Anda di halaman 1dari 2

Nama : Amelia Silvera

Kelas : 1B_D4 Gizi dan Dietetika


Absen : 03

Topik : Pro dan kontra tentang pelajaran agama diajarkan atau tidak di sekolah

Terkait adanya wacana pelajaran agama akan dihapuskan dari dunia pendidikan
memang membuat adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pasalnya, kita tahu bahwa
Pendidikan agama memiliki peranan penting dalam pembentukan akhlak dan moral generasi.
Secara konseptual-normatif, pendidikan agama Islam (PAI) yang terdapat pada lembaga-
lembaga Pendidikan umum dimaksudkan sebagai upaya dalam membangun dan menumbuhkan
sikap kebhinekaan berupa toleransi terhadap perbedaan etnik, budaya dan agama di kalangan
peserta didik. Meskipun sebenarnya hal ini bukan semata tanggung jawab pendidikan agama
Islam, namun pendidikan agama Islam memiliki peran yang signifikan dalam membangun dan
menanamkan sikap toleransi serta kesadaran menerima perbedaan etnik, budaya dan agama di
kalangan peserta didik.
Seperti klarifikasi Ardiyansyah Djafar yang menegaskan bahwa pelajaran agama di
sekolah menjadi pintu masuk ajaran radikalisme kepada anak-anak, ada benarnya.
Mengingat tidak ada satu pun yang bisa mengontrol apa yang diajarkan guru agama di
dalam ruang kelas. Apakah masih sesuai dengan buku pelajaran dan kurikulum pendidikan,
atau sudah berubah menjadi hasutan.
Memang, menghapuskan pelajaran agama di sekolah tidak serta-merta bisa
dilaksanakan, mengingat hal ini bisa memicu konflik di tengah kehidupan masyarakat
Indonesia. Karena, kebebasan beragama adalah hak konstitusional. Artinya, setiap warga
berhak menganut --dan mempelajari-- agamanya masing-masing. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal kiranya harus memfasilitasi hal tersebut. Sehingga jika pendidikan agama
"dihapus" dari kurikulum sekolah, bahkan dilarang --sebagaimana yang pernah diisukan-- maka
bertentangan dengan konstitusi.
Hal ini diperkuat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 12
ayat (1) huruf (a) yang menyebutkan bahwa anak didik berhak mendapatkan pendidikan agama
sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Upaya untuk
menghilangkan pendidikan agama dari kurikulum, baik konten maupun metodenya dalam
konteks ini menjadi sangat bias dan mentah.
Saya berharap, pemerintah beserta seluruh stakeholder dunia Pendidikan
mengevaluasi sejauh mana pengaruh pelajaran agama di sekolah terhadap perkembangan
karakter anak-anak bangsa. Jika memang pendidikan agama diperlukan, teruskan dengan
perbaikan segala kekurangannya, serta pengawasan yang ketat terhadap pihak guru dan
kegiatan ekstrakurikulernya.

Anda mungkin juga menyukai