Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN “R”

DENGAN DIAGNOSA DEFISIT PERAWATAN DIRI

DIRUANG EDELWEIS RSI MALANG UNISMA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh

Hendra Sulistiawan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “R” DENGAN MASALAH KEPERAWATAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

DI RUANG EDELWEIS RSI MALANG UNISMA

Disusun Oleh :

Hendra Sulistiawan

NIM. 2210.1490.1386

Disetujui Oleh

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ahmad Guntur Alfianto, S.Kep., Ns.,M.Kep Fery Arianto, S.Kep., Ns


A. Pengkajian

1. Pengertian

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang


mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2012). Pasien
gangguan jiwa akan mengalami kurangnya perawatan diri yang terjadi
akaibat perubahan proses pikir sehingga aktivitas perawatan diri menurun.
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya (Afnuhazi, 2015).

2. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

1. Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga


perkembangan inisiatif terganggu.

2. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang


menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.

3. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri


lingkungan. Situasi lingkungan mempengaruh latihan kemampuan
dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
2. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri.

Menurut NANDA (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014), perawatan diri


terdiri dari:

a. Defisit perawatan diri: Mandi

Hambatankemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi /


beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

b. Defisit perawatan diri: Berpakaian

Hambatankemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.

c. Defisit perawatan diri: Makan

Hambatankemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


seharian.

d. Defisit perawatan diri: Eliminasi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


eliminasi sendiri.

3. Tanda dan Gejala

Menurut Fitria (2012) tanda dan gejala yang tampak pada klien yang
mengalami defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:

a. Mandi / hygiene

Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan,


memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, meringankan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian / berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam melakukan atau mengambil


potongan pakaian, menaggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,


mempersiapkan makanan, menagani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, mengambil
makanan dari wadah lalu memasukannya ke mukut, melengkapi
makanan mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan
aman.

d. BAB/BAK (toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toletting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,
dan menyiram toilet kamar kecil. Keterbatasan diri diatas biasanya
diakibatkan karena stresor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien
(klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau
mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian,
berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh
perawat, maka kemungkinan bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi
sosial.

Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri

a) Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderta seseorang karena tidak


terpeliharannya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik.

b) Dampak Psikososial

Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan


kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri dan gangguan interaksi sosial.
4. Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri

Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan


perawatan medis, karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih
membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.

5. Pohon Masalah

Effect Gangguan Harga Diri Rendah

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Causa Ketidakberdayaan

6. Data yang perlu Dikaji

a. Data primer (Subjektif)

1. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di


RS tidak tersedia alat mandi.
2. Klien mengatakan dirinya malas berdandan.

3. Klien mengatakan ingin disuapin makanan.

4. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah


BAK/BAB.
b. Data Sekunder (Objektif)

1. Ketidakmampuan mandi atau membersihkan diri ditandai dengan


rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau,serta kuku panjang
dan kotor.

2. Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-


acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (perempuan)
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri,makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya. Ketidakmampuan BAB / BAK secara
mandiri ditandai dengan BAB / BAK tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.

7. Masalah keperawatan yang mungkin muncul

1. Defisit perawatan diri.

2. Harga diri rendah.

3. Resiko tinggi isolasi sosial.

B. Diagnosa keperawatan

Defisit Perawatan Diri

C. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)

a. Mengkaji kemampuan klien melakukan perawatan diri meliputi


mandi/kebersihan diri, berpakaian/berhias, makan, serta BAB/BAK secara
mandiri.
b. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2)

a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.

b. Memberikan latihan cara melakukan mandi/kebersihan diri secara


mandiri.
c. Menganjurkan klien memasuakan dalam jadwal kegiatan harian.

3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3)

a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.

b. Memberikan latihan cara berpakian/berhias secara mandiri.


c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4)

a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien

b. Memberikan latihan cara makan sendiri.

c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

5. Strategi Pelaksanaan 5 (SP 5)

a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien

b. Memberikan latihan cara BAB/BAK secara mandiri

c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

d. Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti


mandi/membersihkan diri, berpakaian, berhias, makan, dan BAB/BAK.

Tindakan keperawatan untuk klien.

a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi mandi /


membersihkan diri, berpakaian / berhias makan, BAB/BAK secara mandiri.
b. Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri,
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masih
kurang perawatan diri.

D. Pelaksanaan

Klien Keluarga
No.
SP1 SP2
Mendiskusikan masalah keluarga
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan
dalam merawat klien
2. Menjelaskan cara menjaga Menjelaskan pengertian,tanda dan
kebersihan diri gejala deficit perawatan diri dan
jenis deficit perawatan diri yang
dialami klien dan proses
terjadinya.
Membantu klien mempraktikan cara
3.
menjaga kebersihan diri
Mempraktikan cara menjaga Menjelaskan cara-cara merawat
4.
kebersihan diri klien dengan deficit perawatan diri
SP2 SP2
Meltih keluarga mempraktikan
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
1. cara merawat klien dengan deficit
klien
perawatan diri

2. Menjelaskan cara makan yang baik Melatih keluarga mempraktikan


cara merawat langsung klien
dengan deficit perawatan dir
3. Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal harian

SP3 SP3
Mengevaluasi jadwalkegiatan harian Membantu keluarga membuat
1.
jadwal aktivitas di rumah termasuk
klien
jadwal minum obat (discharge
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik
planning) menjelaskan follow up
3. Membantu klien mempraktikan
Menjelaskan cara eliminasi yang baik pasien setelah pulang

Menganjurkan klien memasukan

dalam jadwal harian


SP4 SP4
Mengevaluasi jadwal kegiatan hariain
1,
klien

2. Menjelaskan cara berdandan

Menganjurkan klien memasukan


3.
dalam jadwal harian

E. Evaluasi

1. Klien mampu melakukan mandi/membersihkan diri.

2. Klien mampu makan dengan benar dan secara mandiri.

3. Klien mampu berpakaian/berhias dengan baik dan benar secara mandiri.

4. Klien mampu memasukan jadwal kegiatan harian secara teratur.


DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah.(2014).Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama

Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP dan SP Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai