Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN PEMAKAIAN TANDA BACA

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Drs. Ade Kusmana, M.Hum.

DISUSUN OLEH:

Febryanto Ferdinan (D1B022259)


Cantika Rahmadani Batubara (D1B022260)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi
untuk menyelesaikan makalah tentang “Penulisan Unsur Serapan dan Pemakaian Tanda
Baca”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah bahasa Indonesia.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu penulisi selama proses penyelesaian tugas akhir
ini hingga selesainya makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Dr.
Drs. Ade Kusmana, M.Hum.
Pada makalah ini akan di bahas mengenai sejarah serta cara penulisan unsur
serapan dan pemakaian tanda baca yang benar. Penulisan unsur serapan dan pemakaian tanda
baca sangat penting dalam sebuah penulisan sebuah dokumen ataupun hal lainnya. Makalah ini
berisi paparan peran secara keseluruhan penulisan unsur serapan dan pemakaian tanda baca.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna
serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis. Maka dari itu penulis
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis
berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jambi, 3 Oktober 2022

Kelompok 5
Pengertian Kata Serapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata serapan adalah kata
yang diserap dari bahasa lain berdasarkan kaidah bahasa penerima. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa kata serapan dapat dikatakan sebagai kata serapan jika
memenuhi kaidah-kaidah bahasa, khususnya pada bahasa Indonesia. Sebelum kita
mempelajari lebih jauh mengenai kata serapan, terlebih dahulu mari kita pelajari
mengenai pengertian kata serapan.

1. Rohbiah, dkk (2017) 

Penyerapan bahasa terjadi karena adanya kontak yang berkelanjutan dalam


waktu lama antar penutur bahasa yang berbeda. Kontak bahasa adalah hubungan
kebahasaan yang terjadi antara satu masyarakat bahasa dengan masyarakat
bahasa lainnya.

2. Hocket (1965)

Perubahan dan perkembangan dalam satu bahasa adalah wajar terjadi


karena adanya kontak bahasa antarpengguna bahasa yang berbeda. Komunikasi
langsung antarmanusia yang berlainan bahasa, bahkan berlainan budaya,
menimbulkan kontak bahasa yang pada akhirnya akan saling memengaruhi. Hal
tersebut disebut dengan penyerapan bahasa.
3. Sompi (2017)
Definisi kata-kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing
atau bahasa daerah, lalu digunakan dalam bahasa asli. 

Penyebab adanya Kata Serapan


Arsya (2019:35) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya pola suatu bahasa yang mengambil dari bahasa lain. Contohnya dalam
bahasa Indonesia yaitu, munculnya bahasa serapan yang masuk ke dalam bahasa
ini selain disebabkan faktor interaksi masyarakat, juga disebabkan faktor pesatnya
ilmu pengetahuan di berbagai bidang dan kehidupan. Dalam kajian ini, kemajuan
dalam berbagai bidang pengetahuan, keilmuan, seni dan teknologi dapat
memperluas kosakata dalam bahasa-bahasa di dunia, termasuk dalam bahasa Arab.
Unsur serapan berdasarkan prosesnya, diklasifikasikan menjadi tiga (3) golongan,
yaitu, (a) adopsi, (b) adaptasi, dan (c) pungutan terjemahan.
Adopsi adalah unsur serapan yang dipungut secara utuh, tanpa perubahan
atau penyesuaian dengan bahasa penerima. Adaptasi adalah unsur serapan yang
disesuaikan dengan ejaan dan lafal Indonesia. Perubahan atau penyesuaian kata-
kata asing tersebut tergantung pada sistem fonologi dan morfologi bahasa
Indonesia. Secara garis besar, ada dua yang merupakan sumber perluasan kosakata,
yaitu sumber internal dan eksternal. Penjelasan dua sumber perluasan tersebut
menurut Arsya (2019:35) bisa dipelajari di bawah ini.
1. Sumber internal
Sumber internal yang merupakan faktor dari adanya penyerapan bahasa yaitu
swadaya bahasa dalam bahasa internalnya. Maksudnya. Pengayaan bahasa yang
dapat terwujud melalui beberapa pola, di antaranya;
a. aktivasi kata-kata lama
b. pembentukan kata-kata baru
c. penciptaan kata-kata baru
d. pengakroniman.
Contoh pengaktifan kata-kata lama dalam bahasa Indonesia dapat dilihat dari
munculnya beberapa kata, seperti “baheula” (bahasa Sunda) yang berarti zaman
dahulu, atau munculnya kata-kata baru, seperti “zaman now” untuk menyebut
zaman sekarang. 
2. Sumber eksternal
Sumber eksternal atau sumber luar dapat terjadi melalui perluasan dari
bahasa-bahasa serumpun, dan sebagainya. Perluasan bahasa dari bahasa lain
atau bahasa serumpun biasa terjadi lantaran adanya interaksi sosial dan
intensitas komunikasi. Sebagai contoh, perluasan bahasa Indonesia diduga
berasal dari bahasa Arab. Para ahli bahasa memperkirakan kosakata bahasa
Indonesia atau bahasa Melayu yang diduga merupakan serapan dari bahasa Arab
relatif sangat banyak, diperkirakan sebanyak 2000-3000 kata, atau diperkirakan
10% sampai dengan 20% dari bahasa Indonesia/Melayu keseluruhan.

Asal Kata Serapan


Kata serapan dalam bahasa Indonesia bisa berasal dari bahasa-bahasa asing
atau juga berasal dari bahasa daerah tertentu. Di bawah ini adalah beberapa contoh
asal kata serapan dari bahasa asing dan bahasa daerah. Penjelasannya adalah
sebagai berikut.

1. Bahasa Jawa

Seringkali, kita menjumpai kosakata yang berasal dari bahasa Jawa, baik
Jawa Kuno maupun Jawa Baru dalam penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu
disebabkan karena bahasa Jawa tersebut digunakan oleh sebagian besar
penduduk Indonesia. Bahkan, bahasa Jawa merupakan bahasa terbesar di antara
bahas-bahasa daerah lainnya di Indonesia (Suwanto, 2016:167). Di bawah ini
adalah beberapa contoh kata serapan bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa
Jawa.

Contoh:

 Rampung  =  selesai = sudah jadi


 Gampang  =  mudah = tidak berat/tidak sukar
 Gosong  =  hangus = terbakar sampai habis
 Gede  =  besar = lebih dari ukuran sedang
 Joget  =  tari = gerakan badan yang berirama

2. Bahasa Sanskerta
Sarujin (2010:13) menyebutkan bahwa ada dua cara masuknya bahasa
Sanskerta ke dalam bahasa Indonesia, yaitu secara langsung dan secara tidak
langsung. Secara tidak langsung, bahasa Sanskerta masuk dahulu ke dalam
bahasa Jawa Kuno. Kata-kata lama itu digunakan dalam era bahasa Jawa Kuno,
barulah masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Contoh:

 Gambhira  =  gembira = suka/bahagia


 Anugrah = anugerah = pemberian
 Artha  =  uang = uang
 Agama  = agama = tradisi suci
 Aksara  = aksara = huruf

3. Bahasa Inggris

Contoh:

 Access  =  akses = jalan masuk


 Accomodation  =  akomodasi = sesuatu yang disediakan kebutuhan
 Actor  =  aktor = pemeran cerita
 Ballpoint  =  pulpen = pena yang diisi
 Balloon  =  balon = pundi-pundi besar dari karet

4. Bahasa Belanda

Contoh:

 Envelope = amplop = sampul surat


 Horloge = arloji = jam kecil
 Apotheek = apotek = toko obat
 Annuleren = anulir = anggap tidak sah
 Entreanen = antre = antrean
5. Bahasa Portugis

Contoh:

Acta  = akta = surat tanda bukti berisi pernyataan

 Armada  =  armada = rombongan satu kesatuan


 Banco  = bangku = papan dan sebagainya
 Bataco  =  batako = terbuat adukan pasir dan semen

6. Bahasa Arab

Contoh:

 Abad  = abad = 100 tahun


 Alam  =  alam = dunia
 Abjad  = abjad = aksara
 Bab  =  bab = pasal
 Badan  =  badan = tubuh

Kaidah-kaidah Penulisan Kata Serapan

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia


dibagi menjadi dua kelompok besar. Dua hal tersebut dikutip
dari puebi.readthedocs.io,  penjelasannya seperti di bawah ini.

1. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa


Indonesia. Maksudnya adalah unsur asing tersebut dalam pengucapan dan
penulisannya masih mengikuti cara asing.
2. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diusahakan
agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asal. Di bawah ini adalah kaidah-
kaidah ejaan bagi unsur serapan dalam bahasa Indonesia:
3. Serapan dari bahasa Arab
4. ‘Ain pada awal suku kata menjadi a, i, u,

 ‘Aja’ib (a)     = ajaib


 Saadah ‘ilm (i)     = ilmu qa’idah
 Uzur ma’unah(u) = maunah

2. Gain menjadi g

 Ga’ib = gaib
 Magfirah = magfirah
 Magrib = maghrib

Sejarah Pemakaian Tanda Baca


Menurut BBC International, kemunculan tanda baca diperkirakan mulai
pada abad ke 3 SM oleh seorang pustakawan Mesir yaitu Aristophanes. Gulungan
teks Yunani yang diterima oleh Aristophanes bukan hanya masih ditulis tanpa tanda
baca, pada teks itu juga tidak ada spasi sama sekali, dan belum menggunakan
pembedaan huruf besar dan huruf kecil. Alhasil, cukup sulit membaca uraian kata;
dan bingung pula menentukan dari mana sebuah kalimat dimulai. Sebagai solusi
awal, Aristophanes menyarankan agar setiap penulis menambahkan tanda baca
berupa tanda titik tengah (·), bawah (.), dan atas, yang mirip dengan fungsi titik,
koma dan spasi pada saat ini. Sayangnya, inovasi dari Aristophanes sempat
ditinggalkan, ketika orang Romawi mulai mengambil alih hegemoni Yunani dalam
kekaisaran.
Masa perubahan baru terjadi saat orang Romawi mulai memeluk agama
Kristen dan menuliskan kitab suci. Tanda baca mengalami berbagai koreksi
signifikan pada abad-abad berikutnya, setelah abad ke-4, sejalan dengan pengaruh
dari para penulis di berbagai negara di Eropa. Bahkan hampir selalu ada perubahan
fungsi atau penambahan tanda baca baru pada setiap zaman. Koma (,), titik koma (;),
tanda tanya (?), garis miring (/), dan tanda baca lainnya, mulai bermunculan dan
saling menggantikan peran.
Akan tetapi, pada akhirnya, revisi dan inovasi tanda baca berhenti pada
sekitar tahun 1450, ketika percetakan memberlakukan standarisasi untuk mesin-mesin
mereka. Tidak ada lagi penulis yang bisa seenaknya mengubah peran tanda baca
lama, pun tidak dapat menciptakan yang baru. Fungsi-fungsi tanda baca
dipermanenkan sejak saat itu dan diwariskan sampai kepada kita saat ini.

Penggunaan Tanda Baca


Tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan.
Penggunaan tanda baca adalah untuk menunjukkan struktur sebuah tulisan,
menentukan intonasi, serta jeda pada saat pembacaan. Umumnya, tanda baca yang
sering digunakan dalam penulisan adalah titik (.), koma (,), titik dua (:), titik koma (;),
tanda tanya (?), tanda seru (!), dan tanda petik ("). Menurut Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) Kemdikbud, berikut ini adalah pedoman cara penulisan
tanda baca yang benar beserta contohnya adalah sebagai berikut.

Tanda Baca Titik


1. Digunakan pada akhir kalimat pernyataan.
Contoh: Tadi siang Ayah mencuci mobilnya.

2. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Contoh: A. Bahasa Indonesia

3. Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung
dalam suatu perincian.
Contoh: a) Kesenjangan sosial

4. Tanda baca titik tidak digunakan di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan,
grafik, atau gambar.
Contoh: Gambar 1.1 Penggunaa Internet di Indonesia 2021

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukkan
waktu.
Contoh: Pukul 17.08.30 (pukul 17.00 lewat 8 menit 30 detik)

6. Dipakai dalam daftar pustaka, diletakkan di antara nama penulis, tahun, judul
tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda baca tanya atau seru), dan tempat
penerbit.
Contoh: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta.

7. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan


jumlah.
Contoh: Uang saya Rp 200.000,00

8. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh: Indonesia merdeka pada tahun 1945.

9. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat penerima dan pengirim surat, serta
tanggal surat.
Contoh: Yth. Direktur Perusahaan XYZ
Jalan Cempaka III No.10
Jakarta Timur
Tanda Baca Koma
1. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa jerman.

2. Dipakai sebelum kata penghubung tetapi, melainkan, dan sedangkan dalam


kalimat majemuk setara.
Contoh: Adik membeli permen, tetapi giginya sedang sakit.

3. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.


Namun, tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Contoh: Karena berlari terlalu kencang, kakinya sakit. Kakinya sakit karena ia
berlari terlalu kencang.

4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh


karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun
demikian.
Contoh: Mahasiswa itu malas dan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dia tidak
lulus mata kuliah Bahasa Indonesia selama dua semester.

5. Dipakai sebelum dan atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai,
serta kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, Pak, atau Nak.
Contoh: Wah, seru sekali!
Selamat pagi, Bu.

6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata Ayah saya, "Kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain."

7. Dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal,
serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh: Sdr. Amir, Jalan Apelmangga IV/22,
Kelurahan Kayumanis, Kecamatan
Rambutan, Jakarta 12120

8. Dalam daftar pustaka, tanda titik dipakai untuk memisahkan bagian nama yang
dibalik susunannya.
Contoh: Blyton, Enid. 1942. Lima Sekawan. Jakarta: Gramedia.

9. Digunakan di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang


mengikutinya.
Contoh: Dr. Drs. Ade Kusmana, M.Hum.

10. Digunakan sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Contoh: 12,9 km
Rp20.000,00

11. Digunakan untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.


Contoh: Soekarno, Presiden RI pertama merupakan salah seorang pendiri
Gerakan Nonblok.

12. Tanda baca titik dapat digunakan di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat untuk menghindari salah baca atau salah pengertian.
Contoh: Pada umumnya, dalam pengembangan bahasa Indonesia, kita dapat
memanfaatkan bahasa daerah.

Tanda Baca Titik Dua


1. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau
penjelasan.
Contoh: Mereka memerlukan peralatan tulis: pensil, penghapus, penggaris,
dan bolpoin.

2. Tanda baca titik dua tidak digunakan apabila perincian atau penjelasan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. Persiapan
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data
d. Pelaporan

3. Digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.


Contoh: Ketua: Aldi Awan T
Sekretaris: Cantika
Bendahara: Aulisa

4. Dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan atau nama tokoh.
Contoh: Dinda: "Tolong ambilkan gelas berlapis emas di ruang
penyimpanan."

5. Dalam daftar pustaka, tanda titik dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman,
surah dan ayat dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama
kota dan penerbit.
Contoh:
 Morison, XLII, No. 8/2002:7
 Surah Albaqarah: 2-5
 Matius 3: 1-4
 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
 Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa
Tanda Baca Titik Koma
1. Dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
setara satu dengan lainnya dalam kalimat majemuk.
Contoh: Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu memasak di dapur; Kakak
menulis cerpen.

2. Dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.


Contoh: Syarat penerimaan pegawai di perusahaan ini adalah
1. Berkewarganegaraan Indonesia;
2. Lulusan S1 Ilmu Komunikasi;
3. Fasih bahasa Indonesia dan Inggris.

3. Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah


menggunakan tanda koma.
Contoh: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; sayur,
semangka, dan nanas.
Tanda Baca Tanya
1. Dipakai pada akhir kalimat tanya
Contoh: Indonesia merdeka pada tahun?

2. Dipakai untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat
dibuktikan kebenarannya. Penulisan tanda tanya dipakai dalam tanda kurung
Contoh: Monumen Nasional diresmikan pada tahun 1999 (?).

Tanda Baca Seru


Tanda baca seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah. Seruan perintah dapat menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh:
Alangkah indah pantai di Lombok!
Dilarang membuang sampah di sepanjang sungai!

Tanda Baca Petik


1. Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari naskah, pembicaraan,
atau bahan tertulis lain.
Contoh: "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo.

2. Digunakan untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau
bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh: Film "Habibie dan Ainun" diambil dari kisah nyata perjalanan B.J.
Habibie dan sang istri Ainun.

3. Digunakan untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kurang umum,
maupun yang memiliki arti khusus.
Contoh: Dilarang memberi "amplop" kepada petugas.

Daftat Pustaka

Olivia Sabat. 2021."Penggunaan Tanda Baca yang Benar, Siswa Harus


Tau",https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5797613/penggunaan-tanda-
baca-yang-benar-siswa-harus-tahu?single=1, diakses pada 3 Oktober 2022.

Salma. 2021."Kata Serapan: Pengertian Cara Penulisan, dan Contoh Lengkap",


https://penerbitdeepublish.com/kata-serapan/, diakses pada 3 Oktober 2022.
Wikipedia. 2022."Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia",
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kata_serapan_dalam_bahasa_Indonesia,
diakses pada 3 Oktober 2022.

Absal Bachtiar. 2021."Asal Mula Koma, Titik, dan Tanda Baca Lainnya: Diciptakan
Untuk Memanjakan Kita", https://m.kumparan.com/absal-bachtiar/asal-mula-
koma-titik-dan-tanda-baca-lainnya-diciptakan-untuk-memanjakan-kita-
1uxltGrHNr7, diakses pada 3 Oktober 2022.
RIWAYAT HIDUP

Cantika Rahmadani batubara,lahir pada tanggal 15


November 2004, di Natal, Mandailing Natal, Sumatera
Utara. merupakan anak ke-5 dari 7 bersaudara dari
pasangan Ikhsan batubara(Alm) dengan Nur gema sari.
pertama kali melanjutkan pendidikan di SD 358 Natal, dan
melanjutkan Pendidikan di Mts Muhammadiyah 20 natal,
dan melanjutkan ke pendidikan Madrasah Aliyah negeri 1
Tapanuli tengah dan tamat pada tahun 2022, dan skrng sedang melanjutkan
pendidikan sarjana sebagai mahasiswi S-1 diprogram studi Agribisnis, fakultas
pertanian, universitas Jambi.

Memiliki pengalaman organisasi yaitu sebagai anggota sanggar tari SD 358


Natal,Menjadi wakil ketua OSIS Mts Muhammadiyah 20 Natal ,dan juga pernah
menjadi drum mayor marching band Man 1 Tapanuli tengah,sekilas prestasi yang
pernah diraih yaitu juara 3 lomba fashion show tingkat kecamatan.
Febryanto Ferdinan,
lahir pada tanggal 17 Februari
2004, di Muaro Bungo, Jambi.
Merupakan anak ke-1 dari 3
bersaudara dari pasangan Toni
Ryanto P dengan Merlin Lestari
A. Pertama kali melanjutkan
pendidikan di SD negeri 219
Kota Jambi, dan melanjutkan pendidikan di SMP negeri 22
Kota Jambi, dan melanjutkan ke pendidikan SMA negeri 11
Muaro Jambi dan tamat pada tahun 2022, dan sekarang sedang
melanjutkan pendidikan sarjana sebagai mahasiswa S-1 diprogram studi Agribisnis,
fakultas pertanian, universitas Jambi.

Memiliki pengalaman organisasi yaitu sebagai anggota sanggar seni SMP 22


Kota Jambi, menjadi anggota OSIS SMP 22 Kota Jambi, menjadi anggota OSIS di
SMA 11 Muaro Jambi, juga pernah menjadi ketua sanggar seni SMA 11 Muaro
Jambi, serta anggota paskibra SMA 11 Muaro Jambi. Sekilas prestasi yang pernah
diraih yaitu juara 2 lomba teater SMP tingkat provinsi, juga pernah meraih juara 2 &
3 lomba drama musikal SMA tingkat provinsi.

Anda mungkin juga menyukai