Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENERAPAN

METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING MODEL TEAM


GAME TOURNAMENT (TGT) PADA MATA PELAJARAN DASAR
KOMPONEN KOMPUTER JARINGAN PADA SISWA KELAS X SMK
NEGERI 1 GORONTALO

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

FEBRIYANTO L. HASAN (532421066)


MOH. FAUZI YUSUF (532421068)
CRISNALDI D TAMPILANG (532421077)

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga

kami dapat menyelesaikan Laporan tentang “penerapan metode pembelajaran cooperative learning
model team game tournament(tgt) pada mata pelajaran dasar komponen komputer jaringan pada
siswa kelas X SMK Negeri 1 Gorontalo” ini.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga laporan tentang
“penerapan metode pembelajaran cooperative learning model team game tournament (TGT) pada
mata pelajaran dasar komponen komputer jaringan pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Gorontalo”
dapat bermanfaatnya terhadap pembaca.

Gorontalo 27 November 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................................................

B. Indentifikasi Masalah........................................................................................................

C. Batasan Masalah................................................................................................................

D. Rumusan Masalah.............................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................................

A. Kajian Teori.......................................................................................................................

B. Pengertian Model Pembelajaran......................................................................................

C. Model Pembelajaran Yang Diangkat..............................................................................

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................................

A. Deskripsi Lokasi................................................................................................................

B. Subyek Penelitian...............................................................................................................

C. Observasi............................................................................................................................

D. Metode Pengumpulan Data..............................................................................................

E. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT...............

F. Hasil Penerapan TGT........................................................................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................

A. Kesimpulan........................................................................................................................

B. Saran...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................

LAMPIRAN............................................................................................................................

iii
BAB I

PENDHULUAN

A. Latar Belakang
Model pembelajaran TGT adalah kegiatan pembelajaran yang melibatkan belajar kelompok
secara heterogen baik dari latar maupun prestasi akademik dan menempuh permainan (games) serta
turnamen atau kompetisi tersistematis yang akan memberikan skor, klasemen, dan juara bagi
individu atau kelompok yang berhasil mendapatkan skor terbaik untuk menumbuhkan rasa senang
dan motivasi dalam belajar. Pengertian di atas diperkuat oleh pernyataan Slavin (2015, hlm. 163)
yang mengemukakan bahwa TGT adalah pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen
akademik, kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil
tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.
Model pembelajaran TGT atau team games tournament yang berarti turnamen permainan tim
adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards dan
merupakan metode pembelajaran pertama yang dicetuskan dari universitas Johns Hopkins (Huda,
2015, hlm. 117).

B. Identifikasi Masalah
1. Guru cenderung menggunakan metode konvesional dengan ceramah sehingga
menimbulkan siswa kurang aktif dan tidak kreatif.
2. Kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
3. Model pemebelajaran Team Game Tournament (TGT) belum banyak digunakan
oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasakan batasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah penerapan metode pembelajaran TGT pada mata
pelajaran teknik komputer jaringan?
2. Apakah ada hambatan siswa dalam pelaksanaan Team Game Tournamnet (TGT)?
3. Apakah penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning model Team Work
Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran teknik komputer
jaringan pada siswa kelas X Smk N 1 Gorontalo?
1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Teori belajar dan teori pembelajaran
Istilah teori belajar dan teori pembelajaran merupakan suatu istilah yang
memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain
dalam proses pembelajaran. Pemahaman mengenai teori belajar dan teori
pembelajaran sebagai landasan dalam pengembangan media pembelajaran
pengelasan busur manual berbasis komputer pada materi pengelasan pipa
merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Hal tersebut berkaitan dengan
kajian tentang aspek bagaimana peserta didik dalam menerima pelajaran dan
bagaimana cara pelajaran tersebut bisa disampaikan kepada peserta didik.
a) Teori belajar
Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman
dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif
permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Muhibbinsyah
(dalam Sugihartono dkk, 2007: 78) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar menjadi 3 macam, yaitu: (1) faktor internal, yang meliputi keadaan jasmani
dan rohani siswa; (2) faktor eksternal yang merupakan kondisi lingkungan disekitar
siswa; dan (3) faktor pendekatan belajar yang merupakan jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran.
Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang
ada. Hal tersebut dikarenakan apabila tujuan belajar berbeda, maka dengan
sendirinya cara belajar juga harus berbeda. Menurut Oemar Hamalik (2001: 32-33),
faktor-faktor belajar tersebut adalah :
1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan. Siswa yang belajar melakukan
banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar,
merasakan, berfikir, kegiatan motoris dan sebagainya diperlukan untuk

2
memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan dan minat. Apa yang telah
dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara terus
menerus di bawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar
lebih mantap.
2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan : relearning, recalling dan
reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan
pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.
3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa
berhasil dan mendapatkan kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalam
suasana yang menyenangkan
4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam
belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar
lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustasi.
5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman
belajar antara yang lama dengan yang baru secara berurutan diasosiasikan,
sehingga menjadi kesatuan pengalaman.
6) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertianpengertian yang
telah dimiliki oleh siswa besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman
dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman
baru dan pengertian-pengertian baru.
7) Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan
kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat
hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan dan tugas-tugas
perkembangan.
8) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar
lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat itu timbul apabila murid
tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa
sesuatu akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun demikian,
minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.

3
9) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh
dalam proses belajar. Karena itu faktor fisiologis sangat menentukan berhasil
atau tidaknya murid belajar.
10) Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan
belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih
mudah mengingat-ingatnya
b) Teori Pembelajar
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana
atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Pembahasan mengenai
pembelajaran lebih menekankan pada guru dengan segala proses yang menyertai
untuk melakukan perubahan perilaku terhadap peserta didik. Pembelajaran menurut
Nasution (dalam Sugihartono dkk, 2007: 80) merupakan suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan dalam proses
pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Salah satu metode
pembelajaran yang melandasi pengembangan media pembelajaran pengelasan
berbasis komputer pada materi pengelasan pipa SMAW ini adalah metode
demonstrasi. Menurut Sugihartono dkk (2007: 81-84) terdapat banyak sekali
metode dalam pembelajaran, yang antara lain adalah:
1) Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode penyampaian materi dari guru
kepada siswa dengan cara guru menyampaikan materi melalui bahasa lisan
verbal maupun nonverbal.
2) Metode Latihan
Metode latihan merupakan metode penyampaian materi melalui upaya
penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu.
3) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab merupakan cara penyajian materi pelajaran
melalui bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik.
4) Metode Karyawisata

4
Metode karyawisata merupakan metode penyampaian materi dengan
cara membawa langsung peserta didik langsung ke objek di luar kelas atau
di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami
secara langsung.
5) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan cara
memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkaitan
dengan bahan pelajaran.
6) Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama merupakan metode pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan memainkan
peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan sosial.
7) Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian
masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan masalah secara
kelompok
8) Metode Ekperimen
Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk
pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses atau
percobaan.
9) Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Metode pemberian tugas dan resitasi merupakan metode pembelajaran
melalui pemberian tugas kepada siswa.
10) Metode Ekperimen
Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran dalam bentuk
pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu proses atau
percobaan.

5
B. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai
masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya modelmodel pembelajaran yang dipandang
dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Model dirancang untuk mewakili realitas
sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011: 46).
Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai
masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya modelmodel pembelajaran yang dipandang
dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Model dirancang untuk mewakili realitas
sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011: 46).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan suatu kerangka yang digunakan dalam pembelajaranuntuk mencapai tujuan tertentu.
Model pembelajaran digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran
di kelompok.
C. Model Pembelajaran Yang Diangkat
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Agus Suprijono,
2011: 54). Berbeda dengan pendapat di atas model pembelajaran Cooperative Learning
merupakan suatu model pembelajaran membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan
sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara
bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi produktivitas dan
perolehan belajar (Etin Solihatin dan Raharjo, 2009: 5)
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainya dalam
mempelajari materi pembelajaran (Robert E. Slavin, 2011: 4). Belajar dalam kelompok kecil
dengan prinsip kooperatif berlangsung dalam interaksi saling percaya, terbuka, dan rileks di
antara anggota kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberi

6
masukan di antara siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta
keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif ini peran guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
proses pembelajaran kooperatif. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut:
a. Fasilitator
Guru harus memiliki sikap sebagai berikut: (1) mampu menciptakan suasana kelompok
yang nyaman dan menyenangkan, (2) mendorong siswa mengungkapkan gagasannya, (3)
menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka, (4)
membina siswa, (5) menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur
penyebaran dalam bertukar pendapat.
b. Mediator
Guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani materi pelajaran yang sedang
dibahas melalui pembelajaran kooperatif dengan permasalahan yang nyata ditemukan di
lapangan serta menyediakan sarana pembelajaran agar suasana belajar tidak monoton dan
membosankan.
c. Director-motivator
Guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi dan membantu
kelancaran diskusi. Guru berperan sebagai pemberi semangat pada siswa untuk aktif
berpartisipasi.
d. Evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung tidak
hanya pada hasil, namun lebih ditekankan pada proses pembelajaran. (Isjoni, 2011: 92-
93). Peranan guru sangat menentukan aktivitas siswa dalam belajar kooperatif.
Pengajaran kelompok kecil memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap siswa
serta terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan
siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, guru sebelumnya harus merancang pembelajaran
menurut model Cooperative Learning yang dipilih untuk

7
2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok, karena belajar
dalam model Cooperative Learning harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat
kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan
yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok. Dalam pembelajaran
kooperatif juga mempunyai karakteristik dasar yang membedakan pembelajaran kelompok dalam
pembelajaran koooperatif dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan dengan asal-asalan.
Hal ini terlihat ketika seorang guru melaksanakan prosedur model kooperatif dengan benar, maka
guru tersebut akan dapat mengelola kelompok lebih efektif. Agar mencapai hasil maksimal perlu
diterapkan karakteristik yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif. karakteristik kooperatif
sebagai berikut kelompok dibagi atas kelompok-kelompok kecil, dengan anggota kelompok yang
terdiri dari beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan akademik bevariasi serta
memperhatikan jenis kelamin dan etnis, disini siswa tidak pandang bulu dengan siapa mereka
akan berkelompok, siswa belajar dalam kelompoknya dengan kerja sama untuk menguasai materi
pelajaran dengan saling membantu, setiap siswa mempunyai peran di dalam kelompok, tidak ada
orang yang menguasai yang bisa mengajari yang tidak bisa. Sistem penghargaan lebih
berorientasi kepada kelompok dari pada individu, jadi semua anggota akan merasakan
kebanggaan yang sama apabila kelompoknya lebih unggul dari pada kelompok yang lain (Nur
Asma, 2006: 22).
Belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa prespektif, prespektif motivasi,
prespektif sosial, prespektif perkembangan kognitif, dan prespektif elaborasi kognitif.
a. prespektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompo
memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Karena penghargaan
diberikan akan memotivasi siswa untuk dapat menyelesaikan masalah sehingga anggota
kelompok merasa senang apabila penghargaan tersebut diberikan untuk kelompoknya.
b. Prespektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu
dalam belajar karena mereka menginginkan semua angggota kelompok memperoleh
keberhasilan. Bekerja secara team dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh
kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana setiap anggota kelompok menginginkan
semuanya memperoleh keberhasilan

8
c. Prespektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antar anggota
kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.
d. Elaboratif kognitif artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba
informasi untuk menambah pengetahuan kognitif. Dalam satu team siswa akan saling
membantu dan saling memberi informasi sehingga pengetahuan anggota kelompok yang
belum tahu menjadi tahu dengan adanya interaksi antar anggota kelompok (Slavin, Abrani,
dan Chambers dalam Wina Sanjaya, 2010: 242-244).
Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Wina Sanjaya (2010: 242-244) dibagi
menjadi empat yaitu 1) pembelajaran secara team merupakan tempat untuk mencapai tujuan,
2) didasarkan pada manajemen kooperatif, 3) kemauan untuk bekerja sama, 4) ketrampilan
bekerja sama.
Berdasarkan penjelasan di atas oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
pembelajaran koopratif adalah tim atau kelompok yaitu pembelajaran yang membentuk siswa
menjadi beberapa kelompok, Komunikasi yaitu dalam pembelajaran kooperatif terjadi suatu
komunikasi antar anggota kelompok, dimana anggota kelompok yang belum mengerti akan
bisa bertanya kepada anggota kelompok yang tahu dalam satu kelompok. Kerjasama yaitu
memecahkan masalah dalam pembelajaran akan terasa mudah dan cepat apabila dikerjakan
secara bersama-sama oleh anggota kelompok. Aktif yaitu pembelajaran koopreatif bukan
hanya guru aktif dalam proses belajar mengajar tetapi siswa juga terlibat aktif dalam
pembelajaran karena adanya suatu kerja kelompok yang dilakukan.
3. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Berikut adalah beberapa tujuan dari pelaksanaan kegiatan belajar dengan model pembelajaran
kooperatif.

1. Menciptakan situasi di mana keberhasilan individu bergantung pada keberhasilan kelompok.


2. Menjadikan teman sebaya sebagai sumber belajar selain guru dan buku.
3. Menjadikan siswa yang lebih mampu sebagai narasumber bagi siswa yang kurang mampu,
yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. 
4. Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman–temannya yang mempunyai berbagai
perbedaan latar belajar. Perbedaan itu tersebut antara lain perbedaan suku, agama,
kemampuan akademik dan tingkat sosial. 
5. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti berbagi tugas, aktif bertanya,
mengemukakan pendapat dan lain sebagainya.

9
4. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Terdapat jenis-jenis model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran. Setiap model memiliki karakteristik masing-masing yang bisa disesuaikan dalam
pembelajaran atau situasi tertentu. Pemilihan model pembelajaran ini juga harus disesuaikan
dengan karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan.
a) Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif di mana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa secara heterogen. Pada pembelajaran
jigsaw ini terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk
siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan dan latar belakang yang beragam.
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda dan
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyampaikan tugas-tugas
yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada kelompok asal.

b) STAD (Student Team Achievement Division)


Student Team Achievement Division (STAD) adalah salah satu jenis kooperatif yang
menekankan adanya aktivitas serta interaksi antara siswa agar saling memotivasi dan membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

c) TGT (Team game Tournament)


Jenis model pembelajaran kooperatif TGT ini dilakukan dengan menempatkan siswa ke dalam
kelompok belajar dengan adanya permainan pada setiap meja turnamen. Permainan tersebut akan
menggunakan kartu berisi soal dan kunci jawabannya.

d) GI (Group Investigation)
Group Investigation (GI) adalah model pembelajaran kooperatif yang kompleks. Model
pembelajaran ini memadukan antara prinsip belajar kooperatif dan pembelajaran berbasis
konstruktivisme serta proses pembelajaran demokrasi. Model pembelajaran ini juga
mengharapkan agar siswa mampu terlibat aktif dari tahap awal sampai akhir pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif model ini menjadikan siswa mampu berfikir secara analitis, kritis,
kreatif, reflektif dan produktif.

10
e) NHT (Number Head Together)
Model pembelajaran kooperatife tipe NHT (kepala bernomor) merupakan pengembangan
dari model kooperatif tipe TGT. Ciri khususnya adalah pembelajaran kelompok melalui
penyelesaian tugas dengan saling membagi ide. Setiap kelompok harus memastikan bahwa
anggotanya memahami dan menguasai tugas, sehingga semua siswa memahami konsep
bersamaan.
f) TPS (Think Pair Share)
Tipe pembelajaran model ini dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981) dan
memungkinkan setiap anggota pasangan siswa mampu berkontemplasi terhadap sebuah
pertanyaan yang diajukan. Siswa bersama kelompoknya diminta untuk mendiskusikan apa
yang telah dipikirkan. Setelah diskusi selesai, selanjutnya guru mengumpulkan tanggapan atau
jawaban atas pertanyaan yang diajukan dari seluruh kelas.

11
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Smk Negeri 1 Gorontalo yang beralamatkan di Tapa, kec.Sipatana
Kabupaten Gorontalo. Sekolah ini biasa dikenal dengan sebutan (SMEA) merupakan salah satu
sekolah unggulan yang berada di daerah gorontalo. Sekolah ini menjadi salah satu sekolah yang
selalu melahirkan lulusan terbaik dengan prestasi yang baik di bidang akademik maupun non
akademik, hal ini menjadikan (SMEA) mendapatkan akreditasi B.
SMK Negeri 1 Gorontalo dipimpin oleh bapak Ruslan S Payu dengan jumlah guru
pengajarnya sebanyak 141 orang dengan jumlah murid sebanyak 2.220, laki-laki 982, dan Siswa
perempuan 1.238. sekolah ini memiliki 12 jurusan, 73 ruang kelas, 2 laboratorium, dan 1
perpustakaan.

B. Subyek Penelitian
Penentuan subyek penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan
subyek penelitian secara sengaja oleh peneliti didasarkan atas kriteria dan pertimbangan tertentu.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 3 SMK Negeri 1 Gorontalo dengan jumlah
33 siswa. Dalam penelitian ini yang dijadikan kriteria dan pertimbangan adalah nilai hasil belajar.

C. Observasi
observasi awal dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2022 yang bertujuan untuk mengetahui
kondisi umum sekolah dan permasalhan yang berkaitan dengan penelitian. Observasi dilakukan
dengan mengamati kondisi sekolah dan proses pembelajaran siswa kelas X TKJ. Observasi juga
dilakukan dengan cara mewawancarai guru mata pelajaran Teknik Komputer Jaringan yang
sekaligus merupakan wali kelas X.
1. Siswa kurang aktif ketika pembelajaran berlangsung, hal ini dibuktikan dengan kurangnya
respon siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru.

2. Siswa terlihat bosan, beberapa siswa hanya diam, berbicara sendiri dan sibuk melakukan
aktivitas di luar materi yang sedang dijelaskan.

12
Dari hasil observasi tersebut, tahap selanjutnya dilakukan pembahasan bersama guru mata
Teknik Komputer Jaringan melalui wawancara secara informal untuk mencari solusi permasalahan
yang muncul. Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan dengan guru, maka diperoleh
kesepakatan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Team Game
Tournament (TGT).
2. Standart kompetensi yang digunakan dalam kegiatan penerapan model pembelajaran TGT
yaitu dasar-dasar Teknik Jaringan Komputer dengan capaian pembelajaran yaitu siswa
mampu memahami jenis-jenis profesi kewirausahaan serta peluang usaha di bidang Teknik
Jaringan Komputer.

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan. Tugas
observer adalah mengambil objek yang diteliti dan mencatat setiap keadaan yang diamati.
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan.
2. Wawancara
Wanwancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara. Wawancara dilakukan terhadap salah satu guru kelas X TKJ
SMK Negeri 1 Gorontalo.wawancara ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan serta
hambatan dalam proses pembelajaran dan juga metode pembelajran yang sudah guru
terapkan selama proses pembelajran. Kemudian wawancara dilakukan juga pada salah satu
siswa setelah proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
3. Dokumentasi
dokumentasi adalah proses pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan
informasi di bidang pengetahuan; pemberian atau pengumpulan bukti dari keterangan seperti
gambar, kutipan, guntingan koran, dan bahan referensi lain.

13
E. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Langkah-langkah pembelajaran teams games tournament (TGT):
1. Guru menyiapkan: kartu soal, lembar kerja siswa, dan alat/bahan
2. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya lima/enam siswa).
3. Guru mengarahkan aturan permainannya.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

 siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat-lima orang yang merupakan
campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suka.

 Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

14
 Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis atau tugas, pada waktu pemeberian tugas ini
mereka dapat saling membantu satu sama lain untuk menguji kerja sama timnya. 

 Poin tiap anggota daidapat dari presentasi hasil diskusi kelompok, dimana dalam
presentasi diwakili oleh satu orang untuk mendapatkan skor tim.

 dan tim  yang mencapai poin tertinggi dapat diberi sertifikat atau (award) yang
lain. 

15
F. Hasil Penerapan TGT
Hasil yang didapatkan dalam penerapan model pembelajaran cooperative learning dengan
model team game tournament meningkat utamanya dalam mengarahkan siswa untuk bekerja sama
dalam kelompok pada kegiatan games. Hal ini menunjukkan model pembelajaran cooperative
learning dengan model (TGT) mampu mendapatkan hasil secara maksimal dan sesuai koompetensi
yang diharapkan. Pada saat menerapkan langkah-langkah TGT dengan baik, mulai dari penyajian,
membimbing belajar dalam kelompok, permainan, melaksanakan pertandingan dan pemberian
penghargaan, maka siswa dapat menyelesaikan dengan baik permasalahan dan soal yang diberikan.
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat. Tingginya aktivitas siswa dapat
menyebabkan meningkatnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi karena
adanya turnamen akademik dalam proses pembelajaran yang diberikan yang dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan. Dimana setiap anggota kelompok mewakili kelompoknya
untuk melakukan turnamen.
Aktivitas belajar melalui TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping
menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Meningkatnya hasil belajar siswa disebabkan pemberian game pada model TGT yang dapat
mempengaruhi pemahaman dan antusias siswa untuk memahami materi yang diberikan, sehingga
permainan tersebut sangat membantu siswa dalam memahami materi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kunandar (2012), bahwa yaitu keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian
dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas
tentang penerapan metode pembelajaran cooperative learning model Team Game
Tournament(TGT) pada mata pelajaran dasar-dasar program komputer jaringan pada siswa
kelas X TKJ di SMK Negeri 1 Gorontalo, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran TGT dengan membuat langkah-langkah pembelajaran


mulai dari pembentukan kelompok belajar, penyajian kelompok, permainan, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa kelas X TKJ diketahui siswa menganggap
pembelajaran TGT mudah dipahami dan menyenangkan.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka dalam meningkatkan
hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning model Team Game
Tournament pada matapelajaran Pengolahan Masakan Indonesia siswa XI jasa boga SMK
Negeri 3 Klaten, diajukan sejumlah saran sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Sebaiknya pihak sekolah mendukung tenaga pendidik/ guru untuk mengembangkan
pembelajaran inovatif dan kreatif dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif
(cooperative learning)
2. Bagi Guru
Dengan hasil penelitian ini, hendaknya guru menerapkan metode pembelajaran
cooperative learning model TGT dalam proses pembelajaran di kelas, agar nantinya
kualitas pembelajaran serta kerjasama anatar siswa semakin baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://raharja.ac.id/2020/11/18/model-pembelajaran-cooperative-learning/

https://serupa.id/model-pembelajaran-kooperatif-tgt-team-games-tournament/

https://lpmpsulteng.kemdikbud.go.id/penerapan-model-kooperatif-tipe-team-games-
tournament-tgt-pada-pembelajaran-kimia-dalam-meningkatkan-hasil-belajar-siswa-kelas-xi-
mia5-man-2-kota-palu/

https://eprints.umm.ac.id/38282/3/2.%20BAB%20II.pdf

https://www.merdeka.com/sumut/jenis-jenis-teknik-pengumpulan-data-pengertian-dan-
aplikasinya-kln.html

18
LAMPIRAN

19
20
21

Anda mungkin juga menyukai