Anda di halaman 1dari 7

Paper

Bank Sistemik
Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Hukum Perbankan G
Dosen Pengampu:
Umi Khaerah Pati, S.H., M.H.
Disusun oleh:
Jessica Almadeha (E0020237
S1 Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
2022
BANK SISTEMIK
Pasal 1 nomor 2 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 2 /POJK.03/2018 tentang
Penetapan Bank Sistemik dan Capital Surcharge menyatakan bahwa bank sistemik adalah :
“Bank Sistemik adalah Bank yang karena ukuran aset, modal, dan kewajiban; luas
jaringan atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan; serta keterkaitan dengan
sektor keuangan lain dapat mengakibatkan gagalnya sebagian atau secara
keseluruhan Bank lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional maupun
finansial, jika Bank tersebut mengalami gangguan atau gagal”.
pada intinya, bank yang dikategorikan sebagai bank sistemik merupakan bank yang memiliki
jumlah aset besar dan kompleksitas produk beragam dengan konglomerasi keuangan dan
memiliki keterkaitan dengan bank lain1. Posisi bank ini tidak akan tergantikan apabila terjadi
kegagalan atau penutupan, sehingga akan memberikan efek domino (sistemik) terhadap bank
lain apabila mengalami kegagalan baik secara operasional atau finansial2.
Kasus bank gagal yang berdampak sistemik ini pertama kali dialami oleh Bank
Century yang terjadi pada tahun 2008. Pembahasan mengenai Bank Century dilakukan
selama 5 Tahun dan tidak menemui titik terang dan menciptakan asumsi bahwa kasus Bank
Century hanya kasus politik yang tidak jelas salah dan benarnya. maka dari itu, dibuatlah
undang-undang (UU) Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK) yang
dapat membantu menentukan kategori bank, apakah masuk pada bank sistemik atau
nonsistemik. Pada umumnya, bank sistemik adalah bank yang masuk pada kategori bank
BUKU 4 dan BUKU 3. Sehingga dapat memberikan gambaran bahwa bank sistemik adalah

1 Bank Sistemik. (2016, April 15). paralegal.id. Retrieved November 12, 2022, from
https://paralegal.id/pengertian/bank-sistemik/
2 Yoga, P., & Supriyanto, E. B. (2016, Agustus 1). Bank Sistemik dan Bank Bukan Sistemik.
infobanknews.com. Retrieved November 12, 2022, from https://infobanknews.com/bank-sistemik-dan-bank-
bukan-sistemik/
bank yang memiliki nasabah, aktifitas kredit dan bentuk usaha lainnya dengan cangkupan
yang besar.
Dalam perbankan, lazim halnya dikenal istilah kategori BUKU Bank. BUKU adalah
singkatan dari Bank Umum Kegiatan Usaha, kategori BUKU bank dibedakan berdasar pada
jumlah modal yang digunakan untuk kegiatan operasional atau disebut dengan modal inti.
modal inti ini berasal dari modal yang disetor pada bank ditambah dengan keuntungan yang
dihasilkan setelah adanya potongan pajak. modal inti dalam perbankan menjadi hal yang
krusial karena berhubungan erat dengan keamanan dan kekuatan bank dalam menghadapi
berbagai resiko kedepannya. dapat dikatakan, semakin banyak modal inti yang dimiliki oleh
bank, maka semakin aman pula dana nasabah yang disimpan.
Bank Indonesia pada tahun 2012 telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 14/26/Pbi/2012 Tanggal 27 Desember 2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan
Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank yang mengelompokkan bank ke dalam 4 kategori
BUKU3.
1. BUKU 1
Merupakan bank yang memiliki modal inti kurang dari 1 Triliun Rupiah. Bank yang
ada di kategori BUKU 1 hanya dapat melakukan kegiatan dasar dalam perbankan
seperti menghimpun dan menyalurkan dana nasabah. Bank ini juga masih terbatas
dalam kegiatan pembiayaan perdagangan, kegiatan sistem pembayaran dan e-banking.
Selain itu, bank ini juga memiliki transaksi valuta asing yang paling kecil.
2. BUKU 2
Merupakan bank yang memiliki modal inti antara 1 Triliun hingga 5 Triliun Rupiah.
Bank ini dapat menjalankan kegiatan usaha seperti bank BUKU 1 dengan lebih luas.
pelayanan yang dilakukan oleh bank BUKU 2 memang masih terbatas, akan tetapi
lebih baik daripada bank BUKU 1. Bank BUKU 2 juga telah melakukan kegiatan
treasury terbatas yang mencakup spot dan derivatif, melakukan kegiatan perdagangan
valuta asing sebagai pedagang, dan berperan sebagai penyertaan terhadap 15%
lembaga keuangan dalam negeri4.
3. BUKU 3

3 Kurniawan, R. (2017, Oktober 6). Apa Itu Bank BUKU 1, 2, 3, dan 4? In finansialku.com. Retrieved
November 12, 2022, from https://www.finansialku.com/kategori-buku-bank/#:~:text=BUKU%201%20adalah
%20Bank%20dengan,Modal%20Inti%20%3E%3D%20Rp30%20triliun.
4 Pengertian Bank Buku 2 dan Daftar Banknya. (2022, Mei 18). Retrieved November 12, 2022, from
https://www.okbank.co.id/id/information/news/pengertian-bank-buku-2-dan-daftar-banknya
Merupakan bank yang memiliki modal inti antara 5 Triliun hingga 30 Triliun rupiah.
Bank ini dapat menjalankan seluruh kegiatan produk atau aktivitas bank BUKU 2
secara lebih luas. Bank ini juga diizinkan untuk membuka cabang usaha di luar negeri
tetapi hanya terbatas pada kawasan ASIA saja dengan menyertakan modal sebesar
25%. Bank BUKU 3 juga telah melakukan kegiatan pembiayaan perdagangan (trade
finance) serta transaksi valuta asing yang berada di kawasan asia tenggara.
4. BUKU 4
Merupakan bank yang memiliki modal inti lebih dari 30 Triliun rupiah. Bank ini dapat
menjalankan seluruh kegiatan Bank BUKU 3 dan merupakan kategori tertinggi dalam
BUKU bank. Selain itu, bank BUKU 4 juga dapat melakukan penyertaan sebesar 35%
pada lembaga keuangan di dalam dan luar negeri dengan cakupan wilayah
international worldwide.
Dengan adanya ketentuan tersebut, semakin tinggi kategori BUKU Bank maka makin besar
pengaruhnya di sektor keuangan. Maka dari itu, bank sistemik merupakan bank yang berada
di BUKU 3 dan BUKU 4 karena besarnya pengaruh secara luas terhadap sektor jasa
keuangan atau operasional bank lainnya sebagai bagian yang tak terpisahkan karena berkaitan
satu sama lain yang membentuk suatu totalitas.
PENGATURAN BANK SISTEMIK
Pengaturan Bank Sistemik berada pada BAB II Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(POJK) Nomor 2 /POJK.03/2018 tentang Penetapan Bank Sistemik dan Capital Surcharge.
Pengaturan penetapan bank sebagai bank sistemik menggunakan beberapa indikator seperti
ukuran bank, kompleksitas kegiatan usaha (complexity) dan keterkaitan dengan sistem
keuangan (interconnectedness). Dalam menetapkan Bank Sistemik ini OJK berkoordinasi
dengan Bank Indonesia. Penetapan bank sistemik dilakukan pada bulan maret dan september
atau satu kali dalam satu semester. Apabila bank ditetapkan sebagai bank sistemik, wajib
membentuk Capital Surcharge yang berfungsi untuk tambahan modal yang berfungsi untuk
mengurangi dampak negatif terhadap stabilitas sistem keuangan dan perekonomian dalam hal
terjadi kegagalan Bank Sistemik melalui peningkatan kemampuan Bank dalam menyerap
kerugian.
KRITERIA BANK SISTEMIK
Pada saat ini, Indonesia telah memiliki 116 bank. akan tetapi dari jumlah tersebut,
tidak semuanya menjadi bank sistemik. Suatu bank dikatakan sebagai bank sistemik apabila
memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh lembaga pemilik otoritas keuangan tertinggi menurut
undang-undang, yakni Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian
Keuangan (Kemenkeu), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Oleh karena itu, dalam
kebijakannya, OJK menetapkan tiga karakteristik bank sistemik5:

1. Ukuran skala bank

Bank yang tergolong sebagai bank sistemik adalah bank-bank skala besar yang masuk
dalam kategori BUKU 4 dan BUKU 3. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
pada kedua kategori BUKU tersebut, bank memiliki kegiatan usaha yang cakupannya
luas. Luas di sini dalam arti keragaman produk dan layanan juga penyertaan modal
pada lembaga keuangan lain yang menjangkau lingkup internasional. Tak hanya skala
cakupan produk dan layanan, ukuran skala bank juga mencerminkan total aset dan
jumlah deposito yang dimiliki oleh bank terkait. Semakin besar jumlah aset yang
dimiliki, maka risiko dampak sistemik jika mengalami masalah semakin tinggi.

2. Interkoneksitas

Bank-bank besar tentu tak hanya menjalankan kegiatan usaha berupa penghimpunan
dan penyaluran dana saja, tetapi juga menjalin kerja sama dengan instansi-instansi
lain, bank-bank lain, dan juga lembaga-lembaga keuangan lainnya untuk mendukung
kegiatan usahanya. Bahkan, bank juga senantiasa berusaha untuk melakukan ekspansi
melalui penyertaan modal pada sektor jasa keuangan lain baik di dalam maupun luar
negeri. Tak heran jika bank-bank besar memiliki hubungan interkoneksitas yang kuat
baik di dalam maupun di luar negeri.

Oleh sebab itu, apabila bank-bank ini mengalami masalah internal yang berisiko pada
kegagalan operasionalnya, maka masalah tersebut tidak hanya berdampak secara
internal pada bank itu saja, tetapi juga meluas pada lembaga-lembaga dan sektor
keuangan lain yang terkoneksi dengannya, hal ini bisa terjadi karena pengaruh kinerja
bank tersebut sangat besar terhadap kegiatan perekonomian perbankan. Secara lebih
lanjut, masalah tersebut akan mengakibatkan krisis keuangan secara nasional bahkan
global, hal ini tergantung dari jumlah atau cakupan kerjasama yang telah dijalin oleh
bank tersebut.

3. Kompleksitas produk dan transaksi

5 Apa itu Bank Sistemik? Apa Kriteria Bank Sistemik? (n.d.). simulasikredit.com. Retrieved November 12,
2022, from https://www.simulasikredit.com/apa-itu-bank-sistemik-apa-kriteria-bank-sistemik/
Semakin besar skala dan modal inti suatu bank, maka level kategorinya akan
meningkat. Seiring dengan peningkatan level kategori tersebut, bank terkait
berkesempatan untuk menciptakan produk dan layanan yang lebih beragam dan
kompleks dengan jangkauan yang lebih luas karena didukung oleh dana yang tidak
terbatas. Tentu produk dan layanan tak hanya sebatas tabungan, giro, dan kredit saja,
tetapi ragam produk lain yang lebih kompleks seperti warkat, deposito, dan lainnya
yang ditujukan untuk mendukung kenyamanan nasabah.

Kompleksitas produk dan transaksi yang ditawarkan oleh bank-bank besar ini
membutuhkan perhatian dan pengelolaan yang sangat baik dan cermat agar tidak
mengalami suatu kesalahan atau masalah karena pengaruh yang sangat tinggi.
Kesalahan sedikit tentu saja akan menimbulkan masalah yang berisiko pada
terganggunya operasional, bahkan tidak menutup kemungkinan terjadinya kegagalan.
Hal tersebut tak hanya akan membahayakan kelangsungan bank terkait itu sendiri
tetapi juga lembaga-lembaga keuangan lainnya, apabila tidak ditangani secara benar
dan cepat, maka akan menimbulkan efek domino atau mempengaruhi kinerja
keuangan perbankan.

KONGLOMERASI DI SEKTOR PERBANKAN

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengatur konglomerasi di sektor keuangan yang
tertuang dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 45 Tahun 20206. Hal ini bukan tanpa sebab,
Latar belakang dibutuhkannya penyempurnaan pengaturan terkait Konglomerasi Keuangan di
Indonesia antara lain:

1. Amanat Pasal 5 UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, bahwa
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan dalam Sektor Jasa Keuangan.
2. Masukan yang berasal dari Technical Assistance IMF dan World Bank yang
menjelaskan bahwa OJK perlu melakukan peninjauan ulang terhadap definisi
Konglomerasi Keuangan yang berlaku saat ini, dengan mempertimbangkan aspek

6 Sitanggang, L. M. S. (2020, September 3). Berikut pentingnya fungsi pengawasan konglomerasi keuangan
menurut OJK. kontan.co.id. Retrieved November 12, 2022, from https://keuangan.kontan.co.id/news/berikut-
pentingnya-fungsi-pengawasan-konglomerasi-keuangan-menurut-ojk
materialitas Konglomerasi Keuangan dan pemberlakuan threshold berdasarkan
kriteria tertentu.
3. Jumlah Konglomerasi Keuangan yang ada saat ini cukup banyak dengan disparitas
yang tinggi antar Konglomerasi Keuangan. Adanya disparitas yang ini ini
menyebabkan pelaksanaan pengawasan kurang efektif dan efisien.

Pada dasarnya, fungsi pengawasan mengenai pengawasan konglomerasi keuangan (KK)


memang sudah disusun oleh OJK dan tertuang dalam Peraturan OJK No.17 Tahun 2014,
akan tetapi peraturan tersebut direvisi dengan ditambahkan dengan poin-poin penyempurnaan
dalam POJK Konglomerasi Keuangan antara lain:

1. Kriteria grup yang dikategorikan sebagai Konglomerasi Keuangan, yaitu LJK yang
berada dalam satu grup atau kelompok karena keterkaitan kepemilikan dan/atau
pengendalian yang memiliki kriteria: total aset grup atau kelompok lebih besar atau
sama dengan Rp100 Triliun dan memiliki kegiatan bisnis pada lebih dari 1 (satu) jenis
LJK.
2. OJK dapat menetapkan suatu grup/ kelompok LJK sebagai Konglomerasi Keuangan
di luar kriteria yang telah disebutkan di atas.
3. Jenis LJK yang termasuk Konglomerasi Keuangan adalah: Bank, Perusahaan asuransi
dan perusahaan reasuransi, Perusahaan pembiayaan dan/ atau Perusahaan efek.
4. Entitas Utama Konglomerasi Keuangan wajib menyusun dan memiliki piagam
korporasi (corporate charter) yang ditandatangani oleh direksi entitas utama dan
direksi LJK anggota Konglomerasi Keuangan. Adapun isi dan cakupan Piagam
Korporasi (corporate charter) disesuaikan dengan karakteristik dan kompleksitas
usaha Konglomerasi Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai