Anda di halaman 1dari 19

Rangkuman Mengenai NPWP

Disusun Untuk melengkapi Tugas


Tugas Mata Kuliah
Perpajakan Semester IV/2022

Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Buana Perjuangan Karawang
2022
Kelompok 2
Kelas MN20I
Anggota Kelompok :
1. Ega Muhammad Hidayat 20416261201164 MN20I
2. Lilika Saputri 2041626120 MN201
3. Donal Samosir 2041626120 MN20I
4. Ahmad Baidowi 2041626120 MN20I
Materi : NPWP
1. NPWP
NPWP adalah singkatan dari Nomor Pokok Wajib Pajak, yaitu nomor yang diberikan pada
Wajib Pajak untuk sarana dalam administrasi perpajakan sebagai tanda pengenal atau identitas
diri dari Wajib Pajak dalam memenuhi hak dan kewajibannya. Selain sebagai identitas Wajib
Pajak, NPWP memiliki fungsi untuk menjaga ketertiban dan ketaatan pembayaran pajak serta
pengawasan administrasi perpajakan Wajib Pajak. Karena semua dokumen tentang perpajakkan
memiliki keterkaitan dengan nomor NPWP.
Setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP saja. Nomor NPWP terdiri dari 15 digit
angka, 9 digit angka pertama merupakan informasi kode wajib pajak, dan 6 digit terakhir
merupakan informasi kode administrasi. Struktur lebih merinci dari NPWP dapat dilihat pada
gambar di atas. Penjelasan arti kode NPWP tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dua digit (XX) pertama menunjukkan identitas Wajib Pajak, Contoh, 01 – 03 adalah
Wajib Pajak Badan, 04 – 06 adalah Wajib Pajak Pengusaha, dst.
2. Enam digit (YYY.YYY) setelahnya menunjukkan nomor registrasi atau nomor urut KPP
yang diberikan oleh kantor pusat DJP.
3. Satu digit (Z) selanjutnya berfungsi sebagai kode pengaman agar tidak terjadi kesalahan
atau pemalsuan NPWP.
4. Tiga digit (XXX) selanjutnya merupakan kode KPP terdaftar. 
5. Tiga digit (YYY) terakhir adalah status Wajib Pajak (Tunggal, Pusat atau Cabang). 000
untuk status Wajib Pajak Tunggal atau Pusat, sedangkan 001, 002, dst untuk status Wajib
Pajak Cabang.
Dasar hukum NPWP yang berlaku adalah Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-02/PJ/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan
Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib
Pajak.
Isi Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983
(1) Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terhutang di Kas Negara atau di
tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
(2) Tata cara pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporannya serta tata cara mengangsur dan
menunda pembayaran pajak diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

2. Jenis-jenis NPWP
Supaya kamu tidak salah mengklasifikasikan NPWP, yuk pelajari jenis-jenisnya! Ada 2 jenis
NPWP yaitu NPWP Pribadi dan NPWP Badan. Berikut adalah perbedaannya:
1)      NPWP Pribadi

Yaitu NPWP yang dimiliki secara individu yang memiliki penghasilan di Indonesia. Berikut ini
individu yang masuk ke daftar NPWP pribadi, yaitu:
 Memiliki Penghasilan dari Pekerjaan
 Memiliki Penghasilan dari Pekerjaan Bebas
 Memiliki Penghasilan dari Usaha
2)      NPWP Badan

Yaitu NPWP yang dimiliki oleh setiap perusahaan atau badan usaha yang memperoleh
penghasilan di Indonesia. Berikut ini perusahaan yang masuk ke dalam daftar NPWP Badan,
yaitu:
 Badan milik Pemerintah
 Badan milik Swasta

3. MANFAAT NPWP
Walaupun NPWP merupakan dokumen yang penting, masih banyak orang yang tidak
mengerti dan tidak membuat NPWP. Padahal, NPWP memiliki banyak manfaat didalam ataupun
diluar perpajakan loh! Contohnya sebagai berikut:
1)      Persyaratan Administrasi
Dengan memiliki NPWP, kita akan mendapatkan kemudahan dalam mengurus persyaratan
administrasi seperti di bank. Beberapa instansi perbankan saat ini mengharuskan memasukkan
nomor NPWP sebagai salah satu syarat utama atau syarat dokumen pendukung untuk mengurus
administrasi di tempat tersebut. Contohnya adalah kredit bank, rekening dana nasabah (RDN) ,
rekening efek, rekening bank, pembuatan SIUP (Surat izin Usaha Perdagangan), dan pembuatan
paspor.
2)      Mempermudah Urusan Perpajakan
Manfaat lain dari NPWP adalah berkaitan langsung dengan kemudahan pengurusan segala
bentuk administrasi perpajakan. Jika tidak memiliki NPWP, anda bisa jadi tidak diperkenankan
untuk membuat dokumen-dokumen tersebut. Contoh dokumen administrasi yang memerlukan
NPWP adalah pengurusan restitusi pajak, pengajuan pengurangan pembayaran pajak,
mengetahui jumlah pajak yang mesti dibayar, dan lain – lain.
Dengan memiliki NPWP, maka Wajib Pajak akan terhindar dari sanksi hukum. Karena bagi
Wajib Pajak yang tidak melaksanakan ketentuan yaitu mempunyai NPWP, akan terkena sanksi
pidana sesuai dengan pasal yang berlaku.

4. Syarat membuat NPWP


Dokumen yang disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP):
 Wajib Pajak Orang Pribadi:
Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas berupa:
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia; atau
2. Fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal
Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing.
Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas berupa:
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi
paspor, Fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap
(KITAP), bagi Warga Negara Asing, dan fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau
Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/ bukti pembayaran listrik;
atau
2. Fotokopi e-KTP bagi Warga Negara Indonesia dan surat pernyataan di atas meterai dari
Wajib Pajak orang pribadi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan benar-benar
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi adalah wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah
karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, dan
wanita kawin yang memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara terpisah,
permohonan juga harus dilampiri dengan:
1. fotokopi Kartu NPWP suami;
2. fotokopi Kartu Keluarga; dan
3. fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat pernyataan
menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak
dan kewajiban perpajakan suami.
 Wajib Pajak Badan :
Untuk Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak,
pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak dan
gas bumi yang berorientasi pada profit (profit oriented) berupa :
1. fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan
dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha
tetap;
2. fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan
surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya
Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan
3. fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan
Listrik/bukti pembayaran listrik.
Untuk Wajib Pajak badan yang tidak berorientasi pada profit (non profit oriented) dokumen yang
dipersyaratkan hanya berupa: fotokopi e-KTP salah satu pengurus badan atau organisasi; dan
surat keterangan domisili dari pengurus Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW).
Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau
pemungut pajaksesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk
kerja sama operasi (Joint Operation), berupa :
1. fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation);
2. fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk kerja sama
operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus perusahaan
anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi paspor dan surat
keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah
atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan
4. fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
 Untuk Wajib Pajak Bendahara
Untuk Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan berupa:
1. fotokopi surat penunjukan sebagai Bendahara; dan
2. fotokopi Kartu Tanda Penduduk.
3. Untuk Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha
Tertentu
4. dokumen yang dilampirkan berupa:
5. fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak pusat atau induk;
6. surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak Badan; dan
7. fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang
atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi Wajib Pajak
badan; atau
8. fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang
atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan
listrik dari Perusahaan Listrik/ bukti pembayaran listrik atau surat pernyataan di atas
meterai dari Wajib Pajak orang pribadi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu.

Yang wajib mendaftarkan diri :


Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha
Wajib Pajak, meliputi:
1. Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena:
1. hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
2. menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta;
atau
3. memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dan memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak;
2. Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena:
1. hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
2. menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta;
atau
3. memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya meskipun
tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian pemisahan penghasilan dan
harta, yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
3. Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak, pemotong
dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha hulu minyak
dan gas bumi;
4. Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong dan/atau
pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk
bentuk kerja sama operasi (Joint Operation); dan
5. Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tempat pendaftaran :
Tempat tinggal atau tempat kedudukan sebagaimana dimaksud di atas merupakan tempat tinggal
atau tempat kedudukan menurut keadaan yang sebenarnya.
Tata cara pendaftaran :
 Untuk panduan penggunaan Aplikasi e-Registration dapat dilihat pada halaman situs Aplikasi
e-Registration pada tautan berikut: Help e-Registration.
 Wajib Pajak yang telah menyampaikan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak melalui
Aplikasi e-Registration harus mengirimkan dokumen yang disyaratkan di atas, ke KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha
Wajib Pajak.
 Pengiriman dokumen yang disyaratkan dapat dilakukan dengan cara mengunggah (upload)
salinan digital (softcopy) dokumen melalui Aplikasi e-Registration atau mengirimkan dengan
menggunakan Surat Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani.
 Dokumen-dokumen tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sudah diterima oleh
KPP.
 Apabila dokumen yang disyaratkan belum diterima KPP dalam jangka waktu 14 (empat
belas) hari kerja setelah penyampaian permohonan pendaftaran secara elektronik, maka
permohonan tersebut dianggap tidak diajukan. Jadi, pastikan dokumen yang disyaratkan telah
diterima KPP sebelum jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja.
 Apabila dokumen yang disyaratkan ini telah diterima secara lengkap, KPP menerbitkan Bukti
Penerimaan Surat secara elektronik.
 Terhadap permohonan pendaftaran NPWP yang telah diberikan Bukti Penerimaan Surat,
KPP atau KP2KP akan menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar paling
lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan.
 Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar disampaikan kepada Wajib Pajak melalui pos
tercatat.
 Jadi, pastikan alamat yang Anda cantumkan pada Formulir Pendaftaran Wajib Pajak adalah
benar dan lengkap.
 
Secara Langsung
 Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat mengajukan permohonan pendaftaran secara elektronik,

permohonan pendaftaran dilakukan dengan menyampaikan permohonan secara tertulis


dengan mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib Pajak.
 Permohonan tersebut harus dilengkapi dengan dokumen yang disyaratkan.
 Permohonan secara tertulis disampaikan ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
 Penyampaian permohonan secara tertulis dapat dilakukan:
1. secara langsung;
2. melalui pos; atau
3. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.
 Setelah seluruh persyaratan Permohonan Pendaftaran diterima KPP atau KP2KP secara
lengkap, KPP atau KP2KP akan menerbitkan Bukti Penerimaan Surat.
 KPP atau KP2KP menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) paling
lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan.
 NPWP dan SKT akan dikirimkan melalui Pos Tercatat.

Manfaat NPWP :
 1.Dengan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,maka wajib pajak terhindar dari sanksi
hukum.Hal ini diatur
 Dalam Undang-undang No 16 Tahun 2009,pasal 39 ayat 1 poin a;tidak mendaftarkan diri
untuk diberikan Nomor

 Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak,sehingga

 Dapat menimbulkan kerugia negara dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun atau

 Didenda.

 2.Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,wajib pajak terhindar dari tarif pajak penghasilan
yang besar,sebagaimana diatur dalam

 Uu No 36 Tahun 2008,Pasal 21 ayat 5(a) besarnya tarif sebagaimana yang dimaksud pada
ayat 5 yang diterapkan

 Terhadap wajib pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 20% ,dari wajib pajak
yang dapat menunjukkan NPWP.
5. NPWP dalam Ketentuan Umum Perpajakan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PERPAJAKAN

BAB II : NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

Pasal 2
1) Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan wajib mendaftarkan diri pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak dan kepada Wajib Pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
2) Kewajiban mendaftarkan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula terhadap
wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan
hakim atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan
harta.
3) Wanita kawin yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan :
a. tidak hidup terpisah; atau
b. tidak melakukan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta secara tertulis, hak dan
kewajiban perpajakannya digabungkan dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakan suaminya.
4) Wanita kawin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang ingin melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami harus
mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.
5) Dalam hal wanita kawin yang ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan
terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak sebelum kawin, tidak perlu mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran dan pemberian Nomor Pokok Wajib
Pajak bagi wanita kawin diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 3
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak dalam
kedudukannya sebagai subjek pajak menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak dari
orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut dan diwakili oleh:
a. salah seorang ahli waris;
b. pelaksana wasiat; atau
c. pihak yang mengurus harta peninggalan.
Pasal 4
1) Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak, dapat melakukan
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak.
2) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan Pemeriksaan atau
Verifikasi.
3) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak berdasarkan Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan terhadap Wajib
Pajak yang memenuhi kriteria tertentu.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN
PERPAJAKAN
I. UMUM
Sistem perpajakan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 bertujuan untuk memberikan kepercayaan dan
tanggung jawab yang lebih besar kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Pemerintah, dalam hal ini aparat perpajakan, berkewajiban memberikan
pelayanan, penyuluhan, dan pembinaan serta melakukan pengawasan dan penegakan hukum,
agar Wajib Pajak dapat melaksanakan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 48 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 16 Tahun 2009,
telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban Perpajakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.
Selanjutnya untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan bagi masyarakat dalam
memahami dan memenuhi hak serta kewajiban perpajakan serta untuk menyelaraskan dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, perlu mengganti
tata cara pelaksanaan hak dan Pemenuhan kewajiban perpajakan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 agar sesuai dengan perkembangan hukum dan
masyarakat.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas.
Pasal 2 Ayat (1) Pada dasarnya kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak melekat pada setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif.
Yang dimaksud dengan “persyaratan subjektif” adalah persyaratan yang sesuai dengan
ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya.
Yang dimaksud dengan “persyaratan objektif” adalah persyaratan bagi subjek pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Pada prinsipnya sistem administrasi perpajakan di Indonesia menempatkan keluarga sebagai
satu kesatuan ekonomis, sehingga dalam satu keluarga hanya terdapat satu Nomor Pokok Wajib
Pajak.
Dengan demikian, terhadap wanita kawin yang tidak dikenai pajak secara terpisah,
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan dengan suami sebagai
kepala keluarga. Dalam hal ini wanita kawin telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak sebelum
kawin, wanita kawin tersebut harus mengajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak dengan alasan bahwa pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya
digabungkan dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suaminya.
Tidak termasuk dalam pengertian hidup terpisah adalah suami istri yang hidup terpisah antara
lain karena tugas, pekerjaan, atau usaha Contoh :
Suami istri berdomisili di Salatiga. Karena suami bekerja di Pekanbaru, yang bersangkutan
bertempat tinggal di Pekanbaru sedangkan istri bertempat tinggal di Salatiga. Demikian halnya
terhadap “anak yang belum dewasa” sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan 1984 dan perubahannya, yaitu yang belum berumur 18 tahun dan belum pernah
menikah, kewajiban perpajakan anak yang belum dewasa tersebut digabung dengan orang
tuanya.
Ayat (4)
Pada dasarnya wanita kawin yang tidak hidup terpisah atau tidak melakukan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta secara tertulis, melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya dengan menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak atas nama suaminya. Namun
demikian, dalam hal wanita kawin ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan
secara terpisah dari suaminya, maka wanita kawin tersebut harus mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.
Contoh :
Bapak Bagus yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak 12.345.678.9-XXX.000 menikah
dengan Ibu Ayu yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Ibu Ayu memperoleh
penghasilan dan ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan secara terpisah
dari suaminya. Oleh karena itu, Ibu Ayu harus mendaftarkan diri ke Kantor Direktorat Jenderal
Pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan diberi Nomor Pokok Wajib Pajak baru
dengan nomor 98.765.432.1-XXX.000.
Ayat (5)
Apabila wanita kawin yang ingin melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan secara
terpisah dari kewajiban perpajakan suaminya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak sebelum
kawin, maka Nomor Pokok Wajib Pajak yang telah dimiliki sebelum kawin tersebut digunakan
dalam pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan secara terpisah dari suaminya,
sehingga wanita kawin tersebut tidak perlu mendaftarkan diri lagi untuk memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak.
Contoh : Lisa memperoleh penghasilan dan telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dengan
nomor 56.789.012.3-XYZ.000. Lisa kemudian menikah dengan Hengki yang telah memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak 78.901.234.5-XYZ.000. Apabila Lisa setelah menikah memilih untuk
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan secara terpisah dari suaminya, maka
Lisa tidak perlu mendaftarkan diri lagi untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan tetap
menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak 56.789.012.3-XYZ.000 dalam melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakannya.
Ayat (6) Cukup jelas.
Pasal 3 Cukup jelas.
Pasal 4
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3)
Pada prinsipnya penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau pencabutan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan. Namun demikian, terhadap
Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu, penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan berdasarkan Verifikasi.
Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu pada ayat ini, antara lain :
a. Orang pribadi telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan
b. Bendahara Pemerintah yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak karena yang
bersangkutan sudah tidak lagi melakukan pembayaran
c. Orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
d. Wajib Pajak memiliki lebih dari 1 (satu) Nomor Pokok Wajib Pajak untuk menentukan
Nomor Pokok Wajib Pajak yang dapat digunakan sebagai sarana administratif dalam
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan;
e. Wajib Pajak badan kantor perwakilan perusahaan asing yang tidak mempunyai kewajiban
Pajak Penghasilan Badan yang telah menghentikan kegiatan usahanya
f. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi
g. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan serta tidak ingin melaksanakan hak
dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya;
h. Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap yang telah menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia;
i. Pengusaha Kena Pajak yang telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai
di tempat lain
j. Pengusaha Kena Pajak yang pindah alamat ke wilayah kerja kantor Direktorat Jenderal
Pajak lainnya; atau
k. Pengusaha Kena Pajak yang sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena
Pajak.
Verifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah Wajib Pajak benar-benar tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif.

Anda mungkin juga menyukai