FAKULTAS HUKUM
Jl. Sosio Yustisia No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta, 55281 Telp. / Fax. (0274) 512781
website : law.ugm.ac.id | email : hukum-hk@ugm.ac.id & dekan-hk@ugm.ac.id
PETUNJUK UJIAN:
1. Terdapat 4 butir soal dalam Ujian ini;
2. Kerjakan secara terpisah pada Lembar Jawaban Ujian.
3. Kerjakan secara Mandiri/Tidak Bekerja Sama dengan Orang Lain;
4. Tidak dibolehkan untuk copy and paste materi apapun dari sumber manapun – jawablah dengan
menggunakan kalimat Saudara sendiri. Saudara wajib mencantumkan footnotes secara jelas dan
lengkap untuk semua sumber yang digunakan dalam jawaban Saudara. WASPADAI
PLAGIARISME!
5. Kirimkan SATU KALI saja jawaban Saudara melalui SIMASTER UGM sebelum waktu ujian
berakhir, penamaan file lembar jawab ditentukan sebagai berikut: Nomor Kursi_NIM_Nama
Mahasiswa_Nama Mata Kuliah. Waktu pengiriman akan tercatat di SIMASTER UGM;
6. Boleh Membuka Peraturan Perundang-undangan Agraria
SOAL
Pada tahun 2011, C yang bertempat tinggal di satu desa Jawa Tengah dan sebagai
isteri ”siri” A mendapatkan Sertipikat Hak Milik atas Tanah Pertanian tersebut dan
menindaklanjuti jual beli Hak Milik tersebut dengan pembuatan Akta Jual Beli oleh
dan di hadapan PPAT bernama Jono dengan fakta yang terungkap :
1) Pihak yang hadir yaitu D sebagai penjual dan C sebagai pembeli bersama dengan A
namun A tidak dapat hadir karena sakit dan dinyatakan memberi kuasa kepada C
sebagai isteri ”sirinya” serta para saksi;
4) Kepada PPAT sudah diserahkan Sertipikat Hak Milik atas Tanah Pertanian dan
warkah-warkah lain berupa Kartu Tanda Penduduk, Akta Nikah antara A dengan
C, dan surat kuasa sebagaimana diutarakan di atas. Atas dasar itu Jono sebagai
PPAT membuatkan Akta Jual Beli yang ditandatangani oleh : D sebagai penjual, C
yang mewakili A dan dirinya sendiri sebagai pembeli bersama, para saksi, dan
PPAT Jono;
5) Kemudian Akta Jual Beli beserta Sertipikat Hak Milik atas Tanah Pertanian dan
warkah-warkah lainnya disampaikan ke Kantor Pertanahan untuk dilakukan
pendaftaran jual beli atau dilakukan balik nama. Atas dasar permohonan tersebut,
dilakukan balik nama dengan ditetapkannya A dan C sebagai pemegang Hak Milik
baru secara bersama dengan fakta bahwa C sebagai pemegang Hak Milik secara
bersama bertempat tinggal di desa salah satu Kabupaten Jawa Tengah.
Pada bulan Januari 2013, C menjual Hak Milik atas Tanah Pertanian seluas 1,5 Hektar
yang tercatat sebagai kepunyaan bersama A dan C kepada E seorang penduduk desa di
tempat letak lokasi tanah dan dibuatkan Akta Jual Beli oleh dan di hadapan seorang
PPAT bernama Jini dengan fakta yang terungkap :
1) Pihak yang hadir di hadapan PPAT Jini yaitu C bersama seorang laki-laki yang
mengaku sebagai A sebagai pihak penjual dan E sebagai pihak pembeli. Pada
waktu dilaksanakan penjualan ini, kondisi A sedang sakit lumpuh tidak dapat
berpergian kemanapun;
3) Atas dasar penyerahan Sertipikat dan warkah-warkah lain termasuk KTP tersebut,
PPAT Jini membuatkan Akta Jual Beli yang ditandatangani oleh C dan laki-laki
yang mengaku A sebagai Penjual, E sebagai pembeli, para saksi, dan PPAT Jini;
4) Kemudian Akta Jual Beli beserta Sertipikat Hak Milik atas Tanah Pertanian dan
warkah-warkah lain disampaikan ke Kantor Pertanahan untuk dilakukan
pendaftaran jual beli Hak Milik menjadi atas nama E. Bersamaan dengan
permohonan pendaftaran jual beli, E mengajukan permohonan pemecahan tanah
pertanian seluas 1.5 hektar menjadi 2 (dua) sertipikat Hak Milik dengan luas
masing-masing : 1 hektar dan 0.5 hektar
5) Pada bulan Agustus 2013, A meninggal dunia tanpa mengetahui bahwa Hak Milik
atas Tanah Pertanian yang dibeli oleh dirinya bersama dengan B telah dijual
kepada pihak lain oleh C. Bahkan B sendiri sebagai pihak yang membeli pertama
kali secara hukum adat juga baru mengetahui bahwa tanahnya telah berpindah
kepemilikan atas nama A dan C setelah A meninggal dunia
Pada bulan Pebruari 2015, sebagian dari Hak Milik atas Tanah Pertanian yaitu seluas
0,5 hektar dengan Sertipikat tersendiri dijual oleh E kepada F yang bertempat tinggal
di satu kabupaten di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbeda dengan
kabupaten tempat letak lokasi tanah yang dibelinya. Jual beli tanah tersebut dilakukan
di hadapan PPAT bernama Jinjun dan dibuatkan Akta Jual beli olehnya. Kemudian jual
beli itu didaftarkan Kantor Pertanahan dan dilakukan balik nama atas nama F.
PERTANYAAN :
1. Perjanjian jual beli Hak Milik atas Tanah Pertanian antara D sebagai pemilik awal
dengan A dan B sebagai pembeli bersama dilakukan menurut ketentuan hukum adat
dan belum dilaksanakan dengan pembuatan Akta Jual Beli di hadapan PPAT.
a. Apakah Hak Milik atas Tanah Pertanian sudah berpindah dan menjadi kepunyaan
A dan B? Jelaskan penjelasan saudara disertai dasar dan alasan hukumnya!!
Jawab:
Tidak, karena syarat peralihan hak atas tanah adalah melalui akta PPAT.
b. Apa jual beli tanah antara D dengan A dan B tersebut melanggar Asas Larangan
Penjualan Tanah yang menyebabkan kepemilikan tanah pertanian kurang dari 2
hektar atau lebih sempit lagi? Jelaskan dan alasan hukumnya
Jawab:
2. Terhadap Perjanjian jual beli Hak Milik atas Tanah Pertanian antara D sebagai pemilik
awal dan penjual dengan A dan C sebagai pembeli bersama, ada pertanyaan, yaitu :
b. Apakah Hak Milik atas Tanah Pertanian yang dibeli dan dipunyai bersama oleh A
dan C tidak bertentangan dengan Asas Larangan Kepemilikan Tanah Pertanian
Secara Absentee?? Jelaskan disertai alasan hukumnya
Jawab:
3. Perjanjian jual beli Hak Milik atas Tanah Pertanian antara A dan C sebagai pemilik
bersama dan sebagai penjual bersama dengan E telah dibuatkan Akta Jual Beli oleh
PPAT Jini tanpa dilakukan pengecekan kebenaran identitas dari salah satu penjual
yaitu seorang laki-laki yang mengaku sebagai A.
a. Apakah PPAT Jini sebagai pelaksana sebagian dari proses pendaftaran tanah
karena terjadi peralihan hak atas tanah mempunyai kewajiban untuk mengecek
kebenaran identitas para pihak? Jelaskan disertai dasar hukum
Boleh menolak, karena ditemukan fakta-fakta yang tidak sesuai aslinya tetapi
dengan diberikan penyuluhan hukum (CARI DASAR HUKUM)
4. Dalam Perjanjian jual beli sebagian dari Hak Milik atas Tanah Pertanian antara E
dengan F yang kemudian dibuatkan Akta Jual Beli oleh PPAT bernama Jinjun
melanggar 2 (dua) Asas Hukum Pertanahan.