Anda di halaman 1dari 19

LEMBAGA JAMINAN GADAI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Hukum Perdata

Oleh:

RABINDRA WICAKSANA 153112330020142

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NASIONAL
2016

Universitas Nasional
Jl.Sawo Manila, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta 12520 (021)-7806700, fax 021-
7802718website www.unas.ac.id, Email: info@unas.ac.idEmail Hubungan Internasional:
intl_department@unas.ac.id
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah .........................................................................................................4
1.3. Tujuan Makalah .................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 5


2.1 Istilah dan pengertian Gadai ..........................................................................................5
2.2 Dasar Hukum Gadai ...........................................................................................................6
2.3 Sifat dan Ciri-ciri Hak Gadai ...........................................................................................7
2.4 Objek Hukum Gadai ...........................................................................................................8
2.5 Subjek Hukum Hak Gadai ................................................................................................. 10
2.6 Terjadinya Hak Gadai .................................................................................................... 11
2.7 Hak dan Kewajiban dalam Pemberian Gadai ....................................................... 12
2.8 Eksekusi dan Hapusnya Jaminan Gadai ........................................................................ 13

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 16


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perspektif hukum kebendaan, lembaga hak jaminan
merupakan hak kebendaan, yaitu hak kebendaan yang memberi
jaminan dan dengan sendirinya pengaturannya terdapat di dalam Buku
II KUHPerdata. Apabila sistematika KUHPerdata, terkesan hukum
jaminan hanya merupakan jaminan kebendaan saja, berhubung
pengaturannya terdapat dalam Buku II KUHPerdata. Selain jaminan
kebendaan, dikenal pula jaminan pengaturannya terdapat di dalam
Buku II KUHPerdata. Jaminan kebendaan dan jaminan perseorangan
keduanya timbul dari perjanjian.
Di luar negeri, lembaga jaminan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1. Lembaga jaminan dengan menguasai bendanya (possessory
security); dan
2. Lembaga jaminan tanpa menguasai bendanya.
Lembaga jaminan dengan menguasai bendanya adalah suatu
lembaga jaminan, di mana benda yang dijaminkan berada pada
penerima jaminan. Lembaga jaminan ini dibagi menjadi 6 macam, yaitu:
1. Pledge or pawn, yaitu benda yang dijadikan jaminan berada di
tangan penerima gadai;
2. Lien, yaitu hak untuk menguasai bendanya sampai hutang yang
berkaitan dengan benda tersebut dibayar lunas;
3. Mortgage with possession, yaitu pembebanan jaminan (hipotek) atas
benda bergerak.
4. Hire purchase, yaitu perjanjian antara penjual sewa dan pembeli
sewa, di mana hak milik atas barang tersebut baru beralih setelah
pelunasan terakhir;

2
5. Conditional sale (pembelian bersyarat), yaitu perjanjian jual beli
dengan syarat bahwa pemindahan hak atas barang baru terjadi
setelah syarat dipenuhi, misalnya jika harga dibayar lunas;
6. Credit sale, ialah jual beli di mana peralihan hak telah terjadi pada
saat penyerahan meskipun harga belum di bayar lunas.
Lembaga jaminan dengan menguasai bendanya adalah suatu
lembaga jaminan, di mana benda yang menjadi objek jaminan tidak
berada atau tidak dikuasi oleh penerima jaminan. Yang termasuk
lembaga jaminan ini adalah:
1. Mortgage, yaitu pembebanan atas benda tak bergerak atau sama
dengan hipotek;
2. Chattel mortgage, yaitu mortgage atas benda – benda bergerak.
Umumnya ialah mortgage atas kapal laut dan kapal terbang dengan
tanpa menguasai bendanya;
3. Fiduciary transfer of ownership, yaitu perpindahan hak milik atas
kepercayaan yang dipakai jaminan hutang;
4. Leasing, yaitu suatu perjanjian di mana si peminjam (leassee)
menyewa barang modal untuk usaha tertentu dan jaminan angsuran
tertentu.
Penggolongan ini dimaksudkan untuk mempermudah pihak
debitur untuk membenai hak – hak yang akan digunakan dalam
pemasangan jaminan, apakah yang bersangkutan menggunakan hak
tanggungan, fidusia, gadai, atau hipotek kapal laut untuk mendapatkan
fasilitas kredit pada lembaga perbankan atau penggadaian.1
Hak jaminan gadai diatur dalam Buku II KUHPerdata, yaitu dalam
Bab keduapuluh dari pasal 1150 sampai dengan pasal 1160
KUHPerdata. Pasal-pasal mana mengatur perihal pengertian, objek, tata

1Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: PT.


Rajagrafindo Persada, 2012, cet.6, hal. 26-27

3
cara menggadaikan, dan hal lainnya berkenaan dengan hak jaminan
gadai.
Lembaga gadai menurut KUHPerdata ini masih banyak
dipergunakan didalam praktik. Kedudukan pemegang gadai disini lebih
kuat dari pemegang fidusia, karena benda benda jaminan berada dalam
penguasaan kreditur. Dalam hal ini, kreditur terhindar dari itikad jahat
(te kwader trouw) pemberi gadai. Dalam gadai, benda jaminan sama
sekali tidak boleh berada dalam penguasaan (inbezitstelling) pemberi
gadai.2
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa pengertian dari istilah Gadai dan apa saja dasar hukumnya?
2. Apa saja yang menjadi sifat dan ciri-ciri hak gadai?
3. Meliputi apa saja yang dapat menjadi objek dan subjek hak gadai?
4. Bagaimana dapat terjadinya hak gadai?
5. Meliputi apa saja hak serta kewajiban para pihak dalam pemberian
gadai?
6. Bagaimana cara mengeksekusi jaminan gadai dan faktor-faktor apa
saja yang dapat menjadikan hapusnya jaminan gadai?
1.3 Tujuan Makalah
Secara umum makalah ini dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman secara umum mengenai Lembaga Jaminan Gadai sebagai
salah satu materi pembelajaran mata kuliah Hukum Perdata.

2Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, cet. 1,


hal. 261

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Istilah dan pengertian Gadai


Istilah gadai berasal dari terjemahan dari kata pand (bahasa Belanda)
atau pledge atau pawn (bahasa Inggris). Pengertian gadai tercantum
dalam Pasal 1150 KUH Perdata. Menurut Pasal 1150 KUH Perdata, gadai
adalah:
“ Suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak yang
diserahkan kepadanya oleh debitur atau oleh kuasanya, sebagai jaminan
atas utangnya dan yang memberi wewenang kepada kreditur untuk
mengambil pelunasan piutangnya dari barang itu dengan mendahului
kreditur-kreditur lain, dengan pengecualian biaya penjualan sebagai
pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan
dan biaya penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu
diserahkan sebagai gadai yang harus didahulukan.”3
Dari pengertian gadai seperti yang dijabarkan dalam pasal tersebut
diatas terlihat bahwa objek gadai menurut Undang-undang ialah benda
bergerak. Barang yang digadaikan diserahkan kepada penerima gadai atau
kreditur.
Pandrecht adalah suatu hak kebendaan atas suatu barang bergerak
kepunyaan orang lain, hak mana semata-mata diperjanjikan menyerahkan
benit atas benda bergerak bertujuan untuk mengambil pelunasan suatu
barang dari pendapatan penjualan benda itu lebih dahulu darin penagih-
penagih lainnya.4
Sedangkan menurut pendapat R. Wiyono Prodjodikoro yaitu:
“Gadai adalah suatu hak yang didapat oleh seorang berpiutang suatu
benda bergerak yang padanya diserahkan oleh si berutang atau oleh

3 Ibid, hal 33-34


4 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 1997), h. 65

5
seorang lain atau namanya untuk menjamin pembayaran hutang dan yang
memberikan hak kepada si berutang untuk dibayar lebih dahulu dari
berpiutang lainnya, yang diambil dari uang pendapatan penjualan barang
itu”.5
Dalam praktek perbankan, dapat dilihat pula, bahwa gadai terhadap
barang bergerak telah berkembang tidak hanya benda berwujud tetapi
juga tidak berwujud seperti saham, sebagaimana dikemukakan dalam
surat keputusan direksi Bank Indonesia Nomor: 24/32/Kep/Dir, Tanggal
12 Agustus 1991 tentang Kredit Kepada Perusahaan Sekuritas dan Kredit
Dengan Agunan Saham.6
2.2 Dasar Hukum Gadai
Dasar Hukum gadai dapat dilihat pada peraturan perundang-
undangan berikut ini:
1. Pasal 1150 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1160 Buku II KUH
Perdata;
2. Artikel 1196 vv, titel 19 Buku III NBW;
3. Peraturan Pemerintah Nomor: 7 tahun 1969 tentang Perusahaan
Jawatan Pegadaian;
4. Peraturan Pemerintah Nomor: 10 tahun 1970 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor: 7 tahun 1969 tentang Perusahaan
Jawatan; dan
5. Peraturan Pemerintah Nomor: 103 tahun 2000 tentang Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian.
Di Indonesia lembaga yang ditunjuk untuk menerima dan
menyalurkan kredit berdasarkan hukum gadai adalah lembaga pegadaian.
Unsur- unsur yang tercantum dalam pengertian gadai adalah:

5R.Wiryono, Prodjodikoro, Hukum Perdata Hak Atas Benda, (Jakarta: Pembimbing Massa,
1993), h. 180
6Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan edisi revisi, Bandung: CV. Mandar
Maju, 2000,cetakan ke-I, hal. 219-220

6
1. Adanya subjek gadai, yaitu kreditur (penerima gadai) dan debitur
(pemberi gadai);
2. Adanya objek gadai, yaitu barang bergerak, baik berwujud maupun
tidak berwujud; dan
3. Adanya kewenangan kreditur.
Kewenangan kreditur adalah kewenangan untuk melakukan
pelelangan terhadap barang debitur. Penyebab timbulnya pelelangan ini
adalah karena debitur tidak melaksanakan prestasinya sesuai dengan isi
kesepakatan yang dibuat antara kreditur dan debitur, walaupun debitur
telah diberikan somasi oleh kreditur.7
2.3 Sifat dan Ciri-ciri Hak Gadai
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 1150 dan pasal-pasal lainnya dari
KUH Perdata, dapat disimpulkan sifat dan ciri-ciri yang melekat pada hak
gadai itu, sebagai berikut:
1. Objek atau barang-barang yang gadai adalah kebendaan yang
bergerak, baik kebendaan bergerak yang berwujud maupun yang
kebendaan bergerak yang tidak berwujud (pasal 1150, pasal 1153
KUHPerdata);
2. Gadai merupakan hak kebendaan atas kebendaan atau barang-
barang yang bergerak milik seseorang (pasal 1152 ayat (3) juncto
pasal 528 KUH Perdata), karenanya walaupun barang-barang yang
digadaikan tersebut beralih atau dialihkan kepada orang lain,
barang-barang yang digadaikan tersebut tetap atau terus mengikuti
kepada siapapun objek barang-barang yang digadaikan itu berada
(droit de siute). Apabila barang-barang yang digadaikan hilang atau
dicuri orang lain, maka kreditur pemegang gadai berhak untuk
menuntut kembali;

7 Salim HS, Op.Cit.,hal.36

7
3. Hak gadai memberikan kedudukan diutamakan (hak preferensi atau
droit de preference) kepada kreditur pemegang hak gadai (pasal
1133, pasal 1150 KUH Perdata);
4. Kebendaan atau barang-barang yang digadaikan harus berada
dibawah penguasaan kreditur pemegang hak gadai atau pihak ketiga
untuk dan atas nama pemegang hak gadai (pasal 1150, pasal 1152
KUH Perdata);
5. Gadai bersifat acessoir pada perjanjian pokok atau pendahuluan
tertentu, seperti perjanjian pinjam meminjam uang, utang piutang,
atau perjanjian kredit (pasal 1150 KUH Perdata);
6. Gadai mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaar).
2.4 Objek Hukum Hak Gadai
Apabila ketentuan dalam Pasal 1150 KUH Perdata dihubungkan
dengan ketentuan dalam Pasal 1152 ayat (1), Pasal 1152, Pasal 1153 dan
Pasal 1158 ayat (1) KUH Perdata, jelas pada dasarnya semua kebendaan
bergerak dapat menjadi objek hukum hak gadai sebagaimana diatur dalam
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 4/248/UPPK/PK tanggal 16 Maret
1972. Namun menurut Surat Edaran tersebut tidak semua jenis
kebendaan bergerak dapat dibebani dengan gadai, terdapat jenis
kebendaan bergerak lainnya yang dibebani dengan jaminan fidusia.
Kebendaan bergerak disini dapat kebendaan bergerak yang berwujud
atau bertubuh (lichamelijk) dan kebendaan bergerak yang tidak berwujud
atau bertubuh (onlichamelijk) berupa piutang atau tagihan-tagihan dalam
bentuk surat berharga.
Dewasa ini lembaga gadai masih berjalan terutama pada lembaga
pegadaian. Dalam perjanjian kredit perbankan, lembaga gadai tidak begitu
popular, sudah jarang ditemukan bagi benda berwujud. Akan tetapi
penggunaan gadai bagi benda tidak berwujud seperti surat-surat berharga
dan saham-saham mulai banyak digunakan pada beberapa bank.
Peningkatan penjaminan saham terjadi seiring dengan pesatnya

8
perkembangan bursa saham di Indonesia. Didalam praktik sering terjadi
penjaminan saham yang belum dicetak (not printed) dan yang menjadi
bukti yang disimpan oleh pihak bank itu bukti penjaminan sejumlah
saham yang berupa resipis atau surat pemerimaan atau kuitansi saja
(Djuhaendah Hasan, 1996:283).
Pada dasarnya semua kebendaan bergerak yang berwujud dapat
dijadikan sebagai jaminan pinjaman atau kredit gadai pada lembaga
pegadaian. Kredit gadai adalah pemberian pinjaman (kredit) dalam jangka
waktu tertentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai dan persyaratan
tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan Pegadaian.8
Dewasa ini barang-barang yang pada umumnya dapat diterima
sebagai jaminan kredit gadai oleh Perum Pegadaian diantaranya:
1. Barang-barang perhiasan (emas, perak, intan, berlian, mutiara,
platina, arloji, dan jam);
2. Barang-barang kendaraan (sepeda, sepeda motor, mobil, bajay,
bemo, becak);
3. Barang-barang elektronika (televisi, radio, radio tape, video,
computer, kulkas, tustel, mesin tik);
4. Barang-barang mesin (mesin jahit, mesin kapal motor); dan
5. Barang-barang perkakas rumah tangga (barang tekstil, barang pecah
belah).
Dimungkinkan gadai atas kebendaan bergerak yang tidak berwujud
dinyatakan dalam ketentuan Pasal 1150 KUH Perdata dihubungkan
dengan ketentuan dalam Pasal 1152 ayat (2), Pasal 1152 dan Pasal 1153
KUH Perdata. Dari ketentuan Pasal tersebut, dapat diketahui bahwa
kebendaan bergerak yang tidak berwujud berupa hak tagihan atau

8Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta: Sinar Grafika,


2008, hal. 108 – 110

9
piutang, surat-surat berharga, dapat pula digadaikan sebagai jaminan
utang.9
2.5 Subjek Hukum Hak Gadai
Subjek gadai terdiri atas dua pihak, yaitu pemberi gadai (pandgever)
dan penerima gadai (pandnemer). Pandgever adalah orang atau badan
hukum yang memberikan jaminan dalam bentuk benda bergerak selaku
gadai kepada penerima gadai untuk pinjaman uang yang diberikan
kepadanya atau pihak ketiga. Unsur-unsur pemberi gadai adalah:
1. Orang atau badan hukum;
2. Memberikan jaminan berupa benda bergerak;
3. Kepada penerima gadai;
4. Adanya pinjaman uang;
Penerima gadai (pandnemer) adalah orang atau badan hukum yang
menerima gadai sebagai jaminan untuk pinjaman uang yang diberikannya
kepada pemberi gadai (pandgever). Di Indonesia, badan hukum yang
ditunjuk untuk mengelola lembaga gadai adalah perusahaan pegadaian.
Perusahaan ini didirikan berdasarkan:
1. Peraturan Pemerintah Nomor: 7 tahun 1969 tentang Perusahaan
Jawatan Pegadaian;
2. Peraturan Pemerintah Nomor: 10 tahun 1970 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor: 7 tahun 1969 tentang Perusahaan
Jawatan; dan
3. Peraturan Pemerintah Nomor: 103 tahun 2000 tentang Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian.
Sifat usaha dari perusahaan pegadaian ini adalah menyediakan
pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Maksud dan tujuan perum
ini adalah:

9 Rachmadi Usman, Op.Cit.,hal.270

10
1. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama golongan
ekonomi lemah kebawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum
gadai dan jasa dibidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya.
2. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan
pinjaman tidak wajar lainnya (Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor:
103 tahun 2000 tentang Perusahaan Umum Pegadaian.
Usaha yang paling menonjol dilakukan oleh Perum Pegadaian adalah
menyalurkan uang (kredit) berdasarkan hukum gadai. Artinya bahwa
barang yang digadaikan itu harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada
penerima gadai, sehingga barang-barang itu berada dibawah kekuasaan
penerima gadai. Asas ini disebut dengan asas inbezitzeteling.10
2.6 Terjadinya Hak Gadai
Untuk terjadinya hak gadai harus memenuhi dua unsur mutlak,
pertama, harus adanya perjanjian pemberian gadai (perjanjian gadai)
antara pemberi gadai (debitur sendiri atau pihak ketiga) dan pemegang
gadai (kreditur). Mengenai bentuk hubungan hukum perjanjian gadai ini
tidak ditentukan, apakah dibuat tertulis ataukah cukup dengan lisan saja;
hal itu hanya diserahkan kepada para pihak. Apabila dilakukan secara
tertulis, dapat dituangkan dalam akta notaris maupun cukup dengan akta
dibawah tangan saja. Namun yang terpenting, bahwa perjanjian gadai itu
dapat dibuktikan adanya. Ketentuan dalam pasal 1151 KUH Perdata
menyatakan persetujuan gadai dibuktikan dengan segala alat yang
diperbolehkan pembuktian persetujuan pokoknya. Berdasarkan ketentuan
dalam pasal 1151 KUH Perdata tersebut, perjanjian gadai tidak
dipersyaratkan dalam bentuk tertentu, dapat saja dibuat dengan
mengikuti bentuk perjanjian pokoknya, yang umumnya perjanjian pinjam
meminjam uang, perjanjian kredit bank, pengakuan hutang dengan gadai
barang, jadi bisa tertulis atau secara lisan saja.

10 Salim HS, Op.Cit.,hal.36-37

11
Syarat kedua yang mesti ada, yaitu adanya penyerahan kebendaan
yang digadaikan tersebut dari tangan debitur (pemberi gadai) kepada
tangan kreditur (pemegang gadai). Dengan kata lain, kebendaan gadainya
harus berada dibawah penguasaan kreditur (pemegang gadainya),
sehingga perjanjian gadai yang tidak dilanjutkan dengan penyerahan
kebendaan gadainya kepada kreditur (pemegang gadai) yang kemudian
berada dalam penguasaan kreditur (pemegang gadai), maka hak gadainya
diancam tidak sah atau hal itu bukan suatu gadai, dengan konsekuensi
tidak melahirkan hak gadai.11
2.7 Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pemberian Gadai
a. Hak Pemberi gadai
 Berhak untuk menuntut apabila barang gadai itu telah hilang
atau mundur sebagai akibat dari kelalaian pemegang gadai;
 Berhak mendapat pemberitahuan terlebih dahulu dari
pemegang gadai apabila barang gadai akan dijual;
 Berhak mendapatkan kelebihan atas penjualan barang gadai
setelah dikurangi dengan pelunasan utangnya;
 Berhak mendapat kembali barang yang digadaikan apabila
utang-utangnya dibayar lunas.
b. Kewajiban Pemberi Gadai
 Berkewajiban untuk menyerahkan barang yang dipertanggung
jawabkan sampai pada waktu hutang dilunasi, baik yang
mengenai jumlah pokok maupun bunga;
 Bertanggung jawab atas pelunasan utangnya, terutama dalam
hal penjualan barang yang digadaikan;
 Berkewajiban memberikan ganti kerugian atas biaya-biaya
yang telah dikeluarkan oleh pemegang gadai untuk
menyelamatkan barang yang digadaikan;

11 Rachmadi Usman, Op.Cit.,hal.122

12
 Apabila telah diperjanjikan sebelumnya, pemberi gadai harus
menerima jika pemegang gadai menggadaikan lagi barang yang
digadaikan tersebut.
c. Hak Pemegang Gadai
 Menahan benda yang digadaikan (hak retentie) selama
debitur/pemberi gadai belum melunasi utang pokok msupun
bunga dan biaya-biaya utang lainnya;
 Mengambil pelunasan dari hasil pendapatan penjualan
kebendaan yang digadaikan, penjualannya mana baik
dilakukan atas dasar parate eksekusi maupun putusan
pengadilan;
 Mendapatkan penggantian seluruh biaya perawatan barang
yang digadaikan guna keselamatan barang gadainya;
 Jika piutang yang digadaikan menghasilkan bunga, maka
kreditur pemegang gadai berhak atas bunga benda gadai
tersebut dengan memperhitungkannya dengan bunga atau
utang yang seharusnya dibayarkan dibayarkan kepadanya atau
kalau piutangnya tidak dibebani dengan bunga, maka bunga
benda gadai yang diterima kreditur pemegang gadai
dikurangkan dari pokok utang.
d. Kewajiban Pemegang Gadai
 Bertanggung jawab atas hilang atau berkurangnya nilai barang
yang digadaikan yang diakibatkan oleh karena kelalaian
pemegang gadainya;
 Berkewajiban memberitahukan kepada debitur pemberi gadai,
apabila ia bermaksud hendak menjual barang yang digadaikan
kepada debitur pemberi gadai dengan sarana pos,
telekomunikasi, atau sarana komunikasi lainnya;

13
 Berkewajiban untuk mengembalikan barang yang digadaikan
setelah utang pokok beserta dengan bunga dan biaya-biaya
lainnya telah dilunasi oleh debitur pemberi gadai;
 Pemegang dilarang untuk menikmati barang yang digadaikan
dan pemberi gadai berhak untuk menuntut pengembalian
barang yang digadaikan dari tangan pemegang gadai bila
pemegang gadai menyalahgunakan barang yang digadaikan;
 Berkewajiban memberikan peringatan (somasi) kepada
debitur pemberi gadai telah lalai memenuhi kewajiban
membayar pelunasan piutangnya;
 Berkewajiban menyerahkan daftar piutang hasil penjualan
barang gadai dan sesudahnya kreditur pemegang gadai dapat
mengambil begian jumlah yang merupakan bagian dari
pelunasan piutangnya.12
2.8 Eksekusi dan Hapusnya Jaminan Gadai
Pada dasarnya eksekusi barang jaminan gadai dilakukan dengan cara
penjualan dimuka umum melalui pelelangan dengan meminta bantuan
kantor / badan lelang. Namun berdasarkan parate eksekusi (parate
executie), maka kreditor / pemegang gadai mempunyai wewenang penuh
tanpa melalui pengadilan untuk mengeksekusi barang jaminan. Hal ini
dapat dilakukan bilamana sebelumnya hal tersebut sudah diperjanjikan.
Seperti yang dikatakan dalam ketentuan Pasal 1155 ayat 1 KUHPerdata
antara lain menyatakan, bahwa ……. Setelah dilakukannya suatu
peringatan untuk membayar, menyuruh menjual barang gadainya dimuka
umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat …..
Selain itu, penjualan barang jaminan gadai juga dapat dilakukan
secara tertutup atau tidak dilakukan penjualan dimuka umum melalui
pelelangan.

12 Ibid, hal.276-278

14
KUHPerdata tidak mengatur secara khusus mengenai sebab-sebab
hapus atau berakhirnya gadai. Namun demikian dari bunyi ketentuan
dalam pasal-pasal KUHPerdata yang mengatur mengenai lembaga hak
jaminan gadai sebagaimana diatur dalam pasal 1150 sampai dengan pasal
1160 KUHPerdata, kita dapat mengetahui sebab-sebab yang menjadi dasar
bagi hapusnya hak gadai yaitu:13
1. Hapusnya perjanjian pokok yang dikarenakan pelunasan utang,
perjumpaan utang (kompensasi), pembaruan utang (novasi), atau
pembebasan utang;
2. Lepasnya benda yang digadaikan dari penguasaan kreditor
pemegang hak gadai, dikarenakan terlepasnya benda yang
digadaikan dari penguasaan kreditor pemegang gadai, dilepaskannya
benda gadai secara sukarela oleh pemegangnya atau hapusnya
benda yang digadaikan;
3. Terjadinya percampuran, dimana pemegang gadai sekaligus juga
menjadi pemilik barang yang digadaikan, dan;
4. Terjadinya penyalahgunaan barang gadai oleh kreditur pemegang
gadai.14

13 Rachmadi Usman, Op.Cit.,hal.143


14 Rachmadi Usman, Op.Cit.,hal.279

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa gadai
terjadi karena adanya unsur-unsur timbulnya hak debitur yang
disebabkan perikatan utang-piutang, dan adanya penyerahan benda
bergerak baik berwujud maupun tidak berwujud sebagai jaminan yang
diberikan oleh kreditur. Obyek dari gadai adalah benda bergerak
berwujud dan tidak berwujud dan yang menjadi subyek dari hak gadai
adalah penerima hak gadai dan pemberi hak, dan secara hukum orang
yang tidak cakap dalam perbuatan hukum tentu saja tidak bisa melakukan
hubungan hukum gadai.
Untuk menjaminnya agar gadai bisa dilaksanakan secara benar,
sehingga tidak terjadi sengketa dikemudian hari tentu saja si penerima
gadai harus memahami dan melaksanakan kewajibannya, dan si pemberi
gadai harus juga mengerti apa yang manjadi hak si penerima gadai.
Pengertian gadai dalam Pasal 1150 KUHPerdata dan pengertian gadai
ada beberapa unsur pokok sebagai berikut:
1. Gadai lahir setelah adanya penyerahan kekuasaan atas obyek gadai
yaitu benda bergerak dari debitur (pemberi jaminan) kepada kreditur
(pemegang jaminan).
2. Kreditur sebagai yang diistimewakan dari kreditur yang lain apabila
debitur wanprestasi maka dapat mengambil pelunasan dan hasil
penjualan benda jaminan yaitu parate executie .
Lembaga jaminan yang disebut Gadai diatur oleh ketentuan pasal
1150 sampai dengan pasal 1160 KUH Perdata. Gadai merupakan lembaga
jaminan yang digunakan untuk mengikat jaminan utang yang berupa
barang-barang bergerak antara lain berupa barang-barang perhiasan
(misalnya kalung emas dan gelang emas), surat berharga dan surat yang

16
mempunyai harga (misalnya saham dan sertifikat deposito), mesin-mesin
yang tidak terpasang secara tetap di tanah atau bangunan (misalnya
genset), dan sebagainya.
Pengikatan jaminan melalui Gadai memberikan jaminan kebendaan
kepada krediturnya sebagai pemegang Gadai, artinya kreditur mempunyai
hak menagih pelunasan piutangnya atas benda yang diikat dengan Gadai
tersebut.
Pengikatan jaminan melalui Gadai memberikan hak didahulukan atau
hak preferen kepada kreditur sebagai pemegang Gadai, artinya kreditur
tersebut akan memperoleh pembayaran didahulukan atas piutangnya dari
hasil pencairan (penjualan) benda yang diikat dengan Gadai dibandingkan
dengan kreditur-kreditur lainnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1997.


R. Wiryono, Prodjodikoro, Hukum Perdata Hak Atas Benda, Jakarta:
Pembimbing Massa, 1993.
HS,Salim. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta. PT.
RajaGrafindo Persada. 2012. cet.ke-6.
Usman, Rachmadi. Hukum Jaminan Keperdataan. Jakarta. Sinar Grafika. 2008.
Sembiring, Sentosa . Hukum Perbankan edisi revisi, Bandung. CV. Mandar
Maju. 2000. cetakan ke-I.
Usman, Rachmadi. Hukum Kebendaan. Jakarta. Sinar Grafika. 2011.cet. 1

18

Anda mungkin juga menyukai