ARAH KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN KOMPETENSI ASN
Tim Penyusun
Sudibyo Aji Wicaksono (Ketua)
Iqbal Saffariz Santosa (Anggota)
Theodora Aprilia Sari (Anggota)
Astrid Putri Herrera (Anggota)
Aba Subagja
1
Lembaga Administrasi Negara, Kajian Grand Design Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara,
Desember 2015, hlm. 1.
2
Lembaga Administrasi Negara, ASN Corpu: Tata Kelola dan Instrumentasi Penyelenggaraan, 2019.
A. Latar Belakang
Saat ini pemerintah Indonesia dihadapkan pada beberapa isu strategis dan
tantangan global yang kompleks dan multidimensional untuk dapat mewujudkan
birokrasi berkelas dunia dan berdaya saing dengan negara-negara lain. Reformasi
birokrasi adalah salah satu strategi penting yang harus dilakukan dalam
mempersiapkan diri menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Dunia terus
bergerak maju, oleh karena itu proses bisnis birokrasi harus fleksibel dan adaptif
terhadap tatanan baru tersebut. Untuk menciptakan birokrasi semakin baik, cepat,
dan efisien, tentunya harus didukung dengan reformasi SDM Aparatur.
SDM Aparatur merupakan aset utama organisasi yang berfungsi sebagai
penggerak dan penyelenggara tugas-tugas pemerintahan. Oleh karenanya,
pondasi dasar reformasi birokrasi seutuhnya harus dimulai dari reformasi terhadap
pengelolaan/manajemen SDM Aparaturnya. Reformasi pengelolaan SDM
Aparatur merupakan hal yang mendesak untuk dijalankan agar diperoleh aparatur
yang profesional, berkinerja tinggi, dan sejahtera dalam mendukung pencapaian
pengelolaan birokrasi yang baik. Selain itu, penyiapan SDM Aparatur berkualitas
dan berdaya saing unggul, diperlukan untuk mempermudah akses pelayanan
kepada masyarakat terhadap pelayanan publik yang berkualitas.
Pencapaian tujuan organisasi berkaitan erat dengan pencapaian kinerja
setiap sumber daya manusia di dalam organisasi tersebut dengan memperhatikan
kompetensi dan keahlian unik setiap individu tersebut. Kompetensi aparatur sipil
negara (ASN) berperan penuh dalam menjawab tantangan dan perubahan zaman
yang dinamis. Kompetensi tersebut dapat berpengaruh dan berdampak buruk
terhadap kinerja organisasi, apabila kompetensi yang dimiliki oleh ASN tidak
dikembangkan.
Dalam era globalisasi ini, SDM yang berkualitas tinggi (talenta) dapat
menjadi keunggulan kompetitif utama dan juga aspek penting bagi organisasi.
C. Metode
Every person is unique, put the right people with the right capability to the right
position to solve the right problems - Pearl Zhu
A. Sistem Merit
Prinsip sistem merit harus diterapkan dalam pelaksanaan manajemen ASN seperti
pengembangan karier, pengembangan kompetensi, pola karier, mutasi dan promosi.
Merit system can define as “the appointment of the best person for any given job” (Willy,
2007). Artinya, jabatan harus diisi oleh orang-orang terbaik karena kualitas dan
kemampuannya, bukan karena faktor nonmerit atau faktor askriptif lain seperti politik,
keluarga, rekan, suku, agama, etnis, daerah, kelas sosial, gender, kekayaan dan
sebagainya. Demikian halnya untuk mengisi jabatan-jabatan publik, orang orang
terbaiklah yang hendaknya dipilih dan dihargai dengan suatu reward. Menurut Willy (2007)
dalam mendapatkan “the best person” suatu organisasi haruslah menerapkan langkah
berikut dalam melakukan seleksi yaitu: (1) Job at every level, artinya bahwa prinsip merit
berlaku untuk promosi jabatan dan rekrutmen awal bagi pegawai-pegawai baru (merit
principle apply as much to promotion as to initial recruitment). Dalam hal ini secara jelas
diungkapkan bahwa setiap level dalam pekerjaan memberlakukan prinsip merit; (2) The
best candidate, artinya bahwa calon terbaik terbukti paling mampu di antara sejumlah
kandidat untuk menyelesaikan tugas jabatannya secara tepat (demonstrably the most
able among a number of candidates, any of whom could do the job adequately). Mereka
yang paling berprestasi dan memiliki kompetensi terbaik dalam bidangnya adalah calon
yang terbaik; (3) Open to all, artinya bahwa pengangkatan/pengisian jabatan tidak hanya
mengandalkan pada sumber calon-calon internal atau berdasarkan pada sejumlah
kandidat yang terbatas. Prinsip ini mensyaratkan fairness dan equity, dimana semua
pihak berhak mendapatkan kesempatan yang sama; (4) Systematic, transparent and
challengeable, artinya bahwa semua keputusan pengangkatan dalam jabatan dapat
dipertanyakan, termasuk bagi para kandidat yang tidak berhasil, karena prinsipnya
semua pertanyaan tersebut merupakan feedback yang sangat berharga untuk
Pengertian luas merit system dalam pemerintahan modern menurut Stahl (1971:
31) adalah “a personnel system in which comparative merit or achievement governs each
individual’s selection and progress in the service and in which the conditions and rewards
of performance contribute to the competency and continuity of the service”. Maksudnya,
merit system adalah sistem kepegawaian di mana terdapat perbandingan kecakapan
atau prestasi yang berpengaruh terhadap masing-masing seleksi dan kemajuan individu
individu dalam pelayanan dan di mana kondisi dan penghargaan kinerja berkontribusi
terhadap kompetensi dan keberlanjutan pelayanan.
B. Manajemen Talenta
Manajemen talenta merupakan salah satu konsep yang relatif baru dalam bidang
SDM. Istilah manajemen talenta pertama kali diperkenalkan oleh McKinsey melalui suatu
studi “the war of talent” pada tahun 1997, yang kemudian menjadi salah satu buku yang
dipublikasikan pertama kali pada tahun 2001. Strategi manajemen talenta merupakan
pendekatan organisasional yang terencana dan terstruktur untuk mengidentifikasi,
mengembangkan dan mempertahankan pegawai-pegawai bertalenta dalam organisasi
(Gasperz, 2002). Tujuannya adalah untuk mempekerjakan pegawai yang secara
konsisten memberikan kinerja unggul.
Pengembangan talenta terdiri dari akselerasi karier dalam hal ini melalui sekolah
kader; pengembangan kompetensi yang dapat dilakukan dengan ASN Corporate
University, pembelajaran di dalam dan luar kantor serta bentuk pengembangan
kompetensi lainnya; serta peningkatan kualifikasi melalui tugas belajar. Prioritas
pengemabnagan kompetesi berdasarkan peringkat pada kotak manajemen talenta.
C. Kompetensi
Sertifikasi Kompetensi
Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2004, tentang Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP) menjelaskan tentang sertifikasi kompetensi kerja sebagai suatu proses
pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistimatis dan objektif melalui uji
kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi kerja nasional Indonesia dan
atau Internasional.
HCDP memerlukan komitmen yang tinggi dari para pimpinan setiap Instansi
Pemerintah. Selain itu, diperlukan pula system penyelenggaraan pengembangan
kompetensi SDM yang berkesinambungan, sehingga upaya dalam menciptakan ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
1. Penyusunan standar kompetensi jabatan untuk setiap jabatan yang terdapat pada
instansi pemerintah;
2. Pengukuran Gap Kompetensi sesuai standar kompetensi jabatan yang telah
disusun;
3. Penyusunan rencana pengembangan kompetensi; dan
4. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terkait program pengembangan kompetensi
secara menyeluruh.
B. Tugas Belajar
Dari hasil sintesa studi literatur, telaahan peraturan perundangan, serta Focused
Group Discussion (FGD) dengan beberapa Kementerian dan Lembaga terkait, maka
pada bagian ini dielaborasi konstruksi konsep tugas belajar PNS sebagai bahan awal
perumusan Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi terkait Tugas Belajar PNS. Dalam konsep tersebut tercermin
sistem pemberian tugas belajar mulai dari input, proses, dan output.
Tugas Belajar diberikan kepada PNS yang memenuhi persyaratan, antara lain:
1. memiliki masa kerja paling singkat 1 (satu) tahun sejak diangkat sebagai PNS.
2. memiliki sisa masa kerja pegawai paling sedikit 15 (lima belas) tahun sebelum batas
usia pensiun jabatan, untuk Tugas Belajar yang dibebaskan dari tugas jabatan, dan
10 (sepuluh) tahun sebelum batas usia pensiun jabatan, untuk Tugas Belajar yang
tidak dibebaskan dari tugas jabatan.
3. lulus seleksi instansi asal, pemberi bantuan, dan satuan pendidikan;
4. penilaian kinerja dalam 2 (dua) tahun terakhir paling kurang bernilai baik;
5. sehat jasmani dan rohani,
6. tidak sedang menjalani pidana penjara atau kurungan, dan/atau tidak pernah
dijatuhi hukuman disiplin paling kurang tingkat sedang dalam 1 (satu) tahun terakhir,
7. tidak sedang menjalani cuti di luar tanggungan negara dan/atau tidak sedang
menjalani pemberhentian sementara dari PNS, dan
8. tidak pernah dibatalkan atau diberhentikan dalam pelaksanaan Tugas Belajar
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Perundangan.
Ketiga aktor tersebut, masing-masing memiliki peran yang saling berkaitan satu
dengan lainnya. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
yang bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan kebijakan umum mengenai Tugas
Belajar PNS. BKN bertanggungjawab dalam sistem informasi atau database, administrasi
kepegawaian, dan pertimbangan teknis terkait pemberian tunjangan maupun
penyesuaian ijazah. LAN, bertanggungjawab untuk mengolah hasil laporan dari setiap
Instansi Pemerintah sebagai bahan evaluasi dan rekomendasi dalam kebijakan
pengembangan kompetensi nasional.
C. Sertifikasi Kompetensi
Kompetensi ASN
Kompetensi yang diujikan dalam Sertifikasi Kompetensi ini adalah kompetensi
yang sesuai dengan Standar Kompetensi Jabatan yang termuat dalam Peraturan
Menpan dan RB No 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan. Standar
kompetensi untuk Jabatan meliputi kompetensi manajerial, kompetensi sosial kultural,
dan kompetensi teknis. Kompetensi yang akan diujikan merupakan kompetensi yang
termuat dalam kamus kompetensi instansi sesuai dengan peraturan perundangan.
Standar kompetensi jabatan memuat level kompetensi yang mana harus dipenuhi untuk
setiap jabatan. Pengakuan terhadap kompetensi dilakukan melalui uji kompetensi dan
sertifikasi.
Penilaian Kompetensi
Dalam penilaian kompetensi memuat pengaturan terkait instansi pembinan uji
kompetensi, penyelenggaraan uji kompetensi, akreditasi dan kewenangan
penyelenggara uji kompetensi, izin penyelenggaraan uji kompetensi, metode uji
kompetensi, serta pembobotan unsur uji kompetensi.
Uji Kompetensi Tingkat Dasar dilakukan untuk menilai kompetensi pada jabatan
pelaksana, pengawas, serta JF yang setara. Uji Kompetensi Tingkat Menengah
digunakan untuk menilai kompetensi pada Jabatan Administrator dan JPT Pratama di
instansi pusat maupun daerah, serta JF yang setara kecuali Jabatan Sekretaris Daerah.
Uji Kompetensi Tingkat Tinggi digunakan untuk menilai kompetensi pada Sekretaris
Daerah pada Instansi Daerah, serta JPT Madya dan Utama pada Instansi Pusat serta JF
yang setara. Metode lainnya paling tinggi dapat dilakukan untuk menilai kompetensi pada
Jabatan Administrator serta JF yang setara.
Uji Kompetensi Tingkat Dasar juga dapat dilakukan untuk mutasi jabatan dalam
satu klasifikasi jabatan, mutasi dalam satu instansi, dalam rangka evaluasi kinerja,
pembaharuan sertifikat; perpindahan jabatan dalam satu klasifikasi jabatan, dan
penyetaraan sertifikat kompetensi dari diklat kepemimpinan kedalam sertifikat Jabatan
Pimpinan Tinggi/Jabatan Administrasi.
Sertifikasi
Bukti kepemilikan suatu capaian kompetensi setiap ASN berupa sertifikat
kompetensi. Sertifikat kompetensi diperoleh ASN setelah melalui serangkaian Uji
Kompetensi dengan membandingkan profil ASN dan standar kompetensi Jabatan.
Profil Kompetensi
Penyelenggara Uji Kompetensi melaporkan pelaksanaan uji kompetensi kepada
Instansi Pengguna dan Pembina uji kompetensi. Laporan terdiri atas laporan
pelaksanaan uji kompetensi dan laporan individual. Laporan individual merupakan hasil
penilaian yang memuat kesesuaian kompetensi assessee dengan kompetensi yang
dipersyaratkan dalam jabatan.
Laporan digunakan PPK sebagai dasar penyusunan profil ASN yang terdiri atas
data personal, kualifikasi, rekam jejak jabatan, kompetensi, riwayat pengembangan
kompetensi, riwayat hasil penilaian kinerja, dan informasi kepegawaian lainnya. Profil
ASN digunakan PPK sebagai dasar dalam pembinaan kepegawaian yang meliputi
pengisian dalam jabatan, pengembangan karir, pengembangan kompetensi pegawai,
dan/atau manajemen talenta.
Instansi Pemerintah menyusun profil ASN pada Sistem Informasi ASN Nasional
yang dikelola oleh BKN. Sistem Informasi ASN Nasional terintegrasi dengan Sistem
Informasi Pengembangan Kompetensi ASN dan Sistem Informasi Manajemen Talenta.
Analisis terhadap Pengembangan Kompetensi ASN dan melaporkan secara berkala
dilakukan oleh LAN kepada Menteri.
Masa berlaku Izin Menteri bagi Penyelenggara Uji Kompetensi yang memperoleh
akreditasi A berlaku selama 5 tahun, Penyelenggara Uji Kompetensi yang memperoleh
akreditasi B berlaku selama 3 tahun, sedangkan Penyelenggara Uji Kompetensi yang
memperoleh akreditasi C dan D, masa berlaku Izin Menteri selama 2 tahun.
Model ASN Corporate University (ASN Corpu) sudah pernah diinisiasi oleh LAN
pada tahun 2018 dalam bentuk naskah akademik dan rancangan Peraturan Presiden
tentang ASN Corpu. Naskah tersebut masih perlu dikembangkan lebih lanjut melihat
perkembangan yang terjadi. Terutama terkait dengan landasan kebijakan dan muatan
materi lainnya. Namun terlepas dari kekurangan atau kelebihan yang ada, naskah
akademik dan rancangan Peraturan Presiden tersebut dapat digunakan sebagai salah
satu sumber referensi dalam mengembangkan ASN Corpu.
Manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan ASN Corpu, antara lain:
Dalam ASN Corpu, seluruh pegawai ASN adalah pelajar sekaligus pengajar,
karena pembelajaran terjadi melalui beragam mekanisme dan melibatkan seluruh
pegawai, mulai dari pemangku jabatan pimpinan tinggi (JPT), jabatan administrasi (JA),
dan jabatan fungsional (JF). Pembelajaran dilakukan baik melalui pendidikan, pelatihan
klasikal, maupun pelatihan non-klasikal. Pendidikan dilakukan melalui pendidikan formal.
Sedangkan pelatihan dilakukan melalui pelatihan klasikal, maupun non-klasikal.
Pelatihan klasikal diselenggarakan oleh lembaga pelatihan pemerintah ataupun lembaga
pelatihan non-pemerintah yang terakreditasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pelatihan non-klasikal diselenggarakan melalui beragam metode, seperti
coaching, mentoring, shadowing, knowledge sharing forum, job enrichment, dan lain-lain
pada setiap unit kerja maupun lintas unit kerja sesuai dengan kebutuhan kompetensi
yang akan dibangun.
Pengembangan kompetensi dalam ASN Corpu tidak hanya bertumpu pada aspek
peningkaran pengetahuan (knowledge). keterampilan (skills), dan keahlian (abilities) dari
pegawai semata-mata. Lebih dari itu, ASN Corpu merupakan upaya membangun budaya
ASN dan budaya organisasi pembelajar yang merupakan kunci keberhasilan
pembangunan. Oleh karenanya, dalam mengembangkan metode dan substansi
pengembangan kompetensi, pengelola harus tetap memasukkan aspek kepemimpinan,
nilai dasar ASN, nilai dasar instansi, etika, dan integritas ke dalam substansi
pengembangan kompetensi. Selain dalam hal penyelenggaraan pengembangan
kompetensi, pengelola ASN Corpu juga bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan
E. Sekolah Kader
Maka untuk menuju meritokrasi birokrasi sebagai salah satu prasyarat birokrasi
berkelas dunia, sekolah kader sekolah kader diharapkan menjadi instrumen untuk
memastikan terekrutnya Aparatur Sipil Negara (ASN) bertalenta tinggi. Langkah awal
menuju pengkonstruksian sekolah kader tersebut sudah ada sebagaimana tercermin
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil. Di dalam PP tersebut pada Pasal 1 Ayat 29 sudah memberikan batasan
Untuk dapat melalui jalur percepatan tersebut PNS harus memiliki kualifikasi
tertentu sehingga dapat dinyatakan layak untuk memperoleh kesempatan tersebut.
Bahkan kualifikasi tersebut berbeda dengan persyaratan kualifikasi jabatan administrator
pada umumnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 Pasal 54 ayat
1, “Persyaratan untuk dapat diangkat dalam Jabatan administrator sebagai berikut:
berstatus PNS; memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan paling rendah sarjana atau
diploma IV; memiliki integritas dan moralitas yang baik; memiliki pengalaman pada
Jabatan pengawas paling singkat 3 (tiga) tahun atau JF yang setingkat dengan Jabatan
pengawas sesuai dengan bidang tugas Jabatan yang akan diduduki; setiap unsur
penilaian prestasi kerja paling sedikit bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; memiliki
Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial Kultural sesuai
kompetensi peserta yang dibuktikan berdasarkan hasil evaluasi oleh tim penilai kinerja
PNS di instansinya; dan sehat jasmani dan rohani. Kualifikasi tersebut diperuntukkan bagi
pengisian jabatan administrator. Sedangkan untuk pengisian jabatan administrator
melalui jalur sekolah kader terdapat persyaratan kualifikasi yang dikecualikan dari
persyaratan umum tersebut.
Jalur yang ditempuh oleh peserta sekolah kader tentunya tidak seperti jalur karir
pada umumnya, karena sekolah kader bersifat percepatan karir. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 Pasal 54 ayat 2 memberikan
pengecualian bagi peserta sekolah kader yang memenuhi kualifikasi tertentu
sebagaimana dinyatakan bahwa “Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan bagi PNS yang mengikuti dan lulus sekolah kader dengan predikat sangat
memuaskan.” Jadi, lulusan dari sekolah kader khususnya yang dapat lulus dengan
sangat memuaskan diharapkan merupakan PNS yang bertalenta dan berkinerja tinggi
sehingga layak untuk mendapatkan kesempatan percepatan karirnya.
A. Landasan Filosofis
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-
4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan
bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan nasional seperti tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan
Pegawai ASN. Pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik,
tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik
dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan Pegawai ASN. Adapun tugas pemerintahan dilaksanakan
dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan yang meliputi
pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam
rangka pelaksanaan tugas pembangunan tertentu dilakukan melalui pembangunan
bangsa (cultural and political development) serta melalui pembangunan ekonomi dan
sosial (economic and social development) yang diarahkan meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran seluruh masyarakat.
B. Landasan Sosiologis
“Competence deals with the head (being able), commitment with the hands and feet
(being there), contribution with the heart (simply being)” - Ulrich
HCDP memerlukan komitmen yang tinggi dari para pimpinan setiap Instansi
Pemerintah. Selain itu, diperlukan pula system penyelenggaraan pengembangan
kompetensi SDM yang berkesinambungan, sehingga upaya dalam menciptakan ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme dapat dilaksanakan dengan baik, cepat, tepat
sasaran. Pelaksanaan penyelenggaraan pengembangan kompetensi SDM yang
berkesinambungan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1. Penyusunan standar kompetensi jabatan untuk setiap jabatan yang terdapat pada
instansi pemerintah;
2. Pengukuran Gap Kompetensi sesuai standar kompetensi jabatan yang telah
disusun;
3. Penyusunan rencana pengembangan kompetensi; dan
4. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terkait program pengembangan kompetensi
secara menyeluruh.
B. Tugas Belajar
Tugas Belajar sebagai sarana mewujudkan salah satu nilai-nilai dasar dalam
Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Dimana aparatur sipil
Tugas Belajar bagi PNS memiliki multiplier effect terhadap peningkatan kinerja
birokrasi dan mendorong percepatan implementasi merit sistem pada manajemen
Pegawai Negeri Sipil. Kompetensi yang dibangun dalam Tugas Belajar bagi PNS ini
adalah kompetensi yang sesuai dengan Standar Kompetensi Jabatan yang termuat
dalam Peraturan Menpan dan RB No 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
Jabatan. Standar kompetensi untuk Jabatan meliputi kompetensi manajerial, kompetensi
sosial kultural, dan kompetensi teknis.
C. Sertifikasi Kompetensi
Beberapa pengertian yang perlu diatur antara lain: pembina uji kompetensi,
penyelenggara uji kompetensi, akreditasi, metode uji kompetensi, sertifikat kompetensi,
dan profil kompetensi. Sedangkan materi yang akan diatur meliputi:
Arah pengembangan kompetensi ASN tidak akan lepas dari arah kebijakan
pembangunan nasional. Pengelolaan ASN Corpu dilakukan oleh setiap instansi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan memperhatikan kepentingan strategis
nasional, arah kebijakan nasional, dan kebijakan-kebijakan terkait pengembangan
kompetensi sebagaimana ditetapkan oleh Penyelenggara.
Sekolah kader merupakan sarana untuk mewujudkan salah satu nilai-nilai dasar
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, dalam
rangka mempersiapkan para calon pimpinan aparatur sipil negara. Dimana
penyelenggaraan aparatur sipil negara harus mengutamakan kepemimpinan berkualitas
tinggi. Sekolah kader merupakan sistem pengembangan kompetensi yang bertujuan
untuk menyiapkan pejabat administrator melalui jalur akselerasi jabatan. Sekolah kader
bertujuan untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin berkualitas tinggi yang memiliki
multiplier effect terhadap peningkatan kinerja birokrasi dan mendorong percepatan
implementasi merit sistem pada manajemen pegawai negeri sipil. Berdasarkan PP 11
Tahun 2017 dijelaskan bahwa manajemen talenta merupakan salah satu output dalam
merit sistem yang harus dilaksanakan di Kementerian/Lembaga di Indonesia.
Sementara itu, dalam upaya membentuk kualitas kepemimpinan yang tinggi, maka
agenda pembelajaran sekolah kader dilaksanakan selama 18 Bulan, yang meliputi
Classical learning (In Class, E-learning, Pembekalan Kemampuan Manajerial, Sosial
Kultural dan Teknis) dan Non-Classical learning (Job Shadowing). Diharapkan dengan
sistem pembelajaran tersebut, peserta lulusan sekolah kader diharapkan menjadi agen
perubahan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing bangsa dan
Afrianto, Riyan, dan Prasojo, Eko. 2020. Jurnal Reformasi Administrasi. Analisis Proses
Pengisian Jabatan Administrasi Berbasis Merit System di Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral.
Badan Standardisasi Nasional. 2009. Pengantar Standardisasi. Jakarta.
Davis, Tony, 2009, Talent Assessment, Mengukur, Menilai, dan Menyeleksi Orang-Orang
Terbaik dalam Perusahaan. Jakarta: PPM.
Gasperz, Vincent. 2002. All-in-one Talent Management, Bogo: Vinchistro Publication.
Krissetyanti, Eunike Prapti. 2013. Jurnal Kebijakan dan Manajemen. Penerapan Strategi
Manajemen Talenta dalam Pengembangan PNS. Jakarta.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 2020. Naskah
Akademik Sertifikasi Kompetensi.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 2020. Naskah
Akademik Tugas Belajar Pegawai Negeri Sipil.
Lembaga Administrasi Negara (LAN) c.q Pusat Kajian Reformasi Administrasi Negara.
2015. Kajian Grand Design Pengembangan Kompetensi. Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2019. ASN Corpu: Tata Kelola dan Instrumentasi
Penyelenggaraan.
Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2018. Naskah Akademik Corporate University
Aparatur Negara.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 10. Rosda.
McCourt, Willy. 2007. The Merit System and Integrity in The Public Service. IDPM,
University of Manchester. No. 20.
Permana, NI, dkk. 2011. Talent Management Implementation. Jakarta:PPM.
Robbins, Stephen. 2007. Organizational Behaviour. United States: Pearson.
Sedarmayanti, M.Pd,. APU. 2009, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.
Bandung : Mandar Maju.
Peraturan Perundang-undangan
“Terima kasih kepada Tim Asdep Manajemen Karier dan Talenta SDM Aparatur, yang
telah mambantu kami dalam menyusun buku arah kebijakan pengembangan kompetensi
ASN ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan kalian”.
Baris 1 (kiri-kanan) : Astri Dwijayanti, Theodora Aprilia Sari, Raria Meliala, Amansyah,
Aba Subagja, Adi Junjunan Mustafa, Mita Nezky, Astrid Putri Herrera, Rahmawita
Apriyanti, Diah Ipma FLH.
Baris 2 (kiri-kanan) : Mohammad Afid, Roy Hendrawan, Sudibyo Aji Wijaksono, Yudha
Kartika, Tamzil Satria, Iqbal Saffariz Santosa