Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN

IRIGASI GUNA KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TOLITOLI

Oleh : Gabriella Ayu Kusuma, S.T.

Program Studi Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Tadulako

ABSTRAK

Guna mendukung ketahanan pangan, beberapa upaya yang dapat


dilaksanakan adalah penyediaan infrastruktur untuk budidaya tanaman pangan
seperti kesiapan jaringan irigasi, pencetakan lahan untuk menanam tanaman
pangan. Kesiapan jaringan irigasi tidak hanya terkait dengan kegiatan
pembangunan maupun peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi, namun yang
menjadi penting adalah pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan (OP). Memiliki
perencanaan OP yang kuat sebagai dasar dalam pengajuan anggaran dan
penyusunan program kegiatan OP, yaitu dengan menyusun dokumen AKNOP
irigasi sesuai dengan pedoman penyusunan AKNOP. Diharapkan dengan
tersusunnya Dokumen AKNOP dapat mengintensifkan pelaksanaan kegiatan OP
untuk memperoleh hasil yang optimal guna mempertahankan fungsi dan menjaga
kelestarian bangunan dan jaringan irigasi. Pada penelitian ini diambil studi kasus
Penyusunan AKNOP pada Daerah Irigasi (DI) Bajugan Kabupaten Tolitoli.
Berdasar nilai IKSI sebesar 57,03% maka DI Bajugan perlu menjadi
prioritas penanganan rehabilitasi dan OP yang memadai. Besaran AKNOP
keseluruhan untuk kegiatan OP DI Bajugan sebesar Rp. 725.432.000,-. Nilai
realisasi pelaksanaan OP DI Bajugan per tahunnya hanya menyentuh 10% dari nilai
wajib tahunan AKNOP yang diperhitungkan. Sehingga perlu menjadi perhatian
bagi pengelola irigasi dan pemerintah daerah khususnya. Dengan adanya kegiatan
OP dapat meminimalisir kebutuhan anggaran yang lebih besar untuk pelaksanaan
rehabilitasi sehingga umur layanan infrastruktur pun lebih mudah dicapai.
Penanganan diharapkan segera dilaksanakan untuk keberlangsungan dan
mempertahankan kinerja jaringan irigasi guna ketahanan pangan di Kabupaten
Tolitoli. Jika pelaksanaan OP dan Rehabilitasi dilaksanakan pada DI Bajugan dapat
meningkatkan produktifitas padi dari 4 ton/ha menjadi 7-8 ton/ha sesuai target
nasional

Kata kunci : irigasi, jaringan, operasi, pemeliharaan, perencanaan

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Kabupaten Tolitoli terkenal sebagai Kota Cengkeh, merupakan salah satu


kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah seperti kabupaten yang sedang berkembang
pada umumnya, terus melaksanakan perbaikan dan peningkatan pada bidang
infrastruktur. Sebagai bentuk mendukung program pemerintah yaitu ketahanan
pangan nasional maka Pemerintah Daerah Kabupaten Tolitoli juga terus berbenah
dan mengupayakan program terkait infrastruktur sumber daya air terutama jaringan
irigasi.
Dengan jumlah penduduk sebesar 226.796 Jiwa per Tahun 2021, konsumsi
beras penduduk Kabupaten Tolitoli memerlukan 25.736,81 ton/tahun (dengan
asumsi konsumsi beras sebesar 113,48 kg/jiwa/tahun). Berdasar data BPS Provinsi
Sulawesi Tengah, produksi beras Kabupaten Tolitoli Tahun 2020 menunjukkan
nilai 42.171 Ton. Nilai ini menunjukkan bahwa Tolitoli sudah termasuk daerah
swasembada pangan yaitu memenuhi kebutuhan beras untuk daerahnya sendiri.
Guna mendukung keberlanjutan dan mempertahankannya, beberapa upaya
yang dapat dilaksanakan adalah penyediaan infrastruktur untuk budidaya tanaman
pangan seperti kesiapan jaringan irigasi, pencetakan lahan untuk menanam tanaman
pangan. Kesiapan jaringan irigasi tidak hanya terkait dengan kegiatan
pembangunan maupun peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi, namun yang
menjadi penting adalah pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan (OP).
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air yang
ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi,
telah mengamanatkan pentingnya kegiatan OP irigasi dalam rangka menjaga
keberlanjutan irigasi dalam rangka menunjang ketahanan pangan nasional.
Pelaksanaan OP di tingkat daerah masih sangat minim dan belum intensif, sehingga
infrastruktur yang telah terbangun terkadang tidak mencapai umur layanannya
karena OP yang kurang baik.

2
Hal tersebut di atas pun yang terjadi di Kabupaten Tolitoli, penganggaran
untuk pelaksanaan OP masih dirasa sangat minim. Dalam kurun 1 Tahun Anggaran
(TA), tidak seluruh Daerah Irigsai (DI) kewenangan Pemerintah Tolitoli (sejumlah
53 DI) dilaksanakan kegiatan OP-nya. Salah satu dampak yang timbul adalah
penurunan fungsi, penurunan nilai kinerja asset dan peningkatan kerusakan
bangunan dan jaringan irigasi yang akan mengindikasi naiknya kebutuhan anggaran
untuk pelaksanaan perbaikan/ rehabilitasi. Hal ini juga dapat berakibat pada
menurunnya produktivitas pertanian.
Kelemahan Operasi dan Pemeliharaan (OP) irigasi ditandai dengan rendahnya
prioritas kegiatan OP, kurang konsistennya komitmen pemerintah dalam
menangani OP, pembiayaan yang tidak memadai, tidak sesuai dengan Angka
Kebutuhan Nyata akan Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) dan rendahnya tenaga
pelaksana OP baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perhitungan biaya OP
umumnya di hitung berdasarkan luas areal bukan berdasar angka kebutuhan nyata
lapangan sesuai kondisi jaringan yang ada. Akibat dari ini semua sistem OP kurang
berjalan sebagaimana mestinya. OP irigasi selalu kurang prioritas dibanding dengan
rehabilitasi dan pembangunan baru. Akibatnya kerusakan infrastruktur irigasi
terjadi dan kinerja irigasi menjadi semakin menurun, sehingga perlu dilakukan
rehabilitasi lebih cepat dari rencana, biaya untuk melakukan rehabilitasi akibat OP
yang tertunda jauh lebih besar dibanding biaya OP yang mestinya normal
dikeluarkan tiap tahun (Pusdiklatsdadankonstruksi, 2017).
Permasalahan tersebut di atas, dapat diatasi dengan memiliki perencanaan OP
yang kuat sebagai dasar dalam pengajuan anggaran dan penyusunan program
kegiatan OP, yaitu dengan menyusun dokumen AKNOP irigasi sesuai dengan
pedoman penyusunan AKNOP. Diharapkan dengan tersusunnya Dokumen
AKNOP dapat mengintensifkan pelaksanaan kegiatan OP untuk memperoleh hasil
yang optimal guna mempertahankan fungsi dan menjaga kelestarian bangunan dan
jaringan irigasi. Tujuan penelitian ini untuk merencanakan OP yang baik dan benar
melalui penyusunan AKNOP. Pada penelitian ini diambil studi kasus pada Daerah
Irigasi (DI) Bajugan Kabupaten Tolitoli.

3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan penyediaan, pengumpulan, distribusi, pengelolaan dan
penggunaan air irigasi. Jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan
tersier di tingkat. Jaringan utama meliputi gedung, saluran primer dan sekunder.
Sedangkan jaringan tersier terdiri dari saluran-saluran yang terletak pada petak-
petak tersier. Satuan daerah yang mengambil air dari suatu jaringan irigasi disebut
daerah irigasi (Fathi, 2021).
Berdasar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, ruang
lingkup kegiatan operasi jaringan irigasi meliputi :
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Monitoring dan Evaluasi
Operasi jaringan irigasi sebagaimana merupakan upaya pengaturan air irigasi
dan pembuangannya, termasuk kegiatan membukamenutup pintu bangunan irigasi,
menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana
pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data,
memantau, dan mengevaluasi (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi Dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi, 2015).
Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan
jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar
pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan
perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara
terus menerus. Ruang lingkup kegiatan pemeliharaan jaringan meliputi :
a. inventarisasi kondisi jaringan irigasi
b. perencanaan

4
c. pelaksanaan
d. pemantauan dan evaluasi
Berdasarkan jenisnya pemeliharaan dapat di bagi menjadi :
a. Pengamanan Jaringan Irigasi adalah upaya untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air,
hewan atau oleh manusia guna mempertahankan fungsi jaringan irigasi.
b. Pemeliharaan rutin yaitu kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan
kondisi jaringan irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa adanya
konstruksi yang di ubah atau di ganti. Pemeliharaan rutin meliputi :
- Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran
- Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak.
- Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan
- Pemeliharaan bangunan air (pembersihan, pelumasan dan pengecatan)
c. Pemeliharaan berkala yaitu kegiatan perawatan dan perbaikan yang
dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan.
Pemeliharaan berkala meliputi :
- Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran
- Pengecatan pintu
- Perbaikan Bendung, Bangunan Pengambilan dan Bangunan Pengatur
- Perbaikan Bangunan Ukur dan Kelengkapannya.
- Pemeliharaan jalan inspeksi dan jalan usaha tani
- Perbaikan saluran, pintu air
- Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas, rumah PPA dan
PPB, kendaraan dan peralatan
- Penggantian pintu, alat ukur dll.

Kegiatan OP jaringan irigasi memegang peranan penting dalam


mewujudkan ketahanan pangan. Yakni, dengan mengoptimalkan produktivitas
lahan yang ada dengan dukungan OP prasarana irigasi.

5
BAB 3
PEMBAHASAN

DI Bajugan terletak di Desa Bajugan Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli.


Letak Geografis pada 1°11'18.69"LU&120°51'8.17"BT. Sumber air untuk
Bendung Bajugan dari Sungai Bajugan (WS Lambunu-Buol) dengan rencana debit
pengambilan sebesar 1,08 m3/detik. Sejak dibangun Tahun 1985, Bendung Bajugan
telah dilakukan rehabilitasi terakhir kali pada Tahun 2016. DI Bajugan memiliki
luasan potensial sebesar 381 Ha dengan luas fungsional sebesar 123,32 Ha.

Kondisi Mercu Bendung, Pintu Intake


dan Pintu Penguras Bendung

Hasil penilaian kinerja sistem irigasi DI Bajugan sebagai berikut :


Tabel 1. Unsur dan Nilai Bobot Penilaian Kinerja Sistem Irigasi
Nilai Bobot (%) IKSI
No. Unsur Kondisi
Maks. Min. Optimum DI Bajugan
1 Prasarana Fisik 45,0 25,0 35,0 22,99
2 Produktivitas Tanam 15,0 10,0 12,5 11,26
3 Sarana Penunjang 10,0 5,0 7,5 3,38
4 Organisasi Personalia 15,0 7,5 10,0 12,15
5 Dokumentasi 5,0 2,5 5,0 2,85
6 P3A 10,0 5,0 7,5 4,4
Jumlah 100,0 55,0 77,50 57,03
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tolitoli, Tahun 2022

IKSI DI Bajugan Tahun 2022 menunjukkan nilai 57,03% yaitu dibawah nilai
optimal kinerja irigasi yaitu 77,50% sehingga perlu menjadi perhatian bagi

6
pengelola DI yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Tolitoli untuk memprioritaskan
pelaksanaan rehabilitasi dan peningkatan kegiatan operasi dan pemeliharaan DI
Bajugan dengan pemenuhan peralatan OP, data pendukung, keterlibatan
GP3A/P3A dan kesesuaian anggaran pelaksanaan O&P sesuai Angka Kebutuhan
Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP).
Adapun rincian program perencanaan OP yang perlu dilaksanakan pada DI
Bajugan sebagai berikut :
1. Operasi jaringan irigasi :
a. Pembayaran Gaji/ upah/ honor pengelola irigasi yaitu pengamat irigasi, juru
pengairan, penjaga operasi bendung (POB), penjaga pintu air (PPA) dan
kebutuhan administrasi operasional kantor seperti penggandaan blangko
operasi (O1-O12) dan blangko pemeliharaan (P1-P10)
b. Pengadaan kebutuhan operasi bendung dan pintu-pintu air pada jaringan
irigasi seperti minyak peluman (oli), solar,
2. Pemeliharaan jaringan irigasi :
a. Pengamanan Jaringan Irigasi (Pembangunan bangunan pengamanan seperti
papan peringatan, patok kontrol, Pembuatan papan eksploitasi/ operasi
bendung, Pembuatan nomenklatur bendung)
b. Pemeliharaan Rutin (Pengadaan kebutuhan pemeliharaan seperti cat besi,
minyak cat dan lain-lain dan Pengadaan peralatan OP seperti cangkul, sabit,
pemotong rumput, gunting, sikat baja, garpu sampah, gergaji dan lain-lain
dan sarana penunjang)
c. Pemeliharaan Berkala (Pengerukan sedimen pada kantong lumpur,
Pengerukan sedimen pada lantai muka dan kolam olak, Penggantian pintu
air pada intake bendung, penguras bendung, saluran primer Bajugan,
Pengerukan sedimen di saluran primer Bajugan 0,664 Km, Pembuangan
sedimen di Terjunan BB.1e, Pemasangan peil schale, Perbaikan tanggul kiri
saluran sekunder BB.1-BB.6, Penggantian Tanggul Kiri saluran Sekunder
BB3. – BB.4, Timbunan dan penutupan bocoran BB.1
3. Menyediakan dana penanggulangan atau perbaikan darurat

7
Hasil perhitungan kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan DI Bajugan
sebagai berikut :
NO. PARAMETER MANAJEMEN OPERASI PEMELIHARAANKET

I. BIAYA MANAJEMEN PELAKSANAAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN 142,585,500


A. Gaji/Upah/Honor Jaringan Irigasi 33,876,000
B. Operasional Kantor 7,450,000
C. Sarana Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan 85,718,500
D. Kegiatan Pendukung Operasi dan Pemeliharaan 15,541,000
II. OPERASI IRIGASI PERMUKAAN 14,375,900
A. Perencanaan Operasi 6,861,100
B. Pelaksanaan Operasi 5,072,800
C. Pemanfaatan Sumber Lain -
D. Monitoring dan Evaluasi 2,442,000
III. PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PERMUKAAN 568,469,989
A. Perencanaan Pemeliharaan 6,532,600
B. Pelaksanaan Pemeliharaan 561,187,389
1. Sosialisasi, Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Parsipatif 1,125,000
2. Pengamanan Jaringan Irigasi 6,960,000
3. Pemeliharaan Rutin - Bersifat Perawatan 7,277,900
4. Pemeliharaan Rutin - Bersifat Perbaikan Ringan 273,000
5. Pemeliharaan Berkala - Bersifat Perawatan 191,648,805
6. Pemeliharaan Berkala - Bersifat Perbaikan (Kontraktual) -
7. Pemeliharaan Berkala - Bersifat Penggantian 347,606,485
8. Penanggulangan/Perbaikan Darurat 6,296,200
C. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Kegiatan Pemeliharaan 750,000
Total 142,585,500 14,375,900 568,469,989
Total AKNOP Rp 725,431,389
Total AKNOP DIBULATKAN Rp 725,432,000
Total AKNOP WAJIB TAHUNAN (DILUAR KEGIATAN PEMELIHARAAN BERKALA) Rp 205,074,000

Nilai AKNOP tersebut di atas jauh dari nilai OP yang tersedia pada Tahun
2022, bahkan hanya menyentuh 10% dari yang AKNOP Wajib untuk OP diluar
biaya pemeliharaan berkala. Dengan adanya AKNOP diharapkan perencanaan
irigasi lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Penanganan terhadap
kerusakan jaringan irigasi pun dapat segera terinventarisasi untuk ditetapkan
program yang dapat segera ditindaklanjuti. Penanganan diharapkan segera
dilaksanakan untuk keberlangsungan dan mempertahankan kinerja jaringan irigasi
guna ketahanan pangan di Kabupaten Tolitoli. Jika pelaksanaan OP dan
Rehabilitasi dilaksanakan pada DI Bajugan dapat meningkatkan produktifitas padi
dari 4 ton/ha menjadi 7-8 ton/ha sesuai target nasional.

8
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

Terdapat beberapa permasalahan jaringan irigasi DI Bajugan seperti


penumpukan sedimen pada saluran dan bangunan, retakan dan bocoran serta
kelengkapan sarana penunjang yang tidak memadai. Berdasar nilai IKSI sebesar
57,03% maka DI Bajugan perlu menjadi prioritas penanganan rehabilitasi dan OP
yang memadai. Besaran AKNOP keseluruhan untuk kegiatan OP DI Bajugan
sebesar Rp. 725.432.000,- (Tujuh ratus dua puluh lima juta empat ratus tiga puluh
dua ribu rupiah). Besaran AKNOP DI Bajugan di luar perhitungan pemeliharaan
berkala baik pada bendung maupun jaringan irigasi (kegiatan wajib tahunan)
sebesar Rp. 205.074.000,- (Dua ratus lima juta tujuh puluh empat ribu rupiah).
78,36% biaya pada AKNOP diperlukan untuk kegiatan pemeliharaan, 1,98% untuk
kegiatan operasi dan 19,66% untuk pelaksanaan manajemen irigasi.
Nilai realisasi pelaksanaan OP DI Bajugan per tahunnya hanya menyentuh
10% dari nilai wajib tahunan AKNOP yang diperhitungkan. Sehingga perlu
menjadi perhatian bagi pengelola irigasi dan pemerintah daerah khususnya. Dengan
adanya kegiatan OP dapat meminimalisir kebutuhan anggaran yang lebih besar
untuk pelaksanaan rehabilitasi sehingga umur layanan infrastruktur pun lebih
mudah dicapai.
Perlu adanya sinkronisasi program/ kegiatan setiap tahunnya untuk
mengevaluasi dan menentukan prioritas penanganan OP pada suatu DI. Setiap
tahunnya perlu dilaksanakan pengelolaan aset irigasi (PAI), penilaian kinerja sistem
irigasi (IKSI) dan penyusunan AKNOP.

9
BAB 5
PUSTAKA

Fathi, R. T. N. B. (2021). Perencanaan Kebutuhan Biaya Jaringan Irigasi D.I.


Warungkiara. Jurnal Student Teknik Sipil, 3(2), 365–373.
Pusdiklatsdadankonstruksi. (2017). Modul 10 - Pengetahuan Dasar AKNOP
Jaringan Irigasi (Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Tingkat Juru).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, 13
Ekp 1576 (2015).
Sub Koordinator Operasi dan Pemeliharaan SDA. Dokumen AKNOP DI Bajugan
Tahun 2022, Bidang SDA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Tolitoli, 2022.

10

Anda mungkin juga menyukai