Anda di halaman 1dari 18

Makalah Manajemen Farmasi

RENCANA PENYEDIAAN SUMBER DAYA MANUSIA


UNTUK APOTEK

Disusun Oleh :

Shella Yunida Rahman

2243700444

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah berjudul “Sumber daya
Manusia di Apotek”. Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas Manajemen Farmasi.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini namun penulis
berharap makalah ini dapat berguna bagi setiap pembaca.

Penulis,

2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penulisan
BAB 2 ISI
2.1 Apotek
2.1.1 Pengertian apotek
2.1.2 Tugas dan fungsi apotek
2.1.3 Manajemen fungsi
2.2 Struktur organisasi di apotek
2.2.1 Struktur organisasi apotek yang ideal
2.2.2 Struktur organisasi apotek kecil
2.2.3 Maksud dan tujuan struktur organisasi
2.3 Sumber daya manusia
2.3.1 Pekerjaan kefarmasian
2.3.2 Sumber daya manusia di apotek
2.3.3 Deskripsi pekerjaan
2.4 Sistim operasional
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Apotek dalam pelaksanaannya membutuhkan pengelolaan sumber daya manusia yang
tepat. Hal tersebut ditunjukkan oleh struktur organisasi yang terdapat di Apotek. Pengelolaan
organisasi di apotek merupakan hal penting yang membutuhkan pertimbangan serta
manajemen yang tepat.
Struktur organisasi dalam apotek bertujuan untuk membagi tanggung jawab sumber
daya manusia di apotek agar setiap orang memiliki tanggung jawab yang jelas, sehingga
pelaksanaannya dapat lebih efektif dan efisien.
Oleh sebab itu diperlukan suatu gambaran mengenai pengelolaan sumber daya manusia
di apotek yang meliputi struktur organisasi, jumlah sumber daya manusia, jenis pekerjaan,
deskripsi pekerjaan, kriteria sumber daya manusia, peringatan dan pemecatan sumber daya
manusia. Diharapkan melalui gambaran yang diberikan, pembaca dapat mengetahui tentang
pengelolaan yang harus dilakukan dalam sistem manajemen apotek sehingga dapat
mempertimbangkan hal-hal terkait dengan sumber daya manusia di apotek dan
pengelolaannya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran mengenai pengelolaan apotek meliputi jumlah sumber daya
manusia, jenis dan deskripsi pekerjaan, kriteria sumber daya manusia, serta peringatan dan
pemecatan pada sumber daya manusia di apotek?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu memberikan gambaran kepada pembaca
mengenai hal-hal penting terkait pelaksanaan sistem di apotek berdasarkan tanggung jawab
organisasi.
BAB 2
ISI

2.1 Apotek
2.1.1 Pengertian Apotek
Menurut PP No.51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pengertian
apotek menurut Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan
kefarmasian di apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan PP No. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas peraturan pemerintah No.
26 tahun 1965 tentang apotek, tugas dan fungsi apotek adalah:
1. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
2. Sarana farmasi tempat dilakukannya kegiatan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan oleh
masyarakat secara luas dan merata.
4. Sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada tenaga kesehatan
lain dan masyarakat, termasuk pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan,
bahaya dan mutu obat.

2.1.3 Manajemen Fungsi


Dalam mengelola sebuah apotek, berlaku juga cara mengelola fungsi-fungsi manajemen dalam
menyusun rencana kerja (planning) untuk mencapai suatu tujuan. Karena untuk melaksanakan
rencana kerja tidak mungkin dilakukan oleh satu fungsi, maka organisasi (apotek) membagi-
bagi pekerjaan (organizing) yang ada di apotek dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab
pada setiap fungsi.
Kemudian masing-masing fungsi melaksanakan rencana kerja (actuating) sesuai dengan fungsi
pekerjaan dan sasaran yang akan dicapainya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai: Struktur
organisasi apotek, uraian pekerjaan (job description), sistem operasional yang berlaku pada
setiap fungsi, dan sistem pengawasan internal.
2.2 Struktur Organisasi di Apotek
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan fungsi-fungsi yang terdapat
dalam suatu organisasi. Seorang APA harus dapat memprediksi dan membentuk struktur
organisasi di apotek, disertai dengan uraian fungsi dan tugas serta wewenang dan tanggung
jawab. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan tipe
orang yang bagaimana yang dapat melaksanakan fungsi kegiatan tersebut, sehingga apotek
dapat beroperasi sesuai dengan rencana.
2.2.1 Struktur organisasi apotek yang ideal
Berikut ini adalah bagan yang menggambarkan struktur organisasi apotek yang
dikatakan ideal.

APA (Apoteker)

Fungsi Fungsi
Fungsi Fungsi Fungsi
Pembelian Keuangan
Gudang (AA) Penjualan (AA) Pembukuan
(AA)

Juru Adm Adm Adm Adm


Asisten Apoteker Resep Pemb K/B Pajak
Penj

Gambar 1. Stuktur organisasi apotek yang ideal


2.2.2 Struktur Organisasi Apotek Kecil
Berikut ini adalah bagan yang menggambarkan struktur organisasi apotek kecil.

Apoteker Penanggungjawab
Apotek (A.P.A)

T Kasir Besar
U
Asisten Kepala

pagi sore

Kepala Regu I Kepala Regu II

Asisten Apoteker Asisten Apoteker

Juru resep Juru resep


Kasir / Kasir /
H.V H.V

Pesuruh Pesuruh

Gudang

Keterangan :
1. Urusan pembelian dilakukan oleh A.P.A
2. Asisten Kepala merangkap sebagai Kepala Regu I atau Kepala Regu II, membawahi 1 orang juru resep dan
1 orang kasir depan yang merangkap juga sebagai penjual obat bebas (H.V) serta 1 orang tenaga kasar
(pesuruh).

Gambar 2. Struktur organisasi apotek kecil


2.2.3 Maksud dan tujuan struktur organisasi
Struktur organisasi memiliki maksud dan tujuan berikut :
1. Organisasi harus mempunyai tujuan yang hendak dicapai melalui kerja sama yang teratur
dan kontinu antara karyawan yang bersangkutan. Sebagai konsekuensinya, untuk
mencapai tujuan tersebut harus ada kesatuan pimpinan (Unity of Command and Unity of
Direction)
2. Ada pembagian kerja dan penugasan yang homogen.
3. Ada kesesuaian perimbangan antara tugas, tanggung jawab dan wewenang.
4. Melimpahkan tanggung jawab dan tugas secara tepat dan jelas.
5. Menyusun organisasi dengan mengikuti garis tata hubungan bawah-atasan, dimulai dari
bawah ke atas dan berakhir pada pucuk pimpinan organisasi
6. Pimpinan wajib mengawasi perintah-perintahnya secara organisasional dan merupakan
hubungan integral dari kehidupan organisasi.
7. Beberapa asas harus dipenuhi seperti :
a. Asas tahu diri, yaitu masing-masing warga sadar dan tahu tempatnya di dalam
organisasi dan berpegang teguh pada posisinya.
b. Asas kontinuitas, yaitu tugas tetap berjalan meskipun ada seseorang yang sakit, cuti
dan sebagainya.
c. Asas komunikasi, yaitu adanya pertukaran informasi antara bagian di dalam
organisasi.
d. Asas koordinasi, yaitu merupakan pelengkap dari asas pembagian kerja.
e. Asas saling asuh antar bagian, yaitu dicegah adanya rasa lebih penting dari bagiannya
terhadap bagian lain. Hal ini sangat penting didalam organisasi yang operasinya
kompleks.
Asas kehayatan, dimaksudkan seolah-olah organisasi itu hidup atau berhayat. Setiap
warganya segera mengatasi keadaan bila terjadi hambatan atau terjadi rangsangan.

2.3 Sumber Daya Manusia


2.3.1 Pekerjaan Kefarmasian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker,
sedangkan tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi,
dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di
fasilitas pelayanan kefarmasian (seperti apotek), apoteker dapat dibantu oleh apoteker
pendamping dan/atau tenaga teknis kefarmasian. Berikut ini adalah kewenangan apoteker:
1. Mengangkat seorang apoteker pendamping yang memiliki SIPA;
2. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau
obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/ataupasien; dan
3. Menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari
dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.

2.3.2 Sumber Daya Manusia di Apotek


Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional, yang
termasuk ke dalam sumber daya manusia yang melakukan pelayanan kefarmasian, dengan
kompetensi sebagai berikut:
1. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik.
Apoteker sebagai pengelola apotek harus dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang
profesional. Dalam memberikan pelayanan, apoteker harus dapat mengintegrasikan
pelayanannya dalam sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan sehingga dihasilkan
sistem pelayanan kesehatan yang berkesinambungan.
2. Mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan profesional.
Apoteker harus mampu mengambil keputusan yang tepat, yang berdasarkan pada efikasi,
efektifitas, dan efisiensi penggunaan obat dan alat kesehatan.
3. Mampu berkomunikasi dengan baik.
Apoteker harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dengan pasien dan
profesi kesehatan lainnya secara verbal dan nonverbal, serta menggunakan bahasa yang
sesuai dengan pendengarnya.
4. Menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner.
Apoteker harus mampu menjadi pemimpin, yaitu mampu mengambil keputusan yang tepat
dan efektif, mampu mengkomunikasikannya, dan mampu mengelola hasil keputusan
tersebut.
5. Mempunyai kemampuan dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik, anggaran) dan
informasi secara efektif.
6. Harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan.
7. Selalu belajar di sepanjang kariernya.
Apoteker harus selalu belajar, baik pada jalur formal maupun informal, di sepanjang
kariernya, sehingga ilmu dan keterampilan yang dipunyai selalu baru (up todate).
8. Membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.
Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih sumber daya yang ada,
serta memberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman untuk meningkatkan
keterampilan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek, apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA) disebut apoteker pengelola apotek.
Apabila Apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek,
apoteker pengelola apotek harus menunjuk apoteker pendamping. Apabila apoteker pengelola
apotek dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya, apoteker pengelola apotek
menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek
di samping apoteker pengelola apotek dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada
hari buka apotek, sedangkan apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker
pengelola apotek selama apoteker pengelola apotek tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3
bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai
apoteker pengelola apotek di apotek lain.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian, apoteker juga dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di apotek. Tenaga teknis kefarmasian terdiri dari sarjana
farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker.
Sumber daya manusia di apotek juga dapat mencakup tenaga non kefarmasian, seperti tata
usaha, office boy, dan lain-lain.
2.3.3 Deskripsi Pekerjaan
Deskripsi pekerjaan perlu ditentukan dengan jelas agar tidak terjadi tumpang-tindih
kewajiban dan tanggung jawab atau adanya pekerjaan yang tidak terselesaikan karena tidak
jelas penanggung jawabnya.
Berikut ini pembagian deskripsi pekerjaan personel-personel di apotek:
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) – Apoteker
Fungsi dan Tugas APA :
a. Membuat visi dan misi apotek
b. Membuat strategi, tujuan, sasaran dan program kerja yang akan dijalankan
c. Membuat dan menetapkan peraturan atau SPO (Sistem Prosedur Operasional) pada
setiap fungsi kegiatan di apotek
d. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO dan program kerja pada setiap
fungsi kegiatan di apotek
Wewenang dan Tanggung Jawab APA:
a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan di apotek.
b. Menentukan sistem atau peraturan terhadap seluruh kegiatan di apotek.
c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan di apotek.
d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh di apotek.
2. Fungsi Pembelian – Asisten Apoteker
Fungsi dan Tugas:
a. Mendata kebutuhan barang
b. Membuat kebutuhan pareto barang
c. Mendata pemasok (supplier)
d. Merencanakan dan melakukan pembelian sesuai dengan yang dibutuhkan, kecuali ada
ketentuan lain dari APA
e. Memeriksa harga, diskon hasil negosiasi dengan supplier
Wewenang dan Tanggung Jawab:
a. Menentukan dan melakukan negosiasi harga beli barang dan masa pembayaran dengan
supplier
b. Bertanggung jawab terhadap perolehan harga beli
c. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan barang
3. Fungsi Gudang – Asisten Apoteker
Fungsi dan Tugas:
a. Menerima dan mengeluarkan berdasarkan fisik barang
b. Menata, merawat dan menjaga keamanan barang
Wewenang dan Tanggung Jawab:
a. Menerima dan mengeluarkan barang
b. Menata dan menjaga keamanan barang
c. Bertanggung jawab terhadap resiko barang hilang dan rusak di gudang
4. Fungsi Pelayanan – Asisten Apoteker
Fungsi dan Tugas:
a. Melakukan penjualan dengan harga yang telah ditetapkan
b. Menjaga kenyamanan ruang tunggu
c. Melayani konsumen dengan ramah dan santun
d. Memberikan informasi dan solusi kepada konsumen
e. Membina hubungan baik dengan pelanggan
Wewenang dan Tanggung Jawab:
a. Memberikan diskon sesuai dengan matriks wewenangnya
b. Memberikan insentif kepada pelanggan sesuai dengan matriks wewenangnya
c. Menjaga dan memelihara kebersihan dan keamanan barang yang terdapat di fungsi
penjualan
d. Bertanggung jawab terhadap kenyamanan ruang tunggu dan fasilitas konsumen lainnya
e. Bertanggung jawab terhadap hasil penjualan
f. Bertanggung jawab terhadap kepuasan konsumen
5. Fungsi Keuangan
Fungsi dan Tugas:
a. Membuat rencana aliran kas (cash flow) bulanan dan tahunan
b. Menerima dan mengeluarkan uang dan surat berharga lainnya sesuai dengan bukti-
bukti dokumen yang telah disetujui APA
c. Memelihara dan menjaga keamanan dari resiko kehilangan dan kerusakan uang dan
surat berharga lainnya
d. Menjaga dan memelihara aliran kas agar tidak defisit
Wewenang dan Tanggung Jawab:
a. Mengatur rencana aliran kas melalui penerimaan dan pengeluaran uang dan surat
berharga lainnya
b. Memelihara keamanan uang dan surat berharga lainnya
c. Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi
6. Fungsi Pembukuan – Tata Usaha (TU)
Fungsi dan Tugas:
a. Mengumpulkan, mencatat, melaporkan dan mengarsipkan laporan dengan benar dan
tepat waktu
b. Menjaga dan memelihara keamanan dan kebersihan dokumen apotek dari resiko
kehilangan atau kerusakan
c. Mengawasi pelaksanaan sistem yang telah ditetapkan pada setiap kegiatan yang ada di
apotek
Wewenang dan Tanggung Jawab:
a. Memeriksa dan mengklarifikasi laporan kegiatan pembelian, penyimpanan (barang dan
uang) dan penjualan
b. Mengawasi pelaksanaan sistem pada seluruh kegiatan
c. Bertanggung jawab terhadap kebenaran dan kecepatan penyajian laporan hasil kegiatan
apotek
d. Bertangung jawab terhadap kebersihan dan keamanan dokumen.

2.4 Sistem Operasional


Sistem adalah cara-cara untuk menjalankan suatu kegiatan. Jadi sistem operasional
apotek adalah tata cara yang ditetapkan dan digunakan dalam melaksanakan suatu fungsi
kegiatan di apotek. Sistem ini menjadi peraturan (standar) yang wajib dilaksanakan oleh
seluruh karyawan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Dalam mengelola sebuah apotek, berlaku juga cara mengelola fungsi-fungsi manajemen,
yang meliputi penyusunan rencana kerja (planning) untuk mencapai tujuan, membagi-bagi
pekerjaan (organizing) di setiap fungsi, melaksanakan rencana kerja (actuating), dan
pengawasan setiap pekerjaan yang dilakukan (controlling).
2. Deskripsi pekerjaan di apotek kecil tetap mengikuti ketentuan yang ada, hanya saja
pembagian tugasnya bisa dirangkap. Yaitu apoteker pengelola apotek, selain menjalankan
fungsinya sebagai apoteker, juga melakukan fungsi keuangan dan fungsi pembukuan/tata
usaha. Sedangkan asisten apoteker melakukan fungsi pembelian, pelayanan, dan fungsi
gudang, jika diperlukan.
3. Hal-hal penting yang terkait sumber daya manusia yang ada di apotek, antara lain adalah
deskripsi pekerjaan yang jelas, sistem operasional untuk menjalankan apotek.

3.2 Saran
Pengelolaan organisasi dan Sumber Daya Apotek masih memiliki banyak kekurangan,
oleh sebab itu diperlukan sistem yang lebih baik agar pengelolaannya dapat lebih baik.
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu masih dibutuhkan tambahan
dan perbaikan untuk menambah informasi yang dapat diberikan kepada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. (2004). KepMenKes RI no: 1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Umar,M. (2005). Manajemen Apotek praktis, Solo: CV. Ar-Rahman.
Nama : Shella Yunida Rahman
NPM : 2243700444
Kelas : C

Uraian Tugas Apoteker di PBF dan Apotek


Tugas Apoteker di PBF
Menurut pedoman teknis CDOB tahun 2012, tugas dan kewajiban apoteker di PBF
adalah sebagai berikut:
a. Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan system manjemen mutu
b. Focus pada pengolahan kegiatan yang menjadi kewenganan serta menjaga akurasi dan
mutu dokumentasi
c. Menyusun dan/atau menyetujui progam pelatihan dasar dan pelatihan lanjutan
mengenai CDOB untuk semua personil yang terkait dalam kegiatan distribusi.
d. Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap kegiatan penarikan obat.
e. Memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan efektif
f. Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan pelanggan
g. Meluluskan obat kembalian untuk dikembalikan kedalam stok obat yang memenuhi
syarat jual.
h. Turut serta dalam pembuatan perjanjian antara pemberi kontrak dan penerima kontrak
yang menjelaskan mengenai tanggung jawab masing-masing pihak yang berikatan
dengan distribusi dan/atau transportasi obat.
i. Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai program dan tersedia
tindakan perbaikan yang diperlukan.
j. Mendelegasikan tugasnya kepada apoteker / tenaga teknis kefarmasian yang telah
mendapatkan persetujuan dari instansi berwenang ketika sedang tidak berada ditempat
dalam jangka waktu tertentu dan menyiapkan dokumen yang terkait dengan setiap
pendelegasian yang dilakukan
k. Turut serta dalam setiap keputusan untuk mengkarantina atau memusnahkan obat.
Tugas Apoteker di Apotek
Tugas apoteker di apotek diantaranya adalah :
a. Membuat visi misi
b. Membuat strategi, tujuan, sasaran dan program kerja
c. Membuat dan menetapkan peraturan atau Standar Prosedur Operasional (SPO) pada
setiap fungsi di apotek.
d. Membuat system pengawasan dan pengendalian SPO serta program kerja pada setiap
fungsi kegiatan di apotek.
e. Merencakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil kinerja operasional
dan kinerja keuangan apotek.

Anda mungkin juga menyukai