Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KOTA BANDUNG

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS CIBIRU
Jl Manisi No. 87 Kel. Pasirbiru, Kec. Cibiru, Kota Bandung
Telp : (022) 63721348, email : puskesmascibiru@gmail.com

KEPUTUSAN
KEPALA UPT PUSKESMAS CIBIRU KOTA BANDUNG
NOMOR : C/VIII/SK/PKMCBU/2017/012

TENTANG

PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPALA UPT PUSKESMAS CIBIRU KOTA BANDUNG,

Menimbang : a. bahwa untuk menunjang layanan klinis di


Puskesmas, maka perlu didukung oleh pelayanan
obat yang baik.
b. bahwa untuk menunjang pelayanan klinis di UPT
Puskesmas Cibiru diperlukan adanya kebijakan
tentang penyediaan obat yang menjamin
ketersediaan obat yang dibutuhkan Puskesmas.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan
b, perlu menetapkan Keputusan Kepala UPT
Puskesmas Cibiru tentang Penyediaan Obat Yang
Menjamin Ketersediaan Obat.

Mengingat : 1. UU Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan;


2. Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.922 tahun 2008
tentang Obat dan Perbekalan Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 / MENKES /
PER / VIII / 2011 Tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS CIBIRU
TENTANG PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN
KETERSEDIAAN OBAT.
Kesatu : Menentukan penyediaan obat yang menjamin
ketersediaan obat sebagaimana terlampir dalam
keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapannya, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 1 Mei 2017
KEPALA UPT PUSKESMAS CIBIRU,

DEWI RATNA SARI


LAMPIRAN : Keputusan Kepala Upt Puskesmas Cibiru
TENTANG : Penyediaan obat yang menjamin
ketersediaan obat

PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT

Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam


kegiatan pengendalian obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak
terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar,
yang terdiri dari:

1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di


Puskesmas dan seluruh unit pelayanan.
2. Menentukan:
- Stok optimum
- Stok pengaman/penyangga (bufferstock)
3. Menentukan waktu tunggu.

Pengendalian obat terdiri dari:


1. Pengendalian Persediaan.
2. Pengendalian Penggunaan.
3. Penanganan Obat Hilang.

1. Pengendalian Persediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan
terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok.
Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan perlu diperhitungkan
keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau
jika dimungkinkan memesan, maka dapat dihitung jumlah obat yang
dapat dipesan dengan rumus:

Q = SK + SP (WT x D) – SS

Keterangan:
Q = jumlah obat yang dipesan
SK = stok kerja
SP = stok pengaman
WT = waktu tunggu
SS = sisa stok
D = pemakaian rata – rata per minggu/ per bulan

Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal – hal
yang perlu diperhatikan adalah:
1. Mencantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok.
2. Melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota Bandung apabila
terdapat pemakaian yang melebihi rencana.
3. Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada Kepala
Puskesmas tentang pemakaian obat tertentu yang banyak dan
obat lainnya masih mempunyai persediaan banyak.

Pemeriksaan Besar (pencacahan) dimaksudkan untuk mengetahui


kecocokan antara kartu stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah
setiap jenis obat. Pemeriksaan ini dilakukan setiap akhir bulan.

2. Pengendalian Penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk
menjaga kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi
pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Persentase penggunaan antibiotik.
b. Persentase penggunaan injeksi.
c. Persentase rata – rata jumlah R/.
d. Persentase Obat penggunaan obat generik.
e. Kesesuaian dengan Pedoman.

3. Penanganan Obat Hilang, Obat Rusak dan Kadaluwarsa


a. Penanganan Obat Hilang
Tujuan dilaksanakan penanganan obat hilang adalah sebagai
bukti pertanggungjawaban Kepala Puskesmas sehingga diketahui
persediaan obat saat itu. Obat juga dinyatakan hilang apabila
jumlah obat dalam tempat penyimpanannya ditemukan kurang
dari catatan sisa stok pada kartu stok. Pengujian silang antara
jumlah obat dalam tempat penyimpanan dengan catatan sisa stok
dilakukan secara berkala satu tahun sekali oleh Kepala
Puskesmas.
Dalam menangani obat hilang, maka langkah – langkah yang
harus dilakukan adalah:
1. Petugas pengelola obat menyusun daftar jenis dan jumlah obat
yang hilang untuk dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
2. Kepala Puskesmas memeriksa dan memastikan kejadian
tersebut kemudian menerbitkan Berita Acara Obat Hilang.
3. Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung melalui
FARBEKES disertai Berita Acara Obat Hilang.
4. Petugas pengelola obat mencatat jenis dan jumlah obat yang
hilang pada Kartu Stok.
5. Apabila jumlah obat yang tersisa tidak mencukupi kebutuhan
pelayanan, maka petugas pengelola obat segera mengajukan
permintaan obat kepada Dinas Kesehatan Kota Bandung
melalui FARBEKES dengan menggunakan LPLPO.
6. Apabila hilangnya obat karena pencurian, maka dilaporkan
kepada Kepolisian.

b. Penanganan Obat Rusak/Kadaluwarsa


Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak adalah untuk
melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak/kadaluwarsa.
Dalam menangani obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah –
langkah yang harus dilakukan adalah:
1. Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak dalam
gudang obat.
2. Obat yang rusak/kadaluwarsa dikurangkan dari catatan sisa
stok pada Kartu Stok oleh petugas pengelola obat.
3. Petugas pengelola obat membuat berita acara obat
rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Puskesmas.
4. Kepala Puskesmas melaporkan dan mengirimkan kembali obat
rusak/kadaluwarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota
Bandung melalui FARBEKES.

Anda mungkin juga menyukai