Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

AGEN PERUBAHAN
KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN GRESIK

Entrepreneur School

Oleh : M. Heri Prianto, S.Pd.I, MA.


NIP : 198103102007101002
Unit kerja : MAN 2 Gresik

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 GRESIK


Jl. Raya Metatu No. 7 Benjeng Telp. (031) 7993264
Kab. Gresik Propinsi Jawa Timur
Tahun 2021

Entrepreneur School Page 1


PROPOSAL
AGEN PERUBAHAN KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN GRESIK
Entrepreneur School

Oleh : M. Heri Prianto, S.Pd.I, MA.


Unit kerja : MAN 2 Gresik

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sekarang ini pendidikan sudah berada di abad
21. Situasi pendidikan abad 21 penuh dengan persaingan yang global dengan didukung
perkembangan teknologi yang sangat berkembang. Madrasah dengan segala programnya
harus mampu mempersiapkan peserta didiknya menjadi peserta didik yang mandiri untuk
mampu berkompetisi dalam segala bidang, khusus bidang entrepreneur.
Kompetensi entrepreneur harus dimiliki oleh peserta didik, khusus bagi peserta didik
yang tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi (PT), sehingga peserta didik mempunyai skill
untuk mengarungi kehidupan. Madrasah mempersiapkan program kewiruasahaan dengan
menerapkan nilai-nilai kewirausahaan kepada peserta didik sehingga peserta didik
mempunyai jiwa entrepreneur.
Salah satu kegiatan kewirausahaan madrasah dapat diimplementasikan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Peserta didik tidak hanya cerdas di teori
saja, tetapi juga cerdas dan siap terjun didunia bisnis. Di era globalisasi ini penuh persaingan
dengan ketat. Supaya mampu bertahan didunia persaingan ini, tentu peserta didik yang
memiliki kreatifitas dan inovasi yang tinggi yang dapat mengambil dan membuka peluang
serta kesempatan untuk maju bersaing didunia Kerja. Peserta didik seyogyanya mampu

Entrepreneur School Page 2


menemukan potensi yang ada dalam dirinya untuk menciptakan kreasi produk sehingga
bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia yang
lebih kreatif dan produktif. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah mempersiapkan insan
Indonesia untuk memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah, Kemendikbud telah menjabarkannya melalu langkah strategis dalam
implementasi Kurikulum 2013. Tujuan Kurikulum 2013 akan lebih tercapai ketika peserta
didik memiliki jiwa dan ketrampilan kewirausahaan, mereka akan menjadiwarganegara yang
produktif, kreatif dan inovatif yang dilandasi nilai-nilai karakter bangsa dan mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat. Rancangan Kurikulum 2013 merupakan
implementasi kecakapan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C (Critical Thinking, Creativity,
Collaboration dan Communication). Entrepreneur School dapat menampung ide-ide secara
inovatif dari peserta didik. Setelah tamat sekolah mereka sudah terbiasa membaur dengan
dunia Kerja, mereka tidak takut menghadapi dunia global ini. Program kewirausahaan
dimaksudkan sebagai salah satu upaya memberi bekal kepada peserta didik agar mereka
memahami konsep kewirausahaan, memiliki karakter wirausaha, mampu memanfaatkan
peluang, dan mendapatkan pengalaman langsung berwirausaha, serta terbentuknya
lingkungan sekolah yang berwawasan kewirausahaan.
Hal ini sesuai dengan tugas dan fungsi Kepala Madrasah (Permendikbud Nomor 6
Tahun 2018), Mengacu pada Pasal 15 Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 Tentang
Penugasan Guru Sebagai Kepala Madrasah, dinyatakan jika Tugas Pokok dan Fungsi Kepala
Madrasah sebagai berikut ; Beban kerja Kepala Madrasah seluruhnya untuk melaksanakan
tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan
tenaga kependidikan.
Beban kerja Kepala Madrasah bertujuan untuk mengembangkan madrasah dan
meningkatkan mutu madrasah berdasarkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan. Saat
terjadi kekurangan guru dalam satuan pendidikan tertentu, maka Kepala Madrasah bisa
melaksanakan tugas pembelajaran maupun pembimbingan agar proses pembelajaran

Entrepreneur School Page 3


maupun pembimbingan tetap berlangsung dalam satuan pendidikan yang bersangkutan
tersebut. Kepala Madrasah yang melaksanakan tugas pembelajaran atau pembimbingan,
tugas pembelajaran atau pembimbingan tersebut merupakan tugas tambahan di luar tugas
pokoknya.
Sekalin Kepala Madrasah, Pendidik dan tenaga kependidikan serta orang tua dan
masyarakat mempunyai tugas untuk bersama-sama mengembangkan potensi peserta didik
khusunya dalam memunculkan jiwa kewirausanaan bagi peserta didik. Sehingga komponen
pendidikan bisa berjalan secara sinergi.

.
B. Tujuan

Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik),


sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha.
Terbentuknya pribadi-pribadi wirausaha merupakan indikator dari keberhasilan pelaksanaan
program kewirausahaan di madrasah. Keberhasilan program kewirausahaan di madrasah
dapat diketahui melalui hasil kinerja yang telah dicapai madrasah, dalam hal ini Kepala
Madrasah, Guru, orang tua dan masyarakat serta terutama Peserta didik.

Tujuan yang dicapai dari program kewirausahaan adalah :


1. Lingkungan sekolah yang bernuansa kewirausahaan,
2. Pembelajaran yang mengintegrasikan model desain thinking dalam proses creative
problem solving
3. Peserta didik memiliki karakter dan perilaku wirausaha
4. Peserta didik yang mampu berwirausaha secara mandiri atau kelompok

C. Sasaran
Yang menjadi sarasan dalam program ini adalah segitiga emas pendidikan, yakni;

Entrepreneur School Page 4


1. Kepala madrasah sebagai top leader, pendidik dan tenaga pendidikan yang menjadi
pelaksana program
2. Masyarakat dan orang tua selaku customer
3. Peserta didik yang dalam hal ini sebagai Objek pendidikan

Entrepreneur School Page 5


BAB II
INOVASI/PERUBAHAN

Sesuai dengan amanah Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala
madrasah/madrasah disebutkan dalam kompetensi ke 3 yaitu kompetensi kewirausahaan kepala
madrasah yang terdiri dari :
1. Menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan madrasah;
2. Kepala madrasah dituntut untuk mampu menciptakan gagasan-gagasan yang kreatif, baru, dan
berbeda, dalam bidang: proses pengelolaan madrasah (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan); muatan lokal yang bernilai kewirausahaan; dan
pendayagunaan sumberdaya pendidikan (uang, sarpras, informasi) dan pembelajaran.
3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pemimpin pembelajaran; kepala madrasah harus memiliki keyakinan yang kuat
bahwa ia mampu mencapai keberhasilan; memiliki visi sukses sebagai kepala madrasah;
melaksanakan strategi yang tepat untuk mencapai visi suksesnya; berani menghadapi risiko
yang ditimbulkan dari visi dan strategi yang dilaksanakan; melaksanakan refleksi dan
perbaikan terus-menerus dalam menjalankan strategi untuk mencapai keberhasilan visinya;
dan meraih berbagai prestasi secara berkesinambungan pada bidang-bidang yang relevan
dengan tugas dan fungsinya sebagai kepala madrasah pada tingkat kabupaten/kota, provinsi,
nasional, atau internasional.
4. Memotivasi warga madrasah untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing;
5. Madrasah harus mampu mengusahakan agar setiap warga madrasah: memiliki visi sukses
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi masing-masing yang sejalan dengan visi, misi,
dan kepala tujuan madrasah; melaksanakan strategi yang tepat untuk mencapai visi sukses
masing-masing; melaksanakan refleksi dan perbaikan terhadap kinerjanya menuju pencapaian
visi suksesnya; dan mencapai prestasi-prestasi yang relevan dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing pada berbagai tingkatan, antara lain tingkat madrasah, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau internasional.
6. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi madrasah; Kepala madrasah memiliki berpendirian kuat dalam menperjuangkan

Entrepreneur School Page 6


pencapaian visi suksesnya; mampu mengidentifikasi dengan tepat masalah mendasar dan
kendala yang dihadapi madrasah; mampu mengidentifikasi berbagai alternatif baru dan kreatif
dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya
sebagai kepala madrasah; mampu memilih alternatif terbaik dalam memecahkan masalah
yang dihadapi; melaksanakan secara konsisten alternatif yang dipilih; melaksanakan evaluasi
dan refleksi terhadap masalah yang diidentifikasi dan pemecahan yang telah dilaksanakan;
dan belajar secara terus-menerus melalui berbagai cara untuk menemukan cara-cara baru dan
kreatif dalam mencari solusi terhadap masalah dan kendala yang dihadapi.
7. Menerapkan nilai dan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam mengembangkan madrasah.
Madrasah harus mampu mengembangkan madrasah dengan menerapkan prinsip-prinsip:
inovatif dan kreatif; rasa percaya diri yang kuat; berorientasi pada visi, misi, dan tujuan
madrasah; kepala kerja keras dan pantang menyerah; dan bervisi pertumbuhan.

Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan


kegiatan-kegiatan pendidikan di madrasah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan
oleh kepala madrasah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama
sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum
dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di madrasah yang dapat merealisasikan
pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun Pendidikan kewirausahaan di madrasah dapat dilakukan oleh madrasah dalam bentuk
:

1. Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran


Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses
pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran
sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter
wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik
sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar
kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk
menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang
dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan

Entrepreneur School Page 7


menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini
dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran
di seluruh mata pelajaran yang ada di madrasah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan
pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem
penilaian.
Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat ditanamkan
pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus ditanamkan
dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman nilai tersebut
menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilai nilai kewirausahaan dilakukan secara
bertahap dengan cara memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman
nilai-nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata
pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai
pokok tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan.
Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah
awal ada 6 (enam) nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko, kepemimpinan,
orientasi pada tindakan dan kerja keras.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran.
Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan
pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara
menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi
silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi
nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyusun RPP yang
terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang
sudah ada dengan menambahkan materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian
dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan
mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai
milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan
mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu
nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses

Entrepreneur School Page 8


berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai
kewirausahaan.

2. Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam RPP dapat dilakukan melalui langkah-


langkah berikut:
a. Mengkaji KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup
didalamnya.
b. Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam KD kedalam
RPP.
c. Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta
didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
d. Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke
dalam RPP.
3. Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di
madrasah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan
minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang
berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1)
menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang
memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan
mandiri dan atau kelompok.

4. Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri


Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian
integral dari kurikulum madrasah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya
pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang

Entrepreneur School Page 9


dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan
kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan kompetensi
dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik,
dengan memperhatikan kondisi madrasah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam
mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan,
kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan
perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri
meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara
khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya.
Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga
kependidikan di madrasah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program
pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan
melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari madrasah misalnya kegiatan ‘business
day’ (bazar, karya peserta didik, Sahari babalanjo, dll)

5. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik


Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga
kompetensi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill,
dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan
dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum Madrasah Aliyah, pada mata pelajaran
ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait langsung dengan pengembangan
pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara
langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu
menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh
model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku
wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, kopersi peserta didik,
dsb.

Entrepreneur School Page 10


6. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap
apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar
dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task)
yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti.
Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam
pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.

7. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kultur Madrasah


Budaya/kultur madrasah adalah suasana kehidupan madrasah dimana peserta didik
berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai
administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat madrasah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya madrasah
mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala madrasah, guru, konselor, tenaga
administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas madrasah,
seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan
madrasah (seluruh warga madrasah melakukan aktivitas berwirausaha di lingkungan
madrasah).

Entrepreneur School Page 11


BAB III
ANALISA KEGIATAN

A. Stategi
Sebagai wujud nyata dalam pelaksanaan kegiatan ini, yang dilaksanakan antara lain :
1. Kegiatan rutin madrasah
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus
dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah: upacara setiap hari senin, upacara
pada hari besar kenegaraan. Pada pelaksanaan kegiatan ini dapat diintegrasikan nilai
kewirausahaan (kepemimpinan),dengan cara secara memberi tugas pada setiap kelas
secara bergantian untuk menjadi panitia pelaksana. Dengan cara ini peserta didik dapat
belajar mengkoordinir teman-temanya untuk melaksanakan tugasnya sebagai panitia.
Beribadah bersama/sembahyang bersama setiap hari, baik shalat sunnah dhuha maupun
shalat wajib dhuhur. Dengan kegiatan ini dapat juga diintegrasikan nilai kewirausahaan
kepemimpinan dengan cara melibatkan anak menjadi imam dan memberi kultum5-7
menit secar bergantian dengan disusun jadwal. Pada hari jumat, madrasah
menyelenggarakan shalat jum’at berjamaah di madrasah. Semua petugas, mulai Imam,
khotib, bilal dan mu’adzin dilaksanakan oleh peserta didik dengan jadwal gilirian tiap
kelas. Sehingga semua siswa mendapatkan giliran untuk menjadi petugas.

2. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga.
Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain
mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi
pada saat itu juga. Apabila guru mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik
maka pada saat itu juga guru harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan
melakukan tindakan yang tidak baik tersebut. Sebaliknya anak yang berperilaku baik
diberi pujian. Misalnya : Guru melihat anak mengkoreksi perilaku teman yang tidak
terpuji, maka anak tersebut diberi pujian (nilai kepemimpinan). Bentuk dari nilai
kepribadian bagi siswa adalah, setiap bulan madrasah memberikan pengumuman secara
rutin peserta didik teladan dan berprestasi baik dari segi akademik, non akademik

Entrepreneur School Page 12


maupun segi kepribadian. Adapun kriteria dan keputusan dibahas secara khusus. Bagi
peserta didik yang mendapat presetasi tersebut diumumkan secara langsung dan bisa
diakses seluruh madrasah dengan memberikan tanda yang melekat pada peserta didik
tersebut, misalnya diberi pin atau scraf yang dipakai siswa yang bersangkutan setiap hari.
Sehingga bisa menjadi motivasi bagi siswa yang lain.

3. Teladan
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam
memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi
panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang
lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai
kewirausahaan maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama
dan utama memberikan contoh Bagaimana berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-
nilai terebut. Misalnya datang di kantor tepat pada waktunya, bekerja keras, jujur.
Bentuk dari penghargaan yang diberikan madrasah kepada pendidik dan tenaga
kependidikan adalah, setiap bulan madrasah memberikan pengumuman secara rutin
kepada pendidik dan tenaga kependidikan teladan dan berprestasi baik dari segi akademik
dan non akademik maupun segi kepribadian dan kedisiplinan. Bagi pendidik dan tenaga
kependidikan yang mendapat presetasi tersebut diumumkan secara langsung dan bisa
diakses seluruh madrasah melalui media digital dan tertulis dengan memberikan tanda
yang melekat pada pendidik dan tenaga kependidikan tersebut, misalnya diberi pin atau
lencana yang dipakai pendidik dan tenaga kependidikan yang bersangkutan setiap hari.
Sehingga bisa menjadi motivasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang lain.

4. Pengkondisian
Sebagai upaya dalam mendukung keterlaksanaan pendidikan kewirausahaan maka
madrasah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan tersebut. Madrasah harus
mencerminkan kehidupan madrasah yang mencerminkan nilai-nilai kewirausahaan
bangsa yang diinginkan. Misalnya madrasah memiliki business center, hasil kreativitas
peserta didik di pajang, setiap seminggu sekali atau sebulan sekali ada kegiata business
day (bazar, karya peserta didik, dll). Setiap momen tersebut, madrasah menghadirkan

Entrepreneur School Page 13


wali murid untuk mengikuti program madrasah dalam pengembangan kemampuan dan
pengetahuan wali murid dalam dunia pendidikan misalnya dikemas dalam bentuk
parenting (pola asuh anak) atau sosialisasi program madrasah secara berkelanjutan.
Sehingga wali murid selalu mengikuti perkembangan pendidikan yang dicanangkan
madrasah.
Di samping itu madrasah bisa memanfaatkan momen ini untuk mengundang para
alumni madrasah yang sudah sukses baik di bidang pendidikan, bisnis, maupun yang
lainnya untuk diberikan kesempatan dalam berbagi pengalaman baik kepada orang tua
maupun peserta didik. Sehingga bisa memberikan motivasi bagi semua pihak untuk
mengembangkan potensi peserta didik.

5. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal


Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu
mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan,
nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan
yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life
skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Contoh anak yang berada di ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi
lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang
kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi
pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran.
Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan
pembelajarannya memfasilitasi dalam mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai
kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian,
dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini

Entrepreneur School Page 14


peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan
kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

6. Praktik bisnis
Sebagai upaya dalam mempercepat skill peserta didik, langkah konkrit yang bisa
dilakukan adalah dengan adanya kerjasama antara koperasi madrasah, guru
kewirausahaan, peserta didik dan oran tua dalam memberikan kesempatan secara
langsung kepada peserta didik untuk mempraktikkan bagai mana menjadi seorang
pedagang, walaupun diawali dengan hal yang sangat sederhana. Adapun langkahnya
adalah;
1. Koperasi madrasah memberi modal berupa barang kebutuhan pokok (sembako)
sejumlah sesuai kemampuan koperasi kepada peserta dengan harga retail,
2. Peserta didik diberi tugas untuk menjual barang kebutuhan pokok (sembako) tersebut
kepada keluarga/ masyarakat di sekitar rumahnya dengan harga di atas harga yang
diperoleh dari koperasi. Atau bisa memanfaatkan media sosial untuk memasarkan
barang secara online,
3. Peserta didik membuat laporan keluar masuk serta laba keuangan penjualan dengan
pendampingan langsung dari guru kewirausahaan dengan dipresentarsikan setiap
minggu atau bulannya secara rutin dengan menyetorkan uang hasil penjualan tersebut,
4. Laba yang diperoleh siswa bisa langsung ditabungkan di koperasi madrasah dengan
hasil akhir tahun bisa diakumulasikan,
5. Madrasah dan koperasi memberikan reward/ bonus bagi siswa yang berhasil
mengumpulkan laba di atas jumlah minimal yang ditentukan bersama

B. Hasil yang diharapkan


Setelah terlaksananya Program Pendidikan kewirausahaan ini, hasil yang ingin
diharapkan secara konkrit baik bagi peserta didik, lingkungan madrasah dan orang
tua/masyarakat antara lain meliputi:
1. Peserta Didik

Entrepreneur School Page 15


a. Memiliki kemandirian yang tinggi;
b. Memiliki kreatifitas yang tinggi;
c. Berani mengambil resiko;
d. Berorientasi pada Tindakan;
e. Memiliki karakter kepemimpinan yang tinggi;
f. Memiliki karakter pekerja keras;
g. Memahamikonsep-konsep kewirausahaan;
h. Memilikiketerampilan/skill berwirausaha dimadrasahnya, khususnyamengenai
kompetensi kewirausahaan.

2. Kelas:
a. Lingkungan kelas yang dihiasi dengan hasil kreatifitas peserta didik;
b. Pembelajaran di kelas yang diwarnai dengan keaktifan peserta didik;
c. Lingkungan kelas yang mampu menciptakan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan yang diimplementasikan.

3. Madrasah:
a. Guru mampu memberikan keteladanan terhadap penanaman nilai-nilai kewirausahaan
kepada peserta didik terutama enamnilai pokok kewirausahaan
b. Guru mampu merancang pembelajaran yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan
c. Guru mampu memahami konsep-konsep kewirausahaan
d. Guru memiliki keterampilan/ skill berwirausaha
e. Kepala madrasah mampu menciptakan kreativitas dan inovasi yang bermanfaat bagi
pengembangan madrasah/madrasah
f. Kepala madrasah bekerja keras untuk mencapai keberhasilan madrasah/madrasah
sebagai organisasi pembelajaran yang efektif
g. Kepala madrasah memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala madrasah/madrasah
h. Kepala madrasah pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala madrasah/madrasahi. Kepala madrasah memiliki naluri
kewirausahaan sebagai sumber belajar peserta didik

Entrepreneur School Page 16


j. Kepala madrasah menjadi teladan bagi guru danpeserta didik
k. Lingkungan kehidupan madrasah sebagai lingkungan belajar yang bernuansa nilai-nilai
kewirausahaan yang diimplementasikan.

3. Orang tua dan Masyarakat:


a. orang tua dan masyarakat menjadi semakin ikut bertanggung jawab bersama madrasah
dalam mendampingi dan memantau perkembangan putra/ putrinya
b. orang tua menjadi semakin memberikan perhatian kepada putra/ putrinya
c. orang tua menjadi semakin aktif dalam berkomunikasi dengan pihak madrasah,
sehingga sinergi segitiga emas bisa berjalan sesuai konsep pendidikan

Entrepreneur School Page 17


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian singkat yang penulis paparkan, maka dapat diambil kesimpulan dari proposal
ini adalah sebagai berikut :
1. Seiring dengan perkembangan zaman, generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa
menyiapkan soft skill nya dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia nya. Salah satu
kemampuan yang harus disiapkan adalah jiwa entrepreneurship atau kewirausaan.
2. Komponen pendidikan yang bertanggung jawab dalam pengembangan kemampuan
peserta didik khususnya dalam mengasah jiwa entrepreneurship atau kewirausaan
adalah segitiga emas pendidikan, yakni; kepala madrasah sebagai top leader, pendidik
dan tenaga pendidikan yang menjadi pelaksana program, masyarakat dan orang tua
selaku customer dan peserta didik itu sendiri yang dalam hal ini sebagai Objek
pendidikan;
3. Pendidikan kewira usahaan tidak bisa hanya dilakukan secara teori, tetapi harus
dilakukan dengan praktik, artinya melibatkan peserta didik secara langsung di dunia
usaha atau bisnis dengan diarahkan pada pencapaian tiga kompetensi yang meliputi
penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill
4. Untuk mencapai tujuan program,strategi yang perlu dilakukan stake holder adalah
melalui; kegiatan rutin madrasah, kegiatan spontan, pemberian tauladan,
pengkondisian, pengintegrasian pendidikan kewirausahaan melalui muatan local dan
yang tidak kalah pentingnya adalah melalui praktik bisnis

B. Saran
Berdasarkan analisis, pembahasan dan simpulan sebagaimana disajikan sebelumnya,
ada beberapa saran penulis sampaikan kepada yang terkait, khususnya bagi pemangku
kebijakan pendidikan. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada kata terlambat dalam menyiapkan generasi masa depan, khususnya dalam
menghadapi era digital ini, maka sangat urgen bagi pemangku kebijakan pendidikan

Entrepreneur School Page 18


untuk melaksanakan program pendidikan kewirausahaan. Sehingga para generasi
muda siap dalam menghadapi persaingan global
2. Bagi stake holder lembaga pendidikan hendaknya tidak ada hentinya untuk selalu
berfikir innovative dalam pengembangan sumber daya manusia, baik bagi pendidik
dan tenaga pendidikan serta peserta didik itu sendiri
3. Semoga sedikit goresan harapan ini bisa menjadi cambuk dan inspirasi serta
bermanfaat bagi penulis sendiri dan para praktisi pendidikan khususnya di lingkungan
kementerian agama.

Entrepreneur School Page 19

Anda mungkin juga menyukai