Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ILMU BAHAN REKAYASA

STAINLESS STEEL

Disusun Oleh :

1. Reni Fatmawati (21030114120063)


2. Anggun Anaulia Siahaan (21030114120064)
3. Fawzia Puti Paundrianagari (21030114120065)
4. Ahmad Asfahani (21030114120068)

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Baja merupakan salah satu bahan yang sangat banyak dipakai di seluruh dunia
untuk keperluan kehidupan manusia, khususnya di dunia industri. Ditemukan
pertama kali oleh orang Mesir lebih dari 4000 tahun yang lalu untuk perhiasan
dan alat rumah tangga yang kemudian berkembang menjadi bahan berharga dan
dimanfaatkan orang setiap hari saat ini. Untuk menjadikan baja, banyak proses
yang dilakukan, sehingga membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar
dapat dipakai dalam berbagai keperluan.
Baja tahan karat atau stainless steel sendiri adalah paduan besi dengan
minimal 12% kromium. Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan
pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap krom yang
terjadi secara spontan. Kategori Stainless Steel tidak halnya seperti baja lain yang
didasarkan pada persentase karbon tetapi didasarkan pada struktur metalurginya.
Lima golongan utama Stainless Steel adalah Austenitic, Ferritic, Martensitic,
Duplex dan Precipitation Hardening Stainless Steel.
Makalah ini dibuat sebagai bahan pengetahuan tentang stainless steel.
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

2.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa itu stainless steel?
2. Apa saja jenis dari stainless steel?
3. Bagaimana proses pembuatan stainless steel?
4. Apa saja aplikasi stainless steel di umum dan industri?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Umum


Baja stainless ( stainless steel ) merupakan baja paduan yang mengandung
minimal 10,5% Cr. Daya tahan stainless steel terhadap oksidasi yang tinggi di udara
dalam suhu lingkungan biasanya dicapai karena adanya tambahan minimal 13% (dari
berat) krom. Krom membentuk sebuah lapisan tidak aktif Kromium(III) Oksida
(Cr2O3) ketika bertemu oksigen. Lapisan ini terlalu tipis untuk dilihat, sehingga
logamnya akan tetap berkilau. Logam ini menjadi tahan air dan udara, melindungi
logam yang ada di bawah lapisan tersebut. Fenomena ini disebut Passivation dan
dapat dilihat pada logam yang lain, seperti pada alumunium dan titanium. Pada
dasarnya untuk membuat besi yang tahan terhadap karat, krom merupakan salah satu
bahan paduan yang paling penting. Untuk mendapatkan besi yang lebih baik lagi,
dintaranya dilakukan penambahan beberapa zat-zat berikut, Penambahan
Molibdenum (Mo) bertujuan untuk memperbaiki ketahanan korosi pitting dan korosi
celah Unsur karbon rendah dan penambahan unsur penstabil karbida (titanium atau
niobium) bertujuan menekan korosi batas butir pada material yang mengalami proses
sensitasi.Penambahan kromium (Cr) bertujuan meningkatkan ketahanan korosi
dengan membentuk lapisan oksida (Cr2O3) dan ketahanan terhadap oksidasi
temperatur tinggi. Penambahan nikel (Ni) bertujuan untuk meningkatkan ketahanan
korosi dalam media pengkorosi netral atau lemah. Nikel juga meningkatkan keuletan
dan mampu bentuk logam. Penambahan nikel meningkatkan ketahanan korosi
tegangan. Penambahan unsur molybdenum (Mo) untuk meningkatkan ketahanan
korosi pitting di lingkungan klorida. Unsur aluminium (Al) meningkatkan
pembentukan lapisan oksida pada temperature tinggi.

2.2 Sejarah Stainless Steel

Awalnya, beberapa besi tahan karat pertama berasal dari beberapa artefak yang
dapat bertahan dari zaman purbakala. Pada artefak ini tidak ditemukan danya
kandungan krom, namun diketahui, bahwa yang membuat artefak logam ini tahan
karat adalah banyaknya zat fosfor yang dikandungnya yang mana bersama dengan
kondisi cuaca lokal membentuk sebuah lapisan basi oksida dan fosfat. Sedangkan,
paduan besi dan krom sebagai bahan tahan karat pertama kali ditemukan oleh
ahlimetal asal Prancis, Pierre Berthier pada tahun 1821, yang kemudian
diaplikasikan untuk alat-alat pemotong, seperti pisau. Kemudian pada akhir 1890-an,
Hans Goldschmidt dari Jerman, mengembangkan proses aluminothermic untuk
menghasilkan kromium bebas karbon. Pada tahun 1904-1911, Leon Guillet berhasil
melakukan paduan dalam beberapa penelitiannya yang kini dikenal sebagai Stainless
Steel namun masih terdapat beberapa kelemahan. Pada tahun 1912, Harry Brearley
melakukan riset terhadap korosi laras senapan. Masalahnya adalah baja pada laras
senapan tersebut tidak tahan panas. Brearley mulai menguji penambahan sejumlah
kromium ke baja dan dari hasil eksperimen tersebut didapat penambahan kromium
sebanyak 12-14% agar baja bisa tahan karat. Brearley melihat adanya kemungkinan
material ini dapat dikomersilkan sebagai peralatan-peralatan dapur dan akhirnya dia
menamai penemuannya dengan stainless steel. Pada 13 Agustus 1913, stainless
steel pertama diproduksi di laboratorium Brown-Firth dan pada tahun 1916 Brearley
mendapatkan paten atas penemuannya ini di Amerika dan beberapa negara di Eropa.

2.3 Klasifikasi dan Spesifikasi Stainless Steel

Meskipun seluruh kategori Stainless Steel didasarkan pada kandungan krom


(Cr), namun unsur paduan lainnya ditambahkan untuk memperbaiki sifat-sifat
Stainless Steel sesuai aplikasi-nya. Kategori Stainless Steel tidak halnya seperti baja
lain yang didasarkan pada persentase karbon tetapi didasarkan pada struktur
metalurginya. Lima golongan utama Stainless Steel adalah Austenitic, Ferritic,
Martensitic, Duplex dan Precipitation Hardening Stainless Steel.

1. Austenitic Stainless Steel

Austenitic Stainless Steel mengandung sedikitnya 16% Chrom dan 6%


Nikel (grade standar untuk 304), sampai ke grade Super Autenitic Stainless Steel
seperti 904L (dengan kadar Chrom dan Nikel lebih tinggi serta unsur tambahan
Mo sampai 6%). Molybdenum (Mo), Titanium (Ti) atau Copper (Co) berfungsi
untuk meningkatkan ketahanan terhadap temperatur serta korosi. Austenitic cocok
juga untuk aplikasi temperature rendah disebabkan unsur Nickel membuat
Stainless Steel tidak menjadi rapuh pada temperatur rendah.
Bersifat non magnetic, pada kondisi annealed, tidak dapat dikeraskan
dengan perlakuan panas, dapat di hot-work dan dicold-work, memiliki shock
resistant yang tinggi, sulit dimachining kecuali dengan penambahan S atau Se,
sifat tahan korosinya paling baik diantara jenis lainnya, kekuatan pada
temperature tinggi dan ketahanan scaling sangat baik.

2. Ferritic Stainless Steel

Kadar Chrom bervariasi antara 10,5 – 18 % seperti grade 430 dan 409.
Ketahanan korosi tidak begitu istimewa dan relatif lebih sulit di fabrikasi /
machining. Tetapi kekurangan ini telah diperbaiki pada grade 434 dan 444 dan
secara khusus pada grade 3Cr12.
Bersifat magnetic, tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas tapi
dapat dikeraskan dengan cold work, dapat dicold work maupun dihot work,
pada kondisi annealed keuletan dan ketahanan korosi tertinggi, kekuatan
mencapai 50% lebih tinggi dari pada baja plain carbon, ketahanan korosi dan
machinability lebih baik dari pada stainless steel Martensitic.

3. Martensitic Stainless Steel

Stainless Steel jenis ini memiliki unsur utama Chrom (masih lebih
sedikit jika dibanding Ferritic Stainless Steel) dan kadar karbon relatif tinggi
misal grade 410 dan 416. Grade 431 memiliki Chrom sampai 16% tetapi
mikrostrukturnya masih martensitic disebabkan hanya memiliki Nickel
2%.Grade Stainless Steel lain misalnya 17-4PH/ 630 memiliki tensile strength
tertinggi dibanding Stainless Steel lainnya. Kelebihan dari grade ini, jika
dibutuhkan kekuatan yang lebih tinggi maka dapat di hardening.
Bersifat magnetic, dapat dikeraskan dengan perlakuan panas, dapat di
cold work maupun di hotd work, machinabilitynya bagus, ketangguhan baik,
ketahanan korosinya cukup bagus terhadap cuaca tetapi tidak sebaik stainless
steel ferritic maupun austenitic.
4. Duplex Stainless Steel

Duplex Stainless Steel seperti 2304 dan 2205 (dua angka pertama
menyatakan persentase Chrom dan dua angka terakhir menyatakan persentase
Nickel) memiliki bentuk mikrostruktur campuran austenitic dan Ferritic.
Duplex ferritic-austenitic memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan
temperatur relatif tinggi atau secara khusus tahan terhadap Stress Corrosion
Cracking. Meskipun kemampuan Stress Corrosion Cracking-nya tidak sebaik
ferritic Stainless Steel tetapi ketangguhannya jauh lebih baik (superior)
dibanding ferritic Stainless Steel dan lebih buruk dibanding Austenitic
Stainless Steel. Sementara kekuatannya lebih baik dibanding Austenitic
Stainless Steel (yang di annealing) kira-kira 2 kali lipat. Sebagai tambahan,
Duplex Stainless Steel ketahanan korosinya sedikit lebih baik dibanding 304
dan 316 tetapi ketahanan terhadap pitting coorrosion jauh lebih baik (superior)
dubanding 316. Ketangguhannya Duplex Stainless Steel akan menurun pada
temperatur dibawah – 50 oC dan diatas 300 oC.

5. Precipitation Hardening Steel

Precipitation hardening Stainless Steel adalah Stainless Steel yang


keras dan kuat akibat dari dibentuknya suatu presipitat (endapan) dalam
struktur mikro logam. Sehingga gerakan deformasi menjadi terhambat dan
memperkuat material Stainless Steel. Pembentukan ini disebabkan oleh
penambahan unsur tembaga (Cu), Titanium (Ti), Niobium (Nb) dan
alumunium. Proses penguatan umumnya terjadi pada saat dilakukan
pengerjaan dingin (cold work).
Baja tahan karat yang mengalami pengerasan presipitasi, mudah
dipabrikasi, kekuatan tinggi, ketahanan korosinya baik.

2.4. Proses Pembuatan Stainless Steel


Pada dasarnya stainless steel merupakan salah satu jenis dari baja paduan,
sehingga pembuatan stainless steel tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan
baja paduan, yang membedakan adalah penambahan unsur-unsur paduan, antara
lain Kromium, Nikel, Mangan, dan Aluminium.

1. Proses Konvertor
Dimana proses konverter adalah salah satu proses dari dapur baja yang
menggunakan batu bata tahan api yang bersifat asam dan juga batu bata yang
bersifat basa. Fungsi dari pada batu bata tahan api tersebut adalah menahan
panas dan mampu sampai lebih dari 1000 derajat Celcius. Biasa digunakan
pada incinerator, cerobong, kiln, dryer, rotary, dll. Batu bata tahan api seniri
diperlukan oleh setiap industri yang dalam pengolahan produksinya
mengunakan Tungku Pembakaran (Furnace), Ketel Uap (boiler), dan Tungku
Peleburan.

Proses konverter terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong
dengan menghadap ke samping.

Sistem kerja :

1. Dipanaskan dengan kokas sampai + 1500°C)


2. Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja (+ 1/8 dari volume
konveror)
3. Kembali ditegakkan
4. Udara dengan tekanan 1,5-2 atm dihembuskan dari kompresor.
5. Setelah 20 – 25 menit konvertor dijungkirkan untuk mengeluarkan
isinya.

Proses konvertor :

a. Proses Bessemer (Asam) untuk besi kasar dengan kadar fosfor


yang rendah
Lapisan bagian dalam terbuat dari batu tahan api yang mengandung
kwarsa asam atau aksid asam (SiO2), Bahan yang diolah besi kasar
kelabu cair, CaO tidak ditambahkan sebab dapat bereaksi dengan
SiO2,
SiO 2 + CaO CaSiO3
Proses Bessemer adalah proses untuk produksi massa baja dari
cair pig iron. Proses ini dinamai sesuai dengan nama penemunya,
Henry Bessemer, yang mengeluarkan paten pada tahun 1855.
Proses ini juga telah digunakan di luar Eropa selama ratusan
tahun, tetapi tidak pada skala industri. Prinsip utama adalah
menghilangkan kotoran dari besi dengan oksidasi dengan udara
yang ditiup melalui besi cair. Oksidasi juga meningkatkan suhu
massa besi dan menyimpannya cair.

Proses ini dilakukan dalam kontainer baja bulat telur besar


yang disebut Converter Bessemer.Konvertor dibuat dari plat baja
dengan sambungan las atau paku keling. Bagian dalamnya dibuat
dari batu tahan api. Batu tahan api yang digunakan untuk lapisan
bagian dalam Konvertor dapat bersifat asam. Konvertor disangga
dengan alat penyangga yang dilengkapi dengan trunnion untuk
mengatur posisi horizontal atau vertikal Konvertor. Kapasitas
sebuah konverter 8-30 ton besi cair dengan muatan yang biasa
berada di sekitar 15 ton. Dibagian atas konverter merupakan
pembukaan, biasanya miring ke sisi relatif terhadap tubuh kapal,
dimana besi diperkenalkan dan produk jadi dihapus. Bagian bawah
ini berlubang dengan sejumlah saluran yang disebut tuyères
melalui udara dipaksa menjadi konverter. Konverter ini diputar
pada trunnions sehingga dapat diputar untuk menerima tuduhan,
berbalik tegak selama konversi dan kemudian diputar lagi untuk
menuangkan baja cair di akhir.

Konvertor Bessemer dilapisi dengan batu tahan api yang


bersifat asam. Dibagian atasnya terbuka sedangkan pada bagian
bawahnya terdapat sejumlah lubang-lubang untuk saluran udara.
Bejana ini dapat diguling-gulingkan.
Korvertor Bessemer diisi dengan besi kasar kelabu yang
banyak mengandung silisium. Silisium dan mangan terbakar
pertama kali, setelah itu baru zat arang yang terbakar. Pada saat
udara mengalir melalui besi kasar udara membakar zat arang dan
campuran tambahan sehingga isi dapur masih tetap dalam keadaan
encer.

Setelah lebih kurang 20 menit, semua zat arang telah terbakar


dan terak yang terjadi dikeluarkan. Mengingat baja membutuhkan
karbon sebesar 0,0 sampai 1,7 %, maka pada waktu proses terlalu
banyak yang hilang terbakar, kekurangan itu harus ditambah
dalam bentuk besi yang banyak mengandung karbon. Dengan
jalan ini kadar karbon ditingkatkan lagi. dari oksidasi besi yang
terbentuk dan mengandung zat asam dapat dikurangi dengan besi
yang mengandung mangan. Udara masih dihembuskan ke dalam
bejana tadi dengan maksud untuk mendapatkan campuran yang
baik. Kemudian terak dibuang lagi dan selanjutnya muatan
dituangkan ke dalam panci penuang.

Pada proses Bessemer menggunakan besi kasar dengan


kandungan fosfor dan belerang yang rendah tetapi kandungan
fosfor dan belerang masih tetap agak tinggi karena dalam prosesnya
kedua unsur tersebut tidak terbakar sama sekali. Hasil dari
konvertor Bessemer disebut baja Bessemer yang banyak digunakan
untuk bahan konstruksi. Proses Bessemer juga disebut proses asam
karena muatannya bersifat asam dan batu tahan apinya juga bersifat
asam. Apabila digunakan muatan yang bersifat basa lapisan batu itu
akan rusak akibat reaksi penggaraman

b. Proses Thomas ( basa ) untuk besi kasar dengan kadar fosfor yang
tinggi.
Lapisan dinding bagian dalam terbuat dari batu tahan api bisa
atau dolomit [ kalsium karbonat dan magnesium (CaCO 3 +
MgCO 3)], besi yang diolah besi kasar putih yang mengandung P
antara 1,7 – 2 %, Mn 1 – 2 % dan Si 0,6-0,8 %. Setelah unsur Mn
dan Si terbakar, P membentuk oksida phospor (P2O 5), untuk
mengeluarkan besi cair ditambahkan zat kapur (CaO),
3 CaO + P2O5 Ca3(PO4)2 (terak cair)

Konvertor Thomas juga disebut konvertor basa dan prosesnya


adalah proses basa, sebab batu tahan apinya bersifat basa serta
digunakan untuk mengolah besi kasar yang bersifat basa. Muatan
konvertor Thomas adalah besi kasar putih yang banyak
mengandung fosfor.

Proses pembakaran sama dengan proses pada konvertor


Bessemer, hanya saja pada proses Thomas fosfor terbakar setelah
zat arangnya terbakar. Pengaliran udara tidak terus-menerus
dilakukan karena besinya sendiri akan terbakar.

Pencegahan pembakaran itu dilakukan dengan menganggap


selesai prosesnya walaupun kandungan fosfor masih tetap tinggi.
Guna mengikat fosfor yang terbentuk pada proses ini maka diberi
bahan tambahan batu kapur agar menjadi terak. Terak yang bersifat
basa ini dapat dimanfaatkan menjadi pupuk buatan yang dikenal
dengan nama pupuk fosfat. Hasil proses yang keluar dari konvertor
Thomas disebut baja Thomas yang biasa digunakan sebagai bahan
konstruksi dan pelat ketel.

Proses Thomas disebut juga “Basic Bessemer Process” yaitu


proses Bessemer dalam keadaan basa. Proses ini memakai
Converter yang di bagian dalamnya dilapisi bahan tahan api
(refractory) bersifat basa seperti dolomite (Mg CO3 CaCO3).

Pertama-tama converter diisi dengan batu kapur, kemudian besi


mentah (pig iron) cair yang mengandung unsur phosfor (P) : 1,6 -
2% ; dan sedikit Si dan S (0,6% Si, 0,07 % S).
Pada periode I (Slag forming period = Silicon blow) yaitu pada
saat penghembusan, unsur Fe, Si, Mn akan teroksider dan
terbentuklah terak basa (basic slag). Dengan adanya batu kapur,
akan terjadi kenaikan temperatur, tetapi unsur phosfor (P) yang
terkandung dalam besi mentah belum dapat dipisahkan dari Fe.

Pada periode ke II (The brilliant flame blow = Carbon blow)


yang ditandai dengan adanya penurunan temperatur, dimana Carbon
(C) akan terbakar, berarti kadar C menurun. Jika kadar C tinggal 0,1
- 0,2%, maka temperatur akan turun menjadi 1400 - 1420oC.

Setelah temperatur turun menjadi 1400oC, mulailah periode ke


III (Reddish Smoke Periode) yaitu terjadinya oksidasi dari Fe
secara intensif dan terbentuklah terak dengan reaksi :

Peristiwa ini berlangsung + 3 - 5 menit, dan selanjutnya


terbentuklah terak Phospor [CaO)4.P2O5] yang diikuti kenaikan
temperatur yang mendadak menjadi 1600oC. Setelah periode ke III
ini berakhir, hembusan udara panas dihentikan dan converter
dimiringkan untuk mengeluarkan terak yang mengapung di atas
besi cair.

Kemudian diberi doxiders/deoxidising agents misalnya Ferro


Monggan, Ferro Silicon atau Aluminium untuk menghilangkan
Oksigen (O2) serta memberikan kadar Mn dan Si supaya diperoleh
sifat-sifat tertentu dari baja yang dihasilkan. Terak yang dihasilkan
mengandung + 22 % P2O5 merupakan hasil ikatan yang diperoleh
dan dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Baja yang dihasilkan
digunakan sebagai bahan dalam proses pengecoran seperti
pembuatan baja tuang atau baja profil (steel section) seperti baja
siku, baja profil I, C.

2. Proses Siemens Martin


Proses lain untuk membuat baja dari bahan besi kasar adalah
menggunakan dapur Siemens Martin yang sering disebut proses Martin.
Dapur ini terdiri atas satu tungku untuk bahan yang dicairkan dan biasanya
menggunakan empat ruangan sebagai pemanas gas dan udara. Pada proses ini
digunakan muatan besi bekas yang dicampur dengan besi kasar sehingga
dapat menghasilkan baja dengan kualitas yang lebih baik jika dibandingkan
dengan baja Bessemer maupun Thomas.

Gas yang akan dibakar dengan udara untuk pembakaran dialirkan ke


dalam ruangan-ruangan melalui batu tahan api yang sudah dipanaskan dengan
temperatur 600 sampai 900 derajat celcius. dengan demikian nyala apinya
mempunyai suhu yang tinggi, kira-kira 1800 derajat celcius. gas pembakaran
yang bergerak ke luar masih memberikan panas kedalam ruang yang kedua,
dengan menggunakan keran pengatur maka gas panas dan udara pembakaran
masuk ke dalam ruangan tersebut secara bergantian dipanaskan dan
didinginkan. Bahan bakar yang digunakan adalah gas dapur tinggi, minyak
yang digaskan (stookolie) dan juga gas generator.

Pada pembakaran zat arang terjadi gas CO dan CO2 yang naik ke atas dan
mengakibatkan cairannya bergolak, dengan demikian akan terjadi hubungann
yang erat antara api dengan bahan muatan yang dimasukkan ke dapur tinggi.
Bahan tambahan akan bersenyawa dengan zat asam membentuk terak yang
menutup cairan tersebut sehingga melindungi cairan itu dari oksida lebih
lanjut. Setelah proses berjalan selama 6 jam, terak dikeluarkan dengan
memiringkan dapur tersebut dan kemudian baja cair dapat dicerat. Hasil akhir
dari proses Martin disebut baja Martin. Baja ini bermutu baik karena
komposisinya dapat diatur dan ditentukan dengan teliti pada proses yang
berlangsung agak lama. Lapisan dapur pada proses Martin dapat bersifat asam
atau basa tergantung dari besi kasarnya mengandung fosfor sedikit atau
banyak.

Proses Martin asam teradi apabila mengolah besi kasar yang bersifat asam
atau mengandung fosfor rendah dan sebaliknya dikatakan proses Martin basa
apabila muatannya bersifat basa dan mengandung fosfor yang tinggi.
Keuntungan dari proses Martin dibanding proses Bessemer dan Thomas
adalah sebagai berikut :

a. Proses lebih lama sehingga dapat menghasilkan susunan yang lebih


baik dengan jalan percobaan-percobaan.

b. Unsur-unsur yang tidak dikehendaki dan kotoran-kotoran dapat


dihindarkan atau dibersihkan.

c. Penambahan besi bekas dan bahan tambahan lainnya pada akhir


proses menyebabkan susunannya dapat diatur sebaik-baiknya.
Selain keuntungan di atas dan karena udara pembakaran mengalir di
atas cairan maka hasil akhir akan sedikit mengandung zat asam dan
zat lemas.

Proses Martin basa biasanya masih mengandung beberapa kotoran


seperti zat asam, belerang, fosfor dan sebagainya. Sedangkan pada proses
Martin asam kadar kotoran-kotoran tersebut lebih kecil.

Proses ini menggunakan sistem regenerator (± 3000 0 C.) fungsi dari


regenerator adalah :

a. memanaskan gas dan udara atau menambah temperatur dapur


b. sebagai Fundamen/ landasan dapur
c. menghemat pemakaian tempat
Bisa digunakan baik besi kelabu maupun putih,
· Besi kelabu dinding dalamnya dilapisi batu silika (SiO2),

· besi putih dilapisi dengan batu dolomit (40 % MgCO3 + 60 % CaCO3)

3. Proses Basic Oxygen Furnace

· logam cair dimasukkan ke ruang baker (dimiringkan lalu ditegakkan)


· Oksigen (± 1000) ditiupkan lewat Oxygen Lance ke ruang _elat dengan
kecepatan tinggi. (55 m 3 (99,5 %O2) tiap satu ton muatan) dengan tekanan
1400 kN/m2.
· ditambahkan bubuk kapur (CaO) untuk menurunkan kadar P dan S.

Proses ini menempati 70% proses produksi baja di Amerika Serikat.


Merupakan modifikasi dari proses Bessemer. Proses BOF memakai oksigen murni
sebagai ganti uap air. Bejana BOF biasanya berdiameter dalam 5m mampu
memproses 35 – 200 ton dalam satu pemanasan. Peleburan Baja Dengan BOF ini
juga termasuk proses yang paling baru dalam industri pembuatan baja. Konstruksi
tungku BOF relative sederhana, bagian luarnya dibuat dari pelat baja sedangkan
dinding bagian dalamnya dibuat dari bata tahan api (firebrick).
Proses tanur oksigen basa ( Basix Oxygen Furnace, BOF) menggunakan besi
kasar cair (65 – 85%) yang dihasilkan oleh tanur tinggi sebagai bahan dasar utama
dicampur dengan besi bekas (skrap baja) sebanyak (15 – 35%), batu kapur dan
gas oksigen (kemurnian 99,5%). Panas ditimbulkan oleh reaksi dengan oksigen.
Gagasan ini dicetuskan oleh Bessemer sekitar tahun 1800.
Besi bekas sebanyak ± 30% dimasukkan kedalam bejana yang dilapisi
batu tahan api basa. Logam panas dituangkan kedalam bejana tersebut.
Suatu pipa aliran oksigen yang didinginkan dengan air dimasukkan kedalam
bejana 1 sampai 3 m diatas permukaan logam cair. Gas oksigen akan mengikat
karbon dari besi kasar berangsur – angsur turun sampai mencapai tingkat baja
yang dibuat. Proses oksidasi berlangsung terjadi panas yang tinggi sehingga
dapat menaikkan temperatur logam cair sampai diatas 1650 C. Pada saat
oksidasi berlangsung ke dalam tungku ditambahkan batu kapur. Batu kapur
tersebut kemudian mencair dan bercampur dengan bahan – bahan impuritas
(termasuk bahan – bahan yang teroksidasi) membentuk terak yang terapung
diatas baja cair. Bila proses oksidasi selesai maka aliran oksigen dihentikan
dan pipa pengalir oksigen diangkat / dikeluarkan dari tungku. Tungku BOF
kemudian dimiringkan dan benda uji dari baja cair diambil untuk dilakukan
analisa komposisi kimia. Bila komposisi kimia telah tercapai maka dilakukan
penuangan (tapping). Penuangan tersebut dilakukan ketika temperature baja
cair sekitar 1650 C. Penuangan dilakukan dengan memiringkan perlahan –
lahan sehingga cairan baja akan tertuang masuk kedalam ladel. Di dalam ladel
biasanya dilakukan skimming untuk membersihkan terak dari permukaan baja
cair dan proses perlakuan logam cair (metal treatment). Metal treatment
tersebut terdiri dari proses pengurangan impuritas dan penambahan elemen –
elemen pemadu atau lainnya dengan maksud untuk memperbaiki kualitas baja
cair sebelum dituang ke dalam cetakan. Jenis Baja yang dihasilkan oleh proses
ini adalah Baja karbon & Baja paduan 0,1 % < c < 2,0 %
Kelebihan proses BOF dibandingkan proses pembuatan baja lainnya :
 Dari segi waktu peleburannya yang relatif singkat yaitu hanya berkisar
sekitar 60 menit untuk setiap proses peleburan.
 Tidak perlu tuyer dibagian bawah.
 Phosphor dan Sulfur dapat terusir dulu daripada karbon.
 Biaya operasi murah.

4. Proses Dapur Listrik

Dapur listrik digunakan untuk pembuatan baja yang tahan terhadap suhu
tinggi. Dapur ini mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut,

a. Jumlah panas yang diperlukan dapat dapat diatur sebaik-baiknya.

b. Pengaruh zat asam praktis tidak ada.

c. Susunan besi tidak dipengaruhi oleh aliran listrik.

Sedangkan kekurangannya adalah harga listrik yang mahal. Dapur listrik


dibagi menjadi dua kelompok yaitu dapur listrik busur cahaya dan dapur
listrik induksi.

a. Dapur Busur Cahaya

Dapur ini berdasarkan prinsip panas yang memancar dari busur


api, dapur ini juga dikenal dengan sebutan dapur busur nyala api.
Dapur ini merupakan suatu tungku yang bagian atasnya
digantungkan dua batang arang sebagai elektroda pada arus bolak-
balik atau dengan tiga buah elektroda arang yang dialirkan arus
putar. Misalnya pada dapur Stassano busur api terjadi antara tiga
ujung elektroda arang yang berada di atas baja yang dilebur melalui
ujung elektroda itu dengan arus putar. Pada dapur Girod, arus bolak
balik mengalir melalui satu elektroda yang membentuk busur api di
antara kutub dan baja cair selanjutnya dikeluarkan melalui enam
buah elektroda baja yang didinginkan dengan air ke dasar tungku.
Pada dapur Heroult menggunakan dua elektroda arang dengan arus
bolakbalik dan dapat juga menggunakan tiga buah elektroda pada
arus putar. Arus listrik membentuk busur nyala dari elektroda kepada
cairan dan kembali dari cairan ke elektroda lainnya.

b. Dapur Induksi

Dapur induksi dapat dibedakan atas dapur induksi frekuensi


rendah dan dapur induksi frekuensi tinggi. Pada dapur induksi
dibangkitkan suatu arus induksi dalam cairan baja sehingga
menimbulkan panas dalam cairan baja itu sendiri sedangkan dinding
dapurnya hanya menerima pengaruh listrik yang kecil saja.

 Dapur induksi frekuensi rendah, bekerja menurut prinsip


transformator. Dapur ini berupa saluran keliling teras
dari baja yang beserta isinya dipandang sebagai
gulungan sekunder transformator yang dihubungkan
singkat, akibat hubungan singkat tersebut di dalam dapur
mengalir suatu aliran listrik yang besar dan
membangkitkan panas yang tinggi. Akibatnya isi dapur
mencair dan campuran-campuran tambahan
dioksidasikan.
 Dapur induksi frekuensi tinggi, dapur ini terdiri atas
suatu kuali yang diberi kumparan besar di sekelilingnya.
Apabila dalam kumparan dialirkan arus bolak-balik
maka terjadilah arus putar didalam isi dapur. Arus ini
merupakan aliran listrik hubungan singkat dan panas
yang dibangkitkan sangat tinggi sehingga mencairkan isi
dapur dan campuran tambahan yang lain serta
mengkoksidasikannya. Hasil akhir dari dapur listrik
disebut baja elektro yang bermutu sangat baik untuk
digunakan sebagai alat perkakas misalnya pahat, alat
tumbuk dan lain-lainnya.

5. Proses Dapur Kopel

Mengolah besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau besi
tuang. Prosesnya adalah sebagai berikut :
· pemanasan pendahuluan agar bebas dari uap cair.
· Bahan bakar(arang kayu dan kokas) dinyalakan selama ± 15 jam.
· kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah hingga kokas
mencapai 700 – 800 mm dari dasar tungku.
· besi kasar dan baja bekas kira-kira 10 – 15 % ton/jam dimasukkan.
· 15 menit baja cair dikeluarkan dari lubang pengeluaran.
Untuk membentuk terak dan menurunkan kadar P dan S ditambahkan batu
kapur (CaCO3) dan akan terurai menjadi:

CaCO3 CaO CO2

CO2 akan bereaksi dengan karbon:

CO2 + C 2CO

Gas CO yang dikeluarkan melalui cerobong, panasnya dapat dimanfaatkan


untuk pembangkit mesin-mesin lain.

6. Proses Dapur Cawan


· Proses kerja dapur cawan dimulai dengan memasukkan baja bekas dan
besi kasar dalam cawan,
· kemudian dapur ditutup rapat.
· Kemudian dimasukkan gas-gas panas yang memanaskan sekeliling cawan
dan muatan dalam cawan akan mencair.
· Baja cair tersebut siap dituang untuk dijadikan baja-baja istimewa dengan
menambahkan unsur paduan yaitu: Kromium, Nikel, Mangan, dan
Aluminium

2.5 Penggunaan/Aplikasi
Stainless steel merupakan material primer yang digunakan dalam
industri dan konstruksi. Bentuk dari produk stainless steel ada berbagai
macam, antara lain cold rolled sheet, hot rolled plate, tabung, batang, kabel,
dan lain-lain.

Tabel 1.1 Bentuk Produk Stainless Steel dalam Dunia Industri (Leffler Bela)

Penggunaan dari stainless steel di dominasi sektor industri utama,


seperti produk-produk konsumen, peralatan untuk industri minyak dan gas,
industri proses kimia, dan industri makanan. Beberapa aplikasi dari stainless
steel dapat dilihat pada tabel berikut :
Gambar 1.2 Aplikasi Stainless Steel dalam Dunia Industri (Leffler Bella)

Contoh lain aplikasi dari stainless steel dalam bidang industri antara lain :

1. Industri Susu

Di industri susu, penggunaan komponen yang terbuat dari baja tahan karat
sangat dominan di segala proses produksi. Setelah susu dikirim dari
peternakan, alat pengiriman susu seperti jalur pipa digunakan untuk
menyalurkan susu ke tangki penyimpan dingin, umumnya menggunakan tipe
304. Di dalam tangki penyimpanan selalu menggunakan tipe 304, tapi dinding
luar (proses cladding) menggunakan tipe 430 ferritic grades. Untuk proses
pengumpulan susu dari peternakan, tangki baja tahan karat digunakan. Semua
komponen tersebut juga termasuk jalur pipa, sistem pendingin, pompa,
peralatan pembersih, dan lain-lain.Pada plant proses produksi susu, semua
komponen terbuat dari baja tahan karat seperti Tangki-tangki penyimpanan,
pasteurizing plate heat exchanger, perpipaan, pompa, sistem pembersih, dan
lain-lain. Tipe 304 umumnya digunakan dalam komponen-komponen tersebut,
namun kadang-kadang tipe 316 digunakan untuk heat exchanger plate untuk
mencegah resiko terhadap korosi retak tegang saat komponen dibersihkan
dengan larutan disinfektan.Komponen untuk pembuatan margarine juga dibuat
dari tipe 304, namun tipe 316 juga dipilih untuk komponen dalam proses
penggaraman keju karena cukup tahan terhadap korosi terhadap lingkungan
kloride (garam)

2. Industri air mineral, minuman berkarbonasi (Soda) dan jus buah

Baja tahan karat merupakan pilihan pertama dan utama dari komponen
di industri-industri ini. Peralatan yang umumnya digunakan yaitu proses
`collection dan treatment` air mineral dan juga minuman bersoda.
Berdasarkan tipe air dan suhu di industri minuman bersoda, tipe 304 dan tipe
316 digunakan.

Pada industri minuman jus buah, digunakan tipe 316 (rekomendasi


penulis) untuk mencegah kontaminasi besi (Fe) dan tembaga (Cu) yang akan
mengubah rasa dan menurunkan nilai vitamin.

3. Industri pengolahan buah dan sayuran

Umumnya secara umum, menggunakan komponen dari tipe 304 dari


semua proses produksi. Kecuali pada proses yang membutuhkan panas yang
cukup tinggi, tipe 316 pilihannya sebagai contoh pada produksi olahan tomat,
evaporators dibuat dari material tipe 316.

Kategori stainless steel saat ini yang paling banyak digunakan dalam
industri adalah stainless steel tipe Cr-Ni 18-8, EN 1.4301/1.4307, yang
memproduksi sekitar 50% dari total produksi stainless steel global. Kategori
selanjutnya yang banyak digunakan adalah Fe-Cr 1.4512 dan 1.4016, diikuti
oleh stainless steel kategori campuran antara Molybdenum dengan Cr-Ni-Mo
1.4401/1.4404. Ketiga jenis ini menghasilkan stainless steel sebesar 80% dari
produksi total sedangkan 20% sisanya adalah stainless steel dengan kategori
duplex dan martensitic.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stainless Steel sebagai salah satu baja paduan yang memiliki sifat tahan karat
yang tinggi, juga merupakan baja paduan dengan kadar karbon yang rendah. Dibagi
dalam 5 klasifikasi yaitu, Austenitic, Ferritic, Martensitic, Duplex dan Precipitation
Hardening Stainless Steel. Dengan tingkat kekerasan yang juga tinggi Stainless Steel
biasa dijadikan sebagai bahan dasar utama perabotan rumah tangga dan peralatan
serta perkakas, alat – alat pemotong dan bagian mesin.
DAFTAR PUSTAKA

Seitovirta, Mika. 2013. Handbook of Stainless Steel. Finland : Outokumpu


Indra, Febriana, dkk. 2008. Stainless Steel. Institut Pertanian Bogor :
Fakultas
Teknologi Pertanian
Affandi, Abdul. 2015. Makalah Baja I. https://www.academia.edu/5741925/
Makalah_baja_1 diakses pada Minggu 12 Desember 2015 pukul 19:39

Anda mungkin juga menyukai