Anda di halaman 1dari 6

Nama : YUNI DESI MULYANI

Nim : 20329108
A. Pengertian Agama
Agama didefinisikan dengan perasaan, tindakan, dan pengalaman individu-individu
dalam kesepiannya, sepanjang mereka melihat dirinya berhadapan daam hubungan
dengan apa yang dianggapnya sebagai Tuhan. (James, 1902:32). Agama adalah sistem
kepercayaan pada kuasa Illahi atau di atas manusia, dan praktik atau pemujaan atau ritual
lainnya yang diarahkan kepada kuasa tersebut. (Argyle dan Beit-Hallahmi, 1975:1).
Agama adalah lembaga yang terdiri dari interaksi yang terpola secara kultural dengan
wujud di atas manusia yang diasumsikan secara kultural pula. (Spiro,1966:96).1
Di samping definisi-definisi tentang agama di atas, Harun Nasution merumuskan ke
dalam beberapa definisi yaitu,
a. Pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipenuhi.
b. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang
menguasai manusia.
c. Mengikat pada diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada
suatu sumber yang berada di luar manusia dan yang mempengaruhi perbuatan
manusia.
d. Kepercayaan terhadap suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatan ghaib.
f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber dari hal
ghaib.
g. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan takut terhadap
kekuatan misterius yang terdapat di alam sekitar.
h. Merupakan ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang
utusan.2
A. Teori Asal Usul Agama
Dalam kaitannya teori asal usul agama dibagi 2 jenis, Teori yang berdasarkan wahyu
dan Teori yang ilmiah (Rasional)
a. Teori.wahyu

1. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Agama : Sebuah Pengantar,hal. 23


2. Djenar Respati, Sejarah Agama-agama di Indonesia, hal. 23
Teori Wahyu adalah teori yang menyatakan bahwa agama berasal dari
pengalaman spiritual manusia yang diterima melalui wahyu atau pengungkapan
ilahi. Menurut teori ini, agama bukanlah sebuah penciptaan manusia, tetapi
berasal dari pengalaman yang diberikan oleh Tuhan atau entitas ilahi lainnya.
Teori Wahyu umumnya dikaitkan dengan keyakinan bahwa agama-agama dunia
memiliki sumber yang sama, yaitu pengalaman spiritual yang diberikan oleh
Tuhan atau entitas ilahi. Meskipun setiap agama memiliki kepercayaan, ajaran,
dan praktik yang berbeda-beda, mereka semua berasal dari pengalaman spiritual
yang sama.
Teori Wahyu telah dipelajari dan diperdebatkan oleh banyak ilmuwan agama dan
filsuf sepanjang sejarah. Beberapa orang meyakini bahwa teori Wahyu
memberikan penjelasan yang masuk akal tentang asal-usul agama dan
mempertahankan kepercayaan mereka dalam agama. Namun, ada juga yang
menentang teori ini, mengklaim bahwa asal-usul agama lebih kompleks daripada
sekadar pengalaman wahyu dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik,
dan budaya.
Secara umum, teori Wahyu adalah salah satu dari beberapa teori yang mencoba
menjelaskan asal-usul agama, dan masih menjadi topik yang diperdebatkan
dalam ilmu agama dan filsafat.
b. Teori Ilmiah
1. Teori Jiwa
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ”Reader in
Anthropology” yang bernama E.B Tylor yang merupakan guru besar di
Universitas Oxford. Sebagai teoritis dalam bidang agama, pandangannya
banyak dipengaruhi oleh alam pemikiran yang berkembang di masanya. Ia
menjelaskan mengenai asal-usul kepercayaan pada jiwa, bahwa manusia
primitif dihadapkan pada masalah perbedaan antara orang hidup dan mati dan
mempertanyakan sebabnya. Pada saat yang sama, manusia primitif juga
heran karena bertemu dengan ruh orang yang sudah mati. Berdasarkan kedua
hal tersebut, manusia primitif mempostulasikan adanya jiwa yang dapat
meninggalkan badan ketika orang tidur atau transe, atau pergi selamanya
setelah orang meninggal dunia. Tylor juga melihat adanya hubungan antara
kata-kata untuk “Jiwa” (soul) dan “nafas” (breath) yang terdapat dalam
berbagai bahasa, juga di dalam budaya yang dipercaya manusia memiliki
banyak jiwa. Dari jiwa manusia, Tylor berlanjut ke jiwa binatang dan
makhluk-makhluk lainnya. Menurutnya, suku primitif belum mengenal
pembedaan psikis yang tegas antara manusa dan binatang. Dalam “psikilogi
primitif”, binatang tumbuhtumbuhan dan benda alam lainnya juga dianggap
memiliki jiwa seperti manusia.3

Mengenai kesatuan jiwa dalam manusia, Tylor beranggapan bahwa di


seluruh dunia banyak hal yang dilakukan atau dikatakan manusia dalam
waktu dan tempat yang berbeda, yang betul-betul serupa satu sama lain.
Meskipun mungkin benar bahwa beberapa persamaan ini berasal dari
“deviasi” suatu suku yang behasil mengajarkan ide-ide yang baik pada suku-
suku lain namun sering terjadi adalah bahwa suku yang berbeda-beda
menemukan ide-ide yang sama dan mendapatkan adat kebiasaan yang sama
secara sendirisendiri. Dengan kata lain, kesamaan itu bersifat kebetulan,
mereka merupakan kesamaan fundamentalis dari jiwa manusia.

2. Teori Batas akal


Teori ini berkembang dan diperkenalkan oleh James George Frazer
(1854-1951), sahabat dekat W. R Smith, yang merupakan sarjana Barat lain
yang juga mempelajari totemisme. Minat utamanya adalah ilmu klasik.
Menurut Frazer, “ilmu tentang manusia membutuhkan bantuan dari mana-
mana saja jika hendak dilakukan secara sungguh-sungguh. Karena itu di
tahun 1887, diterbitkan pamflet berjudul Questions of the Manners, customs,
religion, superstitions etc. of uncivilized or semicivilized Peoples, yang
disebarluaskan ke seluruh dunia. Jawaban jawaban inilah menjadi dasar
antropologis yang dibuat Frazer. Dari The Golden Bough dapat diambil tiga
hal, pertama, definisi kerja magi, kedua, masalah raja ilahi, ketiga, konsep
dewa atau dewi tumbuhan yang mati kemudian hidup kembali.

3.Djam’annuri, Studi Agama-agama : Sejarah dan Pemikiran hal. 33-35


Konsep Magi dibagi dua yang pertama, prinsip “serupa menghasilkan
serupa”,kedua, begitu benda-benda “berhubungan satu samalain” maka dari
jawak tertentu akan tetap demikian setelah kontak fisik tersebut diputus,
selanjutnya konsep raja ilahi yang mengacu pada keyakinan bahwa Tuhan
atau kekuatan gaib lainnya memerintah dan mengendalikan alam semesta dan
kehidupan manusia, Konsep dewa atau dewi tumbuhan yang mati kemudian
hidup kembali adalah bagian dari banyak agama dan mitologi, termasuk di
dalam teori asal usul agama. Dalam pandangan teori batas akal, konsep ini
bisa dipandang sebagai simbolis atau metaforis, karena kembali hidupnya
dewa atau dewi tumbuhan bisa dipahami sebagai perubahan musim atau
perubahan siklus kehidupan. disini agama didefnisikan sebagai suatu
pemujaan atau perdamaian dengan kekuatan-kekuatan yang mengatasi
manusia. Manusia berusaha memanipulasi lingkungan dengan
mempergunakan magi, tetapi kemudian manusia kembali pada “agama”
ketika ia tahu bahwa manipulasi tersebut tidak mungkin dilakukan. Karena
magi dan agama berbeda, magi berasal dari kausalitas, sementara agama
berasal dari pada kepercayaan akan kekuatan-kekuatan yang menguasainya.

3. Teori Krisis Individu


Teori ini dikemukakan oleh M. Crawley yang mana dia berpendapat
dalam jangka waktu hidupnya manusia mengalami banyak krisis yang
menjadi objek hidupnya. Betapapun bahagianya hidup orang, ia selalu ingat
akan kemungkinankemungkinan timbulnya krisis, terutama bencana-bencana
sakit dan maut yang tidak dapat dihalangi kedatangannya dengan kekayaan,
harta, ilmu dan kekuatan dirinya. Dalam hal ini, dalam menghadapi krisis
dalam hidupnya, manusia membutuhkan keteguhan iman dan menguatkan
dirinya, yang berupa upacara-upacara yang merupakan pangkal agama dan
bentuk-bentuk agama yang tertua.
4. Teori Sentimen Masyarakat
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Emile Durkheim yang
dikemukakan dalam bukunya Les Formes Elementaries de la Vie Religiense
(1912). Fokus sosiologi agama Durkheim adalah fungsi yang dimainkan
agama dalam menjembatani ketegangan individu dan dalam menghasilkan
solidaritas sosial, menjaga kelangsungan hidup masyarakat ketika dihadapkan
pada tantangan yang mengancam kelangsungan hidup baik dari suku lain,
orang-orang luar maupun dalam dan dari bencana alam. Agama juga
mensakralkan kekuatan yang tergabung dalam suatu suku, oleh karena itu
agama adalah sebagai keteraturan sosial yang mengikat suatu masyarakat
dengan tujuan sosial dan nilai yang sama.
5. Teori Kekuatan Luar Biasa
Teori ini diperkenalkan oleh Robert Ranuph Marret (1866-1943),
murid pelanjut Tylor. Bidang studi formalnya adalah filsafat. Ia
menyampaikan makalah berjudul “Preanimistic Religion” dalam pertemuan
yang diadakan oleh The British Association” Dalam makalahnya mengatakan
bahwa agama berkaitan dengan pikiran tertentu yang tersusun atau konkrit
yang di dalamnya emosi dan ide-ide langsung proaktif mendorong perbuatan.
Menurutnya, agama bermula dari kekuatan luar biasa yaitu perasaan hadirnya
suatu objek yang impersonal.

Anda mungkin juga menyukai