Anda di halaman 1dari 8

11.

LAPORAN MENGIKUTI KEGIATAN WORKSHOP

Penyelarasan Kurikulum dan Penguatan Kerjasama dengan Industri dan


Dunia Kerja dalam Penyusunan Roadmap SMK Negeri 1 Tegalsari Menuju
SMK Pusat Keunggulan

OLEH

NAMA : MUJIONO,S.Pd

NIP : 19710416 200701 1 003

UNIT KERJA : SMK NEGERI 1 TEGALSARI

BANYUWANGI

JABATAN : GURU MUDA

(Catatan Bukti Fisik): Fotokopi Surat Tugas, Laporan Hasil Kegiatan, Fotokopi Sertifikat

1
LAPORAN MENGIKUTI KEGIATAN DIKLAT

“Penyelarasan Kurikulum dan Penguatan Kerjasama dengan Industri dan Dunia


Kerja dalam Penyusunan Roadmap SMK Negeri 1 Tegalsari Menuju SMK Pusat
Keunggulan

A. Pendahuluan

Sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI


No. 165/M/2021 tentang Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan bahwa
SMK Pusat Keunggulan melaksanakan kemitraan link and match secara menyeluruh sesuai
kesepakatan dengan dunia kerja. SMK Negeri 1 Tegalsari sebagai salah satu SMK yang
telah mendaftarkan diri sebagai SMK Pusat Keunggulan (PK) berkomitemn untuk
melaksanakan program SMK PK.

Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D.
mengatakan bahwa SMK PK perlu melaksanakan link and super macth yaitu 1) kurikulum
disusun bersama, 2) pembelajaran berbasis projek riil, 3) guru industri, 4) PKL di industri,
5) sertifikasi kompetensi, 6) update teknologi dan pelatihan bagi guru, 7) riset terapan
teaching factory, 8) komitem serapan, serta 9) keterlibatan dunia kerja dengan
penyelenggraan pendidikan.

Salah satu program link and super tersebut yaitu penyelarasan kurikulum bersama
IDUKA dan praktisi akademik. Penyelarasan kurikulum adalah upaya menyesuaikan
kurikulum SMK dengan tuntutan IDUKA yang meliputi kompetensi dan budaya kerja yang
berlaku di IDUKA. Tujuan Penyelarasan Kurikulum yaitu agar kurikulum SMK sesuai
tuntutan dan budaya kerja yang berlaku di IDUKA, sehingga lulusan SMK memiliki
kompetensi dan etos kerja yang sesuai dengan kebutuhan IDUKA. Kegiatan ini dilaksnakan
pada tanggal 6 – 9 Oktober 2021 di ruang Aula SMK Negeri 1 Tegalsari. Peserta diikuti
oleh 86 guru dan 8 IDUKA. Penyelarasan kurikulum dilaksanakan secara daring dan luring.

IDUKA yang terlibat penyelarasana kurikulum yaitu Balai Diklat Banyuwangi, Osing
Deles Banyuwangi, Yamaha, Santika Hotel, Surya Hotel, Roda Sakti Surya Megah,ICA,

2
KDB
Tindak lanjut kegiatan ini merupakan awal indikator bersama antara IDUKA dan
diharapkan dapat mewujudkan peran IDUKA dalam revitalisasi SMK yang finalnya adalah
lulusan SMK Negeri 1 Tegalsariterserap oleh IDUKA.

Semua manusia sedari kecil pasti mempunyai segudang cita-cita. Tetapi sayangnya
tidak ada seorang pun yang mengetahui akan menjadi apa dia di masa depan. Manusia
hanya mempunyai rencana, tetapi tetap Tuhan lah yang akan menentukan akhir dari sebuah
rencana.

Dunia pendidikan adalah jalan untuk memuluskan rencana manusia menuju


pencapaian cita-cita. Sekarang ini semua cita-cita mensyaratkan pendidikan sebagai batu
loncatannya. Tidak terkecuali untuk menjadi karyawan, wirausaha, petani ataupun pekerja
bengkel. Hampir sebagaian besar dari mereka pernah mengenyam pendidikan, minimal
pernah bersekolah setingkat sekolah dasar.“Pendidikan itu untuk merubah pola pikir” itulah
petuah dari dosen Saya. Dan “tingkat pendidikan akan menentukan cara mereka bekerja”
ujar atasan Saya memberikan pendapat lain. Jika di benturkan dengan permasalahan banyak
tenaga kerja yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, maka dengan
sendirinya permasalahan ini (terpecahkan) dengan pendapat kedua orang di atas.

Pendidikan itu tidak berorientasi langsung pada pekerjaan, karena manusia tidak
dapat memprediksi tepat, pekerjaan apa yang akan dia kerjakan di masa depan. Untuk itu
pendidikan berorientasi pada mengubah pola pikir manusia. Pola pikir manusia lah yang
akan mempersiapkan dirinya untuk siap bekerja di bidang manapun dan akan
mempengaruhi bagaimana cara mereka bekerja.

Jika mereka bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan, maka itu berarti
sebuah keuntungan. Sedangkan jika mereka bekerja tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikan, yang di butuhkan hanyalah penyesuaian-penyesuaian, karena pendidikan sedari
awal telah mempersiapkan mereka untuk siap di berbagai bidang pekerjaan. Untuk
kesuksesan dalam pekerjaan, itu kembali kepada usaha masing-masing individu.

Penyelarasan Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja

3
Meskipun pendidikan tidak berorientasi langsung pada pekerjaan, tetapi kebutuhan
akan penyelarasan antara dunia pendidikan dan dunia kerja dewasa ini menjadi sangat
penting. Fenomena urgennya penyelarasan ini tidak terlepas dari kesenjangan yang jauh
antara jumlah lulusan dengan jumlah kebutuhan dunia kerja (di istilahkan dengan dimensi
kuantitas), kesenjangan kompetensi lulusan dengan kompetensi yang di butuhkan dunia
kerja (dimensi kualitas), ketidak mampuan wilayah/daerah setempat menyerap lulusan
(dimensi lokasi), dan perubahan kondisi ekonomi baik lokal, nasional, global dan lead time
pendidikan (dimensi waktu).

Kesenjangan-kesenjangan ini akhirnya melahirkan tingkat penggangguran yang


masih tinggi di Indonesia. Tidak memenuhi kualifikasi pekerjaan, materi ajaran sekolah
yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, lowongan pekerjaan yang terbatas,
banyaknya pekerja yang diberhentikan dari pekerjaan (PHK) serta minimnya kemandirian
pencari kerja untuk berwirausaha adalah beberapa faktor klasik tingginya penggangguran
tersebut.

Penyelarasan dunia pendidikan dan dunia kerja diharapkan dapat menghasilkan


kualitas lulusan atau pencari kerja yang dapat memenuhi kualifikasi dan persyaratan yang
dibutuhkan dunia kerja atau dapat melakukan wirausaha secara mandiri. Tujuan akhir dari
penyelarasan ini adalah tercipta paradigma “The right man on the right place”, memperkaya
lapangan pekerjaan melalui wirausaha dan sekaligus memperkecil angka penggangguran.

Beberapa langkah yang harus di lakukan untuk membangun penyelarasan dunia pendidikan
dan dunia kerja itu adalah sebagai berikut :

Penyusunan Proyeksi Kebutuhan

Pekerjaan pertama yang harus di lakukan untuk menyelaraskan dunia pendidikan dan
dunia kerja adalah membangun data proyeksi kebutuhan antara kompetensi yang dibutuhkan
dunia kerja dengan prediksi jumlah lulusan pada setiap lokasi di Indonesia. Dengan sistem
proyeksi ini di harapkan terdapat data yang mumpuni untuk memberikan prediksi tentang
jurusan apa yang paling dibutuhkan oleh dunia kerja dalam 5 atau 10 tahun ke depan pada
suatu lokasi/daerah.

Kurikulum Berbasis Kompetensi sesuai Kebutuhan Dunia Kerja

4
Kurikulum, setuju atau tidak setuju tetap merupakan kata kunci dalam penyelarasan
dunia pendidikan dan dunia kerja. Di sini juga di perlukan adanya penetapan standar mutu
lulusan yang disesuaikan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia
kerja. Kecenderungan untuk merevisi kurikulum menjadi berbasis kompetensi sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha/pasar kerja telah lama di wacanakan oleh Pemerintah. Meskipun
implementasinya secara spesifik belum terlihat secara nyata. Perlu dukungan dari semua
pihak untuk mendorong percepatan revisi kurikulum tersebut. Tetapi perlu terus di ingatkan
bahwa sebagus apapun kurikulum, pada muaranya akan kembali kepada guru sebagai tokoh
sentral untuk menentukan metode yang tepat dalam pembelajarannya. Karena guru yang
menyampaikan langsung ke peserta didik. Kurikulum tidak bisa bicara, guru lah yang
berbicara.

Membangun Culture of Doing

Pekerjaan lanjutan untuk menyelaraskan dunia pendidikan dan dunia kerja adalah
mengatur keseimbangan antara pembelajaran akademik dan pembelajaran keterampilan
untuk mendapatkan kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan ini berpengaruh pada link and
match dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Berpikir kritis, kreatif, membuat keputusan,
menyelesaikan masalah dan belajar dengan cepat adalah kompetensi yang diperlukan dunia
kerja dan harus dimiliki lulusan. Untuk itu pendidikan harus di fokuskan untuk melakukan
hal-hal yang berguna.

Untuk mendapatkan pendidikan yang berfokus pada hal-hal yang berguna, maka kita
perlu membangun culture of doing. Culture of doing merangsang peserta didik untuk
merubah pola pikir dari budaya “mengetahui” menjadi budaya “melakukan”. Hal ini karena
meskipun secara akademik, peserta didik menguasi materi pembelajaran, tetapi
mereka sering mengeluh merasa tidak ada hubungan antara apa yang mereka pelajari dengan
dunia nyata. Dengan terbentuknya culture of doing, maka pola pendidikan di Indonesia akan
menghasilkan peserta didik yang siap menghadapi tantangan dunia nyata sekaligus
beradaptasi langsung dengan dunia kerja.

Dalam culture of doing, peserta didik didorong untuk terlibat dengan dunia


nyata, menganalisis segala sesuatu yang terjadi dan menghubungkan dengan pembelajaran
yang telah mereka terima. Premis utama culture of doing adalah bahwa peserta didik harus
terlibat pembelajaran baik melaluipenekanan pada upaya kolaboratif, berbasis proyek tugas,

5
dan atau melalui fokus non-akademik. Langkah-langkah menuju pelaksanaan culture of
doing adalah dengan memulai dari kelas mereka sendiri, seperti memperkenalkan “tugas-
tugas yang bermakna dalam kehidupan sehari hari” ke dalam kelas. Sebagai contoh culture
of doing adalah dalam pelajaran ekonomi, peserta didik dapat mempelajari konsep jual beli
dengan langsung mempraktekannya di pasar dan berusaha mendapatkan laba/keuntungan.
Dan di setiap akhir pekan siswa dapat di ajak untuk mengunjungi sentra-sentra bisnis lokal.

Membangun Keterampilan Kewirausahaan berbasis Muatan Lokal

Penyelarasan dunia pendidikan dan dunia kerja harus mampu melatih lulusan untuk
dapat mandiri menjadi wirausaha yang membuka lapangan kerja bagi dirinya maupun orang
lain. Penyelarasan ini bersifat mendesak karena kenyataan di masyarakat menunjukkan
makin tinggi pendidikan seseorang, makin rendah kemandirian terutama untuk
berwirausaha. Pelatihan kewirausahaan merupakan langkah untuk membangun kemandirian
itu.

Kewirausahaan bukan hanya bakat bawaan sejak lahir atau bersifat praktek
lapangan. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang perlu dipelajari. Kemampuan
seseorang dalam berwirausaha, dapat dimatangkan melalui proses pendidikan dan
kewirausahaan dapat menciptakkan kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru dan
berbeda. Pelatihan kewirausahaan seyogyanya di arahkan kepada kewirausahaan yang
berbasis potensi daerah, untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengenal dan
mengembangkan potensi daerahnya masing-masing.

Potensi lokal yang dimiliki oleh setiap daerah tentu berbeda, baik dari kekayaan
alam, laut, atau hutan, yang secara keseluruhan memiliki keunggulan. Pelatihan
kewirausahaan berbasis muatan/potensi lokal bisa menjadi salah satu solusi untuk
mendorong pertumbuhan perekonomian nasional dan mengembalikan posisi Indonesia
sebagai negara agraris, maritim dan juga dapat menjadi bekal lulusan dalam menghadapi
dunia pasar bebas.

Membangun Kemitraan

Pola kemitraan antara dunia pendidikan dengan pemangku kepentingan (stakeholder)


dan dunia usaha/kerja perlu terus di bangun. Untuk itu perlu dukungan pemerintah dan

6
perusahaan untuk memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk belajar secara
langsung di dunia kerja dengan sistem magang/prakerin/praktek kerja lapangan (PKL) untuk
membuat mereka siap memasuki dunia kerja.

Dalam membangun kemitraan ini, tidak ada kendali berarti dengan sekolah-sekolah
kejuruan, tetapi sulit di terapkan pada sekolah-sekolah negeri. Sekolah – sekolah negeri
tidak mempunyai kultur pemagangan peserta didik. Karena sekolah-sekolah negeri
berorientasi pada pelanjutan studi lebih lanjut bagi peserta didik dan bukan mempersiapkan
peserta didik siap kerja. Ini mungkin tidak terlepas dari kelemahan mendasar dalam
kemitraan yaitu waktu. Banyak guru takut ketinggalan jadwal pelajaran bila harus
membangun kemitraan dalam hal sistem magang. Tetapi permasalahan ini dapat teratasi
apabila kita berpandangan bahwa ketinggalan pelajaran tidak jadi masalah asalkan peserta
didik dapat menyerap ilmu dari luar sekaligus dapat menerapkan pelajaran mereka secara
nyata.

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kegaiatan Workshop Penyelarasan Kurikulum dan Penguatan Kerjasama
dengan Industri dan Dunia Kerja dalam Penyusunan Roadmap SMK Negeri 1
Tegalsari Menuju SMK Pusat Keunggulan diselenggarakann di SMK Negeri 1 Tegasari
Banyuwangi pada tanggal 6 – 9 Oktober 2021

C. Struktur Materi dalam Kegiatan “Workshop Penyelarasan Kurikulum dan


Penguatan Kerjasama dengan Industri dan Dunia Kerja dalam Penyusunan
Roadmap SMK Negeri 1 Tegalsari Menuju SMK Pusat Keunggulan”

NO MATERI JP
A UMUM
1 Kebijakan Program Merdeka Belajar oleh Kemendikbud 2
B POKOK
1 Incubator Enterprener 2
2 Kebijakan Program SMK Pusat Keunggulan 2
3 Kebijakan Program Link @ Spermatch SMK dengan IDUKA 2
4 Ketenagakerjaan 2
5 Balai Latihan Kerja 2

7
C PENUNJANG
1 Sinkronisasi Kebutuhan IDUKA terhadap lulusan SMK pada 1
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia(PHRI)
2 Sinkronisasi Kebutuhan IDUKA terhadap lulusan SMK pada PT Roda 1
Sakti Surya Megah
3 Sinkronisasi Kebutuhan IDUKA terhadap lulusan SMK pada ICA 1
4 Sinkronisasi Kebutuhan IDUKA terhadap lulusan SMK pada KDB 1
D ON JOB LEARNING
1 Praktik Penyusunan Penyelarasan Kurikulum SMK dengan Kebutuhan 8
IDUKA
2 Presentasi hasil Penyusunan Penyelarasan Kurikulum SMK dengan 8
Kebutuhan IDUKA
Jumlah 32 Jam

Penutup
Dunia pendidikan yang hanya berorientasi pada penyelenggaraan pengajaran
(teaching) dan riset menyebabkan tingkat pengganguran di Indonesia kian meninggi. Semua
ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan yang dilakukan selama ini adalah sangat tidak
efisien. Peserta didik belajar banyak hal dalam pelajaran tetapi kemudian melupakan hal-hal
tersebut karena sedikitnya korelasi dengan apa yang mereka kerjakan.

Untuk itu sudah saatnya sistem pendidikan negeri ini mengubah paradigma dan
orientasi yang mengarah pada upaya persiapan para lulusannya dalam memasuki dunia
kerja. Jika kita ingin benar-benar melakukan inovasi untuk keluar dari krisis ini, kita harus
meyakinkan diri bahwa peserta didik bisa melakukan sesuatu dengan pendidikan yang
mereka terima. (Dari pelbagai sumber)

Anda mungkin juga menyukai