Anda di halaman 1dari 18

E-Government dan Reformasi Birokrasi dalam Rangka

Peningkatan Pelayanan Publik di Daerah


==================================================
Oleh: Roni Ekha Putera

ABSTRACT

Utilization of information technology in providing public services to


the community is a very important nowadays, considering the time of
the development was faster. Developing information technology has
caused no clear boundaries between one States with other countries in
the world. For now, how is local government able to utilize the
facilities and infrastructure of information technology to provide
prime services to the community. So that service can be provided
easily, quickly, and precisely. This paper will describe about
information technology utilization that able to provide changes in the
public service bureaucracy that is in the area so that services can be
enjoyed by the whole society.

Kata Kunci: Pelayanan Publik, Teknologi Informasi, Birokrasi,


Reformasi Birokrasi

I. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi komunikasi jelas akan ada, terutama pengurangan
dan informasi yang terjadi di Indo- kebutuhan tenaga manusia yang tidak
nesia saat ini tidak mungkin dihindari. handal yang secara otomatis akan
Gejala ini merupakan keniscayaan, di tergantikan oleh tenaga manusia yang
mana negara-negara di dunia semakin handal serta memahami pekerjaannya
dengan menggunakan sistem tekno-
terintegrasi ke dalam sistem teknologi
dan informasi internasional. Salah satu logi dan informasi yang semakin
dampak dari terintegrasinya sistem sophisticated1
teknologi dan informasi ini ialah Terintegrasinya sistem tekno-
semakin dibutuhkannya sumber daya logi dan informasi ini juga mem-
manusia yang handal untuk pengaruhi lembaga publik seperti
mengakomodasi perubahan, baik di
lingkungan domestik maupun publik, 1
Hodge, B.J, William P. Anthony, Lawrence
dengan memanfaatkan kemajuan tek- M. Gales. 2003. Organization Theory: A
nologi dan informasi ini. Implikasinya Strategic Approach. New Jersey: Prentice
Hall. hal.6-9

E-GovernmeQW GDQ 5HIRUPDVL %LURNUDVL«


97
pemerintah daerah. Sistem pemerin- awal Orde Baru sangat dipengaruhi
tahan daerah sekarang ini sudah mulai oleh situasi perjuangan dan ketidak-
diintegrasikan dalam suatu teknologi stabilan politik dan pemerintahan.
yang dapat dikendalikan dari pusat Pada masa perjuangan fisik
pemerintahan. Sebagai contoh adalah menghadapi ancaman penjajahan
dengan adanya penerapan electronic- kembali, tahun 1945-1949, aparatur
government (e-government) yang negara telah berfungsi, namun peran
mulai diterapkan di Indonesia. Sebagai utamanya adalah untuk mendukung
gambaran, e-government tidak mem- perjuangan menegakkan dan mem-
butuhkan penyelenggara negara pertahankan kemerdekaan serta
(aparatur pemerintah) yang banyak, kedaulatan negara.
melainkan sedikit tapi handal dan Pada periode demokrasi liberal,
memenuhi prinsip efektifitas dan tahun 1950-1959, aparatur nagara
efisiensi dalam menyelenggarakan menjadi ajang perebutan pengaruh
tugas-tugasnya yang bisa melahirkan partai-partai politik. Aparatur negara
profesionalitas. Inilah salah satu makin banyak terlibat dalam kegiatan
tantangan pemerintah (daerah) saat ini politik praktis. Situasi politik dan
dan masa datang. Tentunya, untuk pemerintahan yang tidak stabil
menghadapi perubahan tersebut, mempengaruhi efektivitas aparatur
idealnya dari sekarang sudah negara, terutama kabinet yang jatuh
diupayakan penataan terhadap sumber bangun menghambat penyelenggaran
daya manusianya. tugas-tugas pemerintahan dengan
Tidak disangkal lagi bahwa baik.
teknologi informasi dan komunikasi Sekalipun demikian, aparatur
dapat digunakan untuk menunjang negara telah berfungsi dan menjadi
sistem operasional dan manajerial dari wahana yang kuat menunjang
berbagai kegiatan institusi yang di keutuhan negara kesatuan, serta
dalamnya termasuk kegiatan pemerin- mampu menyelenggarakan pelayanan
tahan dalam hal penyelenggaraan pemerintah bagi masyarakat sampai
pelayanan publik kepada masyarakat ke tingkat desa, dan menjangkau
secara cepat dan tepat. seluruh pelosok tanah air.
Proses demokrasi yang sedang Pada periode demokrasi
berlangsung di Indonesia memberikan terpimpin, tahun 1959-1965, keadaan
pelajaran berharga bagi birokrasi di aparatur negara tidak banyak berubah
satu pihak dan warga negara di pihak menjadi lebih baik. Dengan membe-
lain. Sejarah mencatat bahwa sarnya kabinet bahkan sampai
perkembangan aparatur negara dalam Kabinet 100 Menteri. Aparatur
kurun waktu 1945 sampai dengan negara tumbuh menjadi makin besar.

98 DEMOKRASI Vol. VIII No. 1 Th. 2009


Di satu sisi, aparatur negara birokrasi sudah sepantasnya meng-
berkembang makin besar dan kuat alami perubahan dari birokrasi yang
karena peranan negara yang makin otoriter ke arah birokrasi yang
besar, baik dalam kehidupan politik demokratis, responsif, transparan,
maupun ekonomi. Di sisi lain, dan non-partisan dengan penggunaan
lembaga-lembaga perwakilan dan teknologi informasi dan komunikasi.
pengawasan yang ditetapkan oleh Gelombang reformasi politik yang
konstritusi telah membaur ke dalam berawal tahun 1997 mulai
aparatur pemerintah, dan pimpinannya meruntuhkan tembok keangkuhan
menjadi anggota kabinet. Akibatnya, birokrasi dan melahirkan masyarakat
fungsi pengawasan menjadi lemah. sipil yang diharapkan mampu
Juga terjadi tumpang tindih dan berdaya guna untuk terciptanya
kesimpang siuran antara kewenangan masyarakat yang mandiri.
dan tanggung jawab, termasuk antar Tuntutan masyarakat mengenai
instansi pemerintah pusat dan daerah, perlunya perbaikan kinerja birokrasi
serta antara instansi vertikal di daerah publik telah menjadi agenda publik
dengan instansi pemerintah daerah. pada saat itu, ketika jatuhnya rezim
Dalam masa Orde Baru, Repelita Orde Baru yang kemudian diikuti
demi Repelita, pendayagunaan dengan semakin rendahnya keper-
aparatur negara ditempatkan sebagai cayaan masyarakat terhadap birokrasi
bagian dari strategi pembangunan pemerintah/publik dalam hal penye-
nasional, dan senantiasa merupakan lenggaraan pelayanan publik kepada
salah satu krida dari krida-krida atau masyarakat. Krisis kepercayaan
program-program kerja setiap kabinet terhadap birokrasi publik ini ditandai
dalam masa itu. Dalam setiap kabinet dengan mengalirnya protes dan
selalu ada seorang menteri yang demonstrasi yang dilakukan berbagai
bertanggung jawab terhadap pener- komponen masyarakat terhadap
tiban atau pendayagunaan aparatur birokrasi publik baik tingkat daerah
negara. Pembangunan administrasi maupun pusat. Pendudukan kantor-
negara pada masa itu telah berhasil kantor pemerintah, rumah dinas
menyusun suatu sistim administrasi bupati, walikota dan kepala
yang modern yang mencakup struktur desa/nagari, dan perusakan berbagai
kelembagaan, ketatalaksanaan, admi- barang dan fasilitas publik menjadi
nistrasi kepegawaian, termasuk sistem fenomena yang sering ditemui di
pendidikan dan pelatihan, sistem daerah. Ini semua menunjukkan
perencanaan dan pengendalian pelak- betapa besarnya akumulasi kekece-
sanaan, serta pengawasan. waan masyarakat terhadap birokrasi
Dalam kurun waktu yang publik. Oleh karena itu ketika pintu
panjang itu maka wajah dan sosok protes terbuka, maka mengalirlah

E-GovernmeQW GDQ 5HIRUPDVL %LURNUDVL«


97
semua bentuk keluhan, kecaman Pelaksanaan Otonomi Daerah
bahkan hujatan terhadap birokrasi yang telah digulirkan oleh
publik. pemerintah sejak tahun 2001 yang
Krisis kepercayaan terhadap kemudian dengan Keputusan politik
birokrasi publik ini sangat mudah pemerintah yang menetapkan
terlihat, mengingat birokrasi publik kebijakan desentralisasi melalui
selama ini menjadi instrumen yang Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
efektif bagi penguasa Orde Baru untuk jo UU 32 Tahun 2004 tentang
mempertahankan kekuasaannya. Biro- Pemerintahan Daerah, berimplikasi
krasi publik, baik sipil, maupun militer bukan saja bagi daerah-daerah tetapi
dalam rezim Orde Baru telah juga bagi pemerintahan pusat sendiri.
menempatkan dirinya sebagai alat Desentralisasi dan otonomi daerah,
penguasa daripada pelayan masya- merupakan langkah yang amat
rakat. Kepentingan penguasa cende- penting dan telah menjadi keharusan.
rung menjadi sentral dari kehidupan Namun konsekuensinya pada sistem
dan perilaku birokrasi publik. Hal ini birokrasi harus lebih diperhitungkan.
tercermin dalam proses kebijakan Pendelegasian wewenang ke daerah
publik yang kepentingan penguasa itu propinsi dan kabupaten/kota, harus
selalu menjadi kriteria yang dominan disertai dengan upaya penataan
dan seringkali mengusur masyarakat kembali birokrasi. Sesungguhnya
banyak manakala keduanya tidak dengan desentralisasi dan otonomi
berjalan bersama-sama. Kesempatan terjawab banyak sekali persoalan;
dan ruang yang dimiliki oleh salah satu diantaranya adalah rentang
masyarakat untuk berpartisipasi dalam kendali manjemen publik.
proses kebijakan publik selama ini Dengan desentralisasi dan
terbatas. Akibatnya, banyak kebijakan otonomi, rentang kendali tersebut
publik dan program-program peme- dapat lebih dipersingkat. Namun,
rintah yang tidak responsif dan kewenangan-kewenangan yang lebih
mengalami kegagalan karena tidak besar yang diberikan kepada daerah
memperoleh dukungan dari harus diikuti dengan peningkatan
2
masyarakat . kemampuan baik SDM maupun
institusi di daerah untuk melak-
2
sanakan pekerjaan yang selama ini
Mengenai kebijakan publik yang hanya menjadi urusan pusat. Implikasi lain
diterapkan segelintir orang dalam
pemerintahan baca buku Affan Gaffar.2005.
yang timbul di daerah adalah
Politik Indonesia Transisi menuju misalnya dibidang pemerintahan
demokrasi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar; dan
Karl. D. Jackson dan Lucian W Pye. 1995. Indonesia. California: California Univer-
Political Power and Communication in sity Press.

98 DEMOKRASI Vol. VIII No. 1 Th. 2009


terutama terkait dengan memanfaatkan terjadinya praktek pungutan liar
teknologi informasi dan komunikasi (pungli), merupakan indikator
dalam hal penyelenggaraan pelayanan rendahnya kualitas pelayanan publik
publik oleh beberapa pemerintah di Indonesia4. Hal ini disebabkan
daerah di Indonesia. Peluang untuk oleh birokrasi dan para pejabat lebih
menerapkan e-government dengan menempatkan dirinya sebagai
memanfaatkan kemajuan teknologi penguasa daripada sebagai pelayan
informasi dan komunikasi sangat masyarakat. Selain itu paradigma
besar. Peluang tersebut didukung oleh yang dibangun oleh birokrat masih
kebijakan pemerintah pusat dengan paradigma lama yang bercirikan over
berbagai kebijakan mulai dari bureaucratic, bloated, wasteful, dan
kebijakan yang berupa Undang- under performing5. Akibatnya sikap
undang sampai keputusan presiden dan perilaku birokrasi dalam
atau keputusan menteri3. Seiring menyelenggarakan pelayanan cende-
dengan bertambah luasnya kewe- rung mengabaikan aspirasi dan
nangan ini, maka aparat birokrasi kepentingan masyarakat. Berkem-
pemerintahan di daerah dapat bangnya budaya paternalistik ikut
mengelola dan menyelenggaraan memperburuk sistem pelayanan
pelayanan publik dengan lebih baik publik melalui penempatan kepen-
sesuai dengan kebutuhan masya- tingan elit politik dan birokrasi
rakatnya. sebagai variabel yang dominan dalam
Ketika dihadapkan pada proses penyelenggaraan pelayanan publik.
penyelenggaraannya pelayanan publik Elite politik dan birokrasi dan atau
dengan orientasi pada kekuasaan yang yang dekat dengan mereka seringkali
amat kuat, selama ini telah membuat memperoleh perlakuan istimewa
birokrasi menjadi semakin jauh dari dalam penyelenggaraan pelayanan
misinya untuk memberikan sebuah publik. Akses terhadap pelayanan
pelayanan. Sekarang ini kualitas dan kualitas layanan sering berbeda
pelayanan publik masih diwarnai oleh tergantung pada kedekatannya
pelayanan yang sulit untuk diakses, dengan elite birokrasi dan politik.
prosedur yang berbelit-belit ketika Meluasnya praktek-praktek
harus mengurus suatu perijinan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotis-
tertentu, biaya yang tidak jelas serta
4
Agus Sudrajat, Membangun Model Pela-
yanan Publik yang dapat memenuhi
3
J Surat Djumadal, Penerapan E-Government Keinginan Masyarakat, http/www/Good
dan Berbagai Kendala di Pemerintah Governance and Anticoruption-Indo-
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, nesia.go.id/pdf/ Diakses Tanggal 3 Mei
diakses dari http://www.depkoinfo.go.id/ 2007
5
download/IT-DIYogya.pdf, diakses pada N. Flyn. 1990. Public Sector Management,
tanggal 7 Juni 2007 London: Harvester Wheatsheaf.

E-GovernmeQW GDQ 5HIRUPDVL %LURNUDVL«


97
me) dalam kehidupan birokrasi publik kebutuhan dan kepentingan publik.
semakin mencoreng image masyarakat Dalam tulisan ini akan di bahas
terhadap birokrasi publik. KKN tidak mengenai penataan sistem birokrasi
hanya telah membuat pelayanan dalam kaitannya dengan budaya
birokrasi menjadi amat sulit dinikmati birokrasi pelayanan publik dan
secara wajar oleh masyarakatnya, pemanfaatan e-government oleh
tetapi juga bagi mereka yang memiliki pemerintah daerah dalam mening-
³XDQJ´ GHQJan sangat mudah katkan pelayanan kepada masyarakat.
mendapatkan segala pelayanan yang
diinginkan. Meski desentralisasi/ II.PENATAAN ULANG SISTEM
otonomi daerah telah berjalan secara BIROKRASI
fluktuatif di masing-masing era,
Ada banyak penjelasan yang bisa
apapun bentuk desentraliasi/otonomi
digunakan untuk memahami
daerah namun fenomena pelayanan
mengapa pemerintah dan birokrasi
publik di Indonesia cenderung dikenal
gagal mengembangkan kinerja
³NXUDQJ EDLN´
pelayanan yang baik. Kemampuan
Hal demikian dikarenakan
dari suatu sistem pelayanan publik
realitas dari pelaksanaan otonomi
dalam merespon dinamika yang
daerah tidak sesuai dengan yang
terjadi dalam masyarakatnya secara
diharapkan, yang pada prinsipnya
tepat dan cepat serta efisien akan
dapat lebih meningkatkan kualitas
sangat ditentukan oleh bagaimana
pelayanan publik, memperbaiki derajat
misi birokrasi dapat dipahami dan
kesejahteraan serta kelayakan hidup
dijadikan sebagai basis kriteria dalam
rakyat, di mana pemerintahan dan
pengambilan kebijakan oleh birokrasi
pembangunan dikelola dalam proses-
itu. Ketidakjelasan misi juga
proses yang demokratis6.
membuat orientasi birokrasi dan
Berbagai fenomena di atas
pejabatnya pada prosedur dan
menunjukkan betapa rapuhnya keper-
peraturan menjadi amat tinggi.
cayaan dan legitimasi pemerintah dan
Apalagi dalam birokrasi publik
birokrasi dimata publik. Ini semua
Indonesia yang cenderung menja-
terjadi karena pemerintah dan
dikan prosedur dan peraturan sebagai
birokrasinya telah gagal menempatkan
panglima. Akibatnya ketidakjelasan
dirinya menjadi institusi yang bisa
misi birokrasi publik mendorong para
melindungi dan memperjuangkan
pejabat birokrasi publik mengguna-
kan prosedur dan aturan sebagai
6
Ginanjar Kartasasmita, Otonomi dan Layan- kriteria utuama dalam penyeleng-
an Publik, artikel pada http://.Pikiran ±
garaan pelayanan. Gaya manajemen
rakyat.com/cetak/2006/122006/05/0901.htm
diakses tanggal 3 Mei 2007 yang terlalu berorientasi kepada

98 DEMOKRASI Vol. VIII No. 1 Th. 2009


tugas (task oriented) juga menye- membuktikan bahwa pada umumnya
babkan pegawai menjadi tidak pegawai negeri mempunyai rasa
termotivasi untuk menciptakan hasil cemas yang tinggi terhadap
yang nyata dan kualitas pelayanan kegagalan dan ingin merasa aman
publik yang prima. Formalitas dalam dalam melakukan pekerjaannya8.
rincian tugas organisasi menuntut Masalahnya adalah prioritas kepada
keseragaman yang tinggi. Akibatnya rasa aman ini akhirnya membuat para
para pegawai takut berbuat salah dan pegawai takut mengambil resiko,
cenderung menyelesaikan pekerjaan- takut bertindak, dan tidak berani
pekerjaan sesuai dengan petunjuk melakukan perubahan-perubahan
pelaksana (juklak) dan petunjuk teknis yang sebenarnya yang diperlukan
(juknis), walaupun keadaan yang bagi perbaikan organisasi.
ditemui dalam kenyataan sangat jauh Sementara itu Warsito Utomo
berbeda degan peraturan-perturan yang didasarkan pada penelitian
teknis tersebut7. Smith terdapat berbagai faktor yang
Kecenderungan penelitian menyebabkan buruknya pelayanan
sejak lama telah menunjukkan bahwa aparat birokrasi antara lain: gaji yang
untuk merujuk pada prosedur dan rendah, sikap mental aparat
kurangnya kreativitas merupakan ciri pemerintah; kondisi ekonomi yang
umum para pegawai negeri sipil di buruk; administrasi yang lemah dan
Indonesia. Dengan berpijak pada teori kurangnya pengawasan9.
Maslow tentang tingkatan kebutuhan
manusia yang diberikan skala 1 III. BUDAYA BIROKRASI
sampai 12, penelitian ini menunjukkan Budaya birokrasi juga menjadi faktor
bahwa di kalangan pegawai yang penting dalam menjelaskan
³NHEXWXKDQ DNDQ UDVD DPDQ´ kegagalan birokrasi dalam
memperoleh skor tertingi (8,310). memberikan pelayanan kepada
Kemudian secara berturut-turut masyarakat. Praktek-praktek, simbol-
peringkat kebutuhan selanjutnya simbol dan nilai-nilai yang selama ini
adalah kebutuhan sosial (6,77), berkembang dalam birokrasi dan
kebutuhan dasar/fisiologis (6,34),
kebutuhan aktualisasi diri (4,92) dan
terakhir kebutuhan akan harga diri. Ini 8
Hidayat dan Sucherly. 1986. ³Peningkatan
Produktivitas Organisasi Pemerintah dan
3HJDZDL 1HJHUL .DVXV ,QGRQHVLD ´
7
Wahyudi Kumorotomo. 2005. Pelayanan Prisma, No. 12 Desember hal 92
9
yang Akuntabel Bebas dari KKN , dalam Warsito Utomo. 2006. Administrasi Publik
Agus Dwiyanto (ed) Mewujudkan Good Baru Indonesia, Perubahan Paradigma
Governance dalam Pelayanan Publik. Dari Administrasi Negara Ke Administrasi
Jogjakarta, JICA dan Gadjah Mada Publik. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, hal
University Press, hal: 101 205-206

E-GovernmeQW GDQ 5HIRUPDVL %LURNUDVL«


97
pemerintah sangat jauh dari lebih baik dan dapat terpelihara
kepentingan publik. Praktek-praktek kesinambungannya.
kerja penyelenggara pelayan publik Birokrasi harus terdiri atas
yang mengabaikan kepentingan manusia-manusia yang kompeten dan
masyarakat dan warga Negara selama berkarakter. Kompeten, dalam arti
ini dianggap wajar (proper) dan kualitas dan kemampuannya dalam
bahkan memiliki kekuatan normatif. menjalankan tugas dan tanggung
Pembentukan etos kerja juga jawab yang dipercayakan kepadanya.
mengalami feodalisme, seperti dalam Birokrasi harus diisi oleh orang-
penyelesaian tugas hanya berorientasi orang yang profesional dalam
kepada petunjuk pimpinan, tumbuhnya menjalankan pekerjaannya. Karakter
image bahwa pimpinan selalu benar, yang dilandasi sifat-sifat kebajikan
pimpinan tidak dapat disalahkan tetapi akan menghasilkan kebijaksanaan-
sebaliknya seorang bawahan yang kebijaksanaan yang menguntungkan
dianggap tidak mampu menter- masyarakat dan mencegah tujuan
jemahkan kehendak pimpinan dan menghalalkan segala cara. Karakter
berbagai sikap yang memperlihatkan ini harus ditunjukkan bukan hanya
adanya kultur marjinalisme di dengan menghayati nilai-nilai kebe-
kalangan aparat birokrasi bawah. naran dan kebajikan yang mendasar,
Demikian pula sikap seorang aparat tetapi juga nilai-nilai kejuangan. Hal
bawahan misalnya akan sulit untuk terakhir ini penting karena dengan
berbeda pendapat dengan pim- semangat kejuangan itu seseorang
pinannya karena adanya sifat inferior birokrat, meskipun dengan imbalan
yang melekat pada diri seorang tidak terlalu memadai, akan sanggup
birokrat bawahan. bertahan dari godaan untuk tidak
Untuk itu dalam hal ini berbuat yang bertentangan dengan
pembaharuan demokrasi selain perlu nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
dilakukan melalui penataan ulang Tidak kalah pentingnya seperti
sistem, yang menyangkut kelem- telah dikemukakan di atas, birokrasi
bagaan dan tata dan cara kerjanya, harus memiliki semangat keadilan
yang utama adalah menerapkan sosial, yang tercermin dalam keber-
budaya atau semangat birokrasi yang pihakan kepada yang lemah, dan
tepat, serta membangun kualitas dengan demikian yang daya saingnya
SDMnya. Sehingga birokrasi dapat dalam masyarakat lebih terbelakang,
berfungsi sebagai ujung tombak upaya dalam kebijaksanaan-kebijaksaan dan
kita menyelesaikan berbagai masalah tindakan-tindakannya. Selanjutnya
yang dihadapi bangsa kita dewasa ini, birokrasi harus berpegang teguh
dan membangun masa depan yang kepada konstitusi dan segenap

98 DEMOKRASI Vol. VIII No. 1 Th. 2009


ketentuan pelaksanaannya. Birokrasi bawahan terjalin hubungan yang
tidak ikut menetapkan konstitusi, harmonis sehingga komunikasi yang
tetapi harus menegakkannya. Oleh terjadi adalah komunikasi dua arah
karenanya birokrasi harus menentang (Two Way Communication).
habis-habisan setiap upaya yang tidak
konstitusional apalagi yang jelas IV. E-Government
bertentangan dengan konstitusi.
Teknologi telah menyebabkan
Memang kita sudah tidak bisa lagi
banyak birokrasi perlu ditata
menggunakan istilah doktrin, karena
kembali, baik birokrasi pemerintah
akan berkonotasi indoktrinasi, namun
maupun swasta. Banyak hal yang
semangat birokrasi baru harus
selama ini harus dilakukan oleh
dikembangkan dan dibudayakan.
banyak orang, sekarang dapat
Dengan segala kelemahannya
dilakukan oleh satu atau jauh lebih
birokrasi di negara maju dan di banyak
sedikit orang. Banyak kegiatan yang
negara berkembang yang menganut
biasanya memakan waktu, dapat
paham demokrasi, seperti di
dilakukan dengan sekejap. Jarak
Singapura, Korea, Malaysia dan
menjadi kurang relevan. Data dapat
Thailand dapat bertahan menghadapi
lebih cepat dan akurat diperoleh dan
gelombang-gelombang perubahan dan
diolah. Kesemuanya itu jelas
beradaptasi secara dinamis. Birokrasi
berpengaruh kepada sistem birokrasi.
di negara-negara tersebut, meskipun
Masalah-masalah dapat lebih dini
tidak sempurna, dapat menjadi
dideteksi, sehingga dapat dicegah
andalan masyarakatnya dalam mencari
berkembang menjadi lebih besar.
solusi terhadap berbagai masalah,
Pelayanan publik dapat lebih baik,
termasuk krisis ekonomi, dan
lebih cepat dan lebih mudah, karena
menjamin kontinuitas dan stabilitas
kemudahan-kemudahan yang dihasil-
pada masa-masa krisis politik.
kan oleh teknologi.
Dengan demikian dalam
Dalam hal ini e-government
menjalankan birokrasi pemerintahan
merupakan kecenderungan baru
di tuntut sebenarnya sebuah
adminitrasi negara. Menurut Darell
manajemen kerja birokrasi peme-
M. West, seorang pakar e-govern-
rintahan yang mencakup perencanaan,
ment dari Brown University Amerika
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
6HULNDW ³ E-government refers to the
sistem sehingga tercapai efisiensi dan
delivery of information and services
efektivitas dalam organisasi publik.
online through the internet or other
Manajemen kerja yang baik akan
GLJLWDO PHDQV´ Sedangkan United
mampu menghasilkan tujuan organi-
Nation Development Programe
sasi yang sesuai dengan apa yang telah
(UNDP) dalam suatu kesempatan
dirumuskan. Antara atasan dan
mendefinisikannya secara lebih

E-GovernmeQW GDQ 5HIRUPDVL %LURNUDVL«


97
sederhana, yaitu ³(-government is the interaksi dengan dunia usaha dan
the application of Information and industri, pemberdayaan masyarakat
Communication Technology (ICT) by melalui akses informasi, atau
government agHQFLHV´ :10 manajemen pemerintahan yang lebih
Sementara itu, vendor perangkat efisien. Hasil yang diharapkan dapat
lunak terkemuka semacam SAP berupa pengurangan korupsi,
memiliki definisi yang cukup unik, peningkatan transparansi, pening-
yaitu: ³(-government is a global katan kenyamanan, pertambahan
reform movement to promote internet pendapatan atau pengurangan biaya.
use by government agencies and Dengan demikian bahwasa-
HYHU\RQH ZKR GHDOV ZLWK WKHP´ 11. nya dalam penerapan e-government,
Definisi yang lebih lengkap akan dapat membantu: meniadakan
dinyatakan oleh World Bank yaitu: ³E- hambatan pertukaran informasi antar
government berkaitan dengan masyarakat dan antar wilayah negara,
penggunaan teknologi informasi dan dengan demikian berbagai
(seperti wide area network, internet, bentuk kesenjangan yang bersumber
dan komunikasi bergerak) oleh dari ketidakseimbangan kesempatan
lembaga pemerintah yang mempunyai memperoleh informasi dapat diatasi
kemampuan untuk mentransformasi- secara bertahap; meningkatkan
kan hubungan pemerintah dengan ketersediaan informasi dan pelayanan
warganya, pelaku dunia usaha (bisnis), publik serta memperluas dan
dan lembaga pemerintah lainnya´12. memperdalam jangkauannya; me-
Teknologi ini dapat mempunyai tujuan ningkatkan produktivitas, efisiensi,
yang beragam, antara lain: pemberian dan kemampuan inovasi dalam sektor
layanan pemerintahan yang lebih baik produksi, serta memperlancar rantai
kepada warganya, peningkatan distribusi; meningkatkan transparansi
dan memperbaiki efisiensi pelayanan
10
publik; memperlancar interaksi antar
Richardus Eko Indrajit. 2002. Elec tronic lembaga-lembaga pemerintah, baik
Government, Strategi Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik
pada tingkat pusat maupun daerah,
Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta. dan dengan masyarakat.
Andi Offset Berbicara mengenai kajian
11
Ibid., hal.2 penerapan e-government di Indo-
12
Ahmad Djunaedi. 2003. ´Beberapa nesia, kelahiran e-government di
pemikiran Penerapan E-government Dalam
Pemerintahan Daerah di Indonesia´,
Indonesia dibidani oleh adanya
Makalah disampaikan dalam Seminar Instruksi Presiden No. 23/2003 ten-
Nasional E-Government dan Workshop tang Kebijakan dan Strategi Nasional
Linux, 30 Oktober 2002, FMIPA, UGM, pengembangan e-government. Wa-
Yogyakarta, hal.2

98 DEMOKRASI Vol. VIII No. 1 Th. 2009


laupun demikian jauh sebelum adanya Meski sebagian instansi
Inpres No. 23/2003 lahir, beberapa pemerintah daerah tengah memacu
pemerintah daerah sudah terlebih diri menerapkan e-government,
dahulu menggagas serta menerapkan bukan berarti semuanya melakukan
sistem pelayanan publik berbasis hal demikian. Ada banyak instansi
elektronik atau e-government dalam atau daerah lain yang belum terjamah
skala terbatas. Pemerintah Kabupaten e-government. Gebyar e-government
Takalar di Propinsi Sulawesi Selatan di kawasan Indonesia Timur seperti
tampil sebagai daerah pelopor pertama NTB, NTT, Papua belum marak.
penerapan teknologi informasi atau e- Malah ada juga daerah yang belum
government di tingkat pemerintah memiliki website.
daerah. Kabupaten Takalar mulai Sejak Inpres No. 3 tahun 2003
menerapkan Teknologi Informasi tentang Kebijakan dan Strategi
melalui sebuah bentuk sistem yang Nasional Pengembangan E-
dinamakan Sistem Pelayanan Satu government diluncurkan 9 Juni 2003
Atap atau disingkat SIMTAP sejak lalu, implementasi e-government di
tahun 200013. Indonesia mulai terasa gaungnya.
Pada tahun-tahun berikutnya, Setidaknya penerapan e-government
sejumlah daerah yang memiliki APBD telah memiliki pijakan sekaligus
berlimpah membangun infrastruktur e- lebih terarah. Sebab, dalam Inpres
government secara lengkap, seperti tersebut, para pejabat teras diminta
Kabupaten Kutai Kertanegara. mengambil langkah-langkah yang
Kabupaten di Propinsi Kalimantan diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan
Timur, mengeluarkan dana milyaran kewenangan masing-masing guna
rupiah untuk membangun Sistem terlaksananya pengembangan e-
Pelayanan Satu Atap (SIMTAP). government secara nasional. Yang
Begitu juga dengan pemerintah tidak kalah pentingnya adalah bahwa
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, mereka diminta untuk merumuskan
kabupaten Sidoarjo Jawa Timur, Kota dan melaksanakan rencana di
Bogor di Jawa Barat, Kota Tarakan di lingkungan masing-masing sembari
Sulawesi, Kota Denpasar di Bali, Kota berkoordinasi dengan Kementrian
Yogyakarta di DIY. Sementara pulau Komunikasi dan Informasi (Kom-
Sumatera mencanangkan Sumatera info).
Online untuk mengintegrasikan Sebagai lembaga yang ditunjuk
sembilan propinsi dalam satu atap. menggodok kebijakan seputar TI,
kementrian komunikasi dan
informasi (KOMINFO) telah mem-
13
Ibrahim Syah. 2003. Jangan main-main buat panduan dan standar untuk
dengan e-government, Bisnis Indonesia menindaklanjuti INPRES No. 3/
Regional Timur, Juni 2003, hal 1-2

E-GovernmeQW GDQ 5HIRUPDVL %LURNUDVL«


97
2003. Ada beragam panduan yang government dalam memberikan
telah disosialisasikan, seperti Panduan pelayanan publik adalah Kota
Penyelenggaraan Situs (website) Jogjakarta (yang terkenal dengan
Pemerintah Daerah, Panduan Standar UPIK) di Propinsi DIY dan
Infrastruktur Portal Pemerintah, Kabupaten Jembrana Propinsi Bali15.
Panduan Sistem Manajemen Dokumen Untuk kasus Sumatera Barat
Elektronik, Panduan Penyusunan sendiri di beberapa daerah penerapan
Rencana Induk Pengembangan e- e-government dalam mewujudkan
government Lembaga, hingga pelayanan publik yang prima
pedoman penyelenggaraan diklat ICT sebenarnya belum dapat dikatakan
dalam menunjang e-government. maksimal karena pemerintah daerah
Sekarang ini penerapan e- masih menggunakan sistem manual
government Pemerintah Daerah Dalam dalam memberikan pelayanan kepada
Mewujudkan Pelayanan Publik Prima masyarakat. Namun, ada beberapa
sebenarnya di beberapa daerah di daerah di Sumatera Barat yang sudah
Indonesia yang dapat dijadikan contoh terwujud pelayanan prima walaupun
walaupun pada pelaksanaanya secara masih secara manual, tapi secara
umum penyelenggaraan pelayanan keseluruhan belum dapat dikatakan
publik di Indonesia kurang baik, bagus. Kabupaten Solok misalnya
namun ada beberapa daerah yang telah memiliki Kantor Pusat
sudah mengalami perbaikan dalam Pelayanan Umum (KPPU) pernah
manajemen pemerintah daerah dengan menerima penghargaan Piala Citra
penerapan e-government dalam Pelayanan Prima tahun 2001 dari
mewujudkan pelayanan publik prima Menteri Pendayagunaan Aparatur
yaitu: Kabupaten Sragen Propinsi Negara. Akan tetapi di Kabupaten
Jawa Tengah dan Kota Pare-pare Solok sendiri pemanfaatan layanan
Propinsi Sulawesi Selatan. Kedua internet baru sebatas informasi dan
daerah ini telah menjadi proyek potensi daerah. Belum menyentuh
percontohan pelayanan publik yang aspek palayanan umum seperti yang
prima dengan pemanfaatan e- terjadi di Kota Yogyakarta. Walau-
14
government di Indonesia. Selain di pun data di lapangan menunjukkan
kedua daerah itu pemerintah daerah
lain yang sudah menggunakan e- 15
Lihat di www.Jogja.go.id dan www.
jembrana.go.id, di kedua daerah ini
14
Sonya Hellen Sinombor dan Reny Sri Ayu terdapat sekitar 50 jenis perijinan yang
Taslim. Revolusi Birokrasi Sragen ± Pare- sudah dapat diakses melalui internet,
pare, di Download dari http:// www.kom- semua formulir perijinan dapat
pas.co.id/ kompas- cetak/0612/09/Fokus/ didownload di kedua situs/webside
3154855.htm. di akses Tanggal 3 Mei 2007 pemerintah daerah ini.

98 DEMOKRASI Vol. VIII No. 1 Th. 2009


sudah semua pemerintah daerah di pemerintah daerah mulai dari tingkat
Sumatera Barat memiliki website Pemerintah Propinsi sampai
masing-masing sehingga dapat diakses tingkatan yang paling rendah yaitu
melalui internet akan tetapi belum pemerintah Nagari dan Kelurahan.
menggunakan sepenuhnya e- Sehingga pelayanan publik yang
government seperti yang telah prima dapat terwujud dalam
dicontohkan di atas. Persoalan yang kehidupan masyarakat.
terjadi di beberapa kasus di daerah
menunjukkan bahwa permasalahan V. PENUTUP
pelayanan publik di pemerintah daerah Dari berbagai uraian di atas dapat
di Sumatera Barat itu masih dipahami bahwa gelombang demo-
mengalami kendala yang disebabkan krasi yang terjadi telah memberikan
oleh kekurangan fasilitas dan personil perhatian yang serius terhadap
maupun prosedur yang berbelit, pembaharuan sistem birokrasi
sehingga menghambat pemberian pelayanan publik di daerah. Budaya
pelayanan kepada masyarakat16. birokrasi yang paternalistik telah
Persoalan klasik sebenarnya masih beralih ke sistem birokrasi yang
dihadapi oleh sebagain besar terbuka terhadap masukan dan
pemerintah daerah di Sumatera Barat kritikan (menjalankan prinsip-prinsip
sehingga penerapan e-government di tarnsparansi). Kemajuan teknologi
pemerintah daerah di Sumatera Barat juga telah menyebabkan pelayan
baru sebatas website informasi dan begitu dekat dengan masyarakat.
potensi wilayah serta info-info lainnya. Pemanfaatan e-government oleh
Permasalahan- permasalahan pemerintah daerah telah memberikan
yang terjadi dalam penyelenggaraan peluang untuk melaksanakan prinsip-
pelayanan publik dengan penerapan e- prinsip pelayanan yang cepat dan
government di pemerintah daerah tepat tanpa ada batas waktu.
sebenarnya membutuhkan manajemen Untuk itu, kedepan perlu
kerja yang profesional, efektif dan diperhatikan lebih lanjut political will
efisien sehingga fungsi-fungsi mana- dari pemerintah daerah untuk tetap
jemen seperti perencanaan, pengorga- melakukan pembaharuan-pembaha-
nisasian, penempatan staf, komunikasi ruan dalam penerapan teknologi
dapat berjalan dengan baik di informasi yang berbasis web dan
peningkatan budaya kerja aparatur
16
Pelayanan Satu Pintu Belum Efektif, pemerintah daerah ke arah yang lebih
Posmetro Padang, Tanggal 2 Mei 2006. baik lagi, sehingga pelayanan publik
Hampir disemua daerah di Sumatera Barat yang diberikan benar-benar dapat
mengeluhkan hal ini sehingga pelayanan dirasakan manfaatnya oleh masya-
yang diberikan kepada masyarakat menjadi
rakat.
tidak prima

E-GovernmeQW GDQ 5HIRUPDVL %LURNUDVL«


97
E-GovernmeQW GDQ 5HIRUPDVL %LURNUDVL«
97
DAFTAR KEPUSTAKAAN

'MXPDGDO - 6XUDW ´3HQHUDSDQ (-Government dan Berbagai Kendala di


3HPHULQWDK 3URSLQVL 'DHUDK ,VWLPHZD <RJ\DNDUWD´, diakses dari
http://www.depkoinfo. go.id/download/IT-DIYogya.pdf, diakses pada
tanggal 7 Juni 2007
Djunaedi, Ahmad. ´%HEHUDSD SHPLNLUDQ 3HQHUDSDQ (-government Dalam
3HPHULQWDKDQ 'DHUDK GL ,QGRQHVLD´ Makalah disampaikan dalam
Seminar Nasional E-Government dan Workshop Linux, 30 Oktober 2002,
FMIPA, UGM, Yogyakarta, hal.2, 2003
+LGD\DW GDQ 6XFKHUO\ ³3HQLQJNDWDQ 3URGXNWLYLWDV 2UJDQLVDVL 3HPHULQWDK
GDQ 3HJDZDL 1HJHUL .DVXV ,QGRQHVLD ´ Prisma, No. 12 Desember 1986
hal 92
Hodge, B.J, William P. Anthony, Lawrence M. Gales. 2003. Organization Theory:
A Strategic Approach. New Jersey: Prentice Hall. Hal.6-9
Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic Government, Strategi Pembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital.
Yogyakarta: Andi Offset.
Kartasasmita, Ginanjar. 2007 ´2WRQRPL GDQ /D\DQDQ 3XEOLN´. http://.Pikiran±
rakyat.com/cetak/2006/122006/05/0901.htm diakses tanggal 3 Mei 2007.
KEPMENPAN No. 63/KEP/M.PAN./7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
.XPRURWRPR :DK\XGL ´3HOD\DQDQ \DQJ $NXQWDEHO %HEDV GDUL ..1´
dalam Agus Dwiyanto (ed) Mewujudkan Good Governance dalam
Pelayanan Publik, Jogjakarta: JICA dan Gadjah Mada University Press.
N. Flyn. 1990. Public Sector Management. London: Harvester Wheatsheaf.
Posmetro Padang. ´3HOD\DQDQ 6DWX 3LQWX %HOXP (IHNWLI´ 7DQJJDO 0HL
2006.
Sinombor, Sonya Hellen dan Reny Sri Ayu Taslim. ´5HYROXVL %LURNUDVL
Sragen ± Pare-pare´ di Download dari http://www.kompas.co.id/
kompas- cetak/0612/09/ Fokus/3154855.htm. di akses Tanggal 3 Mei
2007
6XGUDMDW $JXV ³0HPEDQJXQ 0RGHO 3HOD\DQDQ 3XEOLN \DQJ GDSDW
memenuhi Keinginan Masyarakat´ http/www/Good Governance and
Anticoruption-Indonesia.go.id/pdf/ Diakses Tanggal 3 Mei 2007.
6\DK ,EUDKLP ³-DQJDn main-main dengan e-JRYHUQPHQW´ %LVQLV ,QGRQHVLD
Regional Timur, Juni 2003, hal 1-2

98 DEMOKRASI Vol. VIII No. 1 Th. 2009


Utomo, Warsito. 2006. Administrasi Publik Baru Indonesia, Perubahan Paradigma
Dari Administrasi Negara Ke Administrasi Publik. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar

E-GovernmeQW GDQ 5HIRUPDVL %LURNUDVL«


97
98 DEMOKRASI Vol. VIII No. 1 Th. 2009

Anda mungkin juga menyukai