Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Alhamdulillah puja dan puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT., atas segala
limpahan karunia dan nikmat-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’ alaihi wa sallam. Manusia istimewa
yang seluruh perilakunya layak untuk diteladani, yang seluruh ucapannya layak adalah
kebenaran, yang seluruh getar hatinya adalah kebaikan Sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Hukum Adat tepat pada waktunya.

Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam membuat tugas mata kuliah
Hukum Adat ini tetapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai
pihak, penulis mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik. penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Allah SWT Yang telah memberikan nikmat dan syafa’at kepada kita semua, sehingga
penulis mampu menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Siti Hapsah Isfardiyana S.H., M.H selaku dosen mata kuliah Hukum Adat di
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia yang telah memberikan kepercayaan
kepada penulis untuk bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
3. Teman-teman kelas H Mata Kuliah Hukum Adat Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia semester 3 tahun ajaran 2016/2017 yang telah membantu penulis
menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran, guna kesempurnaan tugas
ini dan bermanfaat bagi penulis sebagai penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 23 Desember 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
(atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa
Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-
hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen
(saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Drs. C.S.T. Kansil, SH berpendapat masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul
dari kodrat yang sama. Jadi, masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup
bersama, sehingga dalam pergaulan hidup itu timbul pelbagai hubungan atau pertalian yang
mengakibatkan bahwa yang seorang dan yang lain saling kenal mengenal dan pengaruh –
mempengaruhi.

Di dalam masyarakat yang teratur , manusia/ anggota masyarakat itu harus


memperhatikan kaedah-kaedah , norma-norma ataupun peraturan –peraturan hidup tertentu
yang ada dan hidup dalam masyarakat di mana ia hidup.1

Diangkat nya topik ini untuk mengetahui salah satu macam masyarakat, yaitu
masyarakat hukum adat yang keberadaan nya masih sangat melekat dengan kebudayaan di
indonesia itu sendiri, seperti diketahui indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak
suku yang tentunya setiap suku memiliki hukum adat nya sendiri.

1 Drs. C.S.T. Kansil,S.H, PengantarIlmuHukumdan Tata Hukum Indonesia,(Jakarta:BalaiPustaka, 1986), hlm.34.


B.Rumusan Masalah

1. Pengertian masyarakat hukum adat


2. Ciri-ciri dan dasar susunan masyarakat hukum adat
3. Macam-macam masyarakat hukum adat
4. Keberadaannya dewasa ini

BAB II

Pembahasan

1.Pengertian masyarakat hukum adat

Merupakan aturan batiniah bahwa beberapa orang di anggap memiliki kekuasaan,


dengan memiliki, barang-barang , tanah , air, tanaman , kuil-kuil dan bangunan-bangunan
yang harus dipelihara bersama, harus dipertahankan bersama oleh anggota ikatan , dengan
nilai-nilai yang sakral.2 Terjadinya masyarakat di dalamnya sebagai takdir alam, sebagai suatu
kenyataan dari kekuatan gaib. Tiada seorangpun yang berpikiran atau berangan-angan, akan
kemungkinan membubarkan kelompok-kelompok tersebut. Keadaan tersebut dianggap suatu
keadaan tertentu dan dalam, sehingga tidak dapat dihindarkan tidak ada yang dapat
menggagalkan terjadinya kelompok atau masyarakat tersebut.

maka masyarakat hukum itu yang kita sebut sebagai masyarakat hukum adat
indonesia. Definisi Masyarakat adat merupakan istilah umum yang dipakai di Indonesia
untuk paling tidak merujuk kepada empat jenis masyarakat asli yang ada di dalam negara-
bangsa Indonesia. Dalam ilmu hukum dan teori secara formal dikenal Masyarakat Hukum
Adat, tetapi dalam perkembangan terakhir, masyarakat asli Indonesia menolak
dikelompokkan sedemikian mengingat perihal adat tidak hanya menyangkut hukum, tetapi
mencakup segala aspek dan tingkatan kehidupan.

2 DR. SoedjonoDirdjosisworo, S.H, PengantarIlmuHukum, (Jakarta : RajawaliPers,2010),


hlm.120
Pengertian ini tidak merujuk kepada defenisi secara tertutup tetapi lebih kepada kepada
kriteria, agar dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang besar kepada komunitas
untuk melakukan self identification/ mengidentifikasikan dirinya sendiri.

Pengertian Menurut AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) pada Kongres I


tahun 1999 dan masih dipakai sampai saat ini adalah:"Komunitas-komunitas yang hidup
berdasarkan asal-usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki
kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh Hukum
adat dan Lembaga adat yang mengelolah keberlangsungan kehidupan masyarakatnya”.
Sedangkan Hazairin menguraikan masyarakat hukum adat sebagai kesatuan-kesatuan
masyarakat yang mempunyai kelengkapan-kelengkapan untuk sanggup berdiri sendiri yang
mempunyai kesatuan hukum, kesatuan penguasa dan kesatuan lingkungan hidup berdasarkan
hak bersama atas tanah dan air bagi semua anggotanya

Ter Haar menulis “bahwa diseluruh kepulauan Indonesia pada tingkatan jelata,
terdapat pergaulan hidup didalam golongan-golongan yang bertingkah laku sebagai kesatuan
terhadap dunia luar, lahir dan batin. Golongan-golongan itu mempunyai tata-susunan yang
tetap dan kekal, dan orang-orang segolongan itu masing-masing mengalami kehidupannya
dalam golongan sebagai hal yang sewajarnya, ialah menurut kodrat alam. Tidak ada
seorangpun dari mereka yang mempunyai fikiran akan memungkinkan pembubaran golongan
itu. Golongan manusia tersebut mempunyai pengurus sendiri dan mempunyai harta benda,
milik keduniaan dan milik gaib. Golongan seperti inilah yang dikatakan sebagai golongan
persekutuan hukum.

2. Ciri-ciri dan dasar susunan masyarakat hukum adat

a) Adanya kelompok manusia yang dalam hal menyangkut integritas mereka,kelompok


manusia ini akan bertindak keluar sebagai satu kesatuan.
b) Di dalam kelompok manusia seperti itu terdapat pemerintahan yang mempunyai
wewenang membuat peraturan dan memaksa berlakunya peraturan bagi seluruh warga
masyarakatnya.
c) Di dalam kelompok manusia yang seperti itu juga terdapat harta kekayaan yang
terpisah dari masing-masing harta warga negara anggotanya.
d) Kelompok manusia yang seperti itu mempunya wilayah sebagai wilayah kekuasan.

e) Rasa solidaritas antara sesama anggota masyarakat yang bersangkutan masih sangat
tinggi.

f) Harta kekayaan kelompok dimaksudkan semata-mata hanya untuk kesejahteraan


anggota masyarakat yang bersangkutan.

g) Setiap warga anggota masyarakat yang bersangkutan merasabertanggung jawab


terhadap harta kekayaan masyarakat.

h) Pada setiap warga masyarakat yang bersangkutan tidak terdapat pemikiran tentang
pembubaran masyarakatnya.

i) Masyarakat yang bersangkutan dianggap keberadaanya sebagai suatu yg bersifat meta


yuridis artinya bahwa keberadaan masyarakat yg bersangkutan bukan dibentuk pihak
luar dan tidak mungkin dibubarkan pihak luar.

Dasar susunan masyarakat hukum adat

Mayoritas masyarakat riau adalah orang melayu dan minang kabau, oleh karena itu
susunan masyarakat hukum adat riau pun tidah jauh dari minang kabau, berdasarkan
genelogis (keturunan) minang kabau masuk kedalam struktur masyarakat matrilineal. Yaitu
struktur masyarakat dimana orang menarik garis hukum dengan menggabungkan diri dengan
orang lain melalui garis perempuan. Contohnya perkawinan semendo. Ciri-ciri dari
perkawinan semendo itu sendiri adalah endogami dan matrilokal, endogami berarti bahwa
menurut hukum adat perkawinan yang ideal dalam sistem perkawinan semendo adalah apbila
jodoh diambil dikalangan sukunya sendiri. Matrilokal, mengandung arti bahwa menurut
hukum adat semendo, tempat tinggal bersama dalam perkawinan adalah tempat tinggal istri.

(1)Susunan Organisasi LAM (lembaga adat melayu) Riau terdiri dari3 :

3 Peraturan daerah provinsi riau nomor 1 tahun 2012 bab 3 pasal 3


a.LAM Riau Provinsi berkedudukan di Ibukota Provinsi;

b.LAM Riau Kabupaten/Kota berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota;


c.LAM Riau Kawasan/Rantau berkedudukan di Ibukota Kecamatan; dan
d.LAM Riau Kenegerian/Kepenghuluan/ Pebatinandan/atau yang disebut nama lain
berkedudukan di Desa/Kepenghuluan.
(2) LAM Riau sebagaimana ayat (1) huruf b, c dan d bersifat otonom.
(3)Bersifat otonom sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga LAM Riau.
(4)Susunan kepengurusan dan kepemimpinan LAM Riau diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga

3.Macam-macam masyarakat hukum adat

Masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat genealogis (menurut azas


kedarahan (keturunan) ialah masyarakat hukum adat yang anggota-anggotanya merasa terikat
dalam suatu ketertiban berdasarkan kepercayaan bahwa mereka semua berasal satu keturunan
yang sama. Dengan kata-kata lain: seseorang menjadi anggota masyarakat hukum adat yang
bersangkutan karena ia menjadi atau menganggap diri keturunan dari seorang ayah-asal
(nenek-moyang laki-laki) tunggal melalui garis keturunan laki-laki atau dari seorang ibu-asal
(nenek moyang perempuan) tunggal melalui garis keturunan perempuan dan dengan
demikian menjadilah semua anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan itu suatu
kesatuan dan tunduk pada peraturan-peraturan hukum (adat) yang sama.4

Dalam masyarakat hukum adat yang ditentukan oleh faktor genealogis ini, kita mengenal tiga
macam (type) pertalian keturunan, yaitu :

1. Pertalian keturunan menurut garis laki-laki – hal ini terdapat dalam masyarakat
hukum adat orang Batak, orang Bali, orang Ambon.

2. Pertalian keturunan menurut garis perempuan – hal ini terdapat dalam masyarakat
hukum adat orang Minangkabau, orang Kerinci, orang Semendo.

4 Muhammad, Bushar. 1984. Asas Asas Hukum Adat. Jakarta: Pradnya Paramita
3. Masyarakat hukum adat keibu-bapaan yang dalam bahasa Indonesia disebut rumpun
yang merupakan kesatuan yang menjadi gabungan dari sejumlah gezin-gezin di
Kalimantan.

Masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat teritorial, yaitu masyarakat hukum
adat yang disusun berazaskan lingkungan daerah, adalah masyarakat hukum adat yang para
anggotanya merasa bersatu, dan oleh sebab itu merasa bersama-sama merupakan kesatuan
masyarakat hukum adat yang bersangkutan, karena ada ikatan antara mereka masing-masing
dengan tanah tempat tinggal mereka. Landasan yang mempersatukan para anggota
masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat teritorial adalah ikatan antara orang yaitu
anggota masing-masing masyarakat tersebut – dengan tanah yang didiami sejak
kelahirannnya, yang didiami oleh orang tuanya, yang didiami oleh neneknya, yang dialami
oleh nenek moyangnya, secara turun-temurun ikatan dengan tanah menjadi inti azas teritorial
itu.

Teranglah, meningglakan tempat tinggal bersama – lingkungan daerah – untuk


sementara waktu, tidaklah membawa hilangnya keangotaan masyarakat, dan, sebaliknya,
orang asing (orang yang berasal dan datang dari luar lingkungan-daerah) tidak dengan begitu
saja diterima dan diangkat menurut hukum adat menjadi anggota masyarakat hukum adat,
yaitu menjadi teman segolongan, teman hidup sedesa, seraya mempunyai hak dan kewajiban
sebagai anggota sepenuhnya (misalnya, berhak ikut-serta dalam rukun desa). Supaya dapat
menjadi anggota penuh masyarakat hukum adat, maka orang asing berstatus pendatang.
Didalam kehidupan nyata sehari-hari didesa, perbedaan antara penduduk inti (kerndorpres)
dan pendatang kelihatan dengan terang, biarpun dalam suasana desa yang telah dimodernisir
perbedaan tersebut makin lama makin lenyap – lenyaplah perbedaan antara penduduk inti dan
pendatang itu adalah sesuai dengan penyosialan versocialisering) struktur desa.

Ada tiga jenis masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat teritorial:

1. Masyarakat hukum desa

2. Masyarakat hukum wilayah (persekutuan desa)


3. Masyarakat hukum serikat desa (perserikatan desa)

4.Keberadaannya dewasa ini

Contoh: PROVINSI RIAU


1.Hukum Tertulis
a. kewilayahan
Peraturan Daerah yang mengatur kewilayahan belum ada. Oleh karena itu, dalam
menata masyarakat merujuk pada peraturan perundang-undangan yang ada dengan tetap
mengakomodasi wilayah-wilayah berdasarkan tradisi masyarakat lokal yang sudah dikenal
secara turun temurun sebagai warisan leluhur mereka

b.kebudayaan
Komitmen Daerah Kabupaten Bengkalis dalam upaya pemberdayaan Masyarakat
hukum adat diwujudkan dengan terbitnya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 39 Tahun 2001
tentang Pemberdayaan, Pelestarian Adat Istiadat Melayu dan Pengembangan Kebiasaan-
Kebiasaan, Masyarakat serta Lembaga Adat di Kabupaten Bengkalis. Perda ini dengan jelas
mengatur model dan strategi pemberdayaan masyarakat dan lembaga adat agar anggota
persekutuan hukum adat dapat mencapai taraf kehidupan yang lebih sejahtera.

2.Hukum Tidak Tertulis


a.kewilayahan
Tanah ulayat adalah lingkungan tanah yang dikuasai oleh suatu kelompok orang-
orang yang biasa disebut persekutuan hukum adat. Sedangkan hak ulayat adalah hak
persekutuan hukum adat yang menguasai suatu lingkungan tanah termasuk lingkungan
persediaan, perluasan, untuk kepentingan hidup persekutuan beserta seluruh warganya.
Sebagai obyek hak ulayat adalah tanah, air, pantai-pantai, tumbuh-tumbuhan (pohon- pohon),
hewan liar dan sebagainya. Tanah ulayat tidak mudah dipindah tangankan kepada pihak lain.
Kalaupun dipindah tangankan mestilah memenuhi ketentuan adat. Persyaratan ini dibuat
tidak lain adalah untuk menjaga kesinambungan dari tanah ulayat yang ada dalam
persekutuan hukum adat. Kehidupan adat dan tanah ulayat merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup masyarakat hukum adat. Karena dengan
tanah itu, masyarakat hukum adat dapat berusaha menghidupi keluarganya. Kelanjutan hidup
manusia tidak bisa berlanjut tanpa adanya tanah tempat berusaha dan bertempat tinggal.
Sehubungan dengan itu, tanah ulayat merupakan harta benda yang perlu dipelihara
kelestariannya agar tetap memberi manfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat hukum adat.

b.kebudayaan
Agama yang dianut oleh Masyarakat hukum adat di Riau yaitu Islam, Budha dan
Kristen. Namun demikian sebagian masih memiliki kepercayaan animisme, yaitu percaya
terhadap kekuatan-kekuatan pada batu-batu besar, pohon-pohon besar terutama berkaitan
dengan penyelenggaraan upaya adat. Agama dan kepercayaan tersebut merupakan warisan
leluhur secara turun temurun. Dalam pelaksanaan ritual agama sehari-hari, pengaruh
kebudayaan etnis Cina cukup dominan. Persekutuan hukum adat dipimpin oleh seorang
pemangku adat yang dikenal dengan sebutan Penghulu Adat atau Datuk. Datuk sebagai
pimpinan persekutuan berdasarkan sistem matrilinial ini dikukuhkan dengan pemberian gelar
adat oleh anak kemenakan pada persekutuan tersebut. Adapun jangka waktu jabatan sebagai
Datuk tidak ditentukan lamanya, tetapi bergantung pada persesuaian dengan anak
kemenakannya. Datuk ini sangat berpengaruh dan berperanan penting dalam kehidupan
persekutauan hukum adat maupun pengaturan sikap dan anggota persekutuannya, terutama
mengurus peruntukan dan pengawasan tanah ulayat dalam masyarakat.
Hak ulayat merupakan hak bersama atas tanah seluruh anggota persekutuan hukum
adat. Oleh karena penguasaan tanah ini bersifat kolekif, maka tidak mudah untuk dipindah
tangankan kepada orang lain, kecuali telah sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku. Secara
langsung hak ulayat ini mengatur sistem ekonomi masyarakat, terutama dalam pemanfaatan
tanah sebagai sumber nafkah (ekonomi). Penguasa tanah ulayat oleh penghulu adat tetap
terjamin, dimana anggota masyarakat hukum tersebut diberi hak dan kewajiban untuk
memelihara tanah ulayat. Ketentuan yng harus dipenuhi oleh anggota masyarakat yang
memanfaatkan tanah ulayat adalah sebagai berikut :
a.Apabila tanah ulayat dijadikan kebun, maka di dalamnya harus ada tanaman.
b.Apabila dijadikan sawah ladang haruslah mempunyai pematang.
Masyarakat hukum adat di Kabupaten Bengkalis memiliki sumber nafkah utama dari
mengolahan ladang dan kebun. Mereka pada umumnya sudah mengenal tanaman industri
seperti kelapa sawit dan karet. Pada kegiatan perladangan, mereka menanam padi darat yang
dipanen setelah 4 bulan kemudian. Pengolahan dan penyiapan ladang cukup sederhana, yaitu
penebasan ladang, pembakaran, dan penugalan atau penanaman biji padi. Kegiatan berladang
tersebut melibatkan semua anggota keluarga batih, yaitu ayah, ibu dan anak-anaknya.

3.Implementasi dan Kendala Pengakuan Hukum

a.implementasi

1. Meskipun sudah ada hukum tertulis yang mengatur Pemberdayaan, Pelestarian Adat
Istiadat Melayu dan Pengembangan Kebiasaan-Kebiasaan, Masyarakat serta Lembaga
Adat, yaitu Peraturan Daerah (Perda) Nomor 39 Tahun 2001 (Khusus Kabupaten
Bengkalis), namun dalam praktiknya Peraturan Daerah tersebut belum efektif.
Informasi yang dihimpun terkait dengan implementasi hukum tertulis (Perda) tersebut
adalah Masyarakat hukum adat sering dijadikan obyek untuk mendapatkan dukungan
tertentu, tetapi belum dilihat sebagai komponen yang perlu dikembangkan menjadi
kekuatan yang lebih besar.
2. Sementara itu implementasi hukum adat cenderung melemah, disebabkan semakin
kuatnya pengaruh dari luar. Contoh kasus, tanah ulayat sebagai milik bersama
masyarakat hukum adat mengalami peralihan hak guna kepada investor, sehingga
mengurangi aset masyarakat hukum adat.

b.kendala

Berbagai kondisi yang dirasakan sebagai kendala dalam mengimplementasikan


pengakuan hukum terhadap masyarakat hukum adat, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan yang menganut paham


domain Negara, dengan mengklaim semua hutan yang tidak dapat dibuktikan
sebagai hutan milik, adalah hutan Negara. Padahal, hak ulayat bukan hak milik,
akibatnya hak ulayat atas tanah menjadi obyek sengketa dengan Departemen
Kehutanan. Sumber sengketa bertambah karena peta hutan yang dibuat oleh
Departemen Kehutanan tidak berdasarkan survey, sehingga kebun rakyat
dipetakan sebagai hutan.
2. Hak ulayat dipersiapkan untuk dimusnahkan dengan cara pembebasan dengan
pemberian ganti rugi apabila tanah tersebut digunakan untuk kepentingan umum,
sebagaimana diatur di dalam Keputusan Presiden Nomor 55 tahun1993.

BAB III
Penutup

Kesimpulan

Masyarakat adat merupakan istilah umum yang dipakai di Indonesia untuk paling tidak
merujuk kepada empat jenis masyarakat asli yang ada di dalam negara-bangsa Indonesia. Dengan
kata lain masyarakat hukum adat ialah "Komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan
asal-usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas
tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh Hukum adat dan Lembaga adat
yang mengelolah keberlangsungan kehidupan masyarakatnya”.
Dalam rangka mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat hukum adat, terutama pengakuan
terhadap eksistensi masyarakat hukum adat, maka diperlukan :

1. Adanya pengakuan dalam bentuk Peraturan Daerah yang melindungi hak-hak


masyarakat hukum adat sebagaimana perlindungan terhadap warga masyarakat pada
umumnya.
2. Pola pemberdayaan masyarakat hukum adat yang sistematis dan terukur.
3. Ada kajian tentang eksistensi tanah ulayat, sehingga akan dapat diketahui dengan jelas
status tanah ulayat yang sebenarnya dari Masyarakat hukum adat. Hal ini akan
memudahkan bagi pihak-pihak terkait untuk mempergunakan hak-hak atas tanah
tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan demi kesejahteraan Masyarakat
hukum adat.
4. Agar Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) dapat lebih gencar memberikan
pemahaman kepada Masyarakat hukum adat tentang tanah Ulayat atau tanah adat.
Daftar pustaka

1. Drs. C.S.T. Kansil,S.H, PengantarIlmuHukumdan Tata Hukum Indonesia,


(Jakarta:BalaiPustaka, 1986)

2. DR. SoedjonoDirdjosisworo, S.H, PengantarIlmuHukum, (Jakarta : RajawaliPers,2010)

3. Muhammad, Bushar. Asas Asas Hukum Adat. (Jakarta: Pradnya Paramita,1984)

4. https://www.academia.edu/5519759/HUKUM_ADAT_LENGKAP

5.catatan perkuliahan matakuliah hukum adat milik restiana marda teresia UNIVERSITAS
SRIWIJAYA

6.peraturan daerah provinsi riau nomor 1 tahun 2012 tentang lembaga adat melayu riau

Anda mungkin juga menyukai