ABSTRAK
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Hal tersebut di atas pun yang terjadi di Kabupaten Tolitoli, penganggaran
untuk pelaksanaan OP masih dirasa sangat minim. Dalam kurun 1 Tahun Anggaran
(TA), tidak seluruh Daerah Irigsai (DI) kewenangan Pemerintah Tolitoli (sejumlah
53 DI) dilaksanakan kegiatan OP-nya. Salah satu dampak yang timbul adalah
penurunan fungsi, penurunan nilai kinerja asset dan peningkatan kerusakan
bangunan dan jaringan irigasi yang akan mengindikasi naiknya kebutuhan anggaran
untuk pelaksanaan perbaikan/ rehabilitasi. Hal ini juga dapat berakibat pada
menurunnya produktivitas pertanian.
Kelemahan Operasi dan Pemeliharaan (OP) irigasi ditandai dengan rendahnya
prioritas kegiatan OP, kurang konsistennya komitmen pemerintah dalam
menangani OP, pembiayaan yang tidak memadai, tidak sesuai dengan Angka
Kebutuhan Nyata akan Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) dan rendahnya tenaga
pelaksana OP baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perhitungan biaya OP
umumnya di hitung berdasarkan luas areal bukan berdasar angka kebutuhan nyata
lapangan sesuai kondisi jaringan yang ada. Akibat dari ini semua sistem OP kurang
berjalan sebagaimana mestinya. OP irigasi selalu kurang prioritas dibanding dengan
rehabilitasi dan pembangunan baru. Akibatnya kerusakan infrastruktur irigasi
terjadi dan kinerja irigasi menjadi semakin menurun, sehingga perlu dilakukan
rehabilitasi lebih cepat dari rencana, biaya untuk melakukan rehabilitasi akibat OP
yang tertunda jauh lebih besar dibanding biaya OP yang mestinya normal
dikeluarkan tiap tahun (Pusdiklatsdadankonstruksi, 2017).
Permasalahan tersebut di atas, dapat diatasi dengan memiliki perencanaan OP
yang kuat sebagai dasar dalam pengajuan anggaran dan penyusunan program
kegiatan OP, yaitu dengan menyusun dokumen AKNOP irigasi sesuai dengan
pedoman penyusunan AKNOP. Diharapkan dengan tersusunnya Dokumen
AKNOP dapat mengintensifkan pelaksanaan kegiatan OP untuk memperoleh hasil
yang optimal guna mempertahankan fungsi dan menjaga kelestarian bangunan dan
jaringan irigasi. Tujuan penelitian ini untuk merencanakan OP yang baik dan benar
melalui penyusunan AKNOP. Pada penelitian ini diambil studi kasus pada Daerah
Irigasi (DI) Bajugan Kabupaten Tolitoli.
3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan penyediaan, pengumpulan, distribusi, pengelolaan dan
penggunaan air irigasi. Jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier di tingkat. Jaringan utama meliputi gedung, saluran primer dan sekunder.
Sedangkan jaringan tersier terdiri dari saluran-saluran yang terletak pada petak-
petak tersier. Satuan daerah yang mengambil air dari suatu jaringan irigasi disebut
daerah irigasi (Fathi, 2021).
Berdasar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, ruang
lingkup kegiatan operasi jaringan irigasi meliputi :
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Monitoring dan Evaluasi
Operasi jaringan irigasi sebagaimana merupakan upaya pengaturan air irigasi
dan pembuangannya, termasuk kegiatan membukamenutup pintu bangunan irigasi,
menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana
pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data,
memantau, dan mengevaluasi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi Dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi, 2015).
Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan
perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara
terus menerus. Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan meliputi :
a. inventarisasi kondisi jaringan irigasi
b. perencanaan
4
c. pelaksanaan
d. pemantauan dan evaluasi
Berdasarkan jenisnya pemeliharaan dapat di bagi menjadi :
a. Pengamanan Jaringan Irigasi adalah upaya untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air,
hewan atau oleh manusia guna mempertahankan fungsi jaringan irigasi.
b. Pemeliharaan rutin yaitu kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan
kondisi jaringan irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa adanya
konstruksi yang di ubah atau di ganti. Pemeliharaan rutin meliputi :
- Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran
- Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak.
- Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan
- Pemeliharaan bangunan air (pembersihan, pelumasan dan pengecatan)
c. Pemeliharaan berkala yaitu kegiatan perawatan dan perbaikan yang
dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan.
Pemeliharaan berkala meliputi :
- Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran
- Pengecatan pintu
- Perbaikan Bendung, Bangunan Pengambilan dan Bangunan Pengatur
- Perbaikan Bangunan Ukur dan Kelengkapannya.
- Pemeliharaan jalan inspeksi dan jalan usaha tani
- Perbaikan saluran, pintu air
- Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas, rumah PPA dan
PPB, kendaraan dan peralatan
- Penggantian pintu, alat ukur dll.
5
BAB 3
PEMBAHASAN
IKSI DI Bajugan Tahun 2022 menunjukkan nilai 57,03% yaitu dibawah nilai
optimal kinerja irigasi yaitu 77,50% sehingga perlu menjadi perhatian bagi
6
pengelola DI yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Tolitoli untuk memprioritaskan
pelaksanaan rehabilitasi dan peningkatan kegiatan operasi dan pemeliharaan DI
Bajugan dengan pemenuhan peralatan OP, data pendukung, keterlibatan
GP3A/P3A dan kesesuaian anggaran pelaksanaan O&P sesuai Angka Kebutuhan
Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP).
Adapun rincian program perencanaan OP yang perlu dilaksanakan pada DI
Bajugan sebagai berikut :
1. Operasi jaringan irigasi :
a. Pembayaran Gaji/ upah/ honor pengelola irigasi yaitu pengamat irigasi, juru
pengairan, penjaga operasi bendung (POB), penjaga pintu air (PPA) dan
kebutuhan administrasi operasional kantor seperti penggandaan blangko
operasi (O1-O12) dan blangko pemeliharaan (P1-P10)
b. Pengadaan kebutuhan operasi bendung dan pintu-pintu air pada jaringan
irigasi seperti minyak peluman (oli), solar,
2. Pemeliharaan jaringan irigasi :
a. Pengamanan Jaringan Irigasi (Pembangunan bangunan pengamanan seperti
papan peringatan, patok kontrol, Pembuatan papan eksploitasi/ operasi
bendung, Pembuatan nomenklatur bendung)
b. Pemeliharaan Rutin (Pengadaan kebutuhan pemeliharaan seperti cat besi,
minyak cat dan lain-lain dan Pengadaan peralatan OP seperti cangkul, sabit,
pemotong rumput, gunting, sikat baja, garpu sampah, gergaji dan lain-lain
dan sarana penunjang)
c. Pemeliharaan Berkala (Pengerukan sedimen pada kantong lumpur,
Pengerukan sedimen pada lantai muka dan kolam olak, Penggantian pintu
air pada intake bendung, penguras bendung, saluran primer Bajugan,
Pengerukan sedimen di saluran primer Bajugan 0,664 Km, Pembuangan
sedimen di Terjunan BB.1e, Pemasangan peil schale, Perbaikan tanggul kiri
saluran sekunder BB.1-BB.6, Penggantian Tanggul Kiri saluran Sekunder
BB3. – BB.4, Timbunan dan penutupan bocoran BB.1
3. Menyediakan dana penanggulangan atau perbaikan darurat
7
Hasil perhitungan kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan DI Bajugan
sebagai berikut :
NO. PARAMETER MANAJEMEN OPERASI PEMELIHARAANKET
Nilai AKNOP tersebut di atas jauh dari nilai OP yang tersedia pada Tahun
2022, bahkan hanya menyentuh 10% dari yang AKNOP Wajib untuk OP diluar
biaya pemeliharaan berkala. Dengan adanya AKNOP diharapkan perencanaan
irigasi lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Penanganan terhadap
kerusakan jaringan irigasi pun dapat segera terinventarisasi untuk ditetapkan
program yang dapat segera ditindaklanjuti. Penanganan diharapkan segera
dilaksanakan untuk keberlangsungan dan mempertahankan kinerja jaringan irigasi
guna ketahanan pangan di Kabupaten Tolitoli. Jika pelaksanaan OP dan
Rehabilitasi dilaksanakan pada DI Bajugan dapat meningkatkan produktifitas padi
dari 4 ton/ha menjadi 7-8 ton/ha sesuai target nasional.
8
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
9
BAB 5
PUSTAKA
10