Anda di halaman 1dari 2

Efektivitas penanggulangan kemiskinan di daerah memang dipengaruhi oleh banyak faktor.

Pun biaya pembangunan tidak hanya berasal dari dana publik (APBD). Namun, APBD tidak
dapat dimungkiri merupakan instrumen kunci yang bisa memicu pertumbuhan ekonomi dan
mengendalikan inflasi di daerah – dua kondisi makro yang substansial pengaruhnya pada
pengurangan kemiskinan.

Lebih dari itu, APBD dapat bekerja langsung menaikkan pendapatan masyarakat kurang
mampu (miskin dan rentan miskin) melalui belanja program pemberdayaan atau padat karya
atau melalui fasilitasi pengembangan usaha berskala mikro dan kecil. Individu, keluarga, atau
rumah tangga dari kelompok masyarakat tersebut juga masih dapat memperoleh manfaat lain
secara langsung dari belanja APBD, khususnya dari alokasi bantuan ataupun jaminan sosial.
Terutama ketika risiko-risiko sosial tertentu akibat perubahan kebijakan atau gejolak ekonomi
harus dihindarkan dari mereka.

Masalah di sini menjadi bertambah pelik karena ruang fiskal yang lebih luas pun ternyata
belum menjamin suatu daerah lebih mampu mengakumulasi belanjanya pada sektor-sektor
kunci penanggulangan kemiskinan, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, dan
perlindungan sosial. Pola hubungannya secara sederhana memperlihatkan bahwa porsi
akumulasi belanja tersebut justru menurun dengan meluasnya ruang fiskal daerah.

Data menunjukkan masih banyak daerah yang relatif miskin, dengan ruang fiskal relatif
tinggi, tak mampu memberi alokasi anggaran lebih signifikan pada belanja peningkatan
kesejahteraan

Dari sisi perencanaan anggaran, pekerjaan rumah terpenting bagi daerah adalah memenuhi
syarat efisiensi dari rencana belanjanya. Dengan asumsi ruang fiskal terbatas sekalipun,
secara teknis daerah dapat memperbaiki efisiensi belanjanya dengan meningkatkan relevansi
kegiatan atau program terhadap masalah kemiskinan yang dihadapi. Sasaran (wilayah dan
individu, keluarga, atau rumah tangga) dari kegiatan atau program juga harus lebih tepat
untuk memaksimalkan manfaat APBD bagi masyarakat miskin dan rentan.

Di sisi lain, efisiensi produktif dapat diupayakan dengan mempertimbangkan upaya replikasi
praktik-praktik terbaik program penanggulangan kemiskinan di daerah lain. Ini untuk
melengkapi upaya pemutakhiran standar biaya dari setiap komponen kegiatan belanja.

Secara lebih luas, untuk memperkuat efisiensi alokatif daerah perlu memastikan bahwa
program penanggulangan kemiskinan di setiap sektor merupakan bagian dari suatu paket
kebijakan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Implikasinya, daerah
harus membangun suatu sistem data dan informasi yang lebih luas agar capaian (dampak)
program di setiap sektor bisa terus terpantau.

Daerah juga harus mampu meredam konflik kepentingan antarsektor yang biasa terjadi
manakala redistribusi sumber daya publik harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
bersama yang lebih strategis

Tingkat penyerapan anggaran di daerah saat ini umumnya masih jauh dari level yang
diharapkan. Ini terbukti dari masih sangat besarnya agregat simpanan pemda yang
mengendap di perbankan, mencapai lebih dari Rp 220 triliun per Juli 2017 menurut data
Kemenkeu.

Ini problem serius, terutama karena sebagian besar dari dana menganggur itu merupakan
bagian dari anggaran belanja modal, yang notabene sangat dibutuhkan, di samping belanja
barang, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru di
daerah. Rendahnya penyerapan juga dengan sendirinya akan menghilangkan manfaat
sebagian dana pembangunan, yang boleh jadi direncanakan untuk program penanggulangan
kemiskinan.

Tanpa mengabaikan faktor penyebab lain, studi dari sejumlah daerah mengonfirmasi
peningkatan kualitas perencanaan di daerah sangat memengaruhi perbaikan tingkat
penyerapan APBD. Sebuah perencanaan yang baik bisa mendeteksi sejak awal kemungkinan
kegagalan realisasi anggaran. Perencanaan yang baik akan melibatkan proses penetapan
tujuan sekaligus cara (modus), tahapan, dan asumsi untuk mencapai tujuan tersebut.

Alhasil, besar kecilnya manfaat APBD bagi pengurangan kemiskinan di daerah tampaknya
akan semakin banyak ditentukan oleh kapasitas kelembagaan perencanaan dan pengendalian
pelaksanaan program-program kebijakan terkait di daerah.

Anda mungkin juga menyukai