Anda di halaman 1dari 4

Studi Kasus Reaksi Pasca Donor Nausea Periode September-Oktober 2022 di UDD PMI

Kabupaten Bojonegoro

Case Study of Post Donor Nausea Reactions for the September-October 2022
Period at UDD PMI Bojonegoro Regency

Fadilla Arzika Khumaida1


fadillaarzika@gmail.com
Prodi DIII Teknologi Bank Darah, Stikes Rajekwesi Bojonegoro

ABSTRAK
Donor darah adalah tindakan pengambilan darah dari seseorang secara sukarela, disimpan di bank
darah dan digunakan untuk keperluan transfusi darah. Donor darah memiliki beberapa efek samping oleh
karena itu masyarakat harus mengetahui manfaat dan syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan
donor darah. Donor darah memiliki banyak manfaat terhadap tubuh baik itu dampak positif atau negatif
yang belum banyak diketahui oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase
kejadian reaksi pasca donor nausea pada donor darah sukarela dan untuk mengetahui analisa kasus reaksi
pasca donor nausea pada donor darah sukarela di UDD PMI Bojonegoro yang berjumlah 4 pendonor
dengan reaksi kasus nausea yaitu 1 pendonor laki-laki dan 3 pendonor perempuan, dari total keseluruhan
550 pendonor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah melakukan kegiatan donor darah 4 pendonor mengalami
kasus reaksi pasca donor nausea dengan gejala yang berbeda-beda diantarannya pendonor mengalami
gejala lemas karena belum makan minimal 2 jam sebelum donor darah dan terlalu banyak darah yang
diambil yaitu 360 cc, pendonor mengalami gejala keringat dingin karena pendonor phobia terhadap darah
dan pendonor setelah melakukan kegiatan donor darah tidak melakukan relaksasi terlebih dahulu
sehingga menimbulkan reaksi merugikan pasca donor nausea.
Kata Kunci : donor darah, reaksi pasca donor darah, UDD PMI

ABSTRACT
Blood donation is the act of taking blood from someone voluntarily, storing it in a blood bank and
using it for blood transfusion purposes. Blood donation has several side effects, therefore people must
know the benefits and conditions that must be met before donating blood. Blood donation has many
benefits to the body, both positive and negative, which are not widely known by the public. The purpose
of this study was to determine the percentage of post donor nausea reactions in voluntary blood donors
and to find out the case analysis of post-donor nausea reactions in voluntary blood donors at UDD PMI
Bojonegoro, totaling 4 donors with reactions of nausea cases, namely 1 male donor and 3 donors. women,
out of a total of 550 donors. This research uses descriptive analytic method with a quantitative approach.
The results of this study indicate that after carrying out blood donation activities 4 donors experienced
cases of post-donor reactions of nausea with different symptoms including the donor experiencing
symptoms of weakness because he had not eaten at least 2 hours before blood donation and too much
blood was taken, namely 360 cc, the donor experienced cold sweat symptoms because donors have a
phobia of blood and donors after carrying out blood donation activities do not relax first, causing adverse
reactions after donor nausea.
Keywords : blood donation, reaction after blood donation, Blood Donor Unit

Pendahuluan
Donor darah merupakan proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di
bank darah untuk kemudian dipakai pada transfusi darah (Harsiwi et al 2018). Sebelum melakukan donor
darah, pendonor akan melewati tahap seleksi donor yaitu pemeriksaan sederhana seperti : pemeriksaan
HB, hematokrit, berat badan, tekanan darah dan kapan terakhir makan, dengan tujuan untuk menghindari
reaksi pasca donor seperti: Nausea, syncope, kejang dan hematoma terhadap pendonor serta melindungi
kesehatan donor dan juga memastikan darah donor aman dari risiko penyakit menular atau efek
merugikan lainnya seperti HIV, Sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C (Septiana., et al 2021). Donor darah bisa
dilakukan rutin setiap 2 bulan sekali di pusat donor darah lokal atau Di Palang Merah Indonesia (PMI)
dan biasanya dilakukan donor darah di tempat-tempat misalnya sekolah-sekolah atau Universitas
(Suhardi,2013).
Kejadian reaksi pasca donor itu meliputi Reaksi pasca donor ringan hingga reaksi pasca donor berat.
Reaksi pasca donor ringan terdiri dari pingsan, berkeringat dingin, pucat, pusing, dan mual (nausea).
Sedangkan reaksi pasca donor sedang yaitu terdiri dari muntah, bradikardi, pernapasan cepat dangkal,
hiperventilasi, dan penurunan kesadaran. Terakhir reaksi pasca donor berat yaitu kejang, dan
hiperventilasi parah (nafas cepat) (Fundação et al.,2007). Salah satu reaksi donor darah yaitu mual
(nausea). Mual (nausea) adalah salah satu alasan utama orang menganggap donor darah tidak
menyenangkan dan itu terjadi ketika tubuh kehilangan sejumlah darah maka dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan sistem didalam tubuh dan bisa juga diakibatkan karena asam lambung naik (Lutfi., et
al 2022). Reaksi nausea merupakan reaksi yang paling sering yaitu terdapat 3 pendonor dengan jenis
kelamin perempuan dan 1 pendonor dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami reaksi merugikan
pasca donor nausea dengan gejala yang berbeda-beda diantarannya pendonor mengalami gejala lemas
karena belum makan minimal 2 jam sebelum donor darah dan terlalu banyak darah yang diambil yaitu
360 cc, pendonor mengalami gejala keringat dingin karena pendonor phobia terhadap darah dan pendonor
setelah melakukan kegiatan donor darah tidak melakukan relaksasi terlebih dahulu sehingga
menimbulkan reaksi merugikan pasca donor nausea. Reaksi nausea sangat erat kaitannya dengan sistem
pencernaan. (Marwaha,2012).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti mengambil judul “Studi Kasus Reaksi
Pasca Donor Nausea Di Unit Donor Darah PMI Kabupaten Bojonegoro” untuk mengetahui persentase
kejadian reaksi pasca donor nausea pada donor darah sukarela dan untuk mengetahui analisa kasus reaksi
pasca donor nausea pada donor darah sukarela di UDD PMI Bojonegoro yang berjumlah 4 pendonor
dengan kasus reaksi nausea.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif yang
dilakukan selama PKL pada tanggal 8 September s/d 19 Oktober 2022 di UDD PMI Kabupaten
Bojonegoro. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data pada bulan September-Oktober
2022. Populasi pada penelitian ini yaitu pendonor yang masuk pada tahap aftap sebanyak 550 pendonor
dan terdapat 4 pendonor yang mengalami kasus reaksi pasca donor nausea dari total keseluruhan 550
pendonor. Data yang didapat dalam penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan metode kuantitatif.

Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian selama PKL pada tanggal 8 September 2022 s/d 19 Oktober 2022 di UDD PMI
Kabupaten Bojonegoro didapatkan sebanyak 4 pendonor yang mengalami reaksi pasca donor nausea dari
550 pendonor yang masuk pada tahap aftap.
Tabel 1. Data pendonor yang mengalami reaksi pasca donor Nausea
Indikator Jumlah Persentase (%)
Donor dengan reaksi pasca donor 4 0,73%
Nausea
Pendonor yang tidak mengalami 546 99,27%
reaksi Nausea pasca donor
Total keseluruhan pendonor 550 100%

Menunjukkan sebanyak 4 pendonor (0,73%) dari total 550 pendonor (100%) yang masuk ke tahapan
aftap dengan reaksi pasca donor nausea. Reaksi pasca donor nausea ini juga pernah terjadi di kasus lain,
seperti pada penelitian Harsiwi et al (2018). Pada penelitian tersebut, diketahui bahwa terjadi reaksi pasca
donor nausea pada seorang pendonor. Pendonor yang pertama kali mendonorkan darahnya didapatkan
keterangan bahwa pendonor kurang tidur. Jadi setelah donor darah, pendonor merasakan reaksi pasca
donor nausea dan teknisi menyarankan untuk tidur minimal 7-8 jam setiap hari dan teknisi juga
melakukan upaya pada pendonor tersebut yaitu menurunkan bed donor dan mempersilahkan pendonor
istirahat dan diberi makan, minum sampai keadaan pendonor membaik.
Tabel 2. Pendonor dengan reaksi pasca donor nausea berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 1 25%
Perempuan 3 75%
total 4 100%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4 pendonor yang mengalami reaksi pasca donor nausea
didominasi oleh pendonor dengan jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 3 pendonor sedangkan untuk
pendonor laki-laki yang mengalami reaksi pasca donor nausea hanya 1 pendonor.
Tabel 3. Karakteristik pendonor dengan reaksi pasca donor nausea
Indikato Jenis Usia Kadar Hb Hematokrit Tekanan Golongan
r kelamin darah darah
Kasus 1 Perempuan 37th 14,7 g/dl 44% 118/98 B+
mmHg
Kasus 2 Perempuan 56th 15,7g/dl 48% 127/90 A+
mmHg
Kasus 3 Perempuan 23th 12,7g/dl 38% 115/90 O+
mmHg
Kasus 4 Laki-laki 28th 16,1g/dl 44% 152/87 A+
mmHg

Empat kasus pendonor yang mengalami reaksi pasca donor memiliki karakter, gejala dan kondisi
yang berbeda-beda. Pada kasus 1, diketahui bahwa penyebab terjadinya reaksi pasca donor tersebut
dikarenakan pendonor belum makan minimal 2 jam. Menurut Risma et al (2015) makan minimal 2 jam
merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan sebelum melakukan donor darah. Tujuannya yaitu agar
kadar gula darah tetap stabil sehingga dapat mencegah pusing dan mual hingga pingsan pasca donor
darah. Pendonor yang belum makan bisa menimbulkan reaksi donor nausea. Hal ini dikarenakan pada
saat darah diambil pendonor membutuhkan energi yang banyak. Pada kasus 2, diketahui bahwa penyebab
pendonor mengalami reaksi pasca donor nausea karena pendonor merasa jijik saat melihat darah banyak.
Diketahui bahwa pendonor mengalami phobia terhadap darah. Menurut Aswin,M.,I (2015) Phobia darah
ditandai rasa takut dan jijik saat melihat darah, baik darah sendiri maupun darah orang lain dan itu dapat
menyebabakan reaksi merugikan pasca donor diantarannya yaitu reaksi pasca donor nausea. Pada kasus 3,
diketahui bahwa penyebab pendonor mengalami reaksi pasca donor nausea karena diketahui bahwa darah
yang diambil terlalu banyak yaitu 360 cc. Menurut Farahdina et al (2015) jika kebanyakan saat
mengambil darah bisa berakibat kekurangan zat besi, sehingga dapat membuat pendonor bisa merasakan
gejala lemas dan jika hal itu berlebihan bisa membuat pendonor mual. Rata-rata darah yang diambil saat
donor darah yaitu 350 ml dan jika lebih dari itu bisa mengakibatkan pusing, pingsan, mual dan mutah.
Pada kasus 4, diketahui bahwa penyebab pendonor mengalami reaksi pasca donor nausea karena setelah
donor darah selesai, pendonor tidak melakukan relaksasi dan pendonor langsung turun dari bed donor.
Sehingga pendonor merasa mual pasca donor. Menurut Prayitno et al (2005) kejadian tersebut
dikarenakan ketidakseimbangan sistem didalam tubuh sehingga mengakibatkan pendonor mengalami
reaksi merugikan pasca donor.
Pada 4 kasus kejadian nausea ini, keempat pendonor memiliki kadar Hb, hematokrit dan tekanan
darah yang berbeda. Hasil penelusuran peneliti diketahui bahwa tidak ada referensi yang menjelaskan
adanya hubungan kondisi tersebut terhadap kejadian nausea. Kondisi kesehatan keempat pendonor
tersebut juga sudah melalui proses seleksi donor, sehingga kemungkinan hal tersebut tidak berkaitan
dengan kejadian pasca donor nausea.
Ketika pendonor mengalami gejala yang menunjukkan reaksi pasca donor terdapat beberapa cara
penanganan yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Bed donor di turunkan (kaki lebih tinggi dari pada kepala) dengan tujuan agar darah bisa mengalir
dengan lancar, supaya pendonor lebih nyaman posisinya dan tidak merasa mual (Attaulah et al.,
2012).
2. Di beri minyak kayu putih dengan tujuan untuk dihirup dan dioleskan pada perut pendonor agar
keadaan pendonor lebih membaik (Allain. 2010).
3. Di persilahkan pendonor istirahat, makan dan minum dengan tujuan agar pendonor bisa rileks dan
kaedaan perut pendonor tidak kosong (Messih, et al. 2012).

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanan praktik kerja lapangan di UDD PMI Kabupeten
Bojonegoro yang dilaksanakan pada 8 September 2022 s/d 19 Oktober 2022 sebagai berikut:
1. Sebanyak 4 pendonor (0,73%) yang mengalami reaksi pasca donor nausea. Yaitu 1 pendonor
laki-laki (25%) dan 3 pendonor perempuan (75%) dari total 550 pendonor (100%) yang masuk
pada tahap aftap.
2. Terdapat 4 kasus reaksi pasca donor nausea dengan penyebab yang berbeda-beda, yaitu: belum
makan minimal 2 jam, merasa jijik saat melihat darah banyak, terlalu banyak darah yang diambil
yaitu 360 cc, pendonor tidak melakukan relaksasi setelah melakukan donor darah.
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini antara lain adalah masyarakat atau pendonor
yang ingin mendonorkan darah disarankan memahami persyaratan donor darah dan harus tetap menjaga
pola hidup sehat khususnya generasi muda agar kesehatan tubuh tetap terjaga dan supaya tidak terjadi
reaksi merugikan pasca donor darah.

Daftar Pustaka
Allain J.-P. Volunteer Safer than Replacement Donor Blood: a Myth Revealed by Evidence. Journal
compilation ISBT Science Series. 2010;5:169-175

Aswin, M.,I. (2015) Sindrom ‘Frigophobia’. BULETIN PSIKOLOGI. 23 (2):57-64

Attaulah S, Khan S, Khan J. Trend of Transfusion Transmitted Infections Frequency in Blood Donors:
Provide a Road Map for Its Prevention and Control. Journal of Translational Medicine.
2012;10:20

Farahdina,S.(2015).Donor Darah Dan Profil Lipid.Jurnal Kedokteran Universitas Lampung. 4(6).

Fundação Hemominas: 1985-2007. Belo Horizonte: Fundação Hemominas; 2007.p.222.

Harsiwi, BU., Arini, DL.2018. Tinjauan Kegiatan Donor Darah Terhadap Kesehatan di PMI
Karanganyar, Jawa Tengah Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Rekan Medis dan Informatika
Kesehatan. 8 (1):50-56.

Lutfi,M., Zuryaty.,Mayangsari,M.,(2022).Donor Darah “Selamatkan Jiwa dan Sehatkan Raga Di Masa


Pandemi COVID 19”.Jurnal Paradigma.4(1):27-35.

Marwaha, n., sharma, r., & agnihotri, n. (2012). Analysis of adverse events and predisposing factors in
voluntary and replacement whole blood donors: a study from north india. Asian journal of
transfusion science, 6(2), 155.

Mauka, W. I., Mahande, M. J., Msuya, S. E., & Philemon, R. N. (2015). Factors Associated with Repeat
Blood Donation at the Northern Zone Blood Transfusion Centre in Tanzania. Journal of
Blood Transfusion, 2015, 1–6.

Messih IYA, Ismail MA, Saad AA, Azer MR. The Degree of Safety of Family Replacement Donors
Versus Voluntary Non-remunerated Donors in an Egyptian Population: a Comparative Study.
Blood Transfus 2012: 1-7

Prayitno, Hadi. 2005. Identifikasi Problema Pelayanan Kesehatan pada Unit Transfusi Darah (UTD) PMI
Cabang Jember dan Upaya Pemecahannya. Jurnal Aspirasi, 15 (1): 75-88.

Septiana,D.,Astusi,Y.,Barokah,L.,(2021).Gambaran Karakteristik Pendonor Darah Yang Lolos Seleksi


Donor.Jurnal Ilmiah Cerebral Medika.3(2):1-12.

Suhardi,VA, Hartati, S., & Masykur, AM (2013). HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI
AKADEMIK.Jurnal EMPATI, 2(3):161-168.

Anda mungkin juga menyukai