuka yang dalam pengangkutan materialnya
tidak menggunakan alat continous miner, pengangkutan material oleh alat angkut
biasanya dilakukan dengan bantuan dump truck. Pada hauling menggunakan
dump truck biasanya pada hauling road mesti dilakukan road maintenance yang
biasanya dikerjakan oleh motor grader, bulldozer, maupun compactor dan dibantu
oleh truck sprayer (Tenriadjeng, 2003).
Dalam 1 kali siklus kerja sebuah dump truck melakukan empat proses yaitu
loading, hauling, dumping dan returning. Batu kapur yang telah diangkut akan
mengalami pengecilan ukuran (size reduction) pada crusher tipe hammer mill
dengan ukuran diameter feed maksimal 1,5 meter yang menghasilkan output
sebesar 5 – 12 cm. Kapasitas crusher tersebut ± 650 ton / jam. Kualitas batu kapur
yang diperlukan sebagai bahan baku pembuatan semen adalah 81-83% RCO3. Jika
kadar RCO3 dalam batu kapur lebih rendah atau lebih tinggi atau kurang dari
standar yang ditentukan maka dilakukan proses blending antara batu kapur high
grade dengan batu kapur transisi (low grade). Kegiatan pengangkutan dapat
dilihat pada gambar 13 dan dumping pada gambar 14.

Gambar 13. Kegiatan Pengangkutan Batu Kapur

24
Gambar 14. Dumping Batu Kapur Pada Crusher

4.1.7 Penyaliran Tambang (Mine Drainage)


Penyaliran bisa bersifat pencegahan atau pengendalian air yang masuk ke
lokasi penambangan. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika cuaca ekstrim
terjadi, yaitu luapan air tanah dan air limpasan dapat membahayakan kegiatan
penambangan, oleh sebab itu kondisi cuaca pada tambang terbuka sangat besar
efeknya terhadap aktifitas penambangan. Apabila hal ini sudah diperhitungkan
sebelumnya, maka kegiatan penambangan akan terhindar dari kondisi yang
membahayakan tersebut. Metode penyaliran tambang yang digunakan adalah
metode langsung (preventive) dengan cara mengumpulkan air pada suatu kolam
(sump), kemudian air dipompa keluar front tambang. Kolam pengendapan dapat
dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Kolam Pengendapan (Sump)

25
Air yang telah dipompa dari lokasi penambangan kemudian diendapkan di
kolam pengendapan (settling pond) yang didesain sebanyak dua buah sebelum
dilepaskan ke sungai ogan. Pengaliran air menggunakan 2 unit pompa diesel
dengan kapasitas debit sebesar 500 m3/ jam dan 4 unit pompa listrik dengan
kapasitas debit sebesar 250 m3/ jam. Kegiatan penyaliran air tambang dapat dilihat
pada gambar 16.

Gambar 16. Penyaliran Air Tambang

Kolam pengendapan yang dibuat mempunyai dimensi yang berbeda. Kolam


pengendapan yang pertama langsung digunakan untuk menampung air dari ujung
mulut pompa. Kolam ini berbentuk balok yang didalamnya terdapat sekat-sekat
yang tursusun zig-zag. Sekat-sekat tersebut berfungsi sebagai pengakumulasi dan
pembendung endapan lumpur dari tambang batu kapur yang ikut terbawa oleh
pompa. Dimensi kolam pengendapan yang pertama yaitu panjang 13 meter, lebar
2 meter, dan tinggi 2 meter. Kolam pengendapan air pertama dapat dilihat pada
gambar 17.

26
Gambar 17. Kolam Pengendapan Air Pertama

Pada kolam pengendapan yang kedua digunakan untuk menampung air dari
aliran kolam pertama. Bentuk kolam ini hampir sama dengan bentuk kolam
pertama, hanya saja bertingkat dan terdapat bendungan mini didalamnya. Dimensi
kolam yang kedua yaitu dengan panjang 8,4 meter, lebar 4,7 meter, dan tinggi 1,2
meter. Air yang berasal dari front penambangan batu kapur mempunyai pH
berkisar 7 hingga 8 sehingga tidak perlu dilakukan treatment khusus seperti
halnya air asam pada tambang batubara. Agar air dapat dialirkan Sungai Ogan,
yang perlu dilakukan hanya sebatas proses pengendapan saja. Kolam
pengendapan air kedua dapat dilihat pada gambar 18.

Gambar 18. Kolam Pengendapan Air Kedua

27
4.1.8 Kegiatan Support
1. Excavator
Kegiatan support dengan menggunakan alat berat excavator kobelco SK 330
digunakan untuk melakukan land clearing, menyiapkan lubang bor,
pendalaman kolam sump dan membuka free face. Kegiatan support dengan
excavator kobelco sk 330 dapat dilihat pada gambar 19.

Gambar 19. Kegiatan Support dengan excavator kobelco SK 330

2. Bulldozer
Kegiatan support dengan menggunakan alat berat bulldozer D85E-SS
digunakan untuk mendorong overburden pada disposal, land clearing dan
melakukan repair pada road hauling. Perataan disposal dapat dilihat pada
gambar 20.

Gambar 20. Perataan Disposal Area 4

28
3. Motor Grader
Alat berat motor grader digunakan untuk menyingkirkan material batu kapur
maupun tanah liat pada road hauling yang terjatuh atau tercecer dengan cara
mendorong material tersebut keluar road hauling. Motor grader dapat
dilihat pada gambar 21.

Gambar 21. Pembersihan Batu Kapur Pada Jalan Pengangkutan

4. Vibro Compactor
Alat berat Vibro compactor CS533E digunakan untuk memadatkan tanah
overburden pada area disposal maupun road hauling akibat ceceran
overburden dan batu kapur dengan cara melakukan pemadatan setelah batu
kapur disingkirkan dari road hauling oleh alat berat motor grader CAT
120K. Vibro compactor dapat dilihat pada gambar 22.

Gambar 22. Pemadatan Jalan

29
5. Water Truck
Faktor cuaca dan iklim pada jalan akses tambang yang dilalui kendaraan
angkut mengakibatkan debu bertumpuk di area jalan akibat ceceran batu
kapur hal ini menyebabkan debu akan naik bila dilewati kendaraan, untuk
mengatasi hal tersebut digunakan alat berat water truck mitsubishi fuso PS
220 HD yang telah dimodifikasi dengan kapasitas penampungan 10.000 liter
air digunakan untuk menyirami sepanjang jalan akses. Water truck dilihat
pada gambar 23.

Gambar 23. Water Truck

6. Fuel Truck
Pada saat alat berat kehabisan bahan bakar di lapangan ataupun pada
workshop alat berat tersebut akan diisi dengan tipe bahan bakar solar
menggunakan fuel truck dengan merk kendaraan carter HD 136 PS
dimodifikasi supaya dapat membawa bahan bakar solar dengan kapasitas
10.000 liter . Fuel truck dapat dilihat pada gambar 24.

Gambar 24. Fuel Truck

30
4.2 Analisis Produktivitas Alat Gali Muat dan Angkut
4.2.1 Waktu Edar (Cycle Time) Excavator dan Dump Truck
Waktu edar (Cycle time) merupakan jumlah waktu yang diperlukan suatu
alat untuk menyelesaikan suatu tugas dalam satu siklus. Untuk excavator waktu
edar dimulai dari alat menyekop bahan galian, mengayunkan bucket saat berisi,
menumpahkan, serta mengayunkan saat bucket kosong. Sedangkan untuk dump
truck waktu edar dimulai dari pemuatan, perjalanan ke disposal, manuver sebelum
dumping, dumping bahan galian ke disposal, kembali ke front pengupasan tanah
pucuk (overburden), dan manuver sebelum pemuatan. Waktu edar yang dihitung
merupakan rata-rata dari 30 data yang diambil pada tambang Baturaja 1 blok
65/71. Jarak pergi dan kembali dump truck dari front penambangan ke disposal
adalah 1,65 km. Dari hasil pengamatan diketahui waktu edar rata-rata excavator
dan dump truck masing-masing sebesar 0,31 menit dan 24,27 menit.
4.2.2 Fill Factor
Fill factor atau bucket fill factor merupakan faktor yang menunjukkan
perbandingan antara kapasitas nyata dengan kapasitas teoritis alat muat yang
dapat dinyatakan dalam persen (Wehansen & Sundoyo, 2018). Faktor ini sangat
dipengaruhi oleh kehalusan bahan galian, semakin halus maka kapasitas nyata
akan semakin mendekati kapasitas teoritisnya. Melalui pengamatan atau observasi
secara langsung di lapangan kita dapat menentukan fill factor bahan galian.
Vn
Fp= X 100∧… … … … … … … … … … … … … … … … … … .(1)
Vt
Keterangan :
Fp : Factor Pengisian (%)
Vn : Volume bucket nyata (m3) atau kapasitas nyata alat (1,0 m3)
Vt : Volume bucket teoritis (m3) atau kapasitas baku alat (1,14 m3)

1,0
Fp= X 100 %
1,14
Fp=87 %

Berdasarkan kondisi keterisian bucket material yang ada dilapangan, maka


nilai dari bucket fill factor yang digunakan pihak perusahaan adalah 87%.

31
4.2.3 Efisiensi Kerja
Efisiensi kerja merupakan perbandingan antara waktu kerja produktif
dengan waktu kerja terjadwal. Waktu kerja yang ditetapkan oleh PT Semen
Baturaja (Persero) Tbk adalah 8 jam dengan waktu istirahat sebanyak 1 jam dalam
kurun waktu perhari. Waktu kerja dan efisiensi kerja dapat dilihat pada tabel 2 dan
3.

Tabel 2. Waktu Kerja PT Semen Baturaja (Persero) Tbk

Kegiatan Waktu (WIB)

Kerja Tahap Awal 06.00-12.00


Istirahat 12.00-13.00
Kerja tahap 2 13.00-14.00
Lembur 14.00-17.00
(Sumber : PT Semen Baturaja (Persero) Tbk)

Tabel 3. Efisiensi Kerja


Waktu (Menit)
No Aktivitas
Produktif Non
Produktif

1 Persiapan, cek alat dan pemanasan alat 15

2 Pembicaraan 10 Menit 10

3 Menuju front penambangan 10

4 Pengisian dan pengangkutan 250

5 Istirahat 60

6 Menuju front penambangan 10

7 Terlalu cepat istirahat 30

8 Terlambat mulai setelah istirahat 30

9 Pengisian dan pengangkutan 250

32
Jumlah 500 160

(Sumber : PT Semen Baturaja (Persero) Tbk)

Waktu kerja tersedia = 06.00-17.00 WIB


Waktu kerja tersedia = 11 jam
Waktu kerja tersedia = 660 menit
Waktu kerja produktif = 500 menit

Waktu Kerja Produktif


Eff = x 100 % … … … … … … … … … ..(2)
Waktu Kerja Tersedia
500
Eff = x 100 %
660
Eff =75 %
Dari tabel diatas diketahui jumlah waktu terjadwal adalah 660 menit dan
jumlah waktu produktif adalah 500 menit sehingga didapatkan efisiensi kerja
sebesar 75,75%.

4.2.4 Swell Factor (Faktor pengembangan)


Swell factor adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari
tempatnya. Material dialam (insitu) ditemukan dalam keadaan padat dan
terkonsolidasi dengan baik, tetapi apabila digali atau diberai akan terjadi
pengembangan volume. Perbandingan antara volume alami (insitu) dengan
volume berai (loose volume) dikenal dengan istilah faktor pengembangan/faktor
pemuaian/faktor pemekaran (swell factor). Jadi dari hasil pengamatan faktor
pengembangan di lapangan, di sesuaikan dengan tabel swell factor menurut Kadir
(2008), Lempung adalah 0,83. Swell factor dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Swell Factor


No Jenis Material Swell
Factor
1 Bauksit 0,75
2 tanah liat, kering 0,85
3 tanah liat, basah 0,82-0,80

33
4 Antrasit 0,74
5 Batubara bituminus 0,74
6 Biji tembaga 0,74
7 Tanah biasa, kering 0,85
8 Tanah biasa, basah 0,85
9 Tanah biasa, bercampur pasir dan kerikil 0,90
10 kerikil kering 0,89
11 Kerikil basah 0,88
12 Granit, pecah-pecah 0,67-0,56
13 Hematit, pecah-pecah 0,45
14 Bijih besi, pecah-pecah 0,45
15 Batu kapur, pecah-pecah 0,60-0,57
16 Lempung 0,83
17 Lempung, sudah ditekan 0,83
18 Pasir, kering 0,89
19 Pasiar, basah 0,88
20 Serpih (shale) 0,75
21 Batu sabak (slate) 0,77
(Sumber : Kadir, 2008)

4.2.5 Jumlah Tuang Bucket (n)


Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan, jumlah penuangan
bucket alat gali muat excavator untuk mengisi vessel alat angkut dump truck rata-
rata adalah 9 kali pengisian.

4.2.6 Produktivitas Alat Gali Muat


Produktivitas alat muat adalah besarnya produksi yang dapat dicapai
dalam kenyataan kerja alat muat berdasarkan kondisi yang dapat dicapai saat ini
(Wehansen & Sundoyo, 2018). Perhitungan untuk produktivitas alat gali muat
adalah:

60
Q= x Kb x Ff x Sf x Eff … … … … … … … … … … … … … .(3)
CT

34
Keterangan :
Q : Produktivitas (bcm/Jam)
Kb : Kapasitas Bucket (1,14 m3)
Ff : Fill factor (0,87)
Sf : Swell Factor (0,83)
Eff : Efisiensi Kerja (0,75)
CT : Waktu Siklus (Menit)

60
Q= x 1,14 x 0,87 x 0,83 x 0,75
0,31 4
60
Q= x 0,617=117,89 bcm/ jam
0,314

Jadi hasil produktivitas alat gali muat Excavator Caterpillar 320 GC perjam
di Tambang Baturaja 1 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk adalah 117,89 bcm/Jam.
Perhari 117,89 bcm/Jam dikali 660 menit (11 Jam) kerja adalah 1296,79 bcm/hari.
Perbulan dikali 1.296,79 dikali dengan 30 hari adalah 38.903,7 bcm/bulan.

4.2.7 Produktivitas Alat Angkut


Produktivitas alat angkut adalah besarnya produksi yang dapat dicapai
dalam kenyataan kerja alat angkut berdasarkan kondisi yang dapat dicapai saat ini
(Wehansen & Sundoyo, 2018). Perhitungan untuk produktivitas alat angkut
adalah:

Eff X 60 X Sf X Kb X n X Ff
Q= … … … … … … … … … … … … … … … … .( 4)
CT

Keterangan :
Q : Produktivitas (bcm/Jam)
Eff : Efisiensi Kerja (0,75)
Sf : Swell Factor (0,83)
Kb : Kapasitas Bucket (1,14 m3

35
n : Jumlah Tuang Bucket (9)
Ff : Fill factor (0,87)
CT : Waktu Siklus (Menit)

0,75 x 60 x 0,83 x 1,14 x 9 x 0,87


Q=
24,271
333,393
Q= =13 , 736 bcm/Jam
24,271

Jadi hasil produktivitas pada alat angkut Dump Truck Mitsubishi Fuso PS
220 HD Perjam di Tambang Baturaja 1 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk adalah
13,736 bcm/jam. Perhari 13,736 bcm/jam dikali 660 menit (11 jam) kerja
produktif adalah 151,09 bcm/hari. Perbulan 151,09 bcm/hari dikali dengan 30 hari
adalah 4.532,88 bcm/bulan.
Berdasarkan data yang telah diperoleh lalu dilakukan perhitungan
didapatkan produktivitas satu unit alat angkut Dump Truck Mitsubishi Fuso PS
220 HD adalah 4.532,88 bcm/bulan. Produktivitas Dump Truck Mitsubishi Fuso
PS 220 HD yang terdiri dari 3 unit alat angkut adalah 13.598,64 bcm/bulan. jadi
produktivitas total lapisan tanah penutup (Overburden) adalah 13.598,64
bcm/bulan.

4.2.8 Perhitungan Match Factor Excavator dan Dump Truck


Dari hasil analisis, perhitungan dan observasi lapangan secara langsung
didapatkan :
Jumlah Dump Truck (Ndt) : 3 unit
Jumlah Excavator (Ne) : 1 unit
Waktu Edar Dump Truck : 24,27 menit
Waktu Edar Excavator : 0,31 menit
Jumlah Pengisian (n) :9

Ndt X CTe X n
MF= … … … … … … … … … … … … … … … … … … .(5)
Ne X CTdt

36
3 x 0,31 x 9
MF= =0,34
1 x 24,27
Maka, didapatkan match factor sebesar 0,34
4.2.9 Pembahasan
Dari hasil analisis di atas didapat produktivitas excavator dan dump truck
masing-masing sebesar 38.902,7 bcm/bulan dan 13.598,64 bcm/bulan.
Berdasarkan perhitungan produktivitasnya bisa diketahui bahwa target produksi
sebesar 42.424,24 BCM/Bulan tidak tercapai dan dari nilai match factor didapat
0,34 yang berarti nilai MF˂1, sehingga dapat disimpulkan bahwa alat muat
excavator menunggu alat angkut dump truck. Hal ini menunjukkan perlu adanya
penambahan unit alat angkut.

37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan magang/kerja
praktik ini adalah :
1. Tahapan kegiatan penambangan di PT Semen Baturaja (Persero) Tbk
dimulai dari pembersihan lahan (land clearing), kemudian dilanjutkan
stripping pada top soil dan overburden kemudian dilakukan dumping di
area disposal, setelah proses stripping dilakukan pemberaian dan
penggerusan (cracking) menggunakan alat berat surface miner dan
peledakan (blasting), hasil pemberian (blasting) dan penggerusan
(cracking) tersebut dilakukan penggalian dan pemuatan menggunakan alat
berat excavator kemudian diangkut oleh alat berat dump truck ke
limestone crusher untuk dilakukan pengecilan ukuran.
2. Produktivitas excavator CAT 320 GC pada lokasi 65/71 memiliki waktu
edar rata-rata 0,31 menit adalah 38.902,7 bcm/bulan. Sedangkan
produktivitas dump truck mitsubishi fuso PS 220 HD dilokasi 65/71
memiliki waktu edar rata-rata 24,27 menit adalah 13.598,64 bcm/bulan.
Berdasarkan perhitungan match factor yang telah dilakukan didapatkan
nilai 0,34 hal ini berarti nilai MF<1 sehingga dapat disimpulkan bahwa
alat muat excavator menunggu alat angkut dump truck.

5.2 Saran
Dari pengamatan yang kami lakukan di lapangan, kami sebagai
mahasiswa kerja praktik memiliki beberapa saran, yaitu:
1. Pada lokasi jalan tambang yang tidak terlalu lebar sehingga pada saat
dump truck berpapasan mengakibatkan mengurangi kecepatan sehingga
menambah waktu dan mengurangi produktivitas, maka dari itu jalan harus
diperlebar agar tidak mengurangi produktivitas dump truck.

38
2. Menambahkan jumlah dump truck dengan maksud agar mempercepat
proses pekerjaan serta meningkatkan target produksi agar target produksi
bulanan dapat dicapai.
3. Melakukan optimasi waktu kerja alat dan efisiensi waktu kerja, serta
optimasi kemampuan operator dan kedisiplinan operator dalam bekerja.

39
DAFTAR PUSTAKA

B.V, Gokhale .2011. Rotary Drilling and Blasting in Large Surface


Mines. Florida : CRC Press, Inc.
Hayhurst, A N, and Tucker, R F. (1991). “The Reductive Regenaration Of
Sulphated Limestone For Flue-Gas Desulphurisation :Thermodynamic
Consideration Of Converting Calcium Sulphate To Calcium Oxide.
United Kingdom.
Juventa, Toha, M.T., Bochori. (2011). “Kajian Teknis Pemboran dan Peledakan
Untuk Meningkatkan Produksi Granit di PT. Trimegah Perkasa Utama”.
Jambi. Jurnal Pertambangan, 5(3), 3.
J.A.H Oates. 1988. Lime and Limestone. Weinheim: Wiley I-EEE Press.
Kadir, E. 2008. PEMINDAHAN TANAH MEKANIS. Palembang: Fakultas
Teknik, Universitas Sriwijaya.
Koesnaryo, S. 1988. Bahan Peledan dan Metode Peledakan .Fakultas Tambang
UPN “Veteran” Yogyakarta.
Koesnaryo, S. 2001. Teknik Peledakan Buku II: Rancangan Peledakan Batuan.
Fakultas Tambang UPN “Veteran” Yogyakarta.
Koesoemadinata, R.P. (2010). Prinsip-Prinsip Sedimentasi, Departemen Teknik
Geologi,Institut Teknologi Bandung.
Shidqi, Muhammad Farhan, Bajry, F. (2019). Identifikasi Fasies Karbonat
Formasi Baturaja, Cekungan Sumatera Selatan, Berdasarkan Data Sumur.
Jurnal Teknik, Vol, 1 No.1,1.
Tenriajeng, Andi Tenrisukki. 2003. Pemindahan Tanah Mekanik (Alat – Alat
Berat) Jakarta, Penerbit Guna Darma.
Tucker, M.E. 1991. Sedimentary Petrology-An Introduction to The Origin of
Sedimentary Rocks, 2nd edition , Blackwell Scientific Publication,
Oxford.
Wehansen, F., & Sundoyo. (2018). Kegiatan Pengupasan Lapisan Tanah Penutup
(Over Burden) Penambangan Batubara Berdasarkan Produksi Pt Bara
Tabang Kalimantan Timur. Jurnal Geologi Pertambangan,Vol, 28 No. 1,
1.

40
LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta IUP PT Semen Baturaja (Persero) Tbk

(Sumber : PT Semen Baturaja (Persero) Tbk

Lampiran 2. Peta Kemajuan Tambang Baturaja 1 PT Semen Baturaja (Persero)


Tbk

(Sumber : PT Semen Baturaja (Persero) Tbk)

41
Lampiran 3. Spesifikasi Alat
Alat Develeopment
1. Bulldozer
Model : KomatsuD85-SS
Jumlah : 2Unit
Kapasitas : 7,8m3 (bank)
Owner : PT Tirta Wandira Utama
2. Vibro Compactor
Model : CAT CS 533 E
Jumlah : 1 Unit
Owner : PT Tirta Wandira Utama
3. Motor Grader
Model : CAT 120K
Jumlah : 1 Unit
Owner : PT Tirta Wandira Utama

Alat Produksi

1. Excavator
Model : Caterpillar CAT 320
Jumlah : 7 Unit
KapasitasBucket : 1,19 m3 (bank)
Owner : PT Tirta WandiraUtama
2. Dump Truck
Model : UD Quester CWE 280
Jumlah : 16 Unit
Kapasitas Vessel : 28-30 Ton
Owner : PT Tirta Wandira Utama

42
3. Dump Truck
Model : Fuso PS 220 HD
Jumlah : 12 Unit
Kapasitas : 20 – 25 Ton
Owner : PT Tirta Wandira Utama

Alat Pengeboran
1. Rock Drill
Model : Crawler Rock Drill Furukawa
Furukawa PCR 200
Jumlah : 2 Unit
Owner : PT Dahana
2. Compressor
Model : Airman Pds 750S
Jumlah : 2 Unit
Owner : PT Dahana

43
Lampiran 4. Populasi Alat
Tabel 5. Populasi Alat PT Semen Baturaja (Persero) Tbk

Pemilik Jenis Alat Tipe Alat Jumlah Total


Surface Miner Wirtgen 2200 3
Komatsu 380 1
Wheel Loader
CAT 360 1
PT. PSP Excavator CAT 320 1 13
Dump Truck Fuso PS 220 HD 3
Fill Loader Komatsu WA 380 2
Rock Breaker Komatsu 220 2
CAT 320 7
Excavator
Kobelco SK330 1
UD Quester CWE 280 16
Dump Truck
Fuso PS 220 HD 12
Bulldozer Komatsu D85-SS 2
PT. TWU
CAT 120K 1 43
Motor Grader
Komatsu 1
Water Truck Carter HD 136 PS 1
Vibro Compactor CAT CS 533 E 1
Fuel Truck Carter HD 136 PS 1
Rock Drill Furukawa PCR 200 2

MMT (Mobile Manufacturing Truck) 1


PT. Dahana
7
Mobil Box Triton 1
Mobil Hilux 2
Forklift 1
(Sumber : Pengolahan Data Pribadi, 2022)

44
Lampiran 5. Jenis Bahan Peledak
Tabel 6. Jenis Bahan Peledak PT Dahana

(Sumber : PT Dahana)

Lampiran 6. Waktu Edar Excavator CAT 320 GC

50
Tabel 7. Waktu Edar Excavator CAT 320 GC
N Swing
o Waktu Tunggu Waktu Gali Swing Isi Waktu Tumpah Kosong CT
1 0,00 9,25 4,64 3,47 4,55 21,91
2 0,00 4,27 2,67 4,22 4,20 15,36
3 0,00 5,51 3,72 4,81 5,64 19,68
4 0,00 6,75 5,35 7,28 3,78 23,16
5 0,00 4,09 3,38 5,69 5,21 18,37
6 0,00 3,61 6,11 9,72 4,37 23,81
7 0,00 3,43 3,71 5,85 4,77 17,76
8 0,00 4,36 5,64 6,56 1,53 18,09
9 0,00 5,64 4,74 3,26 5,37 19,01
10 0,00 6,56 7,37 6,52 6,07 26,52
11 0,00 6,01 2,69 3,26 7,40 19,36
12 0,00 6,78 4,31 3,51 4,58 19,18
13 0,00 5,41 3,83 3,36 4,59 17,19
14 0,00 2,01 3,24 2,95 6,50 14,70
15 0,00 5,40 4,36 2,35 3,08 15,19
16 0,00 6,98 3,45 7,76 4,01 22,20
17 0,00 2,01 2,74 5,71 5,03 15,49
18 0,00 3,11 2,35 5,88 5,47 16,81
19 0,00 4,28 5,49 5,95 4,48 20,20
20 0,00 2,38 1,86 6,87 4,02 15,13
21 0,00 2,60 2,44 4,61 3,74 13,39
22 0,00 3,36 2,17 5,31 4,41 15,25
23 0,00 11,26 4,23 3,87 5,81 25,17
24 0,00 5,74 4,99 7,22 6,41 24,36
25 0,00 3,23 2,74 9,39 1,09 16,45
26 0,00 4,10 5,40 3,29 6,98 19,77
27 0,00 5,43 5,22 7,72 3,42 21,79
28 0,00 5,62 3,56 5,00 1,66 15,84
29 0,00 3,33 6,40 4,80 1,20 15,73
30 0,00 5,19 6,90 3,38 4,22 19,69
Jumlah (Detik) 566,56
Rata-rata (Detik) 18,89
0,314755
Rata-rata (Menit) 6
(Sumber : Pengolahan Data Pribadi, 2022)

Lampiran 7. Waktu Edar Dump Truck Mitsubishi Fuso PS 220 HD

50
Tabel 8. Waktu Edar Dump Truck Mitsubishi Fuso PS 220 HD
Manuve Manuve
Jalan Tunggu Jalan
Tunggu r r Dumpin
No Muat CT
Dumpin Dumpin g
Muat Muat Isi g g Kosong
1 0,00 46,77 221,40 596,81 0,00 44,78 25,11 564,32 1499,19
2 0,00 38,46 230,71 566,88 0,00 39,98 55,02 536,31 1467,36
3 0,00 60,70 184,93 552,60 0,00 37,17 43,66 518,54 1397,60
4 0,00 36,33 205,60 560,55 0,00 50,98 21,58 525,67 1400,71
5 0,00 48,73 203,47 520,21 0,00 39,58 82,96 486,12 1381,07
6 0,00 39,30 239,93 531,66 0,00 77,49 9,82 516,10 1414,30
7 0,00 48,64 278,50 555,12 0,00 58,36 29,67 549,69 1519,98
8 0,00 25,70 230,40 523,43 0,00 48,58 36,89 490,65 1355,65
9 0,00 32,84 206,67 526,53 0,00 46,21 21,74 502,32 1336,31
10 0,00 59,81 174,71 531,68 0,00 46,60 26,25 493,87 1332,92
11 0,00 78,97 222,12 606,56 0,00 46,75 27,80 583,42 1565,62
12 0,00 53,80 257,68 565,57 0,00 80,96 30,75 549,57 1538,33
13 0,00 83,11 229,40 569,87 0,00 90,11 28,87 553,97 1555,33
14 0,00 61,24 239,88 571,23 0,00 62,14 47,92 554,64 1537,05
15 0,00 90,82 277,13 610,37 0,00 57,77 44,07 583,76 1663,92
16 0,00 40,56 228,60 596,86 0,00 47,81 57,19 564,34 1535,36
17 0,00 37,76 256,23 609,60 0,00 45,26 52,25 576,54 1577,64
18 0,00 55,62 187,63 532,77 0,00 39,05 34,20 511,46 1360,73
19 0,00 42,07 209,70 565,78 0,00 42,51 42,07 546,56 1448,69
20 0,00 39,12 226,89 499,56 0,00 49,89 49,15 509,35 1373,96
21 0,00 30,65 242,35 509,34 0,00 46,77 25,19 500,41 1354,71
22 0,00 25,55 192,28 521,21 0,00 45,59 21,73 507,12 1313,48
23 0,00 33,32 284,23 504,33 0,00 47,33 23,17 498,12 1390,50
24 0,00 26,66 240,52 556,78 0,00 52,32 20,37 536,49 1433,14
25 0,00 83,98 243,17 543,68 0,00 71,02 43,09 522,46 1507,40
26 0,00 94,67 227,61 514,67 0,00 63,10 48,18 504,49 1452,72
27 0,00 91,78 247,99 536,77 0,00 88,11 62,54 512,45 1539,64
28 0,00 52,36 233,68 523,86 0,00 59,22 56,17 505,88 1431,17
29 0,00 77,91 251,22 521,98 0,00 91,89 54,82 509,62 1507,44
30 0,00 41,67 236,19 598,66 0,00 53,85 31,44 534,31 1496,12
43688,0
Jumlah (Detik) 4
Rata-rata (Detik) 1456,27
Rata-rata (Menit) 24,2711
(Sumber : Pengolahan Data Pribadi, 2022)

50
Lampiran 8. Alat Gali Muat Menunggu Alat Angkut

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2022)

50
Lampiran 9. Spesifikasi Alat Gali Muat

(Sumber : Catterpillar)

50
Lampiran 10. Spesifikasi Alat Angkut

(Sumber : Mitsubishi)

50

Anda mungkin juga menyukai