Policy Brief
Badan Kepegawaian Negara
POLICY BRIEF
Nomor: 032-Juni 2019 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian
1
Policy Brief
MEWUJUDKAN SMART ASN dilakukan oleh Kementerian PANRB pada
Menjadikan ASN yang ideal dan kompetitif tahun 2015 yang didalamnya menggambarkan
di era globalisasi merupakan tuntutan publik kebutuhan ASN berdasarkan analisis jabatan
dan target yang harus dicapai. Tiga sasaran dan analisis beban kerja, serta jenis formasi
utama untuk mewujudkan SMART ASN di jabatan prioritas untuk 2-3 tahun kedepan yang
Tahun 2019, yaitu: Pertama, Perencanaan ASN, sesuai dengan arah pembangunan nasional
dengan membuka formasi/kualifikasi ASN dan nawacita. Pengadaan ASN melalui seleksi
yang sesuai dengan arah pembangunan nasional berbasiskan IT yang dikenal sebagai Computer
serta potensi daerah. Kedua, Pengadaan ASN Assissted Test (CAT) merupakan salah satu bentuk
yang transparan, objektif dan fairness untuk reformasi birokrasi di bidang SDM Aparatur.
mengembalikan kepercayaan masyarakat Untuk me nge mba ngka n pr of e sion a lis me
sekaligus menjaring putra-putri terbaik ASN terlebih dahulu dilakukan training need
bangsa. Ketiga, Meningkatkan profesionalisme, assessment (TNA), yakni pengembangan
yakni meningkatkan kompetensi, kualifikasi dan kapasitas/diklat untuk mengisi gap kompetensi
kinerja sebagaimana yang diamanatkan UU ASN. antara kompetensi individu dengan kompetensi
Tahapan RPJMN ke-3 (2015-2019) yang berakhir jabatannya.
pada tahun ini 2019 merupakan pembangunan
ASN pada tahap SMART ASN. Pola ini untuk MENINGKATKAN KOMPETENSI,
mewujudkan ASN berwawasan global, penguasaan KUALIFIKASI DAN KINERJA ASN
teknologi informasi, bahasa asing, dan jejaring Sebagai kunci penyelenggaraan tata kelola
kerja(networking), serta berintegritas. pemerintahan yang kompetitif dan akuntabel,
manajemen ASN menjadi prioritas yang
Gambar 1 Alur Pembangunan ASN 2005 - 2025 perlu diperhatikan. UU Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan
penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN
dijalankan berdasarkan asas profesionalisme,
proporsional, akuntabel, serta efektif dan efisien
agar peningkatan kinerja birokrasi dapat tercapai.
Berbagai upaya peningkatan kualitas ASN telah
dilakukan pemerintah, mulai dari rekrutmen ASN,
penempatan dan pengangkatan jabatan, serta
penataan dan rasionalisasi ASN. Hal lain yang
mengemuka terkait dengan jumlah ASN yang ada
yaitu sebanyak 4.517.126 pegawai untuk melayani
252 juta penduduk yang dianggap masih dirasakan
cukup banyak secara kuantitas dan kurang secara
kualitas. Rasio perbandingannya mencapai 1:79,
lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura yang
rasionya 1:66 dan Inggris 1:147. Tingginya jumlah
Sumber: UU No. 17 Tahun 2007 ASN di Indonesia telah membebani keuangan
negara sebesar 707 triliun rupiah atau 33,8% dari
Implementasi ketiga sasaran SMART total jumlah APBN dan APBD, dimana rasio belanja
ASN 2019 harus dilakukan secara simultan agar pegawai dan belanja pembangunan tidak seimbang.
terwujud SMARTASN yang memiliki karakteristik The Worldwide Governance Indicators
berwawasan global, menguasai TIK dan bahasa, Reports (update) menunjukkan bahwa nilai rata-
memiliki kemampuan networking tinggi dengan rata indeks efektivitas pemerintahan Indonesia
kemampuan skill multitasking yang proporsional. (Government Effectiveness) di tahun 2014
Perencanaan ASN melalui e-formasi telah dikategorikan masih rendah dengan nilai indeks
2
Policy Brief
-0,01 (peringkat 85) meskipun telah mampu PNS melalui seleksi yang ketat dengan rasio 2:1,
menempatkan Indonesia pada kelompok tengah yaitu 2 (dua) orang PNS yang pensiun digantikan
(percentile rank 54,81). Di tingkat ASEAN dengan penerimaan 1 (satu) orang PNS yang
peringkat kita masih kalah, jika dibandingkan lebih berkualitas. Keempat, untuk mengantisipasi
dengan Singapura (peringkat ke-1, skor +2,19), kekurangan ASN ke depan sekaligus mempercepat
Malaysia (peringkat ke-32, skor +1,14), Thailand capaian target organisasi dan menekan biaya
(peringkat ke-62, skor +0,34), dan Filipina pegawai khususnya biaya pensiun, maka pegawai
(peringkat ke-72, skor +0,19). Hal ini tentu menjadi ASN selain PNS dapat dikombinasikan dengan
tantangan tersendiri mengingat ASEAN Economic merekrut Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Community (MEA) telah diterapkan, dimana Kerja (PPPK) yang profesional sesuai dengan
dukungan ASN dalam mengawal dan menjalankan jenjang jabatan yang dibutuhkan.
kebijakan merupakan salah satu kunci kesuksesan Dalam manajemen ASN, penataan aparatur
ekonomi Indonesia. negara dapat dilakukan melalui berbagai macam
Melalui UU ASN diharapkan lahir aparatur upaya yaitu diantaranya analisis profil pegawai
negara yang berintegritas, profesional, netral, terkait dengan analisis struktur organisasi; analisis
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. profil ASN yang sudah memenuhi kualifikasi untuk
Berkenaan dengan itu, perlu kiranya dilakukan dilakukan promosi; inventarisasi dan analisis
penataan ASN melalui langkah-langkah antara kebutuhan pengembangan kompetensi pegawai yang
lain: Pertama, melakukan pemetaan kualifikasi, perlu ditingkatkan; distribusi pegawai melalui job
kompetensi dan kinerja PNS, sehingga akan rotationberdasarkan analisis demografis organisasi;
menghasilkan profil PNS yang baik. Kedua, hasil distribusi pegawai yang tidak memiliki posisi; dan
pemetaan kualifikasi, kompetensi dan kinerja PNS perluasan tugas, fungsi dan wewenang melalui job
dapat dijadikan dasar untuk mengambil langkah enrichment. Dengan demikian diharapkan penataan
kebijakan lebih lanjut dalam percepatan penataan ini dapat mengisi gap untuk menuju profil ideal
PNS, antara lain pengembangan kompetensi dan ASN serta dapat mengoptimalkan kapasitas dari
karier, mutasi/rotasi dan melakukan evaluasi bagi setiap ASN. Untuk itu, sebagai langkah percepatan
ASN yang tidak memiliki kualifikasi dan kompetensi penataan ASN, implementasi comprehesive
serta kinerjanya kurang baik. Ketiga, percepatan assessment untuk mengetahui kapasitas dan
penataan PNS dapat dilakukan secara progresif kompetensi setiap aparatur negara dinilai penting
maupun secara moderat. Penataan secara progresif dilakukan. Percepatan penataan ASN yang didesain
dapat dilakukan melalui pensiun dini dengan pemerintah dilakukan dengan membagi seluruh
skema golden handshake atau mekanisme lain ASN kedalam 4 kuadran berdasarkan kompetensi,
yang sesuai aturan, sedangkan penataan secara kualifikasi, dan kinerja.
moderat dapat dilakukan dengan penerimaan
3
Policy Brief
Kuadran 1, ASN yang memiliki kompetensi pengaruh positif dalam mendorong peningkatan
dan kualifikasi yang sesuai, serta berkinerja baik. kompetensi, kinerja, dan profesionalitasnya sebagai
ASN dalam kuadran ini perlu dipertahankan dan bentuk komitmen ASN pada organisasinya.
siap dipromosikan. Kuadran 2, ASN yang kurang
kompeten dan kurang memenuhi kualifikasi, tetapi PENUTUP
berkinerja baik. ASN dalam kuadran ini akan Dalam mengimplementasikan SMART ASN
dilakukan pengembangan kompetensi melalui pada instansi pemerintah dilakukan penataan ASN
pendidikan dan latihan. Kuadran 3, ASN yang yang berfungsi sebagairightsizing atau proses
memiliki kompetensi dan kesesuaian kualifikasi efisiensi SDM maupun biaya, dengan tujuan agar
namun tidak mampu menunjukan kinerja. dapat memfokuskan pada kompetensi utama
Langkah yang dilakukan adalah melakukan rotasi pada masing-masing area secara proporsional.
atau mutasi, dan ditempatkan sesuai dengan Hal ini dilatarbelakangi oleh alokasi sumber daya
kompetensi dan kualifikasinya. Kuadran 4, ASN yang tidak merata, kualitas dan distribusi ASN
yang tidak memiliki kompetensi, tidak sesuai yang tidak seimbang antar daerah, disamping
dengan kualifikasi, dan tidak berkinerja. ASN pada kinerja yang rendah. Sebagai langkah percepatan
kuardran ini dapat dievaluasi untuk dirasionalisasi. penataan ASN, implementasi comprehesive
Rasionalisasi atau penataan (rightsizing) biasa assessment untuk mengetahui kapasitas dan
digunakan untuk mendeskripsikan proses efisiensi kompetensi setiap aparatur negara dinilai penting
ASN, tujuanya untuk menfokuskan kompetensi dilakukan. Percepatan penataan ASN yang didesain
utama pada masing-masing area secara proporsional. pemerintah dilakukan dengan membagi seluruh
Model penataan ini sebagai antisipasi terhadap ASN kedalam 4 kuadran berdasarkan kompetensi,
ancaman resesi dan dapat dianggap sebagai strategi kualifikasi, dan kinerja.
penataan ASN secara proaktif. Hal ini disadari
karena kebijakan dan implementasi manajemen REKOMENDASI
ASN masih perlu mempertimbangkan berbagai hal
unrtk menuju arah yang optimal. kecenderungan • Perlu adanya kebijakan yang mengatur
dan fakta ini dilatarbelakangi oleh alokasi sumber mekanisme mengenai penataan ASN secara
daya ASN yang tidak merata, kualitas dan distribusi komprehensif dengan teknis implementasinya
ASN yang tidak seimbang antar daerah, disamping pada tiap instansi.
kinerja yang rendah. • Perlu adanya kolaborasi antara Menpan,
Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya, BKN dan LAN dalam mengevaluasi dan
penataan ASN bukan berarti memberhentikan menindaklanjuti kuadran kualifikasi,
pegawai yang masuk dalam kategori Kuadran 4 kompetensi dan kinerja ASN pada tiap instansi
tersebut. Pemerintah mendata, bahwa dalam kurun
waktu 5 tahun (2015-2019) ada 594.110 pegawai • Perlu adanya implementasi dalam bukti
ASN yang akan memasuki usia pensiun. Selain itu, nyata untuk tiga sasaran utama mewujudkan
rencana pemerintah untuk melakukan penataan juga SMART ASN, yaitu perencanaan ASN,
dilakukan melalui program efisiensi penerimaan pengadaan ASN yang transparan, objektif dan
calon pegawai ASN. Upaya penataan ASN melalui fairness serta meningkatkan profesionalisme
rasionalisasi pada Kuadran 4 sesungguhnya pada tiap instansi.
merupakan upaya terakhir yang bisa dihindari.
Pada prakteknya, ada hal-hal yang lebih utama yang DAFTAR PUSTAKA
menjadi target dari rasionalisasi ASN dari sekedar
efisiensi biaya, yaitu mendorong peningkatan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
kompetensi dan profesionalisme ASN yang pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
akhirnya dapat mengoptimalkan kapasitas ASN Nasional
di seluruh Indonesia. Di sisi yang lain persepsi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
pegawai terhadap upaya penataan ASN memiliki Aparatur Sipil Negara