Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN

Abad pertengahan adalah nama yang berasal dari zaman renaissance. Zaman ini agak
menentang abad pertengahan karena abad pertengahan dianggap sebagai zaman yang
menghambat kemajuan peradaban, menindak otonomi akal budi dan merendahkan martabat
manusia karena berbagai aturan gereja. Baru pada abad ke-19 terdapat penghargaan terhadap
segala zaman termasuk abad pertengahan.

Zaman tahun 500-1000 adalah zaman kekacauan politik. Eropa dibuat gemetar oleh
penyerbuan bangsa Got dari wilayah Jerman Timur dan bangsa Hun (Eropa Timur dan Asia
Tengah) yang barbar sekaligus nomaden. Dua bangsa ini yang mengakibatkan menurunnya
kekuasaan kerajaan Romawi. Dampaknya sangat besar yaitu banyak peradaban Yunani dan
Romawi dihancurkan. Perkembangan Islam tahun 700 mengakibatkan banyak pusat
peradaban dan intelektual di Afrika Utara dihancurkan. Selain itu pada tahun 900 hingga
tahun 1200 terjadi lagi penyerbuan suku bangsa Viking, yang target utama invasinya adalah
Inggris. Tiga hal ini membuat sejarah dan pemikiran masa lalu banyak yang dimusnahkan
dan percobaan untuk masa depan kerap mati muda. Akibatnya filsafat pada era ini tidak
begitu menonjol. Sesudah tahun 1000, banyak naskah-naskah kuno yang masuk ke Eropa
lewat pemikir Islam, Yahudi dan langsung dari Yunani. Namun pada tahun 900 hingga 1100
terjadi perang salib. Baru pada era Theodorik pada zaman renaissans terjadi kestabilan
politik.

Walaupun demikian, pada akhir tahun 700, Karel Agung memberi perhatian penting pada
pendidikan. Tak heran pihak istana mengundang para sarjana terkemuka dari berbagai
daerah ke istana. Khusus disebut para sarjana dari Inggris dan Irlandia, karena banyak naskah
kuno yang di bagian lain Eropa telah dihancurkan, tetapi masih tersimpan dengan baik di
sana. Dua sarjana yang terkenal adalah Alkuin dari York (Inggris) dan Scotus Eriugena.
Sekolah berkembang pada era itu. Sekolah dibagi menjadi tiga: sekolah biara, keuskupan dan
istana. Sekolah pertama muncul di biara-biara Prancis selatan (Galia).1

Pada era ini pelajaran dibagi dalam tujuh bidang yang disebut artes liberales.2 Ini merupakan
penemuan dari Cassiodorus (477-565/70). Tujuh bidang ini dibagi lagi dalam dua kelompok:
trivium dan quadravium. Trivium (3 jalan) meliputi pelajaran gramatika, retorika dan
dialektika.3 Quadravium (4 jalan) meliputi ilmu ukur, ilmu hitung, perbintangan dan music.
Yang terakhir ini adalah pelajaran untuk mereka yang akan mempelajari teologi sebagai ilmu
yang lebih tinggi. Namun kurikulum ini mengalami perubahan. Retorika diganti logika

1
Sekolah gereja atau katedral yang pertama didirikan oleh Fulbertus dari Chartres. Sekolah-sekolah Prancis
sangat maju pesat. Sekolah-sekolah itu adalah Chartres, Notre Dame, Saint Viktor dan Claivaux. Ada
kekhasan dari tiap sekolah. Ada yang mengutamakan sastra kuno daripada gramatika dan ada yang lebih
mementingkan dialektika dan ada pula antidialektika. Antidialektika adalah pandangan yang banyak
berkembang dalam sekolah-sekolah teologi yang melihat dialektika berbahaya bagi iman kepercayaan.

2
Ini pelajaran untuk orang bebas (liberales), yang dibedakan dengan pelajaran untuk para budak (artes
serviles).

3
Dialektika (logika) baru terbatas pada categorie dan de interpretation dari Aristoteles. Bidang logika lain
darinya belum ditemukan.

65| P a g e
Aristoteles. Filsafat Aristoteles menjadi pelajaran utama artes liberales. Ilmu-ilmu lain
masuk menjadi bagian filsafat. Ini merupakan ilmu yang harus dipelajari sebelum orang
memasuki universitas.

Macam-macam sekolah dan kurikulumnya ini membuat keseluruhan era ini disebut era
skolastik. Era ini tidak hanya mengenal sekolah-sekolah tetapi merupakan saat pertama
munculnya universitas. Pada puncak era ini, yaitu pada abad ke-11 muncul universtitas
Bologna dan Prancis yang merupakan universitas-universitas pertama.

Kebudayaan dan ilmu pengetahuan berkembang di biara-biara. Pada puncak abad


pertengahan filsafat dikuasai oleh dua tarekat religius: Fransiskan dan Dominikan. Sekolah
Fransiskan umumnya beraliran platonic, neoplatonis dan juga amat dipengaruhi oleh
Agustinus. Tokoh-tokoh yang penting adalah Alexander Hales, Bonaventura, Duns Scotus
dan William Ockham. Sekolah Dominikan beraliran Aristotelian. Tokoh-tokoh yang penting
adalah Albertus Agung dan Thomas Aquinas.

Yang menjadi focus filsafat pada abad pertengahan ini adalah hubungan antara iman dan akal
budi atau filsafat dan teologi dan juga pertanggungjawaban rasional tentang keberadaan
Tuhan. Selain itu, filsafat juga bergumul dengan masalah universalia/konsep umum entah
sebagai sebuah kenyataan riil tersendiri atau kenyataan riil (realism) atau sebuah nama saja
(nominalisme). Mengapa bidang pertanggungjawaban rasional tentang persoalan agama
menjadi hal yang penting? Hal ini disebabkan karena bangsa-bangsa baru yang Kristen yang
juga mulai dewasa diperhadapkan dengan pertanyaan diri sendiri tentang bagaimana harus
mempertanggungjawabkan iman mereka. Selain itu, munculnya karya Aristoteles dengan
ilmu-ilmu yang sangat secular seperti logika dan fisika memperhadapkan orang dengan
keragaman kebenaran. Kebenaran agama yang dominan menghadapi tantangan dan perlu
memberikan jawaban yang tepat. Tambahan lagi, teolog-teolog juga berurusan dengan ilmu-
ilmu secular tersebut sebagai salah satu metode pengembangan ilmu mereka.

Pada era skolastika terdapat metode yang khas. Metode ini memberi tekanan yang kuat pada
penalaran dialektis untuk menarik kesimpulan dan mencari solusi atas kontradiksi. Metode ini
juga memberi tekanan pada analisis konseptual yang mendalam dan pembentukan distingsi
yang ketat. Para calon sarjana akan memilih pendapat-pendapat dari tokoh atau pengarang
terkenal yang otoritatif sebagai pokok penyelidikan. Dengan membacanya secara teliti,
mereka belajar menghargai teori para pengarang. Kemudian dokumen lain yang berhubungan
dengan topic itu diselidiki. Selanjutnya, mereka mengedepankan pendapat-pendapat dari
berbagai tokoh yang menolak pendapat yang menjadi tema sentral. Pendapat yang pro dan
kontra ini akan ditulis dalam sebuah kalimat atau dalam sebuah teks pendek. Akhirnya akan
dibuat sebuah sintesa dari perdebatan atau diskursus itu. Inilah yang kemudian disebut
sententiae.4

Dalam metode ini, pokok yang dibicarakan disajikan di dalam proposisi (kalimat utuh,
abstrak dan padat. Proposisi ini akan diperhadapkan dengan proposisi-proposisi kontraris.

4
Lihat halaman 63.

66| P a g e
Dua proposisi yang bertolak belakang ini diberikan argument pendukung yang memadai di
dalam perdebatan. Lalu solusi dicarikan berdasarkan dukungan yang telah dipaparkan. Ini
akan dilakukan dalam dua jalan. Yang pertama dilakukan dengan penyelidikan filologi/kata-
kata. Kata-kata diselidiki dan diperdebatkan untuk mendapat makna yang beragam. Juga
dipertimbangkan bahwa pengarang mungkin memaknai kata secara lain. Ambiquitas dapat
digunakan untuk menemukan dasar bersama dari dua pernyataan bertentangan. Yang kedua,
adalah melalui analisis logis, yang bersandar pada aturan logika formal untuk
memperlihatkan tiadanya kontradiksi dan akan tunduk pada pembacanya. Namun mahasiswa
perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang pengarang otoritatif dalam bidang yang
diperdebatkan.

Sejarah filsafat abad pertengahan terbagi dalam tiga tahap: permulaan, puncak dan akhir.
Abad ini dimulai dari tahun 500-1400. Namun secara lebih tepat ia mulai pada tahun 800 atau
abad ke-9.

PERMULAAN ABAD PERTENGAHAN 800-1100

Pada era ini berkembang sebuah system di mana orang bersekolah berarti berguru pada
tokoh-tokoh dahulu yang memiliki karangan-karangan yang otoritatif. Mereka adalah
Pseudo-Dionysius Areopagita, Boetius, Cassiodorus dan Isidorus.

Tokoh-tokoh yang terkenal adalah Scotus Eriugena, Anselmus dari Canterbury, Abelardus
dan Petrus Lombardus. Peranan penting juga dimainkan oleh para filsuf Islam seperti Ibn
Sina (Avicena) dan Ibn Rush (Averroes) dalam memperkenalkan pemikiran Aristoteles dan
sintesa antara agama dan filsafat. Selain itu ada beberapa tokoh lainnya Richard dari St.
Victor (1078 - 1151), Bernard dari Clairvaux (1090 - 1153), Hildegard dari Bingen (1098 -
1179), Alain de Lille (c. 1128 - 1202) dan Joachim dari Fiore (c. 1135 - 1202). Tokoh-tokoh
yang terakhir ini tidak akan dibahas, karena pengaruh filsafatinya tidak begitu menonjol.

Tokoh-tokoh

Pertama, Scotus Eriugena (810-877). Ia adalah filsuf istana karena bekerja pada Raja Karel
Agung. Ia menerjemahkan karya Dyonisius Areopagus dan Gregorius dari Nissa ke dalam
bahasa Latin dan mengusahakan teologi yang sistematis berdasarkan pemikiran
neoplatonisme. Dalam bukunya De divisione naturae (mengenai pembagian alam), alam
semesta yang esa ini dikategorikan dalam empat bentuk. Bentuk pertama adalah alam yang
menciptakan tetapi tidak diciptakan. Bentuk kedua adalah alam yang menciptakan dan
diciptakan. Bentuk ketiga adalah alam yang tidak menciptakan tetapi diciptakan. Bentuk
keempat alam yang tidak menciptakan dan tidak diciptakan.

Untuk sampai kepada Allah menurutnya, orang memerlukan pengetahuan mistis, yang
melampaui pengetahuan akali dan pengalaman inderawi, Ini memperlihatkan bahwa pada
abad ke-11 terjadi kemerosotan dari pemikiran intelektual ke pemikiran religius. Akibatnya

67| P a g e
konsep pengetahuan yang benar hanya berasal dari wahyu saja. Ini mirip dengan pemikiran
Tertulianus. Baru pada puncak skolastik, pengetahuan akali diakui memiliki kebenarannya
sendiri yang juga berwibawa.

Pada era ini orang mempersoalkan universalia atau konsep umum. Mengapa hal ini menjadi
persoalan? Karena pada era ini orang kekurangan sumber-sumber filsafat selain logika,
sehingga mereka memperbincangkan kata-kata umum. Ada tiga pendapat tentang hal ini.
Pertama, ultra realism. Dalam pandangan ini konsep umum itu memiliki keberadaan sendiri
dan tidak tergantung pada benda konkrit. Kedua, nominalisme. Di dalam konsep ini,
universalia adalah nama saja dari benda konkrit dari jenis yang sama. Yang sesungguhnya
ada ialah benda konkrit. Ketiga, realism, universalia terdapat dalam benda konkrit.
Pengertian umum didasarkan pada hakikat dari benda-benda konkrit itu sendiri.

Kedua, Anselmus dari Canterbury (1033-1109). Ia dilahirkan di Aosta, Italia. Anak disiplin
dan cerdas ini memimpin biara Bendiktin di Prancis yang adalah pusat intelektual pada saat
itu. Kemudian dia menjadi uskup Canterbury, Inggris. Ada perdebatan apakah dia menjadi
bapa skolastika atau tidak. Namun dari segi metode, Petrus Abelardus dan Petrus Lombardus
lebih tepat disebut sebagai bapa skolastika. Anselmus menulis beberapa karya terkenal: Cur
deus Homo (Mengapa Allah Menjadi Manusia), Monologion (percakapan dengan diri
sendiri), Proslogion (Salam/Pendahuluan) dan dialog tentang kebebasan memilih dan
kejatuhan setan.

Dua hal yang penting dari pemikirannya adalah hubungan iman dan akal budi, dan bukti
tentang Allah. Ia juga memikirkan tentang universalia bahwa hal itu terdapat di dalam ide
Allah.

Ia mengikuti pemikiran Agustinus tentang hubungan yang saling mendukung antara iman dan
akal budi. Hubungan antara iman dan akal budi dirumuskannya dengan pernyataan terkenal
credo ut inteligam (saya percaya supaya mengerti). Artinya orang harus percaya terlebih
dahulu terhadap ajaran kristiani dan keberadaan Tuhan agar ia dapat merintis jalan menuju
pemahaman. Iman mendapat tempat yang pertama. Sikap Kristen bukan sesuatu yang harus
diyakini berdasarkan validitas.5 Selain itu, ia merumuskan pandangan: fides quaerens
intellectum (iman berikhtiar menemukan pemahaman/pengertian). Artinya iman dan akal
budi berhubungan sangat erat. Beriman bagi yang sehat selalu akan diperhadapkan dengan
pertanyaan-pertanyaan kritis yang menuntut penjelasan rasional.

Anselmus memiliki dua teknik untuk membuktikan adanya Allah. Yang pertama ialah dengan
membuat perbandingan antara yang terbatas dan tak terbatas atau mutlak dan relative.
Misalnya yang baik secara terbatas selalu mengandaikan yang baik secara mutlak. Adanya
hal yang terbatas mengandaikan adanya hal yang tak terbatas. Adanya dunia dan segala yang
terbatas ini mengandaikan adanya Dia yang tak terbatas. Karena itu, Allah ada.

Yang kedua, bukti keberadaan Allah dapat diketahui dari tulisan berjudul Proslogion (1077).
Di dalamnya ia membentang argument yang oleh Kant disebut argumen ontologis. Bukti ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:

5
John K. Roth, 1974, Persoalan-Persoalan Filsafat Agama, Jakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 73.

68| P a g e
 Allah: sesuatu yang lebih besar darinya tidak dapat dipikirkan. Yang terbesar yang
bisa dipikirkan adalah Allah. Mustahil untuk memikirkan sesuatu yang lain yang
lebih besar dari pada Allah. Allah lebih besar dari yang masih bisa dipikirkan.
 Ia diperhadapkan dengan pertanyaan: apakah konsep itu memiliki hubungan dengan
kenyataan? Apakah kenyataan itu sama dengan pemikiran? Jawaban pertama, bahwa
paling kurang ia ada dalam pemikiran. Kenyataan tentu lebih besar dari pernyataan
dan apalagi pemikiran tentang kenyataan itu. Karena itu, hal yang tidak dapat
dipikirkan lebih besar daripadanya tak mungkin hanya terdapat dalam ide saja tetapi
juga dalam kenyataan. Kedua, apa yang dipikirkan harus juga ada dalam kenyataan
sebab jika tidak, maka pemikiran tidak mempunyai objeknya, tetapi hanya saja objek
ini tidak bisa dimengerti secara empiris.
 Jadi, Allah tak mungkin hanya ada dalam pemikiran tetapi juga dalam kenyataan.

Pandangan ini dikritik. Orang bisa memikirkan sesuatu tetapi hal itu tidak ada dalam
kenyataan. Menerima konsep tentang Tuhan di atas belum membuktikan secara rasional dan
tanpa pertentangan bahwa Tuhan dalam kenyataan ada. Thomas Aquinas menolak argument
ini, tetapi Leibniz, Descartes menerimanya. Argumen ini popular lagi pada abad ke 20 karena
pemikiran adalah upaya transendensi dan transendensi itu tentunya memuncak pada yang
maha tinggi.6

Ketiga, Petrus Abelardus (1079-1142). Ia adalah seorang filsuf dan teolog Prancis tetapi
terkenal sebagai figur kontroversial. Pertama disebabkan karena menjalin hubungan asmara
dengan mahasiswinya hingga ia dikebiri.7 Kedua, karena dia kerap berseberangan pendapat
dengan pemikir lain dan otoritas gereja. Ia adalah yang gemar bepergian untuk belajar dan
berdebat dengan berbagai orang. Ia merasa diri sebagai filsuf tak terkalahkan di dunia. Ia
banyak mengikuti dialektika Aristoteles. Ia belajar pada seorang nominalis, Roscellinus dan
William dari Champeaux di mana ia belajar tentang filsafat realisme, sebuah pandangan
bahwa konsep merupakan penggambaran realitas.

Topik penting yang berkaitan dengannya adalah konsep abstrak atau universalia.
Pertanyaannya adalah apakah konsep itu ada? Kalau ada, konsep itu terdapat di mana?
Jawaban pertama, konsep abstrak itu ada (realism). Sebaliknya hal konkrit dan individual
hanyalah spesifikasi dari konsep abstrak itu. Jawaban kedua, konsep abstrak itu tidak ada.
Yang ada ialah benda konkrit. Kalau ada, maka ia hanyalah nama (nominalisme). Jawaban
ketiga, bahwa konsep abstrak atau universal itu ada di dalam pemikiran (konseptualisme)
dan juga di dalam benda konkrit. Ia tak memiliki realitas eksternal atau substansial. Ini

6
Simon Petrus L. Tjahjadi, 2004, Petualangan Intelektual,Yogyakarta: Kanisius, hlm. 127

7
Ia tidak hanya memiliki hubungan cinta tetapi keduanya terus berkorespondensi untuk berbagi pandangan
tentang filsafat. Wanita ini bernama Héloïse d'Argenteuil, yang dikirim Abelardus ke biara di Nantes untuk
menghindarkannya dari Pamannya yang berperilaku jahat padanya. Ia hanya mengenakan pakaian kebiaraan
tetapi dia tidak mengucapkan kaul kebiaraan sehingga dia bukan anggota resmi. Hubungan mereka
membuahkan seorang anak bernama Astrolabe. Tetapi Abelardus kemudian dikebiri oleh orang suruhan
paman dari istrinya itu karena Abelardus mengambil wanita itu dari rumahnya. Wanita ini membela Abelardus
ketika ia dipandang sebagai bidaah oleh Paus Inosensius II. Lihat E. Gilson, La morale de l’amor pur in Abelard
et Heloise, dalam E. Bouye, ed. Correspondence 30-31.

69| P a g e
kemudian ditegaskan oleh Kant bahwa universal dihasilkan oleh struktur dan fungsi mental
apriori kita.

Ada dua hal penting lainnya yang boleh diketahui tentangnya. Pertama, dalam karya nya "Sic
et Non" ("Yes and No" antara 1121 dan 1132) di dalamnya dia menulis kutipan-kutipan yang
bertentangan tentang topic teologi Kristen tradisional dan menjelaskan aturan untuk
menyatukan mereka. Cara ini menghidupkan kembali dialektika sebagai alat filsafat. Baginya
dialektika adalah jalan menuju kebenaran dan juga latihan mental yang baik. Model
dialektika ini mendapat tantangan yang sangat besar pada tahun 1000-an. Misalnya Petrus
Damian memandang dialektika berbahaya karena tidak berbicara tentang Tuhan bahkan
diciptakan oleh setan. Bernardus dari Clairvaux memandang dialektika berbahaya bagi
kepercayaan dan teologi yang ortodoks. Kedua, dalam bidang etika ditegaskannya bahwa
nilai sebuah tindakan moral ditentukan oleh maksud subyektif bukan hanya pada tindakan itu
sendiri.

Keempat, Petrus Lombardus (1096-1160). Ia adalah orang Italia yang kemudian menjadi
uskup Paris. Ia mengumpulkan pendapat dan pengajaran dari Bapa Gereja dalam empat
buku yang disebut sententiae (Pendapat-Pendapat Bapa-Bapa Gereja dan pengarang lain).
Sententiae menjadi rujukan bagi para filsuf besar abad pertengahan sebab mereka harus
memberi komentar atasnya. Thomas Aquinas, Bonaventura dan Duns Scotus harus menulis
komentar atasnya untuk menyelesaikan suatu tahap studi. Sententiae dikumpulkan sebagai
bahan kuliah yang berpengaruh hingga abad ke-16. Bahan kuliah ini bermula dari model
kuliah abad ke-12 yaitu lectio dan disputatio. Yang pertama adalah kuliah yang diberikan
oleh dosen, dan yang kedua adalah perdebatan yang disusun dalam kelompok pro dan kontra
sesuai dengan metode skolastika. Tentang universalia yang menjadi perdebatan ramai pada
era ini, Lombardus menegaskan bahwa konsep umum adalah hakekat benda-benda. Hakekat
tidak terdapat di luar tetapi di dalam benda itu sendiri. Hakekat ini terdapat pada benda-benda
sejenis karena ada tanda pengenalnya yang sama.

Kelima, Ibn Rush atau Averroes (1126-1198), filsuf kelahiran Kordoba, Spanyol. Di
kalangan Islam ia amat dikenal sebagai orang yang rasional dan harus berhadapan dengan
kelompok Islam ortodox. Ia adalah komentator utama Aristoteles, yang melaluinya banyak
karya Aristoteles terkenal di dunia barat. Selain itu, ia juga amat dihormati dalam sekolah
hukum Islam, Maliki.

Ia berbeda pandangan dengan Al Gazali tentang Aristoteles. Bagi Al Gazali, Aristoteles


melakukan kontradiksi diri dan menyerang ajaran Islam. Ibn Rush menegaskan bahwa
argument-argument Al Gazali salah dan membuat interpretasi yang salah terhadap
Aristotelian yang sejati.

Ia berusaha untuk menjembatani hubungan antara Islam dan filsafat. Keduanya adalah cara
berbeda yang mengarah pada kebenaran yang sama. Ini dibahasakannya dengan: filsafat
adalah sahahat putri, dan agama adalah saudara sesusu. Filsafat Aristoteles dijadikan sarana
dalam penafsiran Alquran. Bagi orang sederhana perlu diberikan ayat-ayat yang berisi kiasan.
Filsuf menggunakan penafsiran yang masuk akal dengan bantuan filsafat Aristoteles tetapi
jangan ceroboh dalam menyampaikan kepada umat agar mereka tidak tersesat dan tetap
takwah. Dalam penafsiran, jika terjadi perbedaan pandangan antara alquran dan filsafat,maka

70| P a g e
alquran harus ditafsirkan dengan cara yang masuk akal. Dengan ini kebenaran alquran dan
filsafat adalah satu. Allah Aristoteles yang adalah penggerak yang tak digerakan sama dengan
Allah Maharahim yang dengan kehendakNya menggerakan segala hal di dunia dari kekal
hingga kekal. Ia cukup berani menegaskan bahwa akal lebih tinggi dari iman dan
pengetahuan yang diperoleh lewat iman. Dia pula yang menegaskan bahwa ‘eksistensi
mendahului esensi’ yang kemudian menjadi jargon penting eksistensialisme.

Sebelum Ibn Rush terdapat Ibn Sina (Avicena 980-1037), seorang filsuf dan fisikawan Persia
dan berpengatahuan ensiklopedis (polymath). Ia banyak menulis banyak hal di bidang
kesehatan. Di bidang filsafat ia menulis logika dan metafisika. Ia terkenal dengan logika
Avicena dan mendirikan sekolah yang terkenal bagi kaum muslim dan kaum skolastik.Ia
berusaha untuk menyintesakan Aristoteles dan neoplatonisme dengan teologi Islam. Jiwa
rasional baginya bersifat rohani dan tak dapat rusak.

Alam semesta adalah sebuah ada actual yang berhubungan secara hirarkis. Yang di atas
bertanggungjawab pada yang di bawah. Rantai ini bukan tak terbatas tetapi berhenti pada
sebuah ada yang sederhana, cukup diri dan yang esensi dan eksistensinya bertindih tepat yang
disebutnya sebagai Tuhan. Dengan akal dan intuisi kita dapat mengetahui keberadaan Tuhan.
Logikanya menjadi system dominan dalam dunia Islam pada abad ke-12 menggantikan
logika Aristoteles dengan fokusnya pada silogisme hipotetis dan mengembangkan logika
induktif melalui tulisannya. Di bidang espitemologi dia mengembangkan idea tabula rasa.
Teori pengetahuannya mendasarkan diri pada pancaindera, imaginasi, estimasi dan
penyimpanan.

Dua filsuf Islam ini sangat berpengaruh dalam menghadirkan pemikiran Aristoteles dalam
dunia Kristen Barat. Namun Aristoteles juga diperkenalkan oleh dua filsuf Yahudi. Mereka
adalah Salomon Ben Gebirol (1020-1070). Ia dijuluki Avicebron. Moses Ben Maimon
(Maimonides 1135-1204). Upaya filosofisnya adalah seperti Philo yaitu menghubungkan
filsafat dan alkitab.

Patut dicatat tentang perkembangan penyebaran karya Aristoteles. Sejak Boetius yang
dikenal adalah dua logika Aristoteles categoriae (terkait dengan 10 kategorinya) dan de
interpretione (terkait dengan struktur pernyataan dan hubungan antara pernyataan). Pada
abad ke-11 hingga 13 bagian lain logika Aristoteles dikenal, yaitu analitica priora
(silogisme), analytica posterior (metode ilmiah/induksi), topica (bagaimana membuat
argument yang tepat), de sophisticis elencis (kesesatan). Pada abad ke-12 muncullah karya
Aristoteles yang lain yaitu physica, de anima, metaphysica dan ethica. Akibatnya muncullah
sebuah ilmu filsafat yang lain sama sekali dari wahyu dan iman. Ini jelas sebuah revolusi.
Patut dicatat bahwa ada tiga wilayah dimana karya-karya Aristoteles muncul dan diintroduksi
ke dalam ke hidup Latin Barat.

Pertama, Sisilia. Ini adalah tempat perjumpaan dari berbagai suku bangsa: Yahudi, Yunani,
Arab dan Latin. Di tempat ini karya Eculid (300 seb. Masehi) dan Ptolomeus (100-170) di
bidang matematika dan logika diterjemahkan bersama karya kedokteran.

71| P a g e
Kedua, Konstantinopel. Seorang sarjana Barat, James dari Venesia, menerjemahkan logika
Aristoteles dan karya lainnya. Namun karena konflik dengan wilayah Barat Latin, banyak
karyanya tidak tersebar.

Ketiga, Spanyol, secara khusus di wilayah Toledo. Di bawah kepemimpinan uskup


Raimundus, berbagai karya terjemahan filsafat Yunani khususnya Aristoteles dan karya
pengarang Islam tentang Aristoteles dikerjakan ke dalam bahasa Latin. Ada beberapa tokoh
penting di sini. Pertama, John Hispanus. Dia menerjemahkan karya Logika Avicena dari
bahasa Arab ke Latin. Kedua, Dominic Gundissalinus. Ia menerjemahkan  Metafisika dari
Avicena dan tulisan dari Al-Farabi (c. 870–950) dan Al-Ghazali (1058–1111). Bersama
dengan Yohanes Hispanus, dia menerjemahkan karya Solomon Ibn Gabirol (c. 1022–c.
1058/c.1070) Mata air Kehidupan dari bahasa Arab ke Latin. Tulisan ini memperlihatkan
gambaran neo-platonisme tentang kosmos. Gundissalinus juga adalah pengarang beberapa
karya filsafat sendiri. Ketiga, Gerard dari Cremona (d. 1187). Gerard menerjemahkan karya
bagian logika Aristoteles  Analitika Posteriora. Bersama dengan Themistius mengomentari
karya Aristoteles tentang Fisika, Tentang Langit, Generasi dan Korupsi dan bagian-bagian
tentang  Meteorologi. Juga karya Al-Kindi (d. 873) tentang Intelek. Gerard juga
menerjemahkan Buku tentang Sebab-Sebab yang dikira berasal dari Aristoteles tetapi ternyata
berasal dari tesis yang diambil dari karya Prokolus tentang Elemen Teologi.

72| P a g e
Pertanyaan-Pertanyaan

1. Dari mana dan apa arti nama abad pertengahan?


2. Mengapa era 500-1000 disebut era gelap? Hal apa yang dapat memberikan harapan?
3. Mengapa intelektual Inggris dan Irlandia banyak diundang untuk mengajar di Istana?
4. Apa itu artes liberales dan beberkan pembagiannya?
5. Apa pengaruh fransiskan dan dominikan dalam filsafat?
6. Mengapa hubungan iman dan akal budi menjadi hal penting pada era ini dan apakah
ada hubungan juga dengan Aristoteles?
7. Jelaskan metode dan jalan skolastika!
8. Coba anda carikan contoh dari empat kategori alam semesta dari Scotus Eriugena!
9. Pilihlah salah satu universalia dan pertahankan itu!
10. Apa karya dari Anselmus Canterbury? Jelaskan dalam perspektif anda konsepnya
‘credo ut inteligam’ dan ‘fides quaerens intellectum’!
11. Ada dua pertanggungjawaban Anselmus tentang Tuhan. Berikan tanggapan anda
tentang yang kedua! Apa yang bisa anda lakukan untuk mendukungnya?
12. Apa itu conceptualisme dibandingkan dengan realism dan nominalisme?
13. Apa dialektika dan maksud subyektif dari Lombardus?
14. Apa itu sententiae dan juga lectio dan disputatio?
15. Apa julukan dari Averoes?
16. Apa peran filsafat dan penafsiran alquran dan apakah model ini memiliki kesamaan
dengan pandangan bapa Gereja/patristic?
17. Apa kekhasan logika dari Ibn Sina?

Pertanyaan-Pertanyaan

1. Dari mana dan apa arti nama abad pertengahan?


2. Mengapa era 500-1000 disebut era gelap? Hal apa yang dapat memberikan harapan?
3. Mengapa intelektual Inggris dan Irlandia banyak diundang untuk mengajar di Istana?
4. Apa itu artes liberales dan beberkan pembagiannya?
5. Apa pengaruh fransiskan dan dominikan dalam filsafat?
6. Mengapa hubungan iman dan akal budi menjadi hal penting pada era ini dan apakah
ada hubungan juga dengan Aristoteles?
7. Jelaskan metode dan jalan skolastika!
8. Coba anda carikan contoh dari empat kategori alam semesta dari Scotus Eriugena!
9. Pilihlah salah satu universalia dan pertahankan itu!
10. Apa karya dari Anselmus Canterbury? Jelaskan dalam perspektif anda konsepnya
‘credo ut inteligam’ dan ‘fides quaerens intellectum’!
11. Ada dua pertanggungjawaban Anselmus tentang Tuhan. Berikan tanggapan anda
tentang yang kedua! Apa yang bisa anda lakukan untuk mendukungnya?
12. Apa itu conceptualisme dibandingkan dengan realism dan nominalisme?
13. Apa dialektika dan maksud subyektif dari Lombardus?
14. Apa itu sententiae dan juga lectio dan disputatio?
15. Apa julukan dari Averoes?

73| P a g e
16. Apa peran filsafat dan penafsiran alquran dan apakah model ini memiliki kesamaan
dengan pandangan bapa Gereja/patristic?
17. Apa kekhasan logika dari Ibn Sina?

74| P a g e

Anda mungkin juga menyukai