Laporan Genper
Laporan Genper
GENETIKA PERTANIAN
ACARA III
BIOLOGI BUNGA
INTISARI
Penyerbukan merupakan jatuhnya serbuk sari (polen) ke kepala putik. Setelah putik
menerima serbuk sari dari benang sari, akan terjadi proses pembuahan (penyatuan
gamet jantan dan betina) di dalam bakal biji. Akan tetapi, tidak semua serbuk sari yang
menempel pada kepala putik mampu membuahi sel telur, sehingga menyebabkan
kegagalan dalam pembuahan. Penyebab kegagalan tersebut berasal dari kemampuan
polen dalam menyerbuki kepala putik. Ada pun metode yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan tersebut, yaitu uji viabilitas polen, sehingga dapat
mengetahui perbedaan polen yang viabel (dapat membuahi) dan tidak viabel. Pengujian
ini dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman pada pukul 13.00 WIB. Pada
pengujian ini, didapatkan hasil bahwa polen yang viabel cenderung berwarna merah,
sedangkan polen yang tidak viabel berwarna putih bening.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagamannya, termasuk jenis flora
dan fauna. Indonesia sendiri mempunyai 10% spesies bunga dunia. Terdapat sekitar 28.000
spesies tanaman bunga yang dapat ditemukan di Indonesia (Julianto, 2016).
Bunga merupakan tunas berisi dengan empat lingkaran daun yang telah termodifikasi
menjadi kelopak (sepal), mahkota (petal), benang sari (stamen), dan putik (carpel). Jika dilihat
dari bagian bawah bunga, terlihat kelopak (sepal) yang umumnya berwana hijau. Sebelum
bunga mekar, kelopak ini akan terlihat menguncup atau membungkus bunga. Di atas kelopak
(sepal) bunga terdapat mahkota (petal) yang berwarna cerah pada beberapa bunga.
Keberadaan mahkota bunga ini dapat membantu menarik serangga, sehingga mempermudah
terjadinya proses penyerbukan. Kelopak dan mahkota ini merupakan bagian bunga yang
steril. Artinya, bagian-bagian itu secara tidak langsung tidak terlibat dalam reproduksi. Di
dalam cincin mahkota, Ada dua organ reproduksi, yaitu benang sari (stamen) sebagai bagian
alat kelamin bunga jantan dan putik (carpel) sebagai alat kelamin betina (Mitchell, 2003, cit
Ramdhini et al., 2021).
Praktikum Genetika Pertanian Acara III yang berjudul “Biologi Bunga” ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kategori bunga dan perbedaan polen yang viabel dan tidak
viabel melalui uji viabilitas polen.
Tahapan kedua, uji viabilitas polen melalui perkecambahan tabung polen. Alat dan
bahan yang dibutuhkan, yaitu polen, 12% (w/v) sukrosa; 0,01% (w/v) H3BO3, 0,1 M HCl atau
0,1 M NaOH, shaker, dan object glass. Langkah yang pertama, yaitu pembuatan media
perkecambahan polen dengan komposisi 12% (w/v) sukrosa; 0,01% (w/v) H3BO3, pH medium
diatur sekitar 6,4 dengan penambahan 0,1 M HCl atau 0,1 M NaOH. Kepadatan polen diatur
1.500 polen/1 ml medium. Berikutnya, kultur polen diinkubasi dalam ruang bersuhu 25oC di
atas shaker dengan kecepatan 100 rpm. Kemudian, polen diamati setiap jam untuk
mengetahui tahap perkecambahan polen. Setelah itu, panjang tabung polen diukur.
Tahapan ketiga, pengamatan kantong embrio. Alat dan bahan yang dibutuhkan, yaitu
bunga telang (Torenia spp) dan mikroskop (opti lab). Bunga yang telah mekar dibuang
mahkotanya dan kelopaknya lalu diletakkan di object glass. Kemudian, putik diambil dan
ovary dipisah dari style. Lalu, ovule dikeluarkan. Selanjutnya, ovule diberi air dan diamati di
bawah mikroskop.
A. Hasil Pengamatan
1. Bunga Pepaya
(Carica papaya)
2. Bunga Sepatu
(Hibiscus rosa-
sinensis)
4. Bunga Krisan
(Chrysanthemum
indicum)
5. Bunga Telang
(Torenia spp)
Tabel 4.3 Identifikasi Waktu Membuka dan Menutup Bunga, Waktu Antesis dan Reseptif
Organ Kelamin Bunga, dan Tipe Penyerbukan Bunga Berdasarkan Struktur Bunganya
2. Jagung 12 2 85,71%
Gambar Penjelasan
B. Pembahasan
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa setiap bunga memiliki bagian-bagian khasnya
tersendiri, seperti keberadaan tangkai, mahkota, benang sari, kelopak, dan putik. Hal
tersebut dapat diperjelas pada tabel 4.2. Bunga papaya memiliki kelopak sejumlah 5 lembar,
mahkota 5 lembar, benang sari 5 buah, dan putik 0 buah. Lalu, bunga sepatu, terdapat
kelopak sejumlah 5 lembar, mahkota 20 lembar, benang sari 5 buah, dan putik 4 buah. Bunga
selanjutnya, yaitu bunga krisan yang memiliki kelopak 25 lembar, mahkota 35 lembar,
benang sari 145 buah, dan putik 1 buah. Bunga cabai memiliki kelopak 5 lembar, mahkota 5
lembar, benang sari 5 buah, dan putik buah. Bunga yang terakhir, Bunga telang dengan
bagian kelopak yang berjumlah 5 lembar, mahkota 3 lembar, benang sari 10 buah dan putik
1 buah.
Bunga adalah alat reproduksi seksual. Berdasarkan kelengkapan bagian-bagian,
bunga dibagi menjadi 2, yaitu bunga lengkap dan tidak lengkap. Bunga lengkap adalah
bunga yang terdiri dari kelopak, mahkota atau tajuk bunga, benang sari, dan putik
(Tjitrosoepomo, 2005 cit Sari, 2017). Pada tabel 4.2 bunga yang tergolong kategori bunga
lengkap, yaitu bunga sepatu, bunga krisan, bunga cabai, dan bunga telang. Sementara itu,
bunga tidak lengkap adalah bunga yang tidak memiliki satu atau lebih. Bunga yang tergolong
tidak lengkap adalah bunga papaya (Ramdhini et al., 2021). Klasifikasi tersebut dapat
menentukan tipe penyerbukan, seperti halnya pada pada tipe bunga sempurna yang
memiliki tipe penyerbukan sendiri karena memiliki 2 alat kelamin dalamm 1 tanaman
(Sukpram, 2012).
Berdasarkan kelengkapan alat reproduksinya, bunga dikelompokkan menjadi 2, yaitu
bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Bunga sempurna merupakan bunga yang
memiliki alat kelamin jantan (benang sari) dan betina (putik) dalam satu tanaman. Pada tabel
4.2, bunga yang tergolong bunga sempurna adalah bunga sepatu, bunga krisan, bunga
cabai, dan bunga telang. Sementara itu, bunga tidak sempurna adalah bunga yang tidak
memiliki benang sari atau putik. Pada tabel 4.2, bunga yang tergolong bunga tidak sempurna
adalah bunga papaya. Hal itu dikarenakan bunga pepaya hanya memiliki benang sari saja
dan tidak memiliki putik (Ramdhini et al., 2021).
Berdasarkan tabel 4.4, didapatkan hasil persentase polen viabel tanaman bunga
sepatu sebesar 91,86%, tanaman jagung sebesar 85,71%, dan tanaman buah talok sebesar
100%. Persentase tersebut didapat melalui pengamatan dan perhitungan rasio fertil dengan
total keseluruhan polen yang dapat diamati. Pada uji viabilitas polen melalui proses
pewarnaan ini diperoleh hasil bahwa polen yang fertil terlihat berwarna merah, sedangkan
polen steril berwarna putih bening, Warna merah tersebut disebabkan reaksi antara
Acetocarmine dengan nucleus dan exine. Jika polen mengandung karbohidrat, glikoprotein,
lipid, trapenoid, fenolat, dan kromatin, polen akam terwarnai menjadi merah (Warid, 2009 cit
Ernawiati et al, 2021). Ada pun kelebihan dari pengujian melalui pewarnaan, yaitu cepat dan
mudah dilakukan (Ulfah et al., 2016).
Viabilitas polen atau serbuk sari adalah persentase polen yang akan menyelesaikan
proses perkecambahan serta membentuk tabung sari (pollen tube) (Al-Hamda et al., 2022).
Viabilitas serbuk sari ini dapat menentukan kemampuan serbuk sari dalam mengantarkan
inti generatif ke ovule, sehingga memungkinkan terjadinya pembuahan ganda (Ikhwanudin
et al., 2019 cit Udayani et al., 2020). Tingkat viabilitas serbuk sari dapat diidentifikasi melalui
masa anthesis bunga jantan (Widiastuti et al., 2008 cit Udayani et al., 2020). Selain itu,
viabilitas serbuk sari pada masa anthesis juga dapat dtentukan oleh waktu kematangannya.
Ada pun faktor yang mempengaruhi viabilitas serbuk sari, yaitu lingkungan dan media
perkecambahannya (Al-Hamda et al., 2022)
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil panjang tabung polen tanaman bunga cabai
(Capsicum anuum), tanaman bunga sepatu, dan tanaman strawberry dengan panjang
masing-masing 0,3 µm, 0,9 µm, dan 0,2 µm.
Ada dua metode yang dapat dilakukan untuk uji viabilitas polen melalui
perkecambahan, yaitu perkecambahan polen in vitro dan in vivo. Perkecambahan polen in
vitro dapat dilakukan dengan cara mengecambahkan dengan menggunakan medium yang
mengandung sukrosa, asam borat, dan kalsium nitrat pada suhu 20oC. Sementara itu, pada
perkecambahan in vivo dapat dilakukan dengan cara mengecambahkan polen pada stigma
yang ada pada putik (Wang et al., 2003 cit Azka, 2021). Perkecambahan dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain suhu dan lingkungan yang lembab. Suhu yang dibutuhkan
polen untuk dapat berkecambah, yaitu 20oC (Wang et al., 2003 cit Azka, 2021).
Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa bagian yang berwarna kuning merupakan sel telur,
sedangkan bagian yang lain tidak teramati dengan jelas. Kantong embrio merupakan
kantong berisi sel telur dan merupakan tempat terjadinya perkembangan zigot.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum di atas dapat disimpulkan sebagai beriku:
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hamda, H. M., E. Swasti., B. Satria. 2022. Fertilitas dan viabilitasa tanaman jamblang
(Syzygium cuminni (L.) Skeels) asal Sumatera Barat. Jurnal Pertanian Agros 24(1):
487-496. @
Azka. N. A. 2021. Perkecambahan polen bunga jengger ayam (Celosia argentea). Agrinova
4(2): 24-27.
Ernawiati, E., G. D. Pratami., E. Setyaningrum., G. Klascha., D. Angelika. 2021.
Karakterisasi struktur morfologi dan viabilitas polen dari lima kultivar pisang kapok
(Musa paradisiaca L.). Buletin Kebun Raya 24(1): 35-41.
Julianto, T. S. 2016. Minyak atsiri bunga Indonesia. Deepublish. Yogyakarta.
Kartikawati, N. K. 2008. Pengaruh tipe penyerbukan terhadap keberhasilan reproduksi pada
reproduksi pada tanaman Melaleuca cajuputi subsp cajuputi. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman 5(2): 99-107.
Kavitha, G. K. K., S. Rajendran., H. B. Sherine. 2021. Anti-corrosive properties of an
aqueous extract of Chrysanthemum indicum flower. International Journal of Corrotion
and Scale Inhibition 10(2): 783-800.
Masyitha., Indrawati., M. Arham. 2021. Animasi 3 dimensi proses penyerbukan bunga
kembang sepatu. EProceeding of TIK 1(1).
Mora-Calderón, José & Scott, Kalani & Bolaños-Villegas, Pablo. 2020. Analysis of Meiosis in
Nonmodel Tropical Plants: The Case of Carica papaya Linn. 10.1007/978-1-4939-
9818-0_10.Nishjima, T., T. Niki., T. Niki. 2016. A Novel “Petaloid” Mutant of Torenia
(Torenia fournieri Lind. ex Fourn.) Bears Double Flowers through Insertion of the
DNA Transposon Ttf1 into a C-class Floral Homeotic Gene. The Horticulture Journal
85(3):272-283.
Nishijima, T., T. Niki., T. Niki. 2016.A novel petaloid mutant of torenia (Torenia fournieri Lind.
Ex Fourn.) bears double flowers through insertion of the DNA transposon Ttf1 into a
C-class floral homeotic gene. The Horticulture Journal.
Ramdhini, R. N., A. I. Manalu., I. P. Ruwaida., P. L. Isrianto., N. H. Panggabean.., S.
Wilujeng., I. Erdiandini., S. R. F. Purba., E. Sutrisno., I. Lihardo., S. Purwanti., B.
Utomo., I. Lihardo., D. R. Surjaningsih. 2021. Anatomi Tumbuhan. Yayasan Kita
Menulis. Medan.
Reveendran, A., S. Varghese., K., Viswanathan. 2016. Green synthesis of silver nano
particle using Hibiscuc rosa-sinensis. IOSR Journal of Applied Physic 8(3): 35-38.
Sari, N. K. Y. 2017. Struktur morfologi bunga dan anatomi serbuk sari buah naga super
merah. Jurnal Media Sains 1(2): 71-76.
Surprakarn, S., S. Juntakool., R., Huang 2012. Panen dan menyimpan benih sayur-sayuran.
The World Vegetable Centre. Taiwan.
Udayani, I. G. A. P. I., N. L. Watiniasih.m I. K. Ginantra. 2020. Koloni lebah madu sebagai
agen penyerbuk pada tumbuhan terung ungu pada sistem pertanian local bali. Jurnal
Metamorfosa. 7(2): 159-162.
Ulfah, S. M., Dorly., S. Rahayu. 2016. Perkembangan bunga dan uji viabilitas serbuk sari
bunga lipstik. Aeschynanthus radicans var. ‘Monalisa’ di kebun raya bogor. Buletin
kebun raya 19(1): 21-22.
Viviane, D. S. M., M. A. G. Davill., G. R. D. Castro., Y. M. G. Baustita., C. M. Caetano. 2016.
Cytogenetic evaluation of chili (Capsicum spp ., Solanaceae) genotypes cultivated in
Valle del Cauca, Colombia. Acta Agronomica.