Anda di halaman 1dari 2

Teknologi Analisis Protein dan DNA Secara

Dry Lab dan Wet Lab


Protein merupakan penyusun utama sel organisme. Protein merupakan kumpulan asam amino
yang saling berpolimerisasi. Setelah terjadi polimerisasi, modifikasi seperti ikatan peptida,
interaksi hidrofobik, ikatan sulfida dan pembentukan kantung terbentuk. Oleh karena itu,
setiap organisme memiliki proteinnya masing- masing. Protein berperan bukan hanya secara
struktural sel, namun juga sebagai katalis (enzim), pertahanan (immunoglobulin), transpor
(hemoglobin- mioglobin) dan signaling dalam maupun antar sel.

DNA merupakan kepanjangan dari Deoxyribonucleic Acid. Asam ini merupakan informasi
genetik utama pada organisme. DNA terdapat dalam inti sel maupun luar inti (plasmid,
mitokondria dan kloroplas). DNA tersusun atas fosfat, gula deoxiribosa dan basa nitrogen.
Setiap organisme memiliki perbedaan urutan basa nitrogen. Oleh karena itu urutan DNA nya
berbeda.

Berdasarkan perbedaan struktur protein dan DNA, maka kekerabatan antar organisme dapat
ditentukan. Penentuan ini menghasilkan pohon filogenetik. Selain itu, protein dan DNA dapat
dianalisis untuk menentukan sifat- sifat yang diperoleh secara keturunan. Dengan
menganalisis protein dan DNA kita dapat memperoleh informasi regulasi metabolisme suatu
organisme meskipun kita tidak memperoleh organisme tersebut secara utuh. Analisis ini
dapat berlangsung secara Wet Lab (Lab Basah) dan Dry Lab (Lab kering).

Secara wet lab, DNA dan protein dianalisis dengan perlakuan reagen kimiawi. Beberapa
contoh analisis DNA secara wet lab adalah PCR (Polymerase Chain Reaction), DNA
sequencing dan Electrophoresis Agarose. Reaksi PCR merupakan reaksi penggandaan DNA
dengan panas. DNA sequencing merupakan pengurutan DNA. Agarose Electrophoresis
merupakan analisis molekul DNA dengan berat. Dengan berbagai berat dan muatan, molekul
DNA akan bergerak ke posisinya masing- masing dalam gel. Ketiga teknik ini berguna untuk
mengetahui keturunan, penyakit genetis, bakteri dan virus pencemar dalam makanan,
pemeriksaan klinis, pemalsuan bahan makanan (beras basmati atau?), dan kekerabatan hewan
liar.

Analisis protein secara wet lab dapat dilakukan dengan cara Protein sequencing, Mass
Spectro, Polyacrilamide Electrophoresis. Ketiga teknik ini masing- masing dapat
mengurutkan, melihat struktur dan berat protein. Ketiga teknik ini berguna untuk analisis
enzim pangan yang bakterinya masih sulit diisolasi. Teknik- teknik ini sangat berguna untuk
diterapkan di Indonesia, karena bakteri sumber air panas sangat berpotensi dalam enzim
pangan. Selain itu, ketiga teknik ini digunakan untuk juga meneliti penyakit genetis pada
manusia. Contohnya, anemia sel sabit, mutasi pada parasit dan kekurangan enzim.

Secara dry lab, baik analisis DNA dan Protein tidak menggunakan sampel. Analisis dry lab
hanya menggunakan software bioinformatika. Software bioinformatika terhubung dengan
database Protein dan DNA di internet. Setiap protein dan DNA tersebut memiliki kode dan
profilnya. Oleh karena itu, kita bisa melakukan analisis prediksi sebelum melakukan
eksperimen pada sampel. Contohnya, protein dan DNA harus diprediksi sebelum pembuatan
vaksin.
Semua teknik ini sangat berguna untuk menjaga kelestarian biodiversitas Indonesia. Selain
itu, pengawasan penyakit endemis lebih dipermudah. Dalam bidang pangan, mikroba
pencemar mudah dideteksi dan diprediksi efek penyakitnya

Anda mungkin juga menyukai