1. Apa yang dimaksud dengan identitas nasional? Menurut Anda Apakah
perilaku masyarakat Indonesia dewasa ini masih menunjukkan ciri identitas nasional Indonesia? Bagaimana strategi mewujudkan identitas nasional? Jelaskan! Jawab: Identitas nasional adalah ciri khas atau jati diri suatu bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain. Akhir akhir ini, Indonesia dapat dikatakan sedang mengalami krisis identitas, krisis identitas merupakan masalah serius yang berkaitan dengan lunturnya rasa cinta tanah air. Hal ini disebabkan oleh era globalisasi yang tanpa batas. Pengaruh dari luar yang menyebabkan pengaruh negatif bagi bangsa Indonesia, seperti malu menggunakan produk dalam negeri. Strategi untuk mewujudkan identitas nasional dapat dilakukan dengan mengembangkan jiwa nasionalisme, mutu pendidikan, peklestarian budaya, dan usaha bela negara. 2. Sesuai azas kewarganegaraan tunggal, setiap orang hanya boleh memiliki satu kewarganegaraan. Tetapi kita ketahui Pak Habibie (Alm) adalah warga negara Jerman, juga Pak Prabowo adalah warga negara Jordan, di samping keduanya adalah WNI. Beri penjelasan/pendapat saudara terkait contoh kasus tersebut disertai argumentasi yang tepat! Jawab: Isu kasus tersebut sudah pernah kita dengar sejak lama. Namun pada nyatanya Alm. Bpk. BJ. Habibie dan Pak Prabowo menolak akan tawaran terebut. Karena setiap warga negara berhak untuk menentukan kewarganegaraan yang ia pilih. Mereka tidak menerima tawaran dari negara negara tersebut karena tidak mau kehilangan Identitasnya sebagai WNI. Hak menentukan statusnya sebagai warganegara, biasanya terjadi pada seseorang yang mempunyai jasa yang berharga kepada sebuah Negara sehingga ia diberi kesempatan untuk masuk Negara tersebut dengn dipermudah atau tetap memilih Negara asalnya. Sehingga kepada sesorang tersebu diberikan hak: a. Hak opsi adalah hak seseorang untuk memilih atau menerima tawaran kewarganegaraan suatu Negara. b. Hak repudiasi adalah hak seseorang untuk menolak tawaran kewarganegaraan suatu Negara.
Maka kedua tokoh besar asal Indonesia tersebut menggunakan hak
repudiasi. Alm. BJ. Habibie menolak tawaran pindah kewarganegaraan jerman karena alasan moral dan etik. Sedangkan Prabowo menolak menjadi WN Yordania karena cinta pada Indonesia dan tak mau kehilangan status sebagai WNI.
3. Menurut pendapat saya, korupsi di Indonesia sudah menjadi penyakit
lama yang merupakan perbuatan tidak moral, menyengsaranakan rakyat, dan merusak tata nilai kehidupan bangsa. Lemahnya hukum di Indonesia mengenai tindak pidana korupsi membuat koruptor tidak jera dan malah semakin cerdik dalam mencari peluang untuk melakukan korupsi. Hukum di Indonesia dapat dikatakan tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Perekonomian di Indonesia dari tahun ke tahun semakin memburuk dan kemiskinan semakin merjalela karena tingkat korupsi semakin meningkat. Banyak pejabat di Indonesia yang menyalah gunakan jabatannya demi kepentingan diri sendiri tidak memikirkan nasib rakyat. Walaupun pada saat dilantik menjadi pejabat negara, mereka sudah menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia, seorang nasionalis, dan cinta tanah air Indonesia, serta bersumpah di atas kitab suci, tetapi mereka tetap saja melakukan tindakan korupsi. Mengapa? Hal ini terjadi karena ketika telah dibutakan oleh harta mereka melupakan semua sumpah yang telah diucap serta dari cara pandang pemeluk agama, agama lebih diutamakan dalam praktik-praktik keagamaan (beribadah) tetapi tidak dijadikan ukuran nilai dan pemandu moral dalam bertindak. Cara mengurangi angka korupsi menurut saya adalah dengan memperkuat hukum yang ada di Indonesia. Pelaku tindak pidana korupsi hendaknya diberi hukuman yang seberat beratnya agar jera. Selain itu, kita sebagai warga Indonesia hendaknya mulai menanamkan dari diri sendiri akan pencegahan tindakan korupsi karena karena sejelek apapun sistemnya, jika pribadi orang yang mempunyai kewenangan baik, maka tidak akan ada tindak pidana korupsi. 4. Untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045. Tahun 2045 disebut sebagai jendela demografi (window of demography) yakni fase dimana jumlah usia produktif (usia 15-64 tahun) lebih besar dibanding jumlah penduduk yang tidak produktif (di bawah 14 tahun atau di atas 65 tahun). Bonus demografi dapat tercapai jika kualitas sumber daya manusia di Indonesia memiliki kualitas yang mumpuni sehingga akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi negara. Hal ini dapat kita wujudkan dengan cara meningkatkan kualitas hidup dan Integritas bangsanya terutama dimulai dari kita generasi muda, yaitu dengan meningkatkan sikap kedisiplinan. Selain itu adalah sikap anti rasisme, Generasi emas Indonesia harus mampu bersikap antirasisme termasuk mengambil sikap jika hal ini terjadi. Semua manusia tentunya sederajat tanpa ada perbedaan kelas harus kita pahami dan praktikkan. Selanjutnya jika pada saat mendatang Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 dunia dengan pendapatannya mencapai US$ 23.199 per kapitanya maka kita sebagai generasi emas harus mewujudkan ekonomi kreatif karena tidak bisa dicapai jika generasi milenial hanya bekerja kantoran saja. Maka dari itu jika integritas dan integrasi masyarakat Indonesia sudah terbentuk dan berjalan dengan baik, maka Indonesia sudah siap untuk mewujudkan “Indonesia Emas” pada tahun 2045 . 5. Semenjak diumumkan pertama kali pada awal Maret 2020, mengenai keberadaan virus corona di Indonesia, pandemi COVID-19 menjadi virus menakutkan bagi bangsa ini, serta melumpuhkan berbagai aktivitas masyarakat, khususnya pendidikan dan ekonomi. Hal tersebut sangat mengancam eksistensi negara dan bangsa karena banyak program kerja dan pemerintah yang dihentikan sementara agar dapat fokus menangani permasalahan virus tersebut. Guna menekan laju pertumbuhan virus tersebut pemerintah sudah melakukan berbagai upaya pencegahan salah satunya dengan vaksin. Selain itu pemerintah juga mewajibkan seluruh masyarakat Indonesia untuk selalu mentataati protokol kesehatan dalam melakukan seluruh kegiatan sehari hari dengan wajibnya menggunakan masker saat beraktivitas diluar ruanga, wajib mencuci tangan, dan menghindari kerumunan guna mengurangi penyebaran virus tersebut. Namun, tetap masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengindahkan himbauan tersebut. Banyak dari mereka yang tidak menggunakan masker saat berpergian dan mematuhi protokol kesehatan. Menurut pendapat saya hal tersebut sangan disayangkan. Terlepas dari berbagai argumen tentang kepercayaan akan adanya virus tersebut maupun tidak, seharusnya warga negara berkewajiban untuk patuh terhadap peraturan yang telah dibuat pemerintah.