Anda di halaman 1dari 1

Penyelesaian Kasus Robetus Robet

Robertus Robet dijemput paksa untuk menjalani pemeriksaan atas orasinya yang dinilai
menghina institusi TNI. Setelah dimintai keterangan lebih lanjut, pihak kepolisian memutuskan
untuk tidak menahan Robertus Robet dan juga yang bersangkutan tersebut tidak dikenai wajib
lapor. Kepolisian melalukan penyidikan mendalam soal penyebaran video ujaran kebencian
Robertus dan penyidik mengantongi sejumlah nama akun yang dinilai yang diduga
menyebarkan video orasi tersebut. Statusnya dari penyidikan kemudian naik menjadi
tersangka.
Robertus Robet dijadikan tersangka atas Pasal 45 ayat (2) Jo Pasal 28 ayat (2) UU 19/2016
tentang perubahan atas UU 11/2009 tentang ITE dan/atau Pasal 14 ayat (2) jo Pasal 15 UU No 1
tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan/atau Pasal 207 KUHP. Menurut Karo Penmas
Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, dari semua pasal itu, yang diduga paling kuat dilanggar
Robet adalah Pasal 207 KUHP yang melarang siapa pun menghina penguasa atau badan hukum.
Robet tak ditahan karena ancaman hukuman terhadapnya, berdasarkan pasal tersebut, cuma 1
tahun 6 bulan. Penahanan hanya dikenakan kepada yang melanggar aturan dengan ancaman
hukuman lima tahun atau lebih.
Robertus Robet juga melalukan klarifikasi di media dengan tujuan meminta maaf dan tidak
bermaksud untuk menyinggung institusi manapun.
Hubungan Kode Etik PR dan Penyelesaian Kasus Robertus Robet
Pada penyelesaian kasus Robertus Robet, hal ini berkaitan dengan Kode Etik Kehumasan
Indonesia-Perhumas pasal 3 mengenai perilaku terhadap masyarakat dan media massa yaitu
menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat
serta harga diri anggota masyarakat. Selain itu, hal ini juga berhubungan dengan aturan tidak
menyebarluaskan informasi hoaks atau yang menyesatkan dan senantiasa membantu
penyebarluasan informasi maupun pengumpulan pendapat untuk kepentingan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai