Anda di halaman 1dari 3

Nama : Deka Febriandi

Npm : 195210074

UTBAH BIN GHAZWAN

"Esok Kalian akan Melihat Para Pejabat Pemerintahan yang Tidak Seperti Aku"

Di antara kaum muslimin yang masuk Islam lebih dahulu, dan di antara muhajirin pertama
yang hijrah ke Habasyah, kemudian ke Madinah, dan di antara pemanah pilihan yang tidak
banyak jumlahnya yang telah berjasa besar di jalan Allah, ada seorang laki-laki yang
berperawakan tinggi dengan muka bercahaya dan rendah hati. Dialah Utbah bin Ghazwan.
Utbah merupakan orang ketujuh dari tujuh orang yang masuk Islam lebih awal dan
mengulurkan tangan mereka ke tangan kanan Rasulullah untuk menyatakan baiat dan
bersedia menghadapi orang-orang Quraisy yang melakukan kezaliman dengan segala
kekuatan dan kekuasaannya.
Pada hari-hari pertama dimulainya dakwah yang penuh dengan penderitaan dan
kesukaran, Utbah bersama rekan-rekannya telah memegang teguh suatu prinsip hidup mulia
yang kelak menjadi bekal bagi hati nurani manusia dan akan berkembang menjadi luas
melalui perkembangan masa. Ketika Rasulullah menyuruh sahabat-sahabatnya berhijrah ke
Habasyah, Utbah termasuk di antara orang yang berhijrah itu. Hanya saja, kerinduannya
kepada Nabi membuatnya tidak merasa tenang di sana, sehingga ia pun segera menjelajah
daratan dan mengarungi lautan untuk kembali ke Mekkah, lalu tinggal di sana di samping
Rasul hingga datang saatnya hijrah ke Madinah. Ketika itu Utbah juga berhijrah bersama
kaum muslimin lainnya.
Sejak orang-orang Quraisy melancarkan gangguan hingga berakhir pada sejak
peperangan, Utbah selalu membawa tombak dan anak panahnya. Ketika rasul yang mulia
telah wafat ia juga tidak pernah meletakkan senjatanya bahkan selalu berkelana untuk
berperang dimuka bumi.
Amirul Mukminin Umar mengirimkannya ke Ubullah untuk membebaskan negeri itu dan
membersihkan buminya dari orang-orang Persia yang menjadikannya sebagai batu loncatan
untuk menghancurkan kekuatan Islam yang sedang maju melintas wilayah-wilayah Persia. La
diutus untuk membebaskan negeri Allah dan hamba-Nya dari cengkeraman mereka.
Umar berkata kepadanya ketika melepaskannya bersama tentaranya, “Berangkatlah engkau
bersama anak buahmu hingga sampai batas terjauh dari negeri Arab, dan bata terdekat negeri
Persia. Pergilah dan semoga Allah memberikan berkah dan karunia-Nya kepadamu. Serulah
ke jalan Allah siapa yang menyambut seruanmu, sedangkan siapa yang menolak hendaknya
ia membayar jizyah. Ketahuilah bahwa perang itu tidak mengenal belas kasihan terhadap
setiap musuh. Tabahlah menghadapi musuh serta takwalah kepada Allah, Rabbmu.”
Utbah pun berangkat memimpin pasukannya yang tidak banyak jumlahnya itu hingga tiba
di Ubullah. Ketika itu orang-orang Persia telah menyiapkan tentara mereka yang terkuat.
Utbah pun menyusun kekuatannya dan berdiri dimuka pasukannya sambil membawa tombak
ditangannya yang belum pernah meleset dari sasarannya sejak ia berkenalan dengan tombak.
La berseru di tengah-tengah tentaranya, “Allah Mahabesar! Dia menepati janji-Nya. La
seolah-olah dapat membaca apa yang akan terjadi karena tidak lama setelah terjadi
pertempuran beberapa babak, Ubullah pun menyerah dan buminya dibersihkan dari tentara
Persia.
Di tanah Ubullah itu Utbah membangun kotaBashrahdengan dilengkapi sarana perkotaan
dan membangun sebuah masjid besar. Setelah itu ia bermaksud meninggalkan negeri itu dan
kembalike Madinah, menjauhkan diridari urusan pemerintahan. Namun, Amirul Mukminin
Umar keberatan dan menyuruhnya tetap disana.
Utbah akhirnya tetap di sana untuk menjadi imam shalat bagi rakyat setempat,
memberikan pemahaman Din kepada mereka, menegakkan hukum dengan adil, dan
memberikan keteladanan yang sangat mengagumkan tentang kezuhudan, kewaraan, dan
kesederhanaan. la selalu memerangi segala bentuk kemewahan dan sikap berlebih-lebihan
sekuat tenaga, sehingga orang-orang yang terbiasa dengan kesenangan dan hawa nafsu
membencinya.
Suatu hari Utbah berpidato ditengah-tengahmereka, "Demi Allah, kalian telah melihat
aku bersama Rasulullah sebagai orang ketujuh dari tujuh orang. Kami tidak memiliki
makanan selain daun-daunan, sehingga bagian dalam mulut kami terluka. Suatu hari aku
dikaruniai rezeki sehelai baju, lalu kubelah dua, separuh kuberikan kepada Sa'ad bin Malik
dan separuh lagi kupakai untuk diriku." Utbah sangat takut bila dunia akan merusak
agamanya, sebagaimana ia juga khawatir bila ituterjadi kepada kaum muslimin. Karena itu, ia
selalu membimbing mereka agar hidup dalam kesederhanaan dan qanaah.
Banyak orang telah mencoba mengubah pendiriannya dan membuatnya merasa bahwa
dirinya adalah seorang penguasa yang memiliki hak-hak kekuasaan, apalagi ia berkuasa di
negeri yang raja-rajanya belum terbiasa dengan zuhud dan hidup sederhana dan penduduknya
juga menghargai penampilan luar yang berlebihan dan gemerlapan. Namun, semua itu
dijawab oleh Utbah, "Aku berlindung kepada Allah dari keadaan yang terlihat besar dalam
pandangan dunia kalian, namun kecil di sisi Allah."
Musim haji pun tiba. Utbah mewakilkan pemerintahan Bashrah kepadasalah ibadah
seorang haji. Rekannya, Ketika ia telah sedangkan selesai menunaikan ia sendiri ibadahnya,
pergi untuk menunaikan melanjutkan perjalanan ke Madinah. Di sana ia memohon kepada
Amirul Mukminin agar diperkenankan mengundurkan diri dari pemerintahan. Tetapi,Umar
tiada ingin menyia-siakan kepribadian dari orang-orang zuhud seperti ini,yang menjauhkan
diri dari posisi yang amat didambakan dan menjadi incaran banyak orang.
Umar pernah berkata kepada orang-orang, “Apakah kalian hendak menaruh amanah diatas
pundakku, kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri? Tidak, demi, Allah
tidak kuizinkan untuk selama-lamanya.” Kata-kata tersebut juga diucapkannya kepada Utbah
bin Ghazwan. Mau tidak mau Utbah harus patuh dan taat.laakhirnya pergi menuju
kendaraannya untuk kembali ke Bashrah.
Tetapi, sebelum naik ke atas kendaraan itu, ia menghadap ke arah kiblat, lalu mengangkat
kedua telapak tangannya yang penuh ketundukan itu ke langit sambil memohon kepada
Rabbnya ‘Azza wa Jalla agar ia tidak dikembalikan ke Bashrah dan tidak pula menjadi
pimpinan pemerintahan untuk selama-lamanya.
Doanya dikabulkan oleh Allah. Saat ia sedang dalam perjalanan ke wilayah
pemerintahannya, maut datang menjemputnya. Rohnya naik ke Penciptanya, bersuka cita
dengan pengorbanan, kezuhudan, dan kesahajaannya, di samping karena nikmat yang telah
disempurnakan oleh-Nya dan karena pahala yang telah disediakan untuk dirinya.

Anda mungkin juga menyukai