Makalah Masyarakat Hukum Adat
Makalah Masyarakat Hukum Adat
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillah puja dan puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT., atas segala
limpahan karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’ alaihi wa sallam. Manusia istimewa
yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya layak adalah
kebenaran, yang seluruh getar hatinya adalah kebaikan Sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Hukum Adat tepat pada waktunya.
Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam membuat tugas mata kuliah
Hukum Adat ini tetapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai
pihak, penulis mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik. penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Allah SWT Yang telah memberikan nikmat dan syafa’at kepada kita semua, sehingga
penulis mampu menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Siti Hapsah Isfardiyana S.H., M.H selaku dosen mata kuliah Hukum Adat di
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia yang telah memberikan kepercayaan
kepada penulis untuk bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
3. Teman-teman kelas H Mata Kuliah Hukum Adat Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia semester 3 tahun ajaran 2016/2017 yang telah membantu penulis
menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran, guna kesempurnaan tugas
ini dan bermanfaat bagi penulis sebagai penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
(atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa
Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-
hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen
(saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Drs. C.S.T. Kansil, SH berpendapat masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul
dari kodrat yang sama. Jadi, masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup
bersama, sehingga dalam pergaulan hidup itu timbul pelbagai hubungan atau pertalian yang
mengakibatkan bahwa yang seorang dan yang lain saling kenal mengenal dan pengaruh –
mempengaruhi.
Diangkat nya topik ini untuk mengetahui salah satu macam masyarakat, yaitu
masyarakat hukum adat yang keberadaan nya masih sangat melekat dengan kebudayaan di
indonesia itu sendiri, seperti diketahui indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak
suku yang tentunya setiap suku memiliki hukum adat nya sendiri.
BAB II
Pembahasan
maka masyarakat hukum itu yang kita sebut sebagai masyarakat hukum adat
indonesia. Definisi Masyarakat adat merupakan istilah umum yang dipakai di Indonesia
untuk paling tidak merujuk kepada empat jenis masyarakat asli yang ada di dalam negara-
bangsa Indonesia. Dalam ilmu hukum dan teori secara formal dikenal Masyarakat Hukum
Adat, tetapi dalam perkembangan terakhir, masyarakat asli Indonesia menolak
dikelompokkan sedemikian mengingat perihal adat tidak hanya menyangkut hukum, tetapi
mencakup segala aspek dan tingkatan kehidupan.
Ter Haar menulis “bahwa diseluruh kepulauan Indonesia pada tingkatan jelata,
terdapat pergaulan hidup didalam golongan-golongan yang bertingkah laku sebagai kesatuan
terhadap dunia luar, lahir dan batin. Golongan-golongan itu mempunyai tata-susunan yang
tetap dan kekal, dan orang-orang segolongan itu masing-masing mengalami kehidupannya
dalam golongan sebagai hal yang sewajarnya, ialah menurut kodrat alam. Tidak ada
seorangpun dari mereka yang mempunyai fikiran akan memungkinkan pembubaran golongan
itu. Golongan manusia tersebut mempunyai pengurus sendiri dan mempunyai harta benda,
milik keduniaan dan milik gaib. Golongan seperti inilah yang dikatakan sebagai golongan
persekutuan hukum.
e) Rasa solidaritas antara sesama anggota masyarakat yang bersangkutan masih sangat
tinggi.
h) Pada setiap warga masyarakat yang bersangkutan tidak terdapat pemikiran tentang
pembubaran masyarakatnya.
Mayoritas masyarakat riau adalah orang melayu dan minang kabau, oleh karena itu
susunan masyarakat hukum adat riau pun tidah jauh dari minang kabau, berdasarkan
genelogis (keturunan) minang kabau masuk kedalam struktur masyarakat matrilineal. Yaitu
struktur masyarakat dimana orang menarik garis hukum dengan menggabungkan diri dengan
orang lain melalui garis perempuan. Contohnya perkawinan semendo. Ciri-ciri dari
perkawinan semendo itu sendiri adalah endogami dan matrilokal, endogami berarti bahwa
menurut hukum adat perkawinan yang ideal dalam sistem perkawinan semendo adalah apbila
jodoh diambil dikalangan sukunya sendiri. Matrilokal, mengandung arti bahwa menurut
hukum adat semendo, tempat tinggal bersama dalam perkawinan adalah tempat tinggal istri.
Dalam masyarakat hukum adat yang ditentukan oleh faktor genealogis ini, kita mengenal tiga
macam (type) pertalian keturunan, yaitu :
1. Pertalian keturunan menurut garis laki-laki – hal ini terdapat dalam masyarakat
hukum adat orang Batak, orang Bali, orang Ambon.
2. Pertalian keturunan menurut garis perempuan – hal ini terdapat dalam masyarakat
hukum adat orang Minangkabau, orang Kerinci, orang Semendo.
4 Muhammad, Bushar. 1984. Asas Asas Hukum Adat. Jakarta: Pradnya Paramita
3. Masyarakat hukum adat keibu-bapaan yang dalam bahasa Indonesia disebut rumpun
yang merupakan kesatuan yang menjadi gabungan dari sejumlah gezin-gezin di
Kalimantan.
Masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat teritorial, yaitu masyarakat hukum
adat yang disusun berazaskan lingkungan daerah, adalah masyarakat hukum adat yang para
anggotanya merasa bersatu, dan oleh sebab itu merasa bersama-sama merupakan kesatuan
masyarakat hukum adat yang bersangkutan, karena ada ikatan antara mereka masing-masing
dengan tanah tempat tinggal mereka. Landasan yang mempersatukan para anggota
masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat teritorial adalah ikatan antara orang yaitu
anggota masing-masing masyarakat tersebut – dengan tanah yang didiami sejak
kelahirannnya, yang didiami oleh orang tuanya, yang didiami oleh neneknya, yang dialami
oleh nenek moyangnya, secara turun-temurun ikatan dengan tanah menjadi inti azas teritorial
itu.
Ada tiga jenis masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat teritorial:
b.kebudayaan
Komitmen Daerah Kabupaten Bengkalis dalam upaya pemberdayaan Masyarakat
hukum adat diwujudkan dengan terbitnya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 39 Tahun 2001
tentang Pemberdayaan, Pelestarian Adat Istiadat Melayu dan Pengembangan Kebiasaan-
Kebiasaan, Masyarakat serta Lembaga Adat di Kabupaten Bengkalis. Perda ini dengan jelas
mengatur model dan strategi pemberdayaan masyarakat dan lembaga adat agar anggota
persekutuan hukum adat dapat mencapai taraf kehidupan yang lebih sejahtera.
b.kebudayaan
Agama yang dianut oleh Masyarakat hukum adat di Riau yaitu Islam, Budha dan
Kristen. Namun demikian sebagian masih memiliki kepercayaan animisme, yaitu percaya
terhadap kekuatan-kekuatan pada batu-batu besar, pohon-pohon besar terutama berkaitan
dengan penyelenggaraan upaya adat. Agama dan kepercayaan tersebut merupakan warisan
leluhur secara turun temurun. Dalam pelaksanaan ritual agama sehari-hari, pengaruh
kebudayaan etnis Cina cukup dominan. Persekutuan hukum adat dipimpin oleh seorang
pemangku adat yang dikenal dengan sebutan Penghulu Adat atau Datuk. Datuk sebagai
pimpinan persekutuan berdasarkan sistem matrilinial ini dikukuhkan dengan pemberian gelar
adat oleh anak kemenakan pada persekutuan tersebut. Adapun jangka waktu jabatan sebagai
Datuk tidak ditentukan lamanya, tetapi bergantung pada persesuaian dengan anak
kemenakannya. Datuk ini sangat berpengaruh dan berperanan penting dalam kehidupan
persekutauan hukum adat maupun pengaturan sikap dan anggota persekutuannya, terutama
mengurus peruntukan dan pengawasan tanah ulayat dalam masyarakat.
Hak ulayat merupakan hak bersama atas tanah seluruh anggota persekutuan hukum
adat. Oleh karena penguasaan tanah ini bersifat kolekif, maka tidak mudah untuk dipindah
tangankan kepada orang lain, kecuali telah sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku. Secara
langsung hak ulayat ini mengatur sistem ekonomi masyarakat, terutama dalam pemanfaatan
tanah sebagai sumber nafkah (ekonomi). Penguasa tanah ulayat oleh penghulu adat tetap
terjamin, dimana anggota masyarakat hukum tersebut diberi hak dan kewajiban untuk
memelihara tanah ulayat. Ketentuan yng harus dipenuhi oleh anggota masyarakat yang
memanfaatkan tanah ulayat adalah sebagai berikut :
a.Apabila tanah ulayat dijadikan kebun, maka di dalamnya harus ada tanaman.
b.Apabila dijadikan sawah ladang haruslah mempunyai pematang.
Masyarakat hukum adat di Kabupaten Bengkalis memiliki sumber nafkah utama dari
mengolahan ladang dan kebun. Mereka pada umumnya sudah mengenal tanaman industri
seperti kelapa sawit dan karet. Pada kegiatan perladangan, mereka menanam padi darat yang
dipanen setelah 4 bulan kemudian. Pengolahan dan penyiapan ladang cukup sederhana, yaitu
penebasan ladang, pembakaran, dan penugalan atau penanaman biji padi. Kegiatan berladang
tersebut melibatkan semua anggota keluarga batih, yaitu ayah, ibu dan anak-anaknya.
a.implementasi
1. Meskipun sudah ada hukum tertulis yang mengatur Pemberdayaan, Pelestarian Adat
Istiadat Melayu dan Pengembangan Kebiasaan-Kebiasaan, Masyarakat serta Lembaga
Adat, yaitu Peraturan Daerah (Perda) Nomor 39 Tahun 2001 (Khusus Kabupaten
Bengkalis), namun dalam praktiknya Peraturan Daerah tersebut belum efektif.
Informasi yang dihimpun terkait dengan implementasi hukum tertulis (Perda) tersebut
adalah Masyarakat hukum adat sering dijadikan obyek untuk mendapatkan dukungan
tertentu, tetapi belum dilihat sebagai komponen yang perlu dikembangkan menjadi
kekuatan yang lebih besar.
2. Sementara itu implementasi hukum adat cenderung melemah, disebabkan semakin
kuatnya pengaruh dari luar. Contoh kasus, tanah ulayat sebagai milik bersama
masyarakat hukum adat mengalami peralihan hak guna kepada investor, sehingga
mengurangi aset masyarakat hukum adat.
b.kendala
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Masyarakat adat merupakan istilah umum yang dipakai di Indonesia untuk paling tidak
merujuk kepada empat jenis masyarakat asli yang ada di dalam negara-bangsa Indonesia. Dengan
kata lain masyarakat hukum adat ialah "Komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan
asal-usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas
tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh Hukum adat dan Lembaga adat
yang mengelolah keberlangsungan kehidupan masyarakatnya”.
Dalam rangka mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat hukum adat, terutama pengakuan
terhadap eksistensi masyarakat hukum adat, maka diperlukan :
4. https://www.academia.edu/5519759/HUKUM_ADAT_LENGKAP
5.catatan perkuliahan matakuliah hukum adat milik restiana marda teresia UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
6.peraturan daerah provinsi riau nomor 1 tahun 2012 tentang lembaga adat melayu riau