Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KOPERASI DAN UMKM

EMA203M (C6)
Pendanaan dan Sumber-sumber Pendanaan Koperasi dan UMKM
Dosen Pengampu : Dr. I Gst. A. Kt. Gd. Suasana, S.E.,M.M.

TIM PENYUSUN:
KELOMPOK 5

Anak Agung Ngurah Kameshwara Mahottama (2007521203 / 01)

Anak Agung Istri Ratu Ningrat Pemayun (2107521006 / 03)


Ni Luh Yudi Ayuningsih (2107521023 / 08)

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2022
PEMBAHASAN

1. Sumber Pendanaan Koperasi


a) Definisi Pendanaan Koperasi
Pendanaan koperasi adalah sejumlah dana yang akan digunakan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha dalam koperasi.
Pendanaan koperasi berkaitan dengan modal yang digunakan oleh
koperasi untuk melakukan kegiatan. Modal koperasi adalah kelebihan
jumlah hara terhadap jumlah uang dari koperasi, atau dengan kata lain
selisih positif antara harta dan utang. Modal koperasi terdiri dan dipupuk
dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman, penyisihan-penyisihan dari
hasil usahanya termasuk cadangan serta sumber sumber lain.

Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk


kesejahteraan anggota dan bukan sekedar mencari keuntungan. Modal
sendiri dapat dipergunakan antara lain untuk mempertahankan
likuiditas, memberikan kredit khusus, pembelian gedung-gedung
kantor, menutup kerugian yang diderita koperasi, dan menimbulkan
kepercayaan bagi para pemberi kredit, sedangkan modal pinjaman dapat
dipergunakan untuk menambah modal apabila koperasi tidak cukup
memiliki modal sendiri, dan penggunaan dana-dana kredit. Agar koperasi
dapat mempergunakan modal baik itu modal sendiri dan modal pinjaman
dengan sebaik-baiknya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang.
Biasanya perencanaan dilakukan oleh pengurus koperasi.

Pada hakikatnya modal merupakan nominal yang harus selalu ada


untuk menopang kegiatan usaha perusahaan atau badan usaha. Begitu
juga dengan koperasi, dalam menjalankan usahanya koperasi
memerlukan modal baik modal sendiri maupun modal pinjaman. Modal
sangat menentukan berjalan tidaknya usaha atau kegiatan koperasi.

b) Sumber-sumber Modal Koperasi


Sumber-sumber Modal Koperasi Menurut UU No. 25 Tahun 1992
Dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang
mengatakan bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri di dalam koperasi terdiri dari: simpanan pokok,
simpanan wajib, simpanan sukarela, dana cadangan, hibah dari anggota
maupun dari masyarakat, sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari
anggota koperasi, koperasi lainnya dan/atau anggotanya, bank dan
lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya,
serta sumber lain yang sah

1. Modal Sendiri
Yang dimaksud dengan modal sendiri dalam penjelasan pasal 1 ayat
(2) UU No. 25 Tahun 1992 adalah modal yang menanggung resiko
atau disebut modal ekuiti.

a) Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada
anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada waktu seseorang
masuk menjadi anggota koperasi tersebut dan besarnya sama
untuk semua anggota. Simpanan pokok ini tidak dapat diambil
kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
Simpanan pokok ini ikut menanggung kerugian.
b) Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah simpanan tertentu untuk diwajibkan
kepada anggota untuk membayarnya kepada koperasi pada
waktu- waktu tertentu, misalnya ditarik pada waktu penjualan
barang- barang atau ditarik pada waktu anggota menerima kredit
dan sebagainya.
c) Simpanan Sukarela
Simpanan sukarela ini diadakan oleh anggota atas dasar sukarela
atau berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan
khusus. Simpanan sukarela tersebut bisa saja diadakan misalnya
dalam rangka Hari Raya/Lebaran atau bisa saja simpanan
tersebut disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu, di mana
kepada pemiliknya dapat diberikan suatu imbalan jasa.
d) Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari
penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk
modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila
diperlukan. Dana cadangan koperasi tidak boleh dibagikan
kepada anggota, meskipun terjadi pembubaran koperasi. Dana
ini, pada masa pembubaran oleh penyelesaian pembubaran
dipakai untuk menyelesaikan utang-utang koperasi, kerugian-
kerugian koperasi, biaya-biaya penyelesaian, dan sebagainya.

e) Hibah
Hibah adalah suatu pemberian hadiah dari seseorang semasa
hidupnya. Hibah ini dapat berbentuk wasiat, jika pemberian
tersebut diucapkan/ditulis oleh seseorang sebagai wasiat atau
pesan atau kehendak terakhir sebelum meninggal dunia dan baru
berlaku setelah ia meninggal dunia.Modal Koperasi yang
merupakan pemberian (hibah) ini adalah pemberian harta
kekayaan dari seseorang (baik sebagai anggota koperasi maupun
bukan anggota) yang berupa kebendaan, baik benda bergerak
atau benda tetap. Pemindahan hak milik harta kekayaan yang
berupa benda bergerak dari pemberian hibah dapat dilakukan
seketika, karena penyerahan hak milik atas harta benda bergerak
dilakukan langsung dari tangan ke tangan (hand to hand)
sedangkan penyerahan benda tetap dilakukan melalui penyerahan
yuridis, yaitu suatu penyerahan yang harus memenuhi syarat-
syarat hukum tertentu untuk sahnya suatu pemindahan hak milik
atas benda tetap.

2. Modal Pinjaman
Pengembangan kegiatan usahanya, koperasi dapat menggunakan
modal pinjaman dengan memperhatikan kelayakan dan
kelangsungan usahanya. Modal pinjaman dapat berasal dari:
a) Anggota
Pinjaman anggota yaitu suatu pinjaman yang diperoleh dari
anggota termasuk calon anggota yang memenuhi syarat. Koperasi
lain/atau anggotanya. Pinjaman dari koperasi lain dari/atau
anggotanya didasari dengan perjanjian kerja sama antar koperasi.

b) Bank dan lembaga keuangan lainnya


Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya dilakukan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, jika tidak terdapat ketentuan khusus koperasi sebagai
debitur dari bank atau lembaga keuangan lainnya diperlakukan
sama dengan debitur lain baik mengenai persyaratan pemberian
dan pengembalian kredit maupun prosedur kredit.

c) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya


Dalam rangka mencari tambahan modal, koperasi dapat
mengeluarkan obligasi (surat pernyataan hutang) yang dapat
dijual ke masyarakat. Sebagai konsekuensinya, maka koperasi
diharuskan membayar bunga atas pinjaman yang diterima (nilai
dari obligasi yang dijual) secara tetap, baik besar maupun
waktunya. Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya dilakukan
berdasarkan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

d) Sumber lain yang sah


Sumber lain yang sah adalah pinjaman dari bukan anggota yang
dilakukan tidak melalui penawaran secara hukum. Contoh:
pemberian saham kepada koperasi oleh perusahaan berbadan
hukum PT. Pemberian ini pada praktiknya bukan hibah karena
koperasi menerima saham tersebut tetapi harus membayar nilai
saham yang diterima. Hanya saja pembayaran nilai saham yang
diterima tidak secara tunai, tetapi dibayar dari dividen yang
seharusnya diterima koperasi tersebut. Hal ini terjadi sampai nilai
saham yang diterima koperasi tersebut terpenuhi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekalipun koperasi


bukan merupakan bentuk kumpulan modal, tetapi pengaruh modal dan
penggunaannya dalam koperasi tidak boleh mengurangi makna koperasi
yang menekankan kemanusiaan daripada kebendaan.

Sumber-Sumber Modal Koperasi Menurut UU No. 17 Tahun 2012


Sementara itu di dalam UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012
menjelaskan modal koperasi terdiri dari setoran pokok dan sertifikat modal
sebagai modal awal. Selain setoran pokok serta sertifikat modal, modal
koperasi dapat berasal dari:
1. Hibah
Hibah merupakan sejumlah dana yang diberikan oleh pihak ketiga
yang berasal dari modal dalam negeri maupun modal asing, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat diterima oleh suatu
koperasi dan khusus untuk modal asing harus dilaporkan kepada
Menteri.

2. Modal Penyertaan
Koperasi dapat menerima modal penyertaan dari:
a) Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
b) Masyarakat berdasarkan perjanjian penempatan modal
penyertaan. Pemerintah dan/atau masyarakat wajib turut
menanggung resiko dan bertanggung jawab terhadap kerugian
usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan sebatas nilai
modal penyertaan yang ditanamkan dalam koperasi. Pemerintah
dan/atau masyarakat berhak mendapat bagian keuntungan yang
diperoleh dari usaha yang dibiayai dengan modal enyertaan.

3. Modal pinjaman yang berasal dari:


a) Anggota

b) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya

c) Bank dan lembaga keuangan lainnya

d) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya

e) Pemerintah dan Pemerintah Daerah


Perbedaan UU NO. 25 Tahun 1992 UU NO.17 Tahun 2012

Jenis modal 1. Modal Sendiri dan 1. Setoran Pokok dan


pada Modal Pinjaman Sertifikat Modal
koperasi 2. Modal Sendiri: Koperasi sebagai modal
Simpanan pokok, awal.
Simpanan Wajib, 2. Modal Lainya berasal
Dana cadangan, dari Hibah; Modal
Hibah Penyertaan, Modal
3. Modal Pinjaman : Pinjaman dari, Anggota,
berasal dari Anggota, Koperasi lainnya
koperasi lain atau dan/atau Anggotanya;
anggotanya, bank bank dan lembaga
atau lembaga keuangan lainnya;
keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan
penerbit obligasi atau surat hutang lainnya;
surat hutang lainnya, dan/atau Pemerintah dan
4. Sumber lain yang sah Pemerintah Daerah
dan/atau
3. Sumber lain yang sah
yang tidak bertentangan
dengan Anggaran Dasar
dan/atau ketentuan
peraturan perundang-
undangan
Sumber: Sam’un jaja Raharja (Prospek dan Tantangan pengembangan
Koperasi di Indonesia Pasca Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian)

Banyak terdapat perbedaan dalam pemberian istilah seperti


diubahnya simpanan pokok menjadi setoran pokok, sisa hasil usaha
menjadi surplus hasil usaha apabila koperasi mendapatkan keuntungan
dan defisit hasil usaha apabila koperasi mengalami kerugian, serta
munculnya istilah baru seperti adanya Sertifikat Modal Koperasi.
Mengenai permodalan koperasi perbedaannya terletak pada
ketentuan mengenai setoran pokok yang tidak dapat diambil kembali oleh
anggota, sedangkan pada UU No 25 Tahun 1992 simpanan pokok yang
dibayarkan oleh anggota akan dikembalikan saat anggota tersebut keluar
dari keanggotaan koperasi. Sedangkan jika koperasi ingin mengumpulkan
modal yang lebih banyak dapat mengakumulasikan modal secara tidak
terbatas melalui penerbitan sertifikat modal koperasi. Istilah sertifikat
modal koperasi, tidak adanya pembatasan kepemilikan bagi anggota
untuk membeli sertifikat tersebut. Hal itu memungkinkan anggota
memiliki kepemilikan mayoritas dalam koperasi. Sehingga koperasi
mempunyai kemiripan dengan saham pada Perseroan Terbatas.

c) Aset Dalam Koperasi


Aset adalah kekayaan yang dimiliki dan dikelola koperasi untuk
menjalankan operasional usaha. Aset sumber daya yang dikuasai sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan akan diperoleh koperasi. Aset yang diperoleh dari
sumbangan tetap. Komponen aset terdiri dari:
1. Aset Lancar
Aset lancar yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu
tahun. Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
a) Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual
atau digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi entitas;
b) Dimiliki untuk terikat (diperjualbelikan);
c) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan
setelah akhir periode pelaporan.
Aset lancar termasuk perkiraan komponen yaitu, bank, surat
berharga, piutang usaha, akun piutang, piutang non anggota,
penyisihan piutang tak tertagih, persediaan dibayar di muka,
pendapatan yang masih harus diterima, dan aset lancar lain-lain
koperasi.

2. Aset Tidak Lancar


Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset,
masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki dan
digunakan dalam kegiatan operasional koperasi dengan kompensasi
penggunaan berupa biaya depresiasi (penyusutan). Aset yang tidak
lancar termasuk perkiraan: investasi jangka panjang, properti
investasi, penyusutan. Akumulasi, properti investasi, aset tetap,
akumulasi penyusutan aset tetap, aset tidak berwujud, akumulasi
amortisasi, aset tidak berwujud dan aset tidak lancar.

d) Surplus Hasil Usaha (SHU) Koperasi


SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau
penerimaan total (pendapatan total) atau biasa dilambangkan (TR)
dengan biaya-biaya atau biaya total (biaya total) dengan lambang (TC)
dalam satu tahun waktu. Lebih lanjut pembahasan mengenai SHU
koperasi bila ditinjau berdasarkan UU No. 17 Tahun
2012 Pasal 78 adalah sebagai berikut:
(1) Mengacu pada ketentuan anggaran dasar dan keputusan rapat
anggota, surplus hasil usaha disisihkan terlebih dahulu untuk dana
cadangan dan sisanya digunakan seluruhnya atau sebagian untuk:
a) Anggota sebanding dengan transaksi usaha yang dilakukan
oleh masing-masing anggota dengan koperasi;
b) Anggota sebanding dengan sertifikat modal koperasi yang
dimiliki;
c) Pembayaran bonus kepada pengawas, pengurus, dan
karyawan koperasi;
d) Pembayaran kewajiban kepada dana pembangunan koperasi
dan kewajiban lainnya.
e) Penggunaan lain yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
(2) Koperasi dilarang membagikan kepada anggota surplus hasil
usaha yang berasal dari transaksi dengan non-anggota.
(3) Surplus Hasil Usaha yang berasal dari non-Anggota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan untuk mengembangkan
usaha Koperasi dan meningkatkan pelayanan kepada Anggota.
mengacu pada ketentuan Anggaran Dasar dan keputusan Rapat
Anggota,

Dalam proses penghitungan, nilai SHU anggota dapat dilakukan


apabila setiap informasi dasar diketahui sebagai berikut: total koperasi
SHU pada satu tahun buku, bagian (persentase) SHU anggota, total
simpanan seluruh anggota, seluruh transaksi usaha (volume usaha atau
omzet) yang bersumber dari anggota jumlah simpanan setiap anggota,
omzet atau volume usaha anggota, bagian (persentase) SHU untuk
simpanan anggota dan bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha
anggota. Berikut prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi:
(1) SHU yang dibagi berasal dari anggota
Pada umumnya SHU yang dibagikan kepada anggota
koperasi,bersumber dari anggota itu sendiri. Sedangkan SHU
yang sifatnya bukan berasal dari transaksi dengan anggota pada
dasarnya tidak dibagi kepada anggota, tetapi dijadikan sebagai
cadangan koperasi.

(2) SHU anggota dibayar secura tunai


SHU yang dibagikan per anggota haruslah diberikan secara tunai,
karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai
badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra
bisnisnya.
(3) SHU anggota merupakan jasa dan transaksi usaha
SHU yang diterima oleh setiap anggota pada wujudnya
merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari
hasil transaksi yang dilakukan anggota koperasi. Oleh karena itu,
dibutuhkan penentuan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa
transaksi usaha yang akan diberikan kepada anggota koperasi.

(4) SHU anggota dilakukan transparan


Proses perhitungan SHU setiap anggota dan jumlah SHU yang
dibagikan kepada anggota harus diumumkan secara transparan dan
terbuka, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung
secara kuantitatif berapa besaran partisipasinya kepada koperasi.

2. Sumber Pendanaan UMKM


a) Definisi Pendanaan UMKM
Pendanaan atau pembiayaan UMKM adalah fasilitas pembiayaan
atau modal yang akan digunakan oleh pelaku UMKM untuk memulai dan
mengembangkan usaha baik dengan menggunakan dana sendiri atau dana
dari luar yang dapat berupa kredit atau dana investor. Menurut UU No. 20
Tahun 2008 Pasal 21 menyebutkan bahwa sumber pembiayaan UMKM
bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah, badan usaha milik
negara, usaha besar nasional dan asing serta dunia usaha. Pendanaan
UMKM merupakan hal yang penting karena melalui pendanaan pelaku
usaha dapat mendirikan usahanya dan menyediakan modal-modal kerja
yang diperlukan untuk pengoperasian usaha.

b) Sumber-sumber Pendanaan Terhadap UMKM


Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 21
menyebutkan bahwa sumber pembiayaan dalam UMKM bersumber dari :
1. Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan pembiayaan bagi
usaha mikro dan kecil
2. Badan usaha milik negara dapat menyediakan pembiayaan dari
penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada usaha mikro
dan kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan
pembiayaan lainnya.
3. Usaha besar nasional dan asing dapat menyediakan pembiayaan yang
dialokasikan kepada usaha mikro dan kecil dalam bentuk pemberian
pinjaman, penjaminan ,hibah, dan pembiayaan lainnya
4. Pemerintah , pemerintah daerah, dan dunia usaha dapat memberikan
hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber
pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk usaha mikro dan
kecil
5. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan insentif dalam
bentuk kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan
prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan kepada dunia usaha yang menyediakan
pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil

Berdasarkan ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa


pembiayaan terhadap UMKM dapat diperoleh melalui pemerintah pusat,
pemerintah daerah, BUMN, usaha besar nasional dan asing.Pendanaan
yang tercantum dalam peraturan UU No. 20 Tahun 2008 Pasal 21 tersebut
termasuk dari fasilitas yang dapat diberikan oleh pemerintah dalam usaha
untuk menciptakan dan meningkatkan usaha-usaha baru dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan UMKM.

c) Sumber-Sumber Dana Internal dan Eksternal UMKM


a.Dana Internal UMKM
Dana internal adalah dana yang berasal atau dimiliki oleh UMKM itu
sendiri. Dana yang termasuk dana internal meliputi :
1. Modal sendiri ,yakni uang atau dana pribadi yang dimiliki baik
dari tabungan atau warisan
2. Barang milik pribadi yang digadaikan sebagai modal usaha
b.Dana Eksternal UMKM
Dana eksternal adalah dana atau modal yang diperoleh dari pihak luar
yang dapat memberikan bantuan dana atau dari investor tertarik untuk
menanamkan modalnya.
1. Melakukan pinjaman kepada lembaga keuangan atau lembaga
keuangan non bank
2. Penanaman modal oleh investor

d) Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank Sebagai


Sumber Dana UMKM
A. Lembaga Keuangan Bank
Lembaga keuangan bank adalah lembaga yang berperan menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan nya
dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat atau pelaku usaha. Lembaga keuangan bank diatur dengan
UU No 7 Tahun 1992 dan disempurnakan dengan UU No 10 Tahun
1998 tentang perbankan. Lembaga keuangan bank (depository
financial institution) adalah lembaga keuangan yang memberikan
fasilitas dan jasa perbankan bagi masyarakat baik dalam bentuk
penyimpanan, pembayaran, dan pemberian dana. Pada lembaga
keuangan bank bentuk bantuan yang diberikan bagi UMKM adalah
KUR ( Kredit Usaha Rakyat ). Program KUR adalah salah satu
program pemerintah dalam meningkatkan akses pembiayaan kepada
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang disalurkan melalui
lembaga keuangan dengan pola penjaminan Dalam rangka
mewujudkan hal tersebut, pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan
Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM.Program KUR secara resmi
diluncurkan pada 5 November 2007. Pembiayaan yang disalurkan
KUR bersumber dari dana perbankan atau lembaga keuangan penyalur
KUR. Dana yang disediakan berupa dana keperluan modal kerja serta
investasi yang disalurkan kepada pelaku UMKM
individu/perseorangan, badan usaha dan kelompok usaha yang
memiliki usaha produktif dan layak tetapi belum memiliki agunan
tambahan.

B. Lembaga Keuangan Non Bank


Lembaga keuangan non bank adalah lembaga yang berperan untuk
menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat baik dalam
bentuk tabungan, kredit, asuransi, gadai ataupun pembiayaan lainnya.
1. Koperasi adalah suatu badan usaha yang didirikan oleh
perseorangan dengan asas kekeluargaan
2. Modal ventura adalah badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan atau penyertaan modal ke dalam suatu usaha untuk
jangka waktu tertentu .
3. LPDB-KUMKM adalah lembaga pengelola dana bergulir koperasi
dan UMKM yang bertugas melaksanakan pengelolaan dana
bergulir untuk pembiayaan UMKM dan pengelolaan dana negara
di bidang pengembangan ekonomi lokal. Pembentukan LPDB-
KUMKM ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat yang
berkelanjutan bagi para pelaku koperasi dan UMKM.Adapun jenis
bantuan yang disediakan oleh lembaga ini, yaitu :
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
Melalui program PEN pemerintah berupaya
mengintegrasikan berbagai langkah untuk meminimalisir
dampak dari COVID-19 terhadap ekonomi. Pemulihan
Ekonomi Nasional adalah serangkaian kebijakan yang
dimaksudkan untuk mendorong pemulihan ekonomi
nasional. Secara umum terdapat 6 kebijakan utama program
PEN, yakni penanganan kesehatan, perlindungan sosial,
insentif bagi dunia usaha, dukungan untuk UMKM,
pembiayaan korporasi, serta program sektoral Kementerian
Lembaga dan Pemerintah Daerah. Total dukungan pada
UMKM di dalam program PEN mencapai Rp 123,46 triliun,
dilakukan lewat berbagai pilar seperti insentif pajak
ditanggung pemerintah. Selain itu, UMKM juga diberi
kelonggaran dalam pembayaran angsuran dan bunga kredit
melalui program subsidi bunga ultra mikro dan UMKM.
Melalui program stimulus Subsidi Bunga Ultra Mikro,
UMKM mendapat fasilitas penundaan sementara
pembayaran angsuran/cicilan pokok beserta subsidi
pembayaran bunga dalam jangka waktu tertentu atas kredit
yang diambil melalui berbagai program seperti KUR, BPR,
dan lainnya.

3. Dukungan Kebijakan Pemerintah di Bidang Pendanaan Koperasi dan


UMKM

a.Dukungan Pemerintah dalam Pendanaan Koperasi

Peran pemerintah dalam pendanaan koperasi sangat penting agar koperasi


terus berkembang maju dan meningkatkan taraf hidup masyarakat,
terutama rakyat yang tidak mampu. Dalam masalah ini, pemerintah
membuat program yang disebut KUR (Kredit Usaha Rakyat). KUR adalah
kredit atau pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi
(UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang
didukung fasilitas pinjaman untuk usaha produktif.

Cara mengajukan Kredit Usaha Rakyat:

1. Pelaku UMKM dan Koperasi yang membutuhkan KUR menghubungi


ke 6 bank yang ditunjuk sebagai bank penyalur KUR. Bank yang sering
dipakai untuk menyalurkan KUR itu ada 4 bank, yaitu bank BRI, BNI,
Bank Mandiri dan BTN, tetapi selain itu ada juga beberapa bank yang
turut serta berkontribusi pada penyaluran ini contohnya seperti bank
BCA dan Bank Sinarmas.

2. Memenuhi persyaratan dokumnetasi sesuai dengan ketentuan bank


pelaksana.

3. Mengajukan surat permohonan kredit.

4. Bank pelaksana akan melakukan pesanan kelayakan.

5. Bank pelaksana berwenang memberikan persetujuan atau menolak


permohonan KUR.

Dengan demikian tujuan akhir dari program KUR adalah meningkatkan


perekonomian, pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja.
Dalam setiap kegiatan koperasi telah diatur dalam UU yang telah diatur
oleh penerintah seperti dalam UU No.17 tahun 2012 yang mengatur
tentang koperasi. Peranan pemerintah dalam gerakan koperasi antara lain
dengan:
A. Memberi bimbingan berupa penyuluhan, pendidikan ataupun
melakukan penelitian bagi perkembangan koperasi serta bantuan
konsultasi terhadap permasalahan koperasi.

B. Melakukan pengawasan termasuk memberi perlindungan terhadap


koperasi berupa penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah
berhasil diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan
usaha lainnya.

C. Memberikan fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta


pengembangan jaringan usaha dan kerja sama.

Koperasi dilindungi oleh pemerintah, agar apa yang dilaksanakan


koperasi tidak dilaksanakan dengan bidang usaha lainnya. Adapun
kebijakan pemerintah dalam pembangunan koperasi secara terinci adalah
sebagai berikut:

1. Pembangunan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar


makin memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan
menjadi gerakan ekonomi rakyat yang tangguh dan berakar dalam
masyarakat.

2. Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya


peningkatan semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih
professional.

3. Peningkatan koperasi di dukung melalui pemberian kesempatan


berusaha yang seluas luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik
di dalam negeri maupun diluar negeri, dan penciptaan iklim usaha
yang mendukung dengan kemudahan memperoleh permodalan.

4. Kerja sama antar koperasi dan antara koperasi dengan usaha negara
dan usaha swasta sebagai mitra usaha dikembangkan secara lebih
nyata untuk mewujudkan kehidupan perekonomian berdasarkan
demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas kekeluargaan,
kebersamaan, kemitraan usaha, dan kesetiakawanan.
b. Dukungan Pemerintah Terkait Dengan Pendanaan UMKM
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan sektor
yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan
sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti
pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, peningkatan devisa
negara, dan pembangunan ekonomi daerah. UKM diharapkan
mempunyai kemampuan untuk ikut memacu pertumbuhan
ekonomi nasional sehingga UKM membutuhkan pelindung
berupa kebijakan pemerintah seperti undang-undang
dan peraturan pemerintah. Adapun peran pemerintah terkait
pendanan UMKM, yaitu menciptakan regulasi atau kebijakan
yang baik berupa undang-undang dan peraturan pemerintah
yang berkaitan dengan UMKM dari sisi perbankan yang akan
memacu peranan UMKM dalam perekonomian yaitu UU No. 20
Tahun 2008 tentang UMKM. Adapun aspek pendanaan dalam
UU No. 20 Tahun 2008 pada pasal 8 ditujukan untuk:

1) Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi


Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk dapat
mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan
bukan bank;
2) Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas
jaringannya sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah;
3) Memberikan kemudahan dalam memperoleh
pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak
diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan;

4) Membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil


untuk mendapatkan pembiayaan dan jasa produk
keuangan lainnya yang disediakan oleh perbankan
dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang
menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah
dengan jaminan yang disediakan oleh pemerintah.

Pemerintah membuat kebijakan ini untuk mempercepat


pertumbuhan ekonomi yang terkait langsung dengan UMKM,
selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan potensi dan
partisipasi aktif UMKM di dalam proses pembangunan nasional,
khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka
mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan kerja
dan peningkatan pendapatan. Terdapat tiga butir kebijakan pokok
pemerintah di bidang ekonomi, yaitu:

1) Peningkatan layanan jasa keuangan khususnya untuk


pelaku UMKM, yang meliputi perbaikan layanan jasa
perbankan, pasar modal, multifinance, asuransi.
2) Peningkatan infrastruktur layanan jasa keuangan, berupa
akses pasar, layanan penagihan dan pembayaran,
kemudahan investasi dan menabung, serta dukungan
umum atas pelaksanaan transaksi perdagangan
peningkatan layanan jasa dan infrastruktur
pendukungnya tidak akan berarti banyak
tanpa upaya pembenahan menyeluruh untuk
meningkatkan kemampuan entrepreneurship bagi pelaku
UMKM.

3) Meningkatkan kemampuan dan penguasaan aspek-aspek


teknis dan manajemen usaha, pengembangan produk dan
penjualan, administrasi keuangan, dan kewirausahaan
secara menyeluruh.

Pemerintah juga melalui berbagai elemen seperti


Departemen Koperasi, Departemen Perindustrian dan
Perdagangan, Bappenas, BUMN juga institut keuangan baik bank
maupun nonbank, melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan
UKM agar dapat menjadi tangguh dan mandiri serta dapat
berkembang untuk mewujudkan perekonomian nasional yang
kukuh. Dukungan diwujudkan melalui kebijakan pengadaan
fasilitas dan stimulus lain. Selain itu, banyak dukungan atau
bantuan yang diperlukan terkait upaya tersebut, misalnya
bantuan berupa pengadaan alat produksi, pengadaan barang fisik
lainnya juga diperlukan sebuah metode, sarana dan prosedur yang
memadai, tepat guna, dan aplikatif serta mengarah pada
kesesuaian pelaksanaan usaha dan upaya pengembangan
kemampuan masyarakat sebagai pelaku usaha dalam suatu
sistem perekonomian yang berbasis masyarakat, yaitu dalam
bentuk UMKM.

Berdasarkan beberapa pendapat dan langkah-


langkah yang dilakukan pemerintah dalam menjamin
pengembangan UMKM dapat diabaikan bahwa dalam rangka
memberdayakan UMKM dapat di tempuh meliputi:

1) Penetapan kebijakan pemberdayaan UKM dalam


penumbuhan iklim usaha bagi usaha kecil di tingkat
nasional yang mencakup: pendanaan/penyediaan sumber
dana, tata cara dan syarat pemenuhan kebutuhan dana;
2) Memfasilitasi akses penjaminan dalam penyediaan
pembiayaan bagi UKM di tingkat nasional termasuk:
kredit perbankan, penjaminan lembaga bukan bank,
modal ventura, pinjaman dari dana pengasihan sebagai
laba BUMN,hibah dan jenis pembiayaan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. “ Program Pemulihan Ekonomi


Nasional (PEN)”. https://pen.kemenkeu.go.id/in/post/mengapa-program-
pen (Diakses September 29, 2022).
Kredit Usaha Rakyat “ Maksud dan Tujuan KUR”. https://kur.ekon.go.id/maksud-
dan-tujuan (Diakses September 29, 2022).
Rahmini,Yuli. (2017). Perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Dan
Menengah) di Indonesia. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, 6 (1), 51–
58.
Sumantri, B. A., & Permana, E. P. (2017). Manajemen Koperasi Dan
UsahaMikro Kecil Dan Menengah (UMKM). Kediri: Fakultas
Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Anda mungkin juga menyukai